Claim Missing Document
Check
Articles

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT ETIKA BERKOMUNIKASI MASYARAKAT MINANG DI SITUS JEJARING SOSIAL ade moussadecq; Agung Eko BW; Rosta Minawati
Ranah Seni Vol 11 No 02 (2018): RANAH SENI
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/ranahseni.v11i02.17

Abstract

Surveys from APJII conducted in 2016, states 1.8 million or 35% of people in the province of West Sumatra have been connected to the Internet and often access social networking sites like Facebook and Twitter. The low ethics of social media of some people causes them to write down the status of SARA. In the Minangkabau community, known ethics communicate organize communications that are compatible with the morma and cultural values ​​of Minangkabau, namely "Kato nan Ampek" and Kaba. Because of the phenomenon related to the phenomenon of the low ethics of the Minangkabau community in social networking sites has inspired the writer's desire to design ILM in the form of motion graphic video that is persuasive in persuasive community to give normative ethics to communicate in the context of Minangkabau culture on social networking sites. The main media of ILM is motion graphic video and is supported with other media such as stickers that are mobile and facilitate the delivery of messages, banners to be published in strategic areas, pins as souvenirs and X banner as a media campaign for in door (inside the room).
AKSARA INCUNG SEBAGAI IDENTITAS BATIK KERINCI Dela Puspita Riza; Sulaiman Sulaiman; Rosta Minawati
Melayu Arts and Performance Journal Vol 5, No 1 (2022): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v5i1.1690

Abstract

The Incung script is a writing system used by the Kerinci comminity. The Script of Incung as a identity in Kerinci Batik aims to identify the identity contained in the Incung Script as motif of Kerinci batik. This study use as a qualitative method with descriptive data that siscuss the data in accordance with the facts encountered in the field with aesthetic studies. Data collection done through literature study, observation, interviews and matrix of data collection. Kerinci batik have two types of batik namely, Kerinci decorative batik and Incung batik with stamp techniques. The color used in the product Kerinci batik is a type of naptol and indigosol. In addition, batik cloth Kerinci is dark inaddition, batik cloth Kerinci is bright in color. The main motif of batik Kerinci is an Incung script combined with Kerinci decorative motifs flora, fauna and heirlooms which are the identity of Kerinci.Keywords: Incung Script; Kerinci; Batik; Aesthetics; IdentityAbstrakAksara Incung merupakan sistem penulisan yang digunakan oleh masyarakat Kerinci. Aksara Incung sebagai identitas batik Kerinci bertujuan untuk mengidentifikasi identitas batik Kerinci. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data deskriptif yang membahas tentang data sesuai fakta yang ditemui di lapangan, dengan kajian estetika. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan matrik pengumpulan data. Batik kerinci memiliki dua jenis batik yaitu, batik ragam hias Kerinci dan batik Incung dengan teknik batik tulis dan cap. Motif utama batik Kerinci adalah aksara Incung dikombinasi dengan ragam hias Kerinci, motif flora, fauna dan benda pusaka yang merupakan identitas Kerinci.Kata Kunci: Aksara Incung; Batik; Kerinci; Estetika; Identitas 
PERSPEKTIF OPERA BATAK SISINGAMANGARAJA XII EPISODE BORU LOPIAN ULUPORANG TANO BATAK Rosta Minawati; Enrico Alamo; Sherli Novalinda; Sulaiman Juned
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32473

Abstract

This creation research formulates the struggle of Boru Lopian son of Sisingamangaraja XII against Dutch colonialism. In addition to seeing as the figure of the son of King Sisingamangaraja XII, the research is also directed at the story of Boru Lopian who is famous for his courage when dealing with the invaders. Even though he comes from an honorable lineage, Boru Lopian is never arrogant and arrogant. Unfortunately, this humanist figure also died in the guerrilla against the Dutch colonialists. The final result of the research is a Batak opera performance with the title, Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak. The process of performing Batak opera begins with the creation of a Batak opera script obtained based on research on Boru Lopian. Then packed with some elements of modern theater without leaving the inherent traditional values. This combination was deliberately chosen as part of the stages towards the novelty of the arable concept (innovation). The research method of creation is done through observation, research and interviews with community leaders. The arrangement of the story of the Batak opera Sisingamangaraja XII episode of Boru Lopian, Uluporang Tano Batak is a reorganization of a history. Which of course undergoes several changes, from the actual story to a story that is 'spiced up' with the present context. This is done in order to become familiar with the audience. The authenticity of traditional Batak opera forms is combined with artistic elements of modern theater so that the atmosphere and setting of the event becomes contextual. The goal is to facilitate the presence of building elements, artifacts, past events that are impossible to present simultaneously on the current stage. The structure in the Batak opera Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak has similarities with the two previous Batak opera performances. Because it was designed for three opera performances of Batak Sisingamangaraja XII.Keywords: Boru Lopian, perspective, opera Batak. AbstrakPenelitian penciptaan ini merumuskan perjuangan Boru Lopian anak Sisingamangaraja XII dalam melawan penjajahan Belanda. Selain melihat sebagai sosok anak Raja Sisingamangaraja XII, penelitian juga diarahkan pada kisah Boru Lopian yang terkenal akan keberaniaannya saat berhadapan dengan para penjajah. Walaupun berasal dari keturunan terhormat, Boru Lopian tidak pernah sombong dan tinggi hati. Sayangnya sosok yang humanis ini turut tewas dalam gerilya melawan penjajah Belanda. Hasil akhir dari penelitian adalah, pertunjukan opera Batak dengan judul, Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak. Proses pertunjukan opera Batak didiawali dengan pembuatan naskah opera Batak yang didapatkan berdasarkan riset tentang Boru Lopian. Kemudian dikemas dengan beberapa unsur-unsur teater modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi yang melekat. Perpaduan ini sengaja dipilih sebagai bagian dari tahapan menuju kebaruan dari konsep garapan (inovasi). Metode penelitian penciptaan dilakukan melalui observasi, riset dan wawancara dengan tokoh masyarakat. Penataan cerita opera Batak Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak ini merupakan penataan ulang sebuah sejarah. Yang didalamnya tentunya mengalami beberapa perubahan, dari cerita yang sebenarnya menjadi cerita yang ‘dibumbui’ dengan konteks kekinian. Hal ini dilakukan agar menjadi akrab dengan penonton. Keaslian bentuk opera Batak tradisi dipadukan dengan elemen-elemen artistik teater modern agar suasana dan latar peristiwa menjadi kontekstual. Tujuannya untuk mempermudah hadirnya unsur bangunan, artefak, peristiwa masa lalu yang tidak mungkin dihadirkan secara bersamaan diatas panggung saat ini. Struktur dalam opera Batak Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak memiliki kesamaan dengan dua pertunjukan opera Batak sebelumnya. Karena dirancang untuk tiga pertunjukan opera Batak Sisingamangaraja XII.Kata Kunci: Boru Lopian, perspektif, opera Batak. Authors: Rosta Minawati : Institut Seni Indonesia PadangpanjangEnrico Alamo : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSherli Novalinda : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSulaiman Juned : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References: Alamo, E., Eliza,M., Syailillah, G. (2020). Makna dan Fungsi Ulos Pada Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar Di Pematang Siantar Sumatera Utara. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 94. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.24824Alamo, E., Minawati, R., Sulaiman, S., & Novalinda, S. (2020). Opera Batak Sisingamangaraja XII Episode Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi: Usungan Tradisi dan Kontemporer. Dance and Theatre Review. Jurnal Tari, Teater, dan Wayang, 3(2), 59.Alamo, E.,(2014). Sampuraga Penciptaan Opera Batak. Ekspresi Seni: Jurnal Pengetahuan dan Seni, 16(1),1.Guntur. (2016). Metode Penelitian Artistik. Surakarta: ISI Press.Hariwijaya, M. (2007). Metodologi dan Tehnik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Elmatera Publishing.Joel, M. Charon. Eighth Edition (2012) Ten Questions: A Sociological Perspective. USA: Cengage Learning.Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian  Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Martono, Nanang. (2012) Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Pavis, Patrice. (1990). Theatre at The Crossroad of Culture. London and New York: Transl. Loren Kruger.Purba, Krismus. (2010). Opera Batak Tilhang Serindo: Pengikat Budaya Masyarakat Batak Toba di Jakarta.Yogyakarta: Kalika Bantul.Sulaiman, S., Minawati, R., Alamo, E., & Novalinda, S. (2019). Analisis Struktur Pertunjukan Opera Batak Sisingamangaraja XII: Episode Tongtang I Tano Batak. Panggung Bandung: Jurnal Seni Budaya, 29(2),160.Sumaatmadja dan Winardit. (1999). Perspektif Global. Jakarta: UT.Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia, Perkembangan dan PerubahanKonvensi Seni Teater. Yogyakarta: Pustaka Gondo Suli.
OPERA BATAK SISINGAMANGARAJA XII: MENGGALI SENI DAN TEATER TRADISI sulaiman sulaiman; Rosta Minawati; Enrico Alamo; Sherli Novalinda
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 3 (2018): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #3
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batak Opera is a traditional performing art comes from Batak area and its surroundings. The existence of this art is increasingly lost due to the shift and the lack of activists who faithfully maintain this ancestral art. In fact, Batak Opera in the past represented triumphed arts among Batak people. Technological advances which later formed a new paradigm in society made this traditional of art increasingly abandoned and even forgotten by its supporters. The creation (revitalization) of Batak Opera was constructed by a heroiccaritoSisingamangaraja XII. This Batak Opera show is packed by combining several elements of the Batak tradition arts. Data is obtained by interview about Batak Opera, both to the descendants of Sisingamangaraja XII as well as Batak people. Sisingamangaraja XII represents a hero who succeeded in unifyingTapanuli and conquering the Dutch company. SisingamangajaBatak Opera is about heroism, compassion and sacrifice. It is a Dramatic story for the daughter of Lopian, his favorite child died on his huge penetrated by Dutch bullets. The heroic story of TanoBatak experienced rearrangement, both characterization and events using several structures of tradi-tional and modern Indonesian theater. SisingamangarajaBatak Opera becomes a field of revitalization of art. Batak operas are cultivated in order torevive the Batak Opera performances and raising the story of Sisimangaraja XII.
Nilai Bhineka Tunggal Ika Pada Film Batas (Beda Atau Tak Satu) (Analisis Semiotika Roland Barthes) Surya Darma; Rosta Minawati; Novesar Jamarun
PROPORSI : Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif Vol 3, No 1 (2017): PROPORSI November 2017
Publisher : Universitas Potensi Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22303/proporsi.3.1.2017.79-91

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film Batas (Beda atau Tak Satu) dengan teori semiotika model Roland Barthes. Film Batas (Beda atau Tak Satu) merupakan suatu film garapan sutradara M. Reza Pahlevi yang bercerita bahwa tidak adanya saling menghargai antarumat beragama yang satu dengan yang lain seolah-olah arti “Bhineka Tunggal Ika” sebagai citra bangsa Indonesia telah memudar dalam film ini. Islam terombang-ambing dan dituduh sebagai agama yang memecah belah agama lain tanpa terdapatnya bukti yang jelas. Barthes menggambarkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk memahami makna yang terkandung. Makna denotasi yang penulis kaji dalam film ini adalah menggambarkan kondisi disuatu pedesaan yang anti akan Islam, sehingga warga muslim yang menetap di desa tersebut akan dibantai, mereka beranggapan bahwa Islam lah yang memecah belah mereka. Makna konotasinya adalah bahwa Islam berbeda atau tak dapat bersatu dengan agama yang masyarakat setempat yakini dengan kata lain masyarakat setempat harus mengusir paksa, bahkan menganiaya warga muslim yang kedapatan tinggal di desa tersebut. Film ini menegaskan mitos, bahwa “Bhineka Tunggal Ika” harus kita junjung dimanapun berada tak lain adalah kerukunan dalam umat beragama, sehingga agama yang satu saling menghargai dengan agama lainya.
REPRESENTASI RASISME PEREMPUAN PADA FILM “NOTHING SPECIAL” KARYA FERTHAMANSYAH Suryanto Suryanto; Rosta Minawati; Koes Yuliadi
PROPORSI : Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif Vol 3, No 1 (2017): PROPORSI November 2017
Publisher : Universitas Potensi Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22303/proporsi.3.1.2017.92-102

Abstract

Film Nothing Special merupakan film pendek yang menceritakan seorang mahasiswa yang memilki segalanya baik materil maupun moril. Lala memiliki karakter yang kasar dan sombong, Lala sangat dengan mudah untuk melakukan perbuatannya dengan temannya dan memerintahkan sesuai dengaan keinginannya. Penelitian ini menganalisis penggambaran perempuan sebagai pelaku kekerasan dalam film Nothing Special. Metode yang digunakan adalah analisis representasi, yang digunakan untuk menggambarkan konstruksi ideologis dan wacana mengenai perempuan dan rasisme dalam film Nothing Special. Hasilnya, didapati bahwa seseorang perempuan yang merasa paling benar dan karena mempunyai uang  yang banyak jadi ia dapat membeli segala dan memarahi teman-temannya. Ketika teman-temannya merasa kesal dengan peran utama perempuan yaitu Lala maka mereka mencuri dan menyiksa perempuan tersebut atas perbuatannya kepada mereka dan disinilah peniliti ingin membahas atau mengkaji representasi rasisme antar perempuan dengan teman yang kurang mampu dan mudah untuk dibully sesuka keinginan Lala.
ANALISIS PESAN MORAL DALAM FILM JANGAN BACA PANCASILA KARYA RAFDI AKBAR Dani Manesah; Rosta Minawati; Nursyirwan Nursyirwan
PROPORSI : Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif Vol 3, No 2 (2018): PROPORSI Mei 2018
Publisher : Universitas Potensi Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22303/proporsi.3.2.2018.176-187

Abstract

Penelitian ini berjudul Analisis Pesan Moral Dalam Film Jangan Baca Pancasila.Film jangan baca pancasila mengisahkan tentang sebuah keluarga yang mempunyai seorang anak yang bernama Sandy, Sandy tumbuh dan besar seperti pada umumnya, namun Sandy adalah seorang yang mengidap Asperger Syndrome, atau lebih dikenal dengan Autis, yang menyebabkan sulitnya ia dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dalam lingkungannya, sejak ia kecil dia selalu dianggap aneh dan bodoh oleh banyak orang, hanya karena sikap autisnya tersebut.Tulisan ini bertujuan dalam menemukan pesan moral yang terdapat dalam film Jangan baca pancasila menggunakan sebuah  teori semiotika Roland Barthes.Metode penelitian Roland Barthes peneliti gunakan dalam memecahkan pesan moral yang terkandung pada scene dalam film Jangan baca pancasila yang diambil dengan mendenotasikan pesan serta makna konotasi yang ada pada film Jangan baca pancasila. Adapun hasil analisis pesan moral yang terdapat dalam film Jangan baca pancasila karya Rafdi Akbar dalam penelitian ini ditampilkan kedalam realita yang sesungguhnya yaitu dengan adanya hubungan manusia dengan manusia, adanya hubungan manusia dengan sang pencipta dan adanya hubungan manusia dengan lingkungan.
RE-LOGO DONAT DONITA DI MEDAN Ayu Soraya; Rosta Minawati; Agung Eko Budi Waspada
PROPORSI : Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif Vol 3, No 2 (2018): PROPORSI Mei 2018
Publisher : Universitas Potensi Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22303/proporsi.3.2.2018.118-128

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk merancang desain Re-logo Donat Donita. Re-logo ini dirancang untuk membuat wajah baru bagi Donat Donita agar lebih dikenal disemua kalangan masyarakat karena masih banyak masyarakat yang belum mengenal tentang Donat Donita. Donat Donita merupakan donat kentang beku pertama yang ada dimedan yang memiliki 9 rasa. Donat Donita merupakan cemilan sehat yang cocok dikonsumsi oleh keluarga namun dalam kenyataannya masih banyak yang belum mengetahui tentang Donat Donita. Metode perancangan yang digunakan dalam artikel ini menggunakan metode kualitatif. Proses perancangan dari Re-logo Donat Donita akan diaplikasikan dalam beberapa media penyampaian seperti brosur, baliho, stiker dan kantong plastik karena kantong plastik merupakan sarana penyampaian yang mudah dilihat oleh masyarakat. Berbagai pengaplikasian media penyampaian diharapkan mampu mempermudah penyebaran Re-logo Donat Donita di kalangan masyarakat
KAJIAN STRUKTUR DRAMATIK PADA FILM MURSALA KARYA VIVA WESTI Sri Wahyuni; Rosta Minawati; Febri Yulika
PROPORSI : Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif Vol 4, No 2 (2019): PROPORSI Mei 2019
Publisher : Universitas Potensi Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22303/proporsi.4.2.2019.126-135

Abstract

Tujuan penulisan ini adalah mengungkap struktur dramatik pada film Mursala. Film Mursala memuat unsur naratif yang membentuk susunan peristiwa dan saling memiliki  hubungan satu dengan yang lainnya serta adanya keterikatan dalam logika sebab akibat (kausalitas) yang terjadi dalam ruang dan waktu. Untuk mengungkap struktur dramatik film Mursala, maka digunakan pendekatan struktural dengan metode analisis deskriptif.Film Mursala bercerita mengenai larangan pernikahan se-marga pada masyarakat Batak. Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi adat dan nilai kekeluargaan (kekerabatan). Suku Batak juga memiliki aturan-aturan tertentu yang harus ditaati, termasuk tentang pemilihan pasangan hidup, siapa yang dapat dinikahi dan tidak dapat dinikahi. Pertentangan terhadap adat dalam isi cerita film Mursala menyebabkan adanya konflik dari awal hingga bagian klimaks dari cerita. Maka pendekatan strukturalisme (exposition, complication, climax, reversal dan denoument) digunakan untuk mengetahui kronologi cerita, tokoh/penokohan hingga klimaks yang dituangkan dalam permasalahan serta tahap akhir cerita yang merupakan kesimpulan untuk menjelaskan alur dramatik.
KOMODIFIKASI: MANIPULASI BUDAYA DALAM (AJANG) PARIWISATA Rosta Minawati
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 15, No 1 (2013): Ekspresi Seni
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1551.087 KB) | DOI: 10.26887/ekse.v15i1.179

Abstract

Manipulasi budaya dalam ajang pariwisata mengangkat realitas lapangan yang empirik berkaitan dengan komodifikasi. Fenomena manifulasi budaya menjadikan budaya sebagai objek yang memiliki nilai tukar atau nilai jual melalui industri budaya dan jasa sebagai komoditas. Secara umum, gejala komodifikasi terperangkap dalam dialektika sakral ke profan, memunculkan atraksi kemunduran aspek ritual, kontestasi dan pertentangan konsep dan ideologi sehingga memunculkan mitos baru (mitos modern). Praktik tersebut memunculkan kriminal baru yang tidak terlepas dari peran kapitalis.
Co-Authors Ade Moussadecq Adi Krisna Agung Eko Budi Waspada Agung Eko Budi Waspada Agung Eko BW Ahmad Bahrudin Ahmad Nafis Ajawaila, Gerzon Andiko, Benny Ary Leo Bermana Asral, Kairul Asril Aulia, Rani Ayu Soraya Benny Andiko Bermana, Ary Leo Choiru Pradhono Dani Manesah Dela Puspita Riza Desmiati Desmiati Desmiati, Desmiati Edi Satria Ediwar Ediwar EMRI, EMRI Enrico Alamo Enrico Alamo Enrico Alamo Enrico Alamo Fadhilatul Khaira Febri Yulika Febriano, Gilang Gerzon Ajawaila Hanefi Hanefi Hanefi Hanefi Hanefi, Hanefi Harisman Harisman Harisman Harisman, Harisman Heldi Heldi Heldi Heldi, Heldi Hery Sasongko Hidayat, Hengki Armez Hidayat, Hengki Armez Ilham, Muhamad Iskandar, Riki Kairul Asral Khairul Layali Kholilah, Anni Koes Yuliadi Layali, Khairul Lidiantari, Aulini Loravianti, Susasrita Mahdi Bahar Mahdi Bahar Martion Martion Martion Martion Meria Eliza Miswar Miswar Muhammad Ilham MULYADI Nafis, Ahmad Nilawati Nilawati Nilawati Nilawati Nilawati Nilawati, Nilawati Nilawati Novesar Jamarun Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Olvyanda Ariesta Prakarti, Vicia Dwi Pratama, Wendo Afriyoma Rajab, Junaidi Riki Iskandar Roza Muliati Sahrul, Sahrul Satria, Edi Sherli Novalinda Sofia Yosse Solehat, Iis Sri Wahyuni Suherni Suherni Suherni Suherni, Suherni Sulaiman Sulaiman sulaiman sulaiman Sulaiman Sulaiman Sulaiman Sulaiman Sulaiman Sulaiman Sulaiman Sulaiman Surya Darma Suryanti Suryanti Suryanto Suryanto Syafriadi, Syafriandi Syafriandi Syafriadi Syafriandi Syafriandi Vani Sasri Wahyuni Vicia Dwi Prakarti Wahyono Wahyono Wahyuni, Vani Sasri Widdiyanti Widdiyanti Yandri Yandri Yeni Ruseli Yeni Ruseli Yogian Hutagama Yogian Hutagama Yosi Ramadona Yosi Ramadona Yosse, Sofia Yusfil Yusfil Yusfil, Yusfil Zulhelman Zulhelman Zulhelman Zulhelman