Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : JURNAL PENDIDIKAN TAMBUSAI

Manajemen Rantai Pasok dan Kelembagaan pada Komoditas Cabai sebagai Upaya Penanggulangan Inflasi di Kabupaten Bungo Rusnaini, Sasmita; Elsyra, Nova; Poiran, Poiran; Albadry, Syah Amin
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dari 37 provinsi di Indonesia, Jambi mencatat inflasi yang paling tinggi, yakni mencapai 8,55 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi melaporkan ada dua daerah yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi nasional. Keduanya ialah Kota Jambi dan Kabupaten Bungo. Inflasi terjadi karena masalah ketersediaan barang kebutuhan dan harganya di pasaran yang sedang naik. Fakta pembentuk inflasi yang mempengaruhi tingkat inflasi di Kabupaten Bungo diantaranya penyumbang yang terbesar dari makanan itu ialah cabai. Permasalahan pokok dalam pengembangan agribisnis cabai adalah belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar, khususnya untuk tujuan pasar modern (supermarket/hypermarket), dan industri pengolahan, konsumen institusi (hotel, restoran, rumah sakit. Permasalahan tersebut salah satunya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antar pelaku agribisnis. Hal ini menyebabkan struktur kelembagaan agribisnis komoditas cabai menjadi rapuh dan keterkaitan manajemen rantai pasok menjadi lemah. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi struktur rantai pasok komoditas cabai di Kabupaten Bungo; 2) menganalisis kelembagaan petani cabai di Kabupaten Bungo; 3) merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas cabai di Kabupaten Bungo dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Terdapat enam struktur rantai pasok dalam pendistribusian cabai di Kabupaten Bungo Rantai pasok yang paling dominan digunakan adalah struktur rantai 3 yang terdiri dari petani, pengumpul, dan pasar induk; (2) Sektor utama dalam kelembagaan terdiri dari public sector, voluntary sector, dan private sector. Pelaku yang terlibat dalam public sector adalah Dinas TPH, Agroklinik Hortikultura, dan STA. Pelaku yang terlibat dalam voluntary sector adalah Kelompok tani/ Gapoktan dan Koperasi, sedangkan pelaku yang terlibat dalam private sector adalah lembaga keuangan formal, lembaga keuangan informal, pemasok saprodi, industri pengolahan, dan pasar; (3) Analisis SWOT menghasilkan 15 alternatif strategi yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan daya saing komoditas cabai di Kabupaten Bungo
Pengaruh Perilaku Keuangan dan Financial Management terhadap Financial Sustainability pada Generasi Z dan Millenial di Kabupaten Bungo Albadry, Syah Amin; Pratiwi, Widya; Rusnaini, Sasmita
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Literasi keuangan erat kaitannya dengan pengelolaan keuangan, dan semakin tinggi tingkat literasi keuangan, semakin baik pula keterampilan pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan pribadi merupakan penerapan konsep pengelolaan keuangan pada tingkat individu. Manajemen keuangan (Financial Management), termasuk perencanaan, pengelolaan dan pengelolaan kegiatan keuangan, sangat penting untuk mencapai kemakmuran finansial sehingga dapat berkelanjutan. Gen Z adalah generasi yang lahir antara akhir dekade 1990 hingga 2010. Sedangkan Generasi millennial dilahirkan pada tahun 2000. Usia mereka saat ini berkisar 11-28 tahun, dengan status berkisar dari pelajar SMP hingga pekerja muda. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif serta analisis jalur dengan tiga variabel dan dengan responden sebanyak 100 orang. Diperoleh nilai Perilaku Keuangan (X) thitung sebesar 5.801. Selanjutnya menentukan tTabel. Tabel distribusi t dicari pada a/2 = 0,05 = 0.025 dengan derajat bebas N-k-1 yaitu 100 – 2 – 1 = 97, maka diperoleh tTabel 1.985. Karena thitung lebih besar daripada ttabel yaitu 5.801 > 1.985 dan nilai signifikansi (Sig.) 0.000 < 0.05, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Perilaku Keuangan terhadap Financial Sustainbility. Diperoleh nilai variabel Financial Management (Y) thitung sebesar 6.299. Selanjutnya menentukan tTabel. Tabel distribusi t dicari pada a/2 = 0,05 = 0.025 dengan derajat bebas N-k-1 yaitu 100 – 2 – 1 = 97, maka diperoleh tTabel 1.985. Karena thitung lebih besar daripada ttabel yaitu 6.299 > 1.985 dan nilai signifikansi (Sig.) 0.000 < 0.05, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Financial Management terhadap Financial Sustainbility.Diperoleh nilai variabel Financial Management (Y) thitung sebesar 6.299. Selanjutnya menentukan tTabel. Tabel distribusi t dicari pada a/2 = 0,05 = 0.025 dengan derajat bebas N-k-1 yaitu 100 – 2 – 1 = 97, maka diperoleh tTabel 1.985. Karena thitung lebih besar daripada ttabel yaitu 6.299 > 1.985 dan nilai signifikansi (Sig.) 0.000 < 0.05, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Financial Management terhadap Financial Sustainbility.