p-Index From 2020 - 2025
4.908
P-Index
This Author published in this journals
All Journal HAYATI Journal of Biosciences MANAJEMEN HUTAN TROPIKA Journal of Tropical Forest Management Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Buletin PSP Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut MEDIA KONSERVASI Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Maspari Journal Jurnal Veteriner Bumi Lestari AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Jurnal Perikanan dan Kelautan BIOTROPIA - The Southeast Asian Journal of Tropical Biology AL KAUNIYAH Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Jurnal EduBio Tropika Maspari Journal Jurnal Kelautan : Indonesian Journal of Marine Science and Technology Journal of Degraded and Mining Lands Management Jurnal Perikanan dan Kelautan Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) JURNAL BIOLOGI INDONESIA Omni-Akuatika MAJALAH ILMIAH GLOBE Jurnal Biologi Tropis Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis (Journal Of Tropical Fisheries Management) LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management COJ (Coastal and Ocean Journal) Jurnal Ilmu Kehutanan Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan Jurnal Manusia dan Lingkungan Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan (Journal of Environmental Sustainability Management)
Claim Missing Document
Check
Articles

DINAMIKA POPULASI LOBSTER PASIR (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT Zairion Zairion; Nefi Islamiati; Yusli Wardiatno; Ali Mashar; Rudi Alek Wahyudin; Agus Alim Hakim
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.878 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.215-226

Abstract

Dinamika populasi merupakan aspek penting sebagai dasar pengelolaan perikanan dan informasi tentang aspek tersebut pada lobster pasir masih minim di perairan Palabuhanratu. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aspek pertumbuhan, pola rekrutmen, mortalitas dan laju eksploitasi lobster pasir (Panulirus homarus) di perairan Palabuhanratu. Penelitian ini dilakukan periode Juni 2015-Mei 2016 dengan metode sensus. Lobster pasir hasil tangkapan jaring insang dasar dengan jumlah total sampel 483 ekor mempunyai panjang karapas antara 28-100 mm. Pola pertumbuhan berdasarkan hasil regresi linear memperlihatkan allometrik negatif. Hasil analisis menggunakan metode ELEFAN I (Electronic Length Frequency Analysis) menunjukan koefisien pertumbuhan lobster pasir jantan (K = 0,29 per tahun), lebih kecil dibandingkan dengan betina (K = 0,40 per tahun). Rekrutmen terindikasi dua puncak dalam setahun: yaitu pada Februari-Mei dan September-Oktober). Laju mortalitaskarena penangkapan (F) mencapai 1,9-2,2 kali laju mortalitas alami (M). Nilai Lc<Lrmemperlihatkan lobster pasir sudah tertangkap sebelum mencapaiukuran rata-rata mengerami telur atau ukuran kematangan reproduktif. Laju eksploitasi lobster pasir mencapai 32-38% di atas laju eksploitasi optimum, sehingga lobster pasir sudah mengalamieksploitasi yang berlebih.Population dynamics is an important aspect as basic of fisheries management and little information of this aspect for spiny lobster fishery in Pelabuhanratu waters. This research aims to evaluate of growth aspects, recruitment pattern, mortality, and exploitation rate of scalloped spiny lobster (Panulirus homarus) in Palabuhanratu waters. This research was conducted in June 2015 until May 2016 using census method. The size of P. homarus captured using bottom gill-net with total sample 483 specimen was between 28-100 mm carapace lengths (CL). Linear regression showed that growth pattern was negative allometric. The growth coefficient of male (K = 0.29 per year) was found smaller than female (K = 0.40 per year) based on ELEFAN I (Electronic Length Frequency Analysis) method. Recruitment seems to be accrued twice peaks a year (February to May and September to October) and the highest was at February to May. Fishing mortality (F) reached 1.9 to 2.2 times of natural mortality (M). The LcÂLr value showed that female has been caught before reached the average size of bearing eggs or reproductive maturity size. The exploitation rate of spiny lobsters reaches 32-38% above optimum level. This study suggests that the spiny lobster fishery in Palabuhanratu in the state of overexploitation.
KOMPOSISI DAN UKURAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) YANG TERTANGKAP PADA BEBERAPA STRATIFIKASI BATIMETRI DI PERAIRAN LAMPUNG TIMUR Zairion Zairion; Mennofatria Boer; Yusli Wardiatno; Achmad Fahrudin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.009 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.199-206

Abstract

Perairan pesisir Lampung Timur merupakan salah satu daerah yang potensial untuk produksi rajungan (Portunus pelagicus) dari alam di Indonesia, namun produktivitas dan ukuran hasil tangkapan cenderung semakin menurun yang diduga akibat tingginya intensitas eksploitasi. Pada penelitian ini diinvestigasi komposisi kelamin dan ukuran rajungan yang tertangkap dengan jaring insang dasar (set gill-net) pada beberapa stratifikasi batimetri dari Maret 2012−Februari 2013.  Area kajian dibagi menjadi 3 stratifikasi: S1, S2 dan S3 dengan kedalaman air masing-masing kurang dari 5 m, 5−10 m, dan lebih dari 10 m.  Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Rajungan jantan dominan tertangkap di seluruh stratifikasi area pengamatan. Ukuran rata-rata lebar karapas (CW) dan bobot tubuh (BW) rajungan [±SD] di strata S1 adalah 108,57 ± 13,39 mm dan 89,22 ± 35,33 g serta berbeda nyata dengan S2 dan S3 (P<0,05). Peningkatan ukuran lebar karapas dari S1 hingga S3 masing-masing 17,59% dan 14,62% serta bobot tubuh masing-masing 66,25% dan 57,24%. Terdapat sekitar 34% rajungan yang berukuran kecil dari Lm50 dan 24% dewasa kurang reproduktif yang tertangkap di S1. Perairan pesisir di S1 juga tampak sebagai daerah tangkapan utama rajungan, sehingga diperlukan strategi pengelolaan dengan mengimplementasikan perlindungan daerah asuhan dan pemanfaatan yang sangat selektif di area ini. The East Lampung coastal waters is one of potential area for the blue swimming crab (Portunus pelagicus) wild catch production in Indonesia. However, catch productivity and sizes of caught crabs tend to be decrease and might be related to high exploitation rate. In present study, we investigated the sex compositions and size distribution of this crab caught by the set gill-net at several bathimetric stratifications from March 2012 to February 2013. The study area was divided into three stratifications, i.e., S1, S2, and S3, which have had water depth less than 5 m, 5−10 m and more than 10 m, respectively.  Data was analysed by descriptive statistics. The high proportion of males found in all stratification areas. Mean carapace width (CW) and body weight (BW) [±SD] of crabs were 108.57 ± 13.39 mm and 89.22 ± 35.33 g in S1and it was significantly different to that of S2 and S3 (P<0.05). An increasing of mean carapace width throughout S1 to S3 was 17.59% and 14.62%, whiles body weight was 66.25% and 57.24%, respectively. There were approximately 34% of immature crabs (less than Lm50) and 24% of less reproductive adults caught within S1. The coastal waters at S1 seem to be main fishing ground and management strategy by implementing a nursery ground protection and most selective fishing is required in this area.
FEKUNDITAS DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD RAJUNGAN (Portunus pelagicus) BETINA MENGERAMI TELUR DI TELUK LASONGKO, SULAWESI TENGGARA Abdul Hamid; Yusli Wardiatno; Djamar T.F.Lumban Batu; Etty Riani
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 1 (2015): (April 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.649 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.1.2015.43-50

Abstract

Kajian kematangan gonad pada rajungan betina mengerami telur dan fekunditas berdasarkan warna telur masih terbatas. Penelitian ini menganalisis fekunditas dan tingkat kematangan gonad rajungan betina mengerami telur di Teluk Lasongko, dilakukan dari bulan April 2013 sampai Maret 2014. Fekunditas rajungan dianalisis berdasarkan kelas ukuran tubuh danwarna rajungan betina mengerami telur. Tingkat kematangan gonad ditentukan berdasarkan perubahan warna dan morfologi gonad. Fekunditas rajungan berkisar 69.747-2.078.874 butir dengan lebar karapas 86,6-162,3mm. Fekunditas rajungan bervariasi terhadap ukuran tubuh dan warna rajungan mengerami telur, serta berkorelasi dengan ukuran tubuh dan berat telur. Rajungan betina mengerami telur ditemukan dari TKGI sampai IV. Fekunditas rajungan di perairan ini tergolong sedang sampai tinggi, rajungan betina mengerami telur berwarna kuning dan orange didominasi belum matang gonad sedangkan berwarna coklat dan abu-abu gelap didominasi matang gonad.
PENGELOLAAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) YANG BERKELANJUTAN BERDASARKAN ASPEK BIOEKOLOGI DI TELUK LASONGKO, SULAWESI TENGGARA Abdul Hamid Lakudo; Yusli Wardiatno Wardiatno; Djamar T.F Lumban Batu; Etty Riani Riani
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 9, No 1 (2017): (Mei 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2120.213 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.9.1.2017.41-50

Abstract

Status perikanan rajungan di Teluk Lasongko saat ini telah overfishing dan kritis, sehingga perlu dikelola dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk menentukan potensi dan permasalahan keberlanjutan pemanfaatan rajungan serta menyusun strategi pengelolaan rajungan di Teluk Lasongko berdasarkan pada aspek bioekologi. Data ekobiologi dikumpulkan sejak tahun 2006, dan 2013 sampai 2014 di Teluk Lasongko. Hasil penelitian menunjukkan potensi dan keberlanjutan pemanfaatan perikanan rajungan di Teluk Lasongko tergolong tinggi. Permasalahan yang timbul yang mengancam keberlanjutan rajungan adalah overfishing, penangkapan rajungan berukuran kecil dan rajungan betina ovigerous, daerah penangkapan rajungan yang tidak merata, dan kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan. Beberapa strategi pengelolaan harus dilakukan untuk mendukung dan memastikan pengelolaan berkelanjutan rajungan di Teluk Lasongko, yaitu penetapan ukuran terkecil yang boleh ditangkap (untuk jantan >109,8 mm-CW dan betina >115,7 mm-CW), pelarangan penangkapan rajungan betina ovigerous, dan mengurangi upaya penangkapan dengan bubu sampai 50%. Selain itu, restocking dan pembentukan suaka rajungan juga harus dilakukan.  The status of blue swimming crab (Portunus pelagicus) fishery in Lasongko Bay is detected overfishing and critical, so it needs to be managed properly. This paper was aimed to determine the potential and problems of sustainability use of the crab and establish strategic management based on bioecology aspects. Bioecological data on the crab were collected in 2006, and from 2013 to 2014 in Lasongko Bay. Research result of indicated high potential and sustainable of use of crab fishery in the bay. Arising problems to threat the sustainability were over-fishing, small size crab and ovigerous female catch, localized fishing ground, and unfriendly environmentally fishing activities. Some management strategies must be done to support and ensure the sustainability management of the crab in Lasongko Bay, i.e. the minimum legal size (for males >109.8 mm-CW and females >115.7 mm-CW), not catching ovigerous female crabs, and reducing use of traps up to 50%. Restocking and establishing crab sanctuary could be also important to enhance the aforesaid management strategies.
Keanekaragaman Spesies dan Zonasi Habitat Echinodermata di Perairan Pantai Semerang, Lombok Timur (Diversity of Species and Habitat Zonation of Echinoderm in Semerang Coastal Waters, East Lombok) Noar Muda Satyawan; Yusli Wardiatno; Rahmat Kurnia
Jurnal Biologi Tropis Jurnal Biologi Tropis. Vol.14 No. 2 Desember 2014
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.132 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v13i1.66

Abstract

Research was conducted in order to determine the diversity of species and habitat zonation of Echinodermata in Semerang coastal waters East Lombok. The field survey was conducted using transects kuadrad and free collection during March to June 2013. Based on the results, in the Semerang Coast was found 26 species of Echinoderm which consist of Echinoidea (13 species), Asteroidea (7 species), Ophiuroidea (3 species ) and Holothuroidea (3 species). Echinoderms habitat in Semerang divided into 5 zones, consist of reef flat, sand, seagrass beds, rubble, and coral reefs. Diversity index values differ in each habitat. Shannon - Wiener index (Hꞌ) were largest on coral reef habitats (H ꞌ = 2.59 )and then followed by sand (H ꞌ = 2.30), rubble (H ꞌ = 2.17), seagrass (H ꞌ = 1, 93) and the reef flat (H ꞌ = 1.48). Greatest Evenness index was found in the sand habitat (E = 0.96) followed by a reef flat (E = 0.92), coral reefs (E = 0.86), rubble (E = 0.75) and seagrass beds (E = 0.67). the largest found Margalef Index (R), was found in coral reef habitats (R = 5.02) and then followed by rubble (R = 4.07), sand (R = 3.79), seagrass bed (R = 3.62) and reef flat (R = 1.41). Class of Echinoidea has found in all zones, Asteroidea and Holothuroidea not found on the reef flat zone while Ophiuroidea only found in the rubble and the coral reef zone.
Status Trofik Ikan yang Berasosiasi dengan Lamun (Seagrass) di Tanjung Luar Lombok Timur Abdul Syukur, Yusli Wardiatno Ismudi Muchsin2) dan Mohammad Mukhlis Kamal
Jurnal Biologi Tropis Jurnal Biologi Tropis. Vol.14 No. 2 Desember 2014
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.477 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v14i2.143

Abstract

ABSTRAKLamun di lingkungan laut berperan penting dalam proses pembentukan rantai makanandetritus dan herbivora. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status trofik ikanberdasarkan jenis makanan. Contoh ikan diambil pada lima lokasi padang lamun yaitu: GiliKere, Gili Maringkik, Kampung Baru, Lungkak dan Poton Bakau dengan menggunakan minipure seine. Analisis status trofik ikan dilakukan berdasarkan jenis makanan yang ditemukanpada isi lambung. Status trofik dikelompokkan dalam status trofik herbivora, carnivora,planktivora dan omnivora. Status trofik ikan yang ditemukan pada semua lokasi penelitiandidominasi oleh ikan dengan status trofik carnivora sebesar 58,62 %, status trofik herbivorasebesar 17, 64 %, status trofik planktivora 17,64 % dan status trofik omnivora 5,88 %. Ikanyang berasosiasi dengan lamun pada lokasi penelitian sebagian besar untuk mencari makan.Namun demikian jenis ikan dari famili Apogonidae dengan spesies Archamia goni dan familiMonacanthidae dengan spesies Plectorhinchus falvomaculatus menggunakan lamun tidakhanya sebagai tempat mencari makan tetapi juga sebagai tempat untuk memijah, tinggalmassa juvenil dan massa dewasa. Kesimpulan dari penelitian adalah status trofik ikan danbentuk asosiasi ikan dengan lamun sebagai indikator fungsi ekologi lamun yang sangat vitaluntuk ikan dapat survive.Kata Kunci: Lamun, Status Trofik Ikan dan Asosiasi Ikan dengan Lamun.ABSTRACTSeagrass in the marine environment plays an important role in the process of detritus foodchain and herbivores. This study aims to determine the trophic status of fish based on the typeof food. Fish were taken on the five locations seagrass beds: Gili Kere, Gili Maringkik,Kampung Baru, Lungkak dan Poton Bakau by using pure mini seine. Analysis of trophicstatus of fish is done based on the type of food that is found in the stomach contents. Trophicstatus are grouped into trophic status of herbivores, carnivores, omnivores and planktivora.Trophic status of fish found in all study sites are dominated by carnivorous fish with trophicstatus of 58.62%, herbivore trophic status of 17, 64%, trophic status planktivora 17.64% and5.88% omnivorous trophic status. Fish associated with seagrass research sites mostly forforaging. However, the type of fish of the family Apogonidae with Archamia goni and familyMonacanthidae with Plectorhinchus falvomaculatus use seagrass not only as a feeding sitesbut also as a place to spawning, mass live juvenile and adult the mass. The conclusion of the study is the trophic status of fish and fish form of association with seagrass as an indicator ofthe ecological functions that are vital for the fish to survive.Key Words: Seagrass, Trophic Status of Fish and Fish with Seagrass Association.
Kajian Struktur Ukuran Dan Parametr Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Ekosistem Mangrove Teluk Bintan, Kepulauan Riau M. Tahmid, Achmad Fahrudin dan Yusli Wardiatno
Jurnal Biologi Tropis Jurnal Biologi Tropis. Vol.15 no.2 Desember 2015
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.937 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v15i2.158

Abstract

ABSTRAKKepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu potensi komoditas perikanan skala kecilyang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kelimpahan populasi dipengaruhi oleh upaya penangkapan dankondisi ekosistem mangrove sebagai habitat utamanya. Produksi kepiting bakau di Teluk Bintanmenurun dan penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajiantentang biologi kepiting bakau di Teluk Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji statuspopulasi kepiting bakau yang meliputi struktur ukuran, parameter pertumbuhan dan laju mortalitasdan eksploitasi. Pengambilan data kepiting bakau dilakukan dengan pendekatan yaitu fisher-basedsurvey. Hasil penelitian menunjukkan ukuran kepiting bakau yang tertangkap mulai dari lebar karapas(CW) 64-172 mm, ukuran fase muda kepiting jantan yang tertangkap mencapai 46,62% dan betinamencapai 48,06%, keduanya hampir setengah dari tangkapan total, ini menunjukkan bahwa alattangkap yang digunakan belum selektif. CW∞ jantan mencapai 176,93 mm lebih tinggi dari kepitingbetina sebesar 169,58 mm, namun sebaliknya nilai koefesien K jantan (0,360) lebih kecil dari betina(0,390), sehingga pertumbuhan kepiting bakau betina lebih cepat dari jantan. Perkiraan angkakematian alami (M) jantan = 0,5566 dan kematian akibat penangkapan (F) jantan = 0,6434 sedangkanM betina = 0,59 dan F betina = 0,41. Laju eksploitasi (E) kepiting jantan mencapai 53,62%, ini dapatdikatakan telah terjadi lebih tangkap atau over eksploitasi.Kata kunci: Scylla serrata, parameter pertumbuhan, struktur ukuran, mangrove and Teluk BintanABSTRACTMud crab (Scylla serrata) is one of the potential of small-scale fishery commodities that havehigh economic value. The abundance of the population is affected by the fishing effort and conditionsmangrove ecosystem as its main habitat. Mud crab production in the Gulf of Bintan declined and thecause is not known with certainty. Therefore, it is necessary to study on the biology of mud crab in theGulf of Bintan. This study aims to assess the status of mangrove crab population that includes the sizestructure, parameters of growth and the rate of mortality and exploitation. Data retrieval is done witha mangrove crab fisher-based survey. The results showed that the size of mud crab caught fromcarapace width (CW) 64-172 mm, the size of the young phase male crabs caught females reached46.62% and reached 48.06%, both are almost half of the total catch, it indicates that fishing gearused is not selective. CW∞ males reach 176.93 mm higher than the female crabs of 169.58 mm, butinstead value koefesien K males (0.360) is smaller than females (0.390), so that the growth of femalemud crabs faster than males. Estimated natural mortality rates (M) male = 0.5566 and deaths fromarrest (F) male = 0.6434 while M females female F = 0.59 and = 0.41. The rate of exploitation (E)male crabs reached 53.62%, can be said to have occurred over fishing or over-exploitation.Keywords: Scylla serrata, growth parameters, structure size, mangrove and bay Bintan
Kajian Struktur Ukuran Dan Parametr Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Ekosistem Mangrove Teluk Bintan, Kepulauan Riau M. Tahmid, Achmad Fahrudin dan Yusli Wardiatno
Jurnal Biologi Tropis Jurnal Biologi Tropis. Vol.15 no.2 Desember 2015
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.21 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v15i2.192

Abstract

ABSTRAKKepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu potensi komoditas perikanan skala kecil yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kelimpahan populasi dipengaruhi oleh upaya penangkapan dan kondisi ekosistem mangrove sebagai habitat utamanya. Produksi kepiting bakau di Teluk Bintan menurun dan penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian tentang biologi kepiting bakau di Teluk Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status populasi kepiting bakau yang meliputi struktur ukuran, parameter pertumbuhan dan laju mortalitas dan eksploitasi. Pengambilan data kepiting bakau dilakukan dengan pendekatan yaitu fisher-based survey. Hasil penelitian menunjukkan ukuran kepiting bakau yang tertangkap mulai dari lebar karapas (CW) 64-172 mm, ukuran fase muda kepiting jantan yang tertangkap mencapai 46,62% dan betina mencapai 48,06%, keduanya hampir setengah dari tangkapan total, ini menunjukkan bahwa alat tangkap yang digunakan belum selektif. CW∞ jantan mencapai 176,93 mm lebih tinggi dari kepiting betina sebesar 169,58 mm, namun sebaliknya nilai koefesien K jantan (0,360) lebih kecil dari betina (0,390), sehingga pertumbuhan kepiting bakau betina lebih cepat dari jantan. Perkiraan angka kematian alami (M) jantan = 0,5566 dan kematian akibat penangkapan (F) jantan = 0,6434 sedangkan M betina = 0,59 dan F betina = 0,41. Laju eksploitasi (E) kepiting jantan mencapai 53,62%, ini dapat dikatakan telah terjadi lebih tangkap atau over eksploitasi. Kata kunci: Scylla serrata, parameter pertumbuhan, struktur ukuran, mangrove and Teluk Bintan ABSTRACTMud crab (Scylla serrata) is one of the potential of small-scale fishery commodities that have high economic value. The abundance of the population is affected by the fishing effort and conditions mangrove ecosystem as its main habitat. Mud crab production in the Gulf of Bintan declined and the cause is not known with certainty. Therefore, it is necessary to study on the biology of mud crab in the Gulf of Bintan. This study aims to assess the status of mangrove crab population that includes the size structure, parameters of growth and the rate of mortality and exploitation. Data retrieval is done with a mangrove crab fisher-based survey. The results showed that the size of mud crab caught from carapace width (CW) 64-172 mm, the size of the young phase male crabs caught females reached 46.62% and reached 48.06%, both are almost half of the total catch, it indicates that fishing gear used is not selective. CW∞ males reach 176.93 mm higher than the female crabs of 169.58 mm, but instead value koefesien K males (0.360) is smaller than females (0.390), so that the growth of female mud crabs faster than males. Estimated natural mortality rates (M) male = 0.5566 and deaths from arrest (F) male = 0.6434 while M females female F = 0.59 and = 0.41. The rate of exploitation (E) male crabs reached 53.62%, can be said to have occurred over fishing or over-exploitation. Keywords: Scylla serrata, growth parameters, structure size, mangrove and bay Bintan
Kerusakan Lamun (Seagrass) dan Rumusan Konservasinya di Tanjung Luar Lombok Timur Abdul Syukur,Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan M. Mukhlis kamal
Jurnal Biologi Tropis Jurnal Biologi Tropis vol.17 No.2 Desember 2017
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.655 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v17i2.549

Abstract

Abstraks Lamun memiliki fungsi yang cukup vital di lingkungan laut. Fungsi vital lamun adalah habitat biota laut, produktivitas primer, mengatur tingkat trofik serta regulasi gas untuk keseimbangan gas CO2 dan O2 di atmosfir melalui mekanisme fotosintesis.  Disisi lain laju kerusakan lamun terus terjadi dan sulit diprediksi akibat over-ekploitasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami implikasi ekologi dari over-ekploitasi terhadap degradasi biota yang bernilai ekonomi dan kerusakan akibat penggunaan alat yang tidak ramah lingkungan. Selanjutnya merumuskan indikator ekologi dari kedua parameter tersebut sebagai dasar konservasi  lamun. Metode pengambilan data melalui survei, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Survei untuk memahami karakter masyarakat yang dipilh sebagai responden dan observasi untuk penilaian jumlah biomassa lamun. Kuesioner untuk menilai kondisi biota yang bernilai ekonomi berdasarkan preperensi masyarakat dan dokumen adalah yang berkaitan dengan ikan hasil tangkapan nelayan, khususnya ikan baronang (Siganidae). Analisis data dilakukan secara diskriptif dan sintesis untuk merumuskan indikator ekologi sebagai dasar konservasi lamun. Hasil penelitian ini menunjukkan over-ekploitasi memiliki dampak yang cukup besar terhadap degradasi biota seperti ikan, moluska, kepiting, see-urchin dan tripang. Implikasi ekologinya dapat dilihat dari degradasi biota yang memiliki peran penting untuk menilai kualitas keanekaragaman hayati dan degradari populasi dari komponen penyususn tingkat trofik  yaitu pada level herbivora dari jenis Siganidae dan see-urchin. Selanjutnya nilai biomassa lamun yang hilang akibat penggunaan alat yang tidak ramah lingkungan. Dari parameter kerusakan lamun dan implikasi ekologi dari degradasi biota digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam rumusan konservasi lamun di lokasi studi.  Kata kunci: Over-ekploitasi, Kerusakan lamun dan Konservasi.
FLUKS GAS RUMAH KACA CO2, CH4 DAN N2O PADA LAHAN EKOSISTEM MANGROVE DI SUNGAI TALLO, MAKASSAR (Fluxes of greenhouse gases CO2, CH4 and N2O from mangrove soil in Tallo River, Makassar) Rahman Rahman; Yusli Wardiatno; Fredinan Yulianda; Hefni Effendi; Iman Rusmana
Jurnal Biologi Tropis Vol. 18 No. 2 (2018): Juli - Desember
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.688 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v18i2.755

Abstract

Studies on the fluxes of greenhouse gases in mangrove ecosystems especially during tides are relatively scarce. The research was conducted in Tallo River Makassar which is a mangrove ecosystem habitat. Gas sampling was done by utilising size 0,5x0,5x1 m3 chamber through a syringe during the tidal periods. Gas analysis was done using gas chromatography methods. The research shows that the flux of CO2 gasduring high tide was 204,84 mg m-2 hr-1 or 1,79 kg m-2 year-1  and 183,81 mg m-2 hr-1 or 1,61 kg m-2 year-1 during low tide, while the flux of CH4 gaswas 0,75 mg m-2 hr-1 or 0,007 kg m-2 year-1  during high tide and 0,62 mg m-2 hr-1 or 0,005 kg m-2 year-1 during low tide, and the flux of N2O gaswas 0,141 mg m-2 hr-1 or 0,0012 kg m-2 year-1  during high tide and 0,145 mg m-2 hr-1 or 0,0013 kg m-2 year-1  during low tide. Keywords : greenhouse gas flux, mangrove ecosystem, Tallo River
Co-Authors . Ahyar . Erwyansyah . Zairion Abd Saddam Mujib Abdul Hamid Abdul Hamid Abukena, Safrudin La Abukena, Safrudin La Achmad Fahrudin Achmad Fahrudin Achmad Fahrudin Achmad Fahrudin ACHMAD FARAJALLAH Achmad Selamet Aku Aditiyawan Ahmad Aditya Herry Emawan Adrian Damora Agus A Hakim Agus Alim Hakim Agus Priyono Agustinus M Samosir Ahmad Muhtadi Akhmad Solihin Akrom Muflih Ali Mahsar Ali Mashar Ali Sarong Aliati Iswantari Alpinina Yunitha Ananingtyas S Darmarini Ananingtyas S Darmarini Anggoro Prihutomo Anna Rejeki Simbolon Anna Rejeki Simbolon Arie Prabawa Ario Damar Asep Sahidin Asep Sahidin Athifah Nurulhafidzah Audra Ligafinza Audra Nur Ayu Annisa Kumalah Ayu, Inna Puspa Bambang Sumartono Beginer Subhan Belade, Jimmy Beni Beni Borbee, Erin Ceanturi, Ardan Charles Parningotan Haratua Simanjuntak Chikarista Irfangi Claritha Madonsa Dafit Ariyanto Dafiuddin Salim Daniel Djoko Setiyanto Daniel Djoko Setiyanto, Daniel Djoko DEDI SOEDHARMA Dedi Soedharma Dedy Eka Syaputra Dewi, Nina Nurmalia Dicky Rachmanzah Diding Sudira Efendi Dietriech Geoffrey Bengen Diini Fitriani Djamar Tumpal F. Lumbanbatu Dyah Muji Rahayu Endah Sri Rahayu Erin R Nurulhayati Estri Octora Farmelia Etty Riani F Farlina Fifi Widjaja Firman Ali Rahman Fitriana Nazar Fitriani, Diini Fitrina Nazar Forcep Rio Indaryanto Forcep Rio Indaryanto Fredinan Yulianda Frijona Fabiola Lokollo Gatot Yulianto Gelis, Ester R. E. Gilang Rusrita Aida Gladys Peuru Gunawan Pratama Yoga Hadi Supardi Hadi Suryanto Hamdani Rachman Handayani, Luluk D Harpasis S. Sanusi Hartoni . Hartoni ., Hartoni Hawis H Madduppa Hefni Effendi Hendrik Sombo Heriansyah Herman Yulianto Herry Purnomo Hestirianoto, Totok Hulopi, Mahriyana I Wayan Nurjana I Wayan Nurjaya IBNUL QAYIM Ida Bagus Jelantik Swasta Iman Rusmana Inka Destiana Sapitri Irianda, Nadya Jeny Irma Minarti Harahap Irza Arnita nur Isdradjad Setyobudiandi Isdradjad Setyobudiandi Isdradjad Setyobudiandi Isdradjad Setyobudiandi Isdradjat Setyobudiandi Ismudi Muchsin Ita Sualia Iya Purnama Sari Jeane Siswitasari Mulyana Jojok Sudarso Jojok Sudarso, Jojok Joko Santoso Kadarwan Soewardi Katarina Hesty Rombe Khouw, Abraham S Khouw, Abraham S Kintani, Novia Indah Lane, Christopher Luisa Febrina Amalo Luk luk Il Maknuun Luky Adrianto Luluk Dwi Wulan Handayani Lusi Lastria Lusita Meilana Lydia Safriyani Marpaung M Mukhlis Kamal M Zainuri M. Tahmid Made Ayu Pratiwi Majariana Krisanti Makoto Tsuchiya Mardiansyah Mardiansyah, Mardiansyah Marfian Dwidima Putra Martin Ali Iqbal Maulid Wahid Yusuf Mennofatria Boer Mintje Wawo Mintje Wawo Mohammad Mukhlis Kamal Muhamad Radifa Muhamad Suhaemi Syawal Muhammad Aly Muhammad Eidman Muhammad Nur Arkham Muhammad Rifqi MUNTI YUHANA Naila K Aini NAILA KHURIL AINI Nandy Kosmaryandi Nefi Islamiati Neviaty P Zamani NEVIATY PUTRI ZAMANI Niken T.M Pratiwi, Niken T.M Niken Tunjung Murti Pratiwi Noar Muda Satyawan Nurhaya Afifah Nuri Aslami Nurlisa Alias Butet Peter Funch Poppy Yulianti Putri, Vinna Windy Qadar Hasani Rachmad Caesario Rahadiati, Ati Rahman Rahman Rahmat Kurnia Raimundus Nggajo Raimundus Nggajo Rani Nuraisah Refa Riskiana Richardus F. Kaswadji Risa Tiuria Riska Febriana Rudi Alek Wahyudin Rudi Alek Wahyudin Sambas Basuni Sani, L. Mukhsin Iqbal Setyo Handayani Setyo Handayani Shelly Tutupoho Sigid Hariyadi Siti Anindita Farhani Soewardi, Kadarwan Sugeng, Santoso Sutaman, Sutaman Sutrisno, Dewayany Syarviddint Alustco Taryono Taryono Kodiran Taslim Arifin Tri Partono Tri Prartono Tridoyo Kusumastanto Tyas Dita Pramesthy Vella Nurazizah Djalil Wahyu Muzammil Widayati, Kanthi Woro Anggraitoningsih Woro Anggraitoningsih, Woro Yoga, Gunawan Pratama Yona A. Lewerissa Yonvitner - Yoyok Sudarso Yudi Wahyudin Yuni Puji Hastuti Yunita Magrima Anzani Yuyun Qonita Yuyun Sri Wahyuni ZETH PARINDING Zeth Parinding Zuhri, Muhammad Isnan Zulfikar ,