Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Gorga : Jurnal Seni Rupa

ORNAMEN MASJID ASASI SIGANDO KOTA PADANGPANJANG Mirda Aryadi; Asril S; Febri Yulika
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 1 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i1.17902

Abstract

AbstrakMasjid Asasi Sigando menerapkan ornamen sebagai salah satu bagian dari bangunannya. Fungsi secara umum dari penempatan ornamen pada masjid Asasi sebagai penghias, hal ini juga berlaku pada bangunan yang khas Minangkabau lainnya. Penempatan ornamen pada masjid ini, hampir terdapat pada seluruh dinding luar. Ornamen yang diterapkan pada bagian dinding masjid seperti singok, pereang, papan banyak, papan sakapieng, dan salangko. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berifat deskriptif. Ornamen Masjid Asasi memiliki keindahan dari segi motif yang belum dikaji secara keilmuan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara obervasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil tentang ornamen Masjid Asasi bahwa ide penciptaan motif ornamen berlandaskan pada bentuk alam seperti, tumbuhan, hewan, alam benda dan manusia. Selain itu penempatan masing-masing motif juga disusun pada bagian masjid yang memiliki nama tertentu.Kata Kunci: masjid asasi, ornamen, motif.AbstractAsasi Sigando Mosque uses ornaments as one part of the building. The general function of the placement of ornaments on the Asasi mosque as decoration, this also applies to other typical Minangkabau buildings. Placement of ornaments on this mosque, almost found on the entire outer wall. Ornaments applied to the walls of the mosque such as singok, pereang, papan banyak, papan sakapieng, and salangko. This research uses descriptive qualitative research methods. Asasi Mosque ornaments have beauty in terms of motifs that have not been studied scientifically. Data collection is carried out by means of observation, interviews, documentation and literature study. The result of Asasi Mosque ornaments is that the idea of creating ornamental motifs is based on natural forms such as plants, animals, natural objects and humans. In addition, the placement of each motif is also arranged on the part of the mosque that has a certain name. Keywords: asasi mosque, ornaments, motifs.
PENCIPTAAN KRIYA TEKSTIL TENGKULUK BATIK KUMBUAH Apriliana Apriliana; Ahmad Akmal; Febri Yulika
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.27420

Abstract

Tengkuluk serves as a head covering for women or bundo kanduang in Minangkabau, especially in the Payakumbuh area of Luhak Limopuluah city. The idea of creating a textile craft using a written batik technique with the title Tengkuluk Batik Kumbuah, which is based on the tengkuluk bundo kanduang located in the Payakumbuh area of Luhak limopuluah city. Tengkuluk in Payakumbuh its use is adjusted to the circumstances and age of the wearer, such as baralek, death, mando'a and so on. The creation of this tengkuluk is based on the personal expression of the artist which emphasizes the creativity of the craftsman by adding additional shapes to the tengkuluk and creating a tengkuluk with a batik pattern that was created by himself based on the kumbuah plant which is the early history of the creation of the name Payakumbuh. The design in the creation of this work through two concepts, namely, tengkuluk as objects that have cultural values and batik motifs that are decorative. This work aims to create a work with batik nuances in the form of an aesthetic headgear and contains the meaning of the value of bundo kanduang in Minangkabau. The creation method used is a three-step six-step method including the exploration or data collection stage, the design stage, namely creating alternative sketches, the selected design and the embodiment stage, namely through the process of forming a work of art, using an aesthetic approach, which can be raised through aspects of form, content and content. , and the expression of emotions. The works created are seven tengkuluk using written batik techniques with napthol and remazol coloring, each work is entitled, nan gadang basa batuah, basipek, maanjuang high, puti, tanduak barumbai, omeh silver and barendo batiak.  Keywords: tengkuluk, batik, tumbuah, pattern. AbstrakTengkuluk berfungsi sebagai penutup kepala bagi kaum perempuan atau bundo kanduang di Minangkabau  khususnya di daerah Payakumbuh, Luhak Limopuluah kota. Ide penciptaan karya kriya tekstil menggunakan teknik batik tulis dengan judul Tengkuluk Batik Kumbuah, yang dilatarbelakangi oleh tengkuluk bundo kanduang yang terdapat di daerah Payakumbuh Luhak Limopuluah  Kota. Tengkuluk di Payakumbuh penggunaannya disesuaikan dengan keadaan dan usia pemakainya, seperti baralek, kematian, mando’a dan sebagainya. Penciptaan tengkuluk ini berdasarkan ekspresi personal pengkarya yang lebih menekankan pada kreatifitas pengkarya dengan memberikan penambahan bentuk pada tengkuluk dan menciptakan tengkuluk dengan pola motif batik yang diciptakan sendiri berdasarkan tanaman kumbuah yang merupakan sejarah awal dari terciptanya nama kota Payakumbuh. Rancangan dalam penciptaan karya ini melalui dua konsep yaitu, tengkuluk sebagai benda yang memiliki nilai budaya dan motif batik yang bersifat sebagai penghias. Karya ini bertujuan untuk menciptakan karya dengan nuansa batik dalam bentuk penutup kepala yang estetik dan mengandung makna nilai bundo kanduang di Minangkabau.Metode penciptaan yang dilakukan yaitu metode tiga tahap enam langkah diantaranya, tahap eksplorasi atau pengumpulan data, tahap perancangan yaitu menciptakan sketsa alternatif, desain terpilih dan tahap perwujudan yaitu melalui proses pembentukan karya seni, menggunakan pendekatan estetik, yang dapat dimunculkan melalui aspek bentuk, kandungan isi, dan ungkapan emosi. Karya yang diciptakan yaitu tujuh tengkuluk menggunakan teknik batik tulis dengan pewarnaan napthol dan remazol, masing-masing karya berjudul, nan gadang basa batuah, basipek, maanjuang tinggi, puti, tanduak barumbai, omeh perak dan barendo batiak.   Kata Kunci: tengkuluk, batik, kumbuah, motif. Authors:Apriliana : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAhmad Akmal : Institut Seni Indonesia PadangpanjangFebri Yulika : Institut Seni Indonesia PadangpanjangReferences:Akmal, Ahmad. (2013). Ekspresi Bentuk Simbolik Seni Ritual Makan Bajamba. Padang Panjang: Institut Seni Indonesia Padang Panjang.Hakimy, Idrus. (1978). Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang, dan Pidato Alua Pasambahan Adat di Minangkabau. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Apriliana. (2021). “Kriya dalam Konsep Modern”. Hasil Dokumentas Pribadi: 20 Juni 2021, Payakumbuh.Hendriyana, Husen. (2018). Metodologi Penelitian Penciptaan Karya Seni Kriya dan Desain Produk Non Manufaktur. Bandung: Sunan Ambu Press Bandung.Ibrahim, Anwar. Et al. (1986). Pakaian Adat Tradisional Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Padang: Badan Kebudayaan Daerah Sumatera Barat.Kartika, Dharsono Sony. (2016). Kreasi Artistik Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Surakarta: LPBKN Citra Sains.Walker, John A. (2010). Desain, Sejarah, Budaya: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
ESTETIKA ORNAMEN RUMOH ACEH LUBUK SUKON KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR Indra Maulana; Ahmad Akmal; Febri Yulika
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2018): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v7i2.11067

Abstract

AbstrakRumoh Aceh merupakan rumah tradisional milik masyarakat Aceh. Saat ini rumoh Aceh masih dijaga dan dirawat oleh masyarakat Aceh di Desa Lubuk Sukon Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Pada tahun 2012 Lubuk Sukon ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh untuk dijadikan sebagai objek wisata budaya. Rumoh Aceh merupakan rumah panggung dan dihiasi oleh berbagai ukiran ornamen yang mempunyai makna filosofi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan di analisis menggunakan pendekatan teori estetika dan teori motif untuk melihat keindahan bentuk dan pemaknaan ornamen rumoh Aceh. Ornamen yang terdapat pada rumoh Aceh merupakan ornamen hasil representasi dari bentuk flora terdiri dari bentuk motif bungong mawo, motif pucoek rebong, motif pucok labu, dan motif oen ranub. Bentuk fauna terdiri dari motif ayam. Bentuk kaligrafi terdiri dari motif tulisan Allah dan Laa Ilaha Illallah. Bentuk alam terdiri dari motif awan, motif bulan dan motif bintang. Bentuk alam benda terdiri motif kupiah meuketop, motif rante dan motif lungkandet serta motif geometris. Motif-motif tersebut memiliki makna filosofis sebagai kearifan lokal dari nilai budaya Aceh dalam mengatur kehidupan sosial masyarakat.           Kata Kunci: estetika, ornamen, rumoh Aceh AbstractRumoh Aceh is a traditional house belongs to the people of Aceh. The current house is still maintained and cared for by the people of Aceh in the village of Lubuk Sukon Sub District Ingin Jaya Regency Aceh Besar. In the year 2012 Lubuk Sukon established as a Village by the cultural and Tourism Office of Aceh to serve as the cultural attractions. Rumoh Aceh is the home stage and decorated by various carved ornaments that have a meaning of philosophy. This study uses qualitative methods and analysis using the approach in the theory of aesthetics and theory of a motifs to see the beauty of the shape and definition of ornament rumoh Aceh. Ornament in the house It is the result of the representation of the form of the ornament flora consist of bungong mawo motif, pucoek rebong motif, pucok labu motif, and oen ranub motif. The form of fauna consists of a chicken motif. The forms of calligraphy consisting of motif writing Allah and Laa Ilaha Illallah. The form of naturals form consists of cloud motif, the motif of the Moon and stars motif. The forms natural objects composed kupiah meuketop motif, rante motif and lungkandet motif as well as geometric motif. These motifs have philosophical meaning as the local wisdom of Aceh cultural values in governs social life of society.   Keywords: aesthetica, ornament, rumoh Aceh
TUMBUHAN YANG ADA DI AL-QURAN SEBAGAI EKSPRESI DALAM SENI RELIEF KAYU Ardi Rahmad; Ahmad Akmal; Febri Yulika
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.34235

Abstract

Al-Quran is the holy book of Muslims, some of its verses explain stories related to plants. The Qur'an mentions plants as a parable to reveal a truth and describe the physical form and its benefits for human life. The diversity of plants in the Qur'an has wisdom and purpose for human life, such as some of the stories written in the Qur'an, some are sworn in by Allah, some are used as parables, some are used as a source of life for humans. This relief artwork uses the concept of reinterpretation by changing the plant phenomena in the Al-Quran into creative stimuli, namely wood relief art such as Tin, Olive and Pumpkin. In general, relief can be defined as a 2D artwork of art created by sculpting the part of the medium that will be removed to create the desired shape. The purpose of the creation of this relief artwork is to express the literacy of Al-Quran verses about plants into wood relief art to bring out the wisdom and phenomena of plants in the Al-Quran. The creation of plant reliefs in the Al-Quran uses the Eksperimen, Contemplation, Formation and Manifestation methods. The artwork created presents a form that is related to the story and its existence in the Al-Quran so as to provide information related to the plants in the Al-Quran with aesthetic value and visual epistemology. Expressions that present information and plant phenomena in the Qur'an can be enjoyed visually, including three artworks of wood relief art with carving techniques entitled Yaqtin, Middle and At-Tiin.Keywords: plants, Al-Quran, expressions, wood relief. AbstrakPenciptaan relief tumbuhan yang ada di dalam Al-Quran terinspirasi dari penyebutan dan fenomena tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya. Kisah tentang tumbuhan yang dituangkan dalam bentuk karya relief kayu sangat jarang ditemukan. Karya seni relief ini menggunakan konsep reinterpretasi dengan cara mengubah fenomena tentang tumbuhan yang menjadi rangsang cipta karya seni yaitu seni relief kayu seperti tumbuhan tin, zaitun, dan labu. Secara umum relief dapat diartikan sebagai karya seni dua dimensi (2D) yang diciptakan dengan teknik memahat. Tujuan penciptaan karya relief ini adalah mengekspresikan ayat Al-Quran tentang tumbuhan menjadi seni relief kayu untuk memunculkan hikmah dan fenomena tumbuhan yang ada di dalam Al-Quran. Penciptaan relief tumbuhan yang ada di dalam Al-Quran menggunakan metode eksperimen, perenungan, pembentukan, dan perwujudan. Karya yang diciptakan menghadirkan bentuk yang berhubungan dengan kisah dan keberadaannya di dalam Al-Quran sehingga memberikan informasi yang berhubungan dengan tumbuhan yang ada di dalam Al-Quran dengan nilai estetik dan epistemologi visual. Ekspresi yang menghadirkan informasi dan fenomena tumbuhan yang ada di dalam Al-Quran dapat dinikmati secara visual di antaranya adalah tiga buah karya seni relief kayu dengan teknik ukir yang berjudul Yaqtin, Pertengahan dan At-Tin.Kata Kunci: tumbuhan, Al-Quran, ekspresi, relief kayu. Authors: Ardi Rahmad: Institut Seni Indonesia PadangpanjangAhmad Akmal: Institut Seni Indonesia PadangpanjangFebri Yulika : Institut Seni Indonesia PadangpanjangReferences: Al-Qur’an dan terjemahannya. (2008). Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro.Amrullah, Abdul, Malik, Karim. (1983). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Gema Insani.Junaidi, Deni. (2017). Estetika, Jalinan Subjek Objek dan Nilai. Yogyakarta. ArtCiv.Kartika, Dharsono Sony. (2016). Kreasi Artistik. Karanganyar. Surakarta: UNS.Sahman, H. (1992). Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.Salam, Sofyan. (2020). Pengetahuan Dasar Seni Rupa. . Makassar: Badan Penerbit UNM.Susanto, M. (2002). Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius.
Co-Authors A Admiral Abdul Majid Abdul Majid Abdul Majid Abdul Majid, Abdul Majid Adrias Adrias Agung Eko Budi Waspada Ahmad Akmal Amalia, Nazhifah Anak Agung Istri Agung Citrawati Andri Maijar Apriliana Apriliana Aprisia, Siska Ardi Rahmad Arianto, Tomi Asril Asril Azhari Akmal Tarigan Benny Ridwan Benny Ridwan Dewi, Susi Fitria Dharsono Dharsono Dharsono Sony Kartika Edi Satria Ediwar Ediwar Elisabeth, Noprita Endrizal Erlina Pantja Sulistijaningtijas Ermagusti Ermagusti Febrian Martha Frastica, Yuliana Garaika Hakim, Atthoriq Chairul Hanefi Hanefi Hanefi Hanefi Hanefi, Hanefi Haq, Chairul Hasnah Anita Putri, Hasnah Anita Putri Ibnu Sina ikhsan, Dipo Ikhwanuddin Harahap Ilham, Muhamad Indra Maulana Intan Tursina Iswandi Syahputra Iswandi Syahputra Ivo Ramadhani Jelly Jelly Kartika, Dharsono Sony Masta, Putri Khairina Mauladi, Muhammad Farhan Mirda Aryadi Miswar, Vanesha Muhammad Ilham MULYADI Mulyadi Mulyadi Mutia Kahanna Nofi Rahmanita Nofialdi Nofialdi Nofialdi, Nofialdi Nurhayati Nurhayati Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Nursyirwan Panjaitan, Sri Wahyuni Putra, Diki Pratama Rahmatika, Safara Fitri Rahmawati, Mila Rahmi Rahmi Rahmi, Hijratur Reza Sastra Wijaya Rosta Minawati Sakti, Reza Ginandha Selvi Kasman Septriani, Septriani Siregar, Fatahuddin Aziz Siregar, Fatahuddin Aziz Siska Aprisia Sri Wahyuni Susas Rita Loravianti Syafwandi Syafwandi Taufik Akbar Twidi Ramadhani Ulfa Putrinilam Sari Waspada, Agung Eko Budi Widia Fithri Wijaya, Reza Sastra Wirdanengsih, Wirdanengsih Wisnu Prastawa Yetty Oktayanty Yulimarni Yulimarni