Claim Missing Document
Check
Articles

Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Tidak Bunting di Sentra Pembibitan Sapi Bali Sobangan, Badung, Bali Purwitasari, Made Santi; Widyastuti, Sri Kayati; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (6) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.6.870

Abstract

Glukosa merupakan monosakarida yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak oleh sapi bali untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan tubuh, pertumbuhan fetus, pertumbuhan jaringan tubuh dan produksi susu. Rendahnya glukosa darah dapat menyebabkan penurunan produktivitas sapi bali terutama sapi bali betina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan ternak sapi bali dengan cara menghitung kadar glukosa darah sapi bali betina tidak bunting di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan sampel darah 12 ekor sapi bali betina tidak bunting dengan umur di atas dua tahun dan secara klinis sehat. Sampel darah diambil melalui vena jugularis menggunakan venoject berukuran 21G. Darah diambil dua kali yaitu sebelum pemberian pakan (0 jam) dan 2 jam setelah pemberian pakan. Sampel darah diperiksa menggunakan glukometer Nesco Multicheck 3 in 1 (glukosa, asam urat, dan kolestrol). Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar glukosa darah yang sangat berbeda antara sapi bali tidak bunting pada waktu sebelum pemberian pakan (0 jam) yaitu 43,11 ± 2.98 mg/dL dan pada 2 jam setelah pemberian pakan yaitu 66,44 ± 2.87 mg/dL.
Laporan Kasus: Rhinitis Kronis pada Anjing Persilangan Shih tzu Pratiwi, Rizki; Antara, Made Suma; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (2) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.2.267

Abstract

Rhinitis merupakan radang selaput lendir hidung oleh proses inflamasi mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi maupun bukan dari reaksi alergi. Studi kasus bertujuan untuk mengetahui teknik diagnosis dan terapi yang tepat untuk kasus rhinitis. Pemeriksaan dilakukan terhadap seekor anjing peliharaan di Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Anjing datang dengan keluhan bersin-bersin, ditemukan adanya leleran dari hidung dan mata, dan epistaksis yang telah terjadi selama dua bulan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya leleran mukopurulen dari hidung, leleran mukopurulen dari mata, frekuensi pernapasan meningkat hingga 68 kali/menit. Pemeriksaan penunjang dengan sinar Rontgen dilakukan untuk meneguhkan di bagian mana terjadi gangguan pada sistem respirasi anjing yaitu dengan hasil sistem respirasi anjing terlihat normal tanpa ada gangguan. Pada pemeriksaan hematologi ditemukan bahwa anjing kasus mengalami limfositosis (60%) dan monositosis (17%). Terapi yang diberikan yaitu antibiotik cefixime untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi sekunder bakteri dengan dosis terapi 5-12,5 mg/kg BB dengan jumlah yang diberikan sebanyak 0,5 kapsul dua kali sehari, hemostatik lokal epinephrine untuk menghentikan epistaksis, antiinflamasi berupa meloxicam tablet untuk mengobati peradangan lokal yang terjadi pada hidung dengan dosis terapi 0,2 mg/kg BB dengan jumlah permberian sebanyak 0,25 tablet per oral satu kali sehari, serta tetes mata chloramphenicol untuk mengobati leleran mata/ocular discharge. Hasil pengobatan selama tujuh hari meunjukkan bahwa terapi yang diberikan membantu mengurangi gejala penyakit yaitu tidak adanya leleran yang keluar dari mata dan hidung, tidak terjadi epistaksis, dan frekuensi pernapasan kembali normal.
Laporan Kasus: Keberhasilan Memulihkan Demodekosis General pada Anjing Pomeranian Betina dalam Tempo Satu Bulan Hasanah, Putri Nur; Soma, I Gede; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (3) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.3.504

Abstract

Anjing berumur ±3 tahun, ras Pomeranian berjenis kelamin betina dengan gejala klinis eritema pada bagian wajah, ekor, dan bagian kaki, multifokal alopesia, crusta, hiperkeratosis pada bagian wajah dan ekor, dan hiperpigmentasi pada seluruh bagian kulit sehingga kulit terlihat menghitam. Anjing tidak terlalu sering menggaruk dan tercium bau tengik. Pada pemeriksaan deep skin scraping, trichogram dan skin tape ditemukan tungau Demodex sp. Isolasi dan identifikasi jamur dilakukan dengan hasil negatif. Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan anjing kasus mengalami anemia mikrositik hiperkromik dan neutrofilia. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang, anjing kasus didiagnosis menderita demodekosis general. Pengobatan dilakukan dengan pemberian amitraz, ivermectin, dipenhydramin HCl, fish oil, dan Vi-sorbits selama empat minggu. Pada minggu keempat setelah pengobatan menunjukkan adanya perbaikan dengan sudah tidak ditemukannya lesi pada kulit dan rambut tumbuh dengan baik sehingga rambut tampak sehat dan bertambah lebat.
Laporan Kasus: Menangani Penyakit Ginjal Kronis pada Anjing Peranakan Pomeranian Pradnyani, Gusti Ayu Putu Indira; Widiastuti, Sri Kayati; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (3) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.3.517

Abstract

Chronic kidney disease (CKD) is a progressive and irreversible disorder of kidney function. A Pomeranian Mix dog named Kitty, 10 years old, has a female sex examined at the Sunset Vet Bali Animal Clinic.The case dog has a history of heart problems and liver disorders. The case dog returns to the clinic suspected of having kidney problems. The case dog had polyuria, vomiting, anorexia, diarrhea and lethargy. The case dog also lost weight every month. On physical examination, the Body Condition Score (BCS) was 5/9, breath rate 60x / minute, heart rate 150x / minute (tachycardia), auscultation of a heart sound murmurs. Routine haematological examination showed the case dog had polycythemia and had erythrocyte morphological abnormalities, namely a low MCV value (microcytic). On serum biochemical examination, there was an increase in BUN, creatinine, phosphate, globulin levels and decreased levels of calcium and sodium. In the urine specific gravity examination, the results obtained were 1,015 and the SDMA test obtained result 15 ?g / dL. Therapy with diet, fluid therapy, maropitant, furosemide, ipakitine powder, enalapril and calcium gluconate. Evaluation on the 5th day of inpatient and treatment of case dogs showed a better condition, based on several clinical signs observed, namely the absence of vomiting, stable breathing patterns, the case dog began to be responsive and there was no diarrhea. On the 10th day, several parameters of blood biochemical serum including examination of BUN levels which decreased from the initial examination, while the levels of creatinine, phosphate and calcium were in the normal range.
Laporan Kasus: Cystolithiasis Disertai Hematuria pada Kucing Kampung Jantan Nirhayu, Nirhayu; Sibang, I Nengah Anom Adi Nugraha; Erawan, I Gusti Made Krisna; Widyastuti, Sri Kayati
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (3) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.3.532

Abstract

Cystolithiasis merupakan keadaan ditemukan urolith/kalkuli di dalam vesika urinaria. Masalah tersebut umum dan sering terjadi pada kucing. Seekor kucing lokal jantan berumur satu tahun dengan bobot badan 4,6 kg diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan disuria dan hematuria. Pemeriksaan ultrasonografi ditemukan adanya bentukan pasir pada vesika urinaria. Pemeriksaan sedimentasi urin menunjukkan adanya kristal struvit. Kucing didiagnosis menderita cystolithiasis akibat struvit. Hewan kasus ditangani dengan cara pemberian kombinasi cefotaxim (20 mg/kg BB, q12h, selama tujuh hari), dexametasone (0,1 mg/kg BB, q12h, selama tujuh hari), dan kapsul kejibeling dengan kandungan sericocalycis folium 100 mg, sonchi folium 125 mg, orthosiphonis folium 125 mg (satu kapsul, q24h, selama tujuh hari). Setelah pengobatan selama tujuh hari, urinasi menjadi lancar, tidak adanya indikasi rasa sakit saat urinasi dan tidak adanya hematuria.
Laporan Kasus : Gingivostomatitis dan Infeksi Parasite Otodectes Cynotis pada Kucing Lokal Anggung Praing, Umbu Yabu; Soma, I Gede; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (3) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.3.478

Abstract

Feline chronic gingivostomatitis (FCGS) is a painful inflamation in the oral cavity of cats. The case study is a male local cat, named Haru. Haru is 4 years old cat, weight 5.5 kg, with yellow and white hair. The owner came to a veterinary clinic, report that Haru had a decreased appetite for eating and drinking, and one week before the cat had vomited food when he was given dry feed and had difficulty in chewing food. The owner also saw his cat was scratching the ear area, in the cat's mouth area, the hypersalivation started to appear mixed with blood from one week earlier and gradually became more pronounced, and there was a black crust around the cat's mouth that was visible from the previous one week. The cat is one of the 19 cats kept by the owner. On clinical examination of cat's oral cavity, it was observed that there was inflammation of the gums starting from the cranial to the caudal part. Severe inflammation was seen of the caudal oral mucosa. Inflammation occurs bilaterally. Besides, ulceration was clearly visible, redness, swelling and feeling discomfort when the oral cavity is opened. The cat was diagnosed gingivostomatitis with a fausta prognosis. Dry dark brown substance was found in the inner part of the ears. Under the microscope, the dark brown substance contained Otodectus cynotis. Treatment for gingivostomatitisis carried out by administering dexamethasone 0,91 mg/KgBB given one a day for five days, cefotaxime 60 mg/KgBB given twicw a day for seven days, infusion of RL for seven days, and multivitamins hematodine 0,2 ml/KgBB once day for three days. After one - week treatment, Haru gradually recovered. Eardrops containing pyrethrine was used to treat Otodectus cynotis infestation. On examination of earwax after a week, Otodectus cynotis was not found. The treatmen was given only symptomatic relief but not the agent causing the infection so that the case recurs seven days after the treatment, so it is recommended to do tooth extraction or scalling. Key words: Local cat; feline chronic gingivostomatitis; oral cavity; Otodectes cynotis.
Laporan Kasus: Skabiosis Akibat Infeksi Tungau Sarcoptes scabiei pada Anjing Kampung Purwaka Putra, Putu Adi Guna; Soma, I Gede; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (4) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.4.633

Abstract

Skabiosis adalah penyakit kulit menular, bersifat zoonosis yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Anjing lokal berumur tujuh tahun dengan bobot 8 kg mengalami masalah kulit berupa alopesia, kerak, penebalan dan pelipatan kulit di seluruh badan. Hasil pemeriksaan kerokan kulitnya dengan metode pemeriksaan kerokan kulit ditemukan tungau Sarcoptes scabiei. Anjing tersebut didiagnosis menderita skabiosis. Terapi kausatif diberikan dengan cara menginjeksikan ivermectin dengan dosis 300 mcg/kg BB secara subkutan (SC) dan untuk terapi simptomatisnya digunakan difenhidramin. Ivermectin diberikan satu kali dalam satu minggu selama empat minggu. Difenhidramin diberikan untuk mengurangi rasa gatal, pengobatan topikal dengan lime sulfur. Selain itu pengobatan topikal lainnya adalah dengan pemberian permethrin 5% untuk membantu kerja ivermectin.
Laporan Kasus: Ringbone pada Kuda Warmblood Sembiring, Messy Saputri; Widyastuti, Sri Kayati; Erawan, I Gusti Made Krisna; Rukisti, Eniza; Dumayanti, Jeanni
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (5) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.5.771

Abstract

Ringbone adalah pertumbuhan tulang abnormal yang terdapat pada os. phalanx proximal, os. phalanx media dan os. phalanx distal. Penyakit ini dapat menimbulkan ketimpangan, rasa sakit dan pembengkakan disekitar tulang phalanx. Hewan kasus adalah seekor kuda Warmblood bernama Wulinda, berumur 12 tahun, berjenis kelamin betina dan berwarna dark bay. Hewan kasus mengalami gangguan sistem muskuloskeletal berupa ketimpangan dan rasa nyeri pada kaki depan kiri. Pada pemeriksaan klinis ditemukan kelainan berupa krepitasi dan respon sakit pada area phalanx kaki depan kiri. Pemeriksaan hematologi lengkap menunjukkan leukopenia, anemia normositik hipokromik, penurunan prokalsitonin dan penurunan aktivitas trombosit, sedangkan pemeriksaan kimia darah terkait pertulangan menunjukkan hasil normal. Pada pemeriksaan rontgen ditemukan pertumbuhan tulang abnormal pada os. phalanx proximal dan os. phalanx media. Kuda kasus didiagnosa mengalami ringbone. Pengobatan dilakukan dengan zoledronic acid, gentamicin, dexamethasone, meloxicam, Hematodin®, Biodin®, Curcuma Plus® dan hydrotherapy. Sebulan setelah pengobatan, kuda kasus sembuh dari ketimpangan, sikap berdiri kembali normal dan kuda kembali dapat ditunggangi dengan baik.
Laporan Kasus: Penanganan Demodekosis General pada Anjing Kacang Sibarani, Oktryna Hodesi; Suartha, I Nyoman; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (5) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.5.794

Abstract

Demodekosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh perkembangbiakan tungau Demodex sp. secara berlebihan. Demodekosis diklasifikasikan berdasarkan distribusi lesi yaitu demodekosis lokal dan demodekosis general/umum. Demodekosis terjadi pada hewan yang mengalami penurunan sistem imun, hewan tua, dan anak anjing yang berumur kurang dari satu tahun. Seekor anjing lokal berumur satu tahun dengan bobot badan 5,6 kg datang ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keadaan anjing tidak mau makan, lemas, dan kerontokan rambut pada wajah, sekitar mata, telinga, bagian punggung, serta pada bagian ekstremitas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan pustula pada bagian kaki belakang dan perut. Anjing menunjukkan rasa gatal. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan hewan kasus mengalami anemia dan peningkatan limfosit. Diagnosis demodekosis diteguhkan berdasarkan pemeriksaan kerokan yang dalam pada kulit ataudeep skin scraping ditemukan tungau Demodex sp. Prognosis anjing kasus adalah fausta. Anjing kasus diterapi dengan ivermectin (0,4 mg/kg BB) dan amitraz. Anjing kasus juga diobati dengan cefalexin (22 mg/kg BB, q12h) dan cyproheptadine HCl (1.5 mg/kg BB, dua kali seminggu) selama seminggu.
Laporan Kasus: Dermatofitosis oleh Microsporum spp., dan Curvularia spp., pada Anjing Pomeranian Kurniawati, Ni Made Ayu; Erawan, I Gusti Made Krisna; Soma, I Gede
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (5) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.5.804

Abstract

Dermatofitosis merupakan infeksi jamur yang sering disebabkan oleh Microsporum canis, M. gypseum, dan Trichophyton mentagrophytes. Anjing dalam kasus ini merupakan anjing ras pomeranian jantan berusia lima tahun dengan bobot badan 6 kg. Anjing kasus menderita lesi kemerahan pada permukaan kulit, yang kemudian menjadi keropeng dan menyebar ke beberapa bagian tubuh secara multifokal. Anjing kasus sempat dibawa ke dokter hewan untuk pengobatan, namun lesi semakin parah dan obat sebelumnya tidak dapat dinilai. Pemeriksaan penunjang berupa tape skin test dilakukan untuk melihat agen penyebab penyakit. Sampel diambil dari lesi yang ada dipermukaan kulit, dan rambut hewan. Kapang Microsporum spp. dan Curvularia spp. ditemukan pada pemeriksaan tape skin test. Anjing diberikan pengobatan antijamur berupa itraconazole (5 mg/kg, q 24 jam) selama 28 hari dan cephalexin (15 mg/kg, q 12 jam) selama tujuh hari. Pengamatan pascaterapi menunjukkan keadaan hewan kasus kembali normal dengan pertumbuhan rambut yang bagus.
Co-Authors Achoiro Wati Rasid Aditya Pratanto Aida Lousie Tenden Rompis Amir, Kiki Lestari Anak Agung Ayu Mirah Adi Anak Agung Sagung Istri Pradnyantari Anak Agung Sagung Kendran Anggung Praing, Umbu Yabu arsa, kadek adya Bambang Sumiarto baskaradwaja, i gede mardawa Bravanasta Glory Rahmadyasti Utomo Burhan, Haris Calista, Ruli Mauludina Djaya Putri Coornelia, Gledys Denny Widaya Lukman Deva Mutiara Giri Putri Dewi, I Dewa Ayu Dian Sasmita Dhika, I Gede Abijana Satya Diana Mustikawati Distira, Luh Ayu Yasendra Duarsa, Bima Satya Agung Dumayanti, Jeanni DWI SURYANTO Ekklesia Prasetya Emy Sapta Budiari Erika Erika Evi Marieti Hutagalung Gede Herdian Permana Putra Hasanah, Putri Nur I Gede Soma I Gusti Agung Ayu Suartini I Gusti Agung Gede Putra Pemayun I Gusti Ngurah Kade Mahardika I Gusti Ngurah Sudisma I Ketut Suada I Made Kardena I Made Kerta Pratama I Made Sukada I MADE SUMA ANTARA I NYOMAN MANTIK ASTAWA I Nyoman Suarsana I Nyoman Suartha I Putu Cahyadi Putra, I Putu Cahyadi I Putu Gede Yudhi Arjentinia I Wayan Batan I Wayan Puspa Ari Laxmi I Wayan Suardana I Wayan Suardana I Wayan Wirata I.H. Utama I.W. Batan Ida Ayu Pasti Apsari Ida Bagus Komang Ardana Ida Bagus Ngurah Swacita Ida Bagus Oka Winaya Ida Tjahajati Iwan Harjono Utama Iwan Haryono Utama Jamhari Jamhari Kadek Karang Agustina Ketut Berata Komang Andika Purnama Kristiawan, Vicky Kurniawati, Ni Made Ayu Lopes, Yoseph Adedoni Tola Luh Dewi Anggreni Luh Made Sudimartini M.D. Rudyanto Madania, Reydanisa Noor Made Suma Anthara Mesquita, Nelviana Mochammad Imron Awalludin Ni Luh Eka Setiasih Nirhayu, Nirhayu Nurmayani, Seli Permatasari, Serly Nur Indah Pradnyani, Gusti Ayu Putu Indira Pratiwi, Rizki Purwaka Putra, Putu Adi Guna Purwitasari, Made Santi Puspaeni, Ni Ketut Juni Putu Ayu Sisyawati Putriningsih Putu Ayu Sisyawati Putriningsih Putu Devi Jayanti Puveanthan Nagappan Govendan Qutrotu ain, Salsabila Raden Wisnu Nurcahyo Rukisti, Eniza Sembiring, Messy Saputri Senja, Naomi Orima Sibang, I Nengah Anom Adi Nugraha Sibarani, Oktryna Hodesi Slamet Raharjo Sri Kayati Widiastuti, Sri Kayati Sri Kayati Widyastuti Steven Dwi Purbantoro Sugiyarto - T. Sari Nindia Takariyanti, Dzikri Nurma'rifah Tyas Pandieka Yoga Wiadnyani, Kadek Ayu Widya Asmara Widyanti, Agnes Indah Wisnu Nurcahyo Yedija Putra Kusuma Wardana Rumbay Yoshihiro Hayashi Zefanya Christiani