Claim Missing Document
Check
Articles

Laporan Kasus: Pembesaran Jantung pada Anjing Beagle Jantan Disertai dengan Asites Wahyuningsih, Sri; Batan, I Wayan; Erawan, I Gusti Made Krisna; Putra, I Putu Cahyadi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (6) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.6.936

Abstract

Asites merupakan penumpukan cairan yang berlebihan pada cavum abdomen. Seekor anjing ras beagle bernama Buddy, umur 1 tahun 8 bulan, jenis kelamin jantan, bobot 13,2 kg dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana pada tanggal 9 Oktober 2020 dengan keluhan abdomen membesar sejak dua hari sebelumnya, lesu, nafsu makan menurun. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan anjing kasus terlihat lesu, saat berjalan terlihat terengah-engah, abdomen membesar, mukosa mulut pucat, capillary refill time (CRT) lebih dari 2 detik. Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah pemeriksaan radiografi yang menunjukkan adanya penumpukan cairan pada rongga abdomen dan di luar peritoneum, jantung berbentuk bulat dan terlihat radiopaq, apex jantung tidak terlihat dan pemeriksaan Complete Blood Count (CBC) menunjukkan anjing kasus mengalami anemia mikrositik, hiperkromik, limfositosis, dan penurunan jumlah granulosit. Anjing didiagnosis mengalami asites yang dicurigai berkaitan dengan gangguan pada jantung. Pengobatan yang diberikan pada anjing kasus yaitu antibiotik yang mengandung amoxicilin dan clavunamate potassium (dosis 13,75 mg/kgBB) dua kali sehari selama tujuh hari, furosemide (dosis 0,5 mg/kgBB) dua kali sehari selama tujuh hari, dan digoxin (0,011 mg/kgBB) satu kali sehari selama delapan hari. Setelah 11 hari perawatan anjing kasus sudah sangat membaik, tidak menunjukkan gejala sebelumnya seperti abdomen yang membesar, lesu dan nafsu makan yang menurun. Pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan fungsi hati dan EKG, disarankan untuk mengetahui penyebab asites anjing kasus secara pasti.
Laporan Kasus: Penanganan Batu Kantung Kemih (Cystolithiasis) pada Anjing Peking dengan Flushing, Pemberian Kejibeling, Asam Tolfenamat dan Ciprofloxacin Madania, Reydanisa Noor; Suartha, I Nyoman; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (5) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.5.783

Abstract

Urolithiasis merupakan pembentukan kalkuli atau urolith akibat saturasi kristal di dalam saluran perkencingan. Urolith yang spesifik berada pada vesica urinaria disebut cystolithiasis. Anjing Ras Peking jantan berumur 3 tahun 2 bulan dengan berat badan 7,1 kg datang dan diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan kesakitan saat urinasi dan urin berwarna kemerahan. Pemeriksaan klinis menunjukkan pemeriksaan pada sistem kelamin dan perkencingan dalam kondisi abnormal yaitu pada saat diinspeksi anjing mengalami kesakitan saat urinasi dan saat abdomen dipalpasi terasa tegang dan adanya respon nyeri. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya bentukan pasir dan peradangan pada dinding vesica urinaria. Pada pemeriksaan sedimentasi urin menunjukkan adanya kristal struvit. Anjing kasus didiagnosa menderita cystolithiasis dengan prognosa fausta. Hewan kasus ditangani dengan pemasangan kateter dan pemberian kombinasi kejibeling (satu kapsul, PO q12h, selama tujuh hari), asam tolfenamat dengan dosis pemberian 4 mg/kg BB (sekali sehari) selama 7 hari subkutan dan ciprofloxacin dengan dosis pemberian 8 mg/kg BB (sekali sehari) selama 7 hari peroral. Selama terapi hewan diberi pakan khusus urinari. Setelah terapi selama tujuh hari, kondisi hewan mengalami perubahan yang ditandai dengan urinasi lancar tanpa hematuria dan hasil ultrasonografi menunjukkan sudah tidak adanya gambaran bentukan pasir dan peradangan.
Laporan Kasus: Penyakit Pernapasan Menular (Kennel Cough) pada Anjing Kampung Lopes, Yoseph Adedoni Tola; Widyastuti, Sri Kayati; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 11 (2) 2022
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2022.11.2.292

Abstract

Penyakit pernapasan menular (Kennel cough) atau canine infectious respiratory disease akibat infeksi virus maupun bakteri dapat menyebabkan reaksi batuk. Faktor predisposisi terjadinya kennel cough pada anjing yaitu spesies, umur, jenis kelamin, musim, kepadatan anjing pada kennel, dan status vaksinasi. Anjing kasus belum pernah divaksinasi dan dipelihara dengan cara dibiarkan lepas Anjing kampung berumur 10 bulan dengan jenis kelamin betina menunjukkan gejala klinis berupa gangguan pernapasan seperti batuk, bersin, leleran pada mata dan hidung, serta demam. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium (X-ray, hematologi rutin, test kit distemper) anjing kasus didiagnosis menderita penyakit pernapasan menular atau canine infectious respiratory disease (kennel cough) dengan prognosis fausta. Pemberian terapi dilakukan selama lima hari dengan prednison 1 mg/kg BB, aminopilin 9 mg/kg BB, suplemen Sangobion® 1x1 tablet, dan doksisiklin 8 mg/kg BB. Terapi tersebut memberikan hasil yang baik. Anjing kasus menunjukkan tanda kesembuhan setelah pengobatan.
Produksi Antibodi Anti-Dirofilaria immitis Untuk Pengembangan Diagnosis Dirofilariasis Pada Anjing I Gusti Made Krisna Erawan; Ida Tjahajati; Wisnu Nurcahyo; Widya Asmara
Buletin Veteriner Udayana Vol. 8 No. 2 Agustus 2016
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.612 KB)

Abstract

Dirofilaria immitis (D. immitis) as a causative agent of heartworm disease is not only caused problems in animals but also zoonoses. For diagnosis of dirofilariasis (disease caused by D. immitis) serologically is needed anti-D. immitis antibodies. The objective of this study was to produce antibodies against excretory-secretory antigens produced by male and female worms for developing the diagnosis of dirofilariasis based on the antigens detection. Base on this study can be concluded that male excretory-secretory antigens (MES), female excretory-secretory antigens (FES), and MES+FES can stimulate BALB/c mouse to produce polyclonal antibodies in the same pattern. Antibodies have been produced at day 21 and the peak titter was at day 35 after first immunization.
Laporan Kasus: Konjungtivitis pada Anjing Pug Gede Herdian Permana Putra; I Nyoman Suartha; I Gusti Made Krisna Erawan
Buletin Veteriner Udayana Vol. 14 No. 1 February 2022
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.029 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i01.p06

Abstract

Conjunctivitis is inflammation of the conjunctiva. The case of a dog named Ve is the breed Pug dogs 10 months of age, having an eye disorder. Ve has conjunctivitis in the eye of the dexter and sinister part. Ve was reported to have conjunctivitis at 3 months of age. Based on the results of the physical examination of the red eye mucosa, in the eyes sinister the eyeball is not visible (atrophy), which is accompanied by mucopurulent exudate discharge, the part eye dexter eyes looks cloudy, accompanied by mucopurulent exudate and hyperpigmentation of the skin due to Demodex sp. Based on identification and examination, conjunctivitis suffered Ve is caused by trauma accompanied by secondary bacterial infection. From the results of routine hematology examination, it shows lymphocytosis, eosinophilia and thrombocytopenia. Eye therapy was given in the form of Erlamycetin® eye ointment antibiotics and Calvidog® vitamin, while the skin was given dipenhidramine HCl injection and invermectin injection.
SOSIALISASI PENYAKIT ZOONOSIS ESCHERICHIA COLI O157:H7 SERTA PELAYANAN KESEHATAN SAPI DI DUSUN LAMPU DESA CATUR KINTAMANI BANGLI I W. Suardana; I.B.N. Swacita; I.N. Suartha; I G.N. Sudisma; M.D. Rudyanto; I.G.M. Krisna Erawan; I.N. Suarsana; I.W. Batan; P.A. Sisyawati Putriningsih; T. Sari Nindia; A.L.T. Rompis; I.N. Mantik Astawa; K. Karang Agustina; I.H. Utama; I.G.A. Suartini; I.M. Sukada; I.K. Suada; A.A.A. Mirah Adi
Buletin Udayana Mengabdi Vol 16 No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.738 KB)

Abstract

Ternak sapi yang menderita diare berpeluang besar untuk ditemukan adanya agen zoonosis E. coli O157:H7 mengingat sapi sebagai reservoir utama dari agen tersebut.Transmisi penularan strain bakteri ini ke manusia umumnya terjadi melalui konsumsi daging yang kurang dimasak, produk susu yang tidak dipasteurisasi, air yang terkontaminasi feses. Dusun Lampu sebagai salah satu Dusun di Desa Catur merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan ternak khususnya sapi sehingga menjadikan program pelayanan kesehatan di wilayah tersebut sangat potensial untuk dilakukan. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi penyakit zoonosis E. coli O157:H7 serta pelayanan kesehatan ternak sapi di Dusun ini, memperlihatkan respon positif yang dicirikan dengan cukup banyaknya jumlah ternak yang memperoleh pelayanan yaitu sejumlah 65 ekor sapi dari 35 petani ternak. Jenis pelayanan yang dilakukan meliputi tindakan spraying atau pemberian butox terhadap semua ternak sapi yaitu 65 ekor (100%), disusul dengan pemberian vitamin pada 52 ekor (80%), pemberian obat cacing sebanyak 39 ekor (60%), serta pemberian delladryl pada 1 ekor sapi (1,5%). Hasil ini mengindikasikan bahwa program pengabdian yang dilakukan cukup efektif dapat menyentuh kebutuhan dasar petani ternak, sehingga benar-benar dapat dirasakan manfaatnya.
Analisis Faktor Risiko Penyakit Distemper pada Anjing di Denpasar I Gusti Made Krisna Erawan; I Nyoman Suartha; Emy Sapta Budiari; Diana Mustikawati; I Wayan Batan
Jurnal Veteriner Vol 10 No 3 (2009)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.542 KB)

Abstract

A study was conducted to identify the risk factors of canine distemper in Denpasar, Bali. Risk factorsfor canine distemper were characterized using hospital records of private veterinary practitioners. Thisstudy showed that there was no difference in the susceptibility to canine distemper virus infection betweenmales and females. The occurrence of canine distemper disease is not significantly affected by the season.The risk of canine distemper disease for young dogs, between 0 and 1 year was 4.95-fold increase ascompared the risk of disease for dogs that were older than 1 year (Oods-Ratio: 4.95). Incomplete vaccinationwas associated with a 3.77-fold increase in the risk of canine distemper (Oods-Ratio: 3.77).
Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Virus Parvo pada Anjing di Denpasar I Nyoman Suartha; Diana Mustikawati; I Gusti Made Krisna Erawan; Sri Kayati Widyastuti
Jurnal Veteriner Vol 12, No 3 (2011)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.754 KB)

Abstract

The prevalence and risk factors of canine parvovirus disease in Denpasar were determined using datacollected from private veterinary practioners between 2004-2007. The risk factors observed including :dogs breed, age, sex, vaccination status, season, humidity, and temperature. Diagnosis of parvovirusinfection was done based on clinical signs, confirmed laboratory test and/or rapid test using parvoviruskit. The prevalence of canine parvovirus infection was 3.26% during 2004-2007. It appeared that incompletevaccination would increased the risk of the infection by 10.15 fold (OR 10.15). In addition the risk ofparvovirus infection would increased by 3.09 fold (OR 3.09) when dogs in 0-3 months old in comparison totheese age > 3months. There were not difference in susceptibelity to the infection between male andfemale dogs. Similarly, the occurence of canine parvovirus infection is not significantly affected by season,temperature, and humidity. Whilst the dog breed such as the Rottweiler, Pomeranian, Minipincher, andChihuahua were susceptible to the infection compared to other breed.
Gambaran Histopatologi Kulit Anjing Penderita Dermatitis (HISTOPATHOLOGICAL FEATURES OF DOG’S SKIN WITH DERMATITIS) Komang Andika Purnama; Ida Bagus Oka Winaya; Anak Agung Ayu Mirah Adi; I Gusti Made Krisna Erawan; I Made Kardena; I Nyoman Suartha
Jurnal Veteriner Vol 20 No 4 (2019)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.116 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2019.20.4.486

Abstract

Complex dermatitis is a disorder of the skin caused by the combination of several agents such as fungi, ectoparasites, bacteria, and metabolic diseases with combined clinical symptoms of primary lesions and secondary lesions. This study aims to determine the histopathology of dog skin with complex dermatitis. There were 15 samples of dogs with complex dermatitis, skin biopsy and histopathology. The results showed that the incidence of complex dermatitis in young dogs was 60%, long-haired 67%, male sex 73%, and domestic race 73%. Macroscopic examination found a change in hyperkeratosis. Microscopically observed that infiltration of polymorphonuclear cells, monomorphonuclear cells and macrofag from moderate to severe in the dermis. In hair follicles and epidermis occured akantosis, and keratin proliferation. There were segment fragments from infectious agents such as Demodex canis, Sarcoptes scabiei, and yeast from Malasezia sp. Other changes were observed in the presence of hydrophic degeneration, necrosis, and ulcers. Dogs suffering from complex dermatitis have chronic infections with more than one infectious agent. Disabilities based on histopathological observation of dogs with complex dermatitis with moderate severity of 33%, and severe 67%.
Prevalensi dan Faktor Risiko Infeksi Dirofilaria immitis pada Anjing yang Dipotong di Daerah Istimewa Yogyakarta (PREVALENCE AND RISK FACTOR OF THE DIROFILARIA IMMITIS INFECTION IN DOGS SLAUGHTERED IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) I G. Made Krisna Erawan; Ida Tjahajati; Wisnu Nurcahyo; Widya Asmara
Jurnal Veteriner Vol 18 No 4 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.758 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.4.541

Abstract

The aim of this study was to determine the prevalence and risk factors Dirofilariaimmitis (D. immitis) infection in dogs slaughtered in Yogyakarta. A total of 151 dogs that were slaughtered from May – November 2013 were examined their heart in order to determine the presence of D. immitis infection. Blood samples were tested using Modified Knott’s Technique for microfilariae examination. The results showed that based on the heart and blood examination the prevalence of D. immitis infection was 14.6 % and 7.9 %, respectively. The risk factors for D. immitis infection were the age and origin of the dog.
Co-Authors Achoiro Wati Rasid Aditya Pratanto Aida Lousie Tenden Rompis Amir, Kiki Lestari Anak Agung Ayu Mirah Adi Anak Agung Sagung Istri Pradnyantari Anak Agung Sagung Kendran Anggung Praing, Umbu Yabu arsa, kadek adya Bambang Sumiarto baskaradwaja, i gede mardawa Bravanasta Glory Rahmadyasti Utomo Burhan, Haris Calista, Ruli Mauludina Djaya Putri Coornelia, Gledys Denny Widaya Lukman Deva Mutiara Giri Putri Dewi, I Dewa Ayu Dian Sasmita Dhika, I Gede Abijana Satya Diana Mustikawati Distira, Luh Ayu Yasendra Duarsa, Bima Satya Agung Dumayanti, Jeanni DWI SURYANTO Ekklesia Prasetya Emy Sapta Budiari Erika Erika Evi Marieti Hutagalung Gede Herdian Permana Putra Hasanah, Putri Nur I Gede Soma I Gusti Agung Ayu Suartini I Gusti Agung Gede Putra Pemayun I Gusti Ngurah Kade Mahardika I Gusti Ngurah Sudisma I Ketut Suada I Made Kardena I Made Kerta Pratama I Made Sukada I MADE SUMA ANTARA I NYOMAN MANTIK ASTAWA I Nyoman Suarsana I Nyoman Suartha I Putu Cahyadi Putra, I Putu Cahyadi I Putu Gede Yudhi Arjentinia I Wayan Batan I Wayan Puspa Ari Laxmi I Wayan Suardana I Wayan Suardana I Wayan Wirata I.H. Utama I.W. Batan Ida Ayu Pasti Apsari Ida Bagus Komang Ardana Ida Bagus Ngurah Swacita Ida Bagus Oka Winaya Ida Tjahajati Iwan Harjono Utama Iwan Haryono Utama Jamhari Jamhari Kadek Karang Agustina Ketut Berata Komang Andika Purnama Kristiawan, Vicky Kurniawati, Ni Made Ayu Lopes, Yoseph Adedoni Tola Luh Dewi Anggreni Luh Made Sudimartini M.D. Rudyanto Madania, Reydanisa Noor Made Suma Anthara Mesquita, Nelviana Mochammad Imron Awalludin Ni Luh Eka Setiasih Nirhayu, Nirhayu Nurmayani, Seli Permatasari, Serly Nur Indah Pradnyani, Gusti Ayu Putu Indira Pratiwi, Rizki Purwaka Putra, Putu Adi Guna Purwitasari, Made Santi Puspaeni, Ni Ketut Juni Putu Ayu Sisyawati Putriningsih Putu Ayu Sisyawati Putriningsih Putu Devi Jayanti Puveanthan Nagappan Govendan Qutrotu ain, Salsabila Raden Wisnu Nurcahyo Rukisti, Eniza Sembiring, Messy Saputri Senja, Naomi Orima Sibang, I Nengah Anom Adi Nugraha Sibarani, Oktryna Hodesi Slamet Raharjo Sri Kayati Widiastuti, Sri Kayati Sri Kayati Widyastuti Steven Dwi Purbantoro Sugiyarto - T. Sari Nindia Takariyanti, Dzikri Nurma'rifah Tyas Pandieka Yoga Wiadnyani, Kadek Ayu Widya Asmara Widyanti, Agnes Indah Wisnu Nurcahyo Yedija Putra Kusuma Wardana Rumbay Yoshihiro Hayashi Zefanya Christiani