Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Lembaga Independen Negara dalam Ketatanegaraan Indonesia Irma Mangar; Muhammad Rosyid Ridho
Definisi: Jurnal Agama dan Sosial Humaniora Vol 1, No 2 (2022): Definisi: Jurnal Agama dan Sosial Humaniora
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1557/djash.v1i2.18040

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang lembaga independen negara dalam ketatanegaraan di Indonesia. Dalam artikel ini membahas tentang konsep lembaga independen negara, kedudukan lembaga independen negara dalam ketatanegaraan Indonesia, serta kewenangan efektivitas lembaga negara dalam menjalankan fungsi tugas dan wewenang. Tujuan penulisan artikel ini yaitu agar mengenal maksud dari adanya kelembagaan independen di indonesia sudah efektif dan efisien dalam menjalankan wewenangnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis merupakan metode dalam penelitian ini dan pendekatanya menggunakan pendekatan yuridis normatif. Kesimpulan dari artikel ini yaitu banyaknya lembaga independen negara tersebut berakibat pada tumpang tindih sehingga hubungan antar lembaga negara serta konflik yang tidak dapat dihindarkan. penguatan lembaga-lembaga tersebut lewat peraturan perundangan untuk mempunyai jaminan hukum yang kuat serta dapat menjalankan fungsi check and balances, Meminimalisir kewenangan DPR dalam memilih pempinan lembaga independen, Pemberian Kewenangan Yang bersifat mandiri, Penegasan Ketentuan non partisan. Solusi tersebut dimaksudkan agar lembaga independen negara dapat berjalan sesuai dengan prinsip independen.
The Legal Dynamics of Aru Fisherman in Improving Catch Welfare and Competition with Vessels from Outside Maluku Irma Mangar; Asri Elies Alamanda; Hanin Alya’ Labibah
Journal of Development Research Vol. 7 No. 1 (2023): Volume 7, Number 1, May 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28926/jdr.v7i1.306

Abstract

The identification of transnational crimes is crucial not only because of the increasing cases of illegal fishing in Indonesia, which involve legal issues from other countries and call for effective law enforcement. concentrate on the welfare of catches produced by local Aru Islands fishermen. The descriptive analysis method is the research methodology used. By using a normative legal approach, data collection strategies use literature studies and documentary studies while the type of research used is qualitative research with primary and secondary data sources. The findings of this study are throughout 2017 until now the government has made efforts as much as possible on the fate of marine and local fishermen in the people of the Aru Islands district, seeing that all policies regarding the regulation of regional maritime boundaries no longer include the authority of the regional government but the duties and responsibilities of the Provincial Government.
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR DESA PANEMON, KECAMATAN SUGIHWARAS, KABUPATEN BOJONEGORO Irma Mangar; Selviana Nur A; ⁠Okta Bella Wahyu Satrya L; Allichia Errika Safitri; Rista Puput Meira Anggraeni; Dianafa Sasita A
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 3 (2024): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v7i3.1076-1080

Abstract

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah inisiatif untuk mendukung siswa dalam mengadopsi perilaku yang akan memungkinkan mereka untuk berlatih PHBS di kelas dan secara aktif berkontribusi pada realisasi pengaturan pendidikan yang positif untuk diri mereka sendiri, instruktur mereka, dan masyarakat. metode pendekatannya ialah dengan demonstrasi Perilaku hidup sehat, juga strategi pendidikan kesehatan berupa penyuluhan bagi gerakan PHBS di sekolah akan mampu menjalankan strategi pleno (all-encompassing), khususnya dalam membangun perilaku baru, khususnya PHBS di sekolah yang dilakukan di desa panemon kecamatan sugihwaras kabupaten bojonegoro. kegiatan ini dilaksanakan secara Bersama-sama dengan total seluruh anggota yang mengikuti kegiatan sebanyak 18 mahasiswa. Hasilnya dengan adanya kegiatan ini sehingga membawa perubahan karakter terhadap lingkungan yang bersih dan sehat seperti pada lingkungan sekolah dasar desa panemon, kecamatan sugihwaras, kabupaten bojonegoro Siswa betul-betul memahami bahwa Pendidikan tidak hanya penting untuk Pendidikan akademi tetapi juga untuk kehidupan sehari-hari, kemudian adanya kegiatan sosialisasi PHBS ini Siswa memahami bagaimana lingkungan agar tetap bersih dan sehat.   
PERJANJIAN POLA KEMITRAAN DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT Asri Elies Alamanda; Irma Mangar; Lailatul Mutmainah; Nurul Fajriyah
Jurnal Hukum Mimbar Justitia Vol 9, No 2 (2023): Published 30 Desember 2023
Publisher : Universitas Suryakancana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35194/jhmj.v9i2.3663

Abstract

One effort to increase the productivity of oil palm plants is to carry out a replanting program. In implementing the oil palm plant rejuvenation program, most of the planters come from low-educated communities who lack knowledge regarding what and how partnership patterns are. It is the government's authority to regulate cooperative relations between plantation companies and farmers. This collaboration is carried out considering that planters may not be capable enough to work on rejuvenating their oil palm plantations, whereas if oil palm trees that are over 20-25 years old are not rejuvenated, they will no longer be productive and will produce little fruit. This collaboration is carried out by plantation companies as the core and plasma farmers/planters. In implementing this replanting program, there are several models of partnership patterns, one of which is the Intiplasm partnership pattern which is the most popular in implementing this program. The method used in this research is Normative Juridical with the research approach used is qualitative by examining statutory documents and comparing them with conditions in the field. The research results showed that the implementation of Minister of Agriculture Decree Number 940/KPTS/OT.210/10/97 concerning Guidelines for Agricultural Business Partnerships in the Implementation of Oil Palm Plant Rejuvenation has been carried out well, as evidenced by the existence of several regions in Indonesia that have successfully and completed following replanting using the intiplasma partnership pattern. This type of partnership pattern in implementing replanting is very important, because it can help people who do not have funds to continue participating in the replanting program. Then the form of legal protection obtained by farmers if a dispute occurs is through mediation and efforts to resolve disputes outside of court. Then, if no bright spot is found, the problem can then be resolved in court with all the consequences. Keywords: Palm Oil; Rejuvenation; Partnership Pattern.
Legal Implications of Artificial Intelligence (AI) as a Legal Subject on Intellectual Property Rights Rahma Fatmawati; Irma Mangar
Journal of Development Research Vol. 8 No. 1 (2024): Volume 8, Number 1, May 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28926/jdr.v8i1.361

Abstract

The purpose of the study is to find out that AI is a form rather than a legal subject and provides legal certainty for each user, as well as the extent of the legality of the use of AI in creating an scientific work with conceptual and challenges to AI regulation in Indonesia. Artificial Intelligence is a computer system designed to perform tasks that are usually performed by humans and that require human intelligence. many assume that this AI is an artificial robot. this happens because of the many animations in a film or story on television, social media or written media that illustrate that this AI is an artificial robot that is described as resembling a human. this study uses legal research with a normative approach method, with the problem of whether AI can be said to be a legal subject on intellectual property rights and if AI is able to create a product or work whether the creation can be said to be a right to ownership. this is in line with research on the era of artificial intelligence and the impact on human dignity in ethical studies that ethically examine the problem of AI in discovery with humans as developers, users, and objects in this day and age, especially the impact on human dignity. of course, it is a comparative material in conducting research, in this case this article focuses on the position and subject of law on artificial intelligence.
Fungsi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Dalam Upaya Pelayanan Prima Kepolisian Kepada Masyarakat (Studi Di Polsek Kalitidu Polres Bojonegoro) Firman Subangun; Irma Mangar
JUSTITIABLE - Jurnal Hukum Vol. 6 No. 1 (2023): JUSTITIABLE -Jurnal Hukum
Publisher : Universitas Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56071/justitiable.v6i1.673

Abstract

Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) merupakan ujung tombak Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melayani masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realisasi Undang – undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia terkait penyediaan pelayanan Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Serta kendala dan hambatan dalam realisasi penyediaan fasilitas pelayanan kepolisian tersebut. Penelitian ini merupakan penilitian normatif empiris yang menggunakan pendekatan per undang – undangan. Sumber data yaang digunakan adalah data primer dan data sekunder serta analisa data menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Hasil penilitian dapat disimpulakan bahwa bentuk undang – undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia telah dilaksanakan oleh Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polsek Kalitidu Polres Bojonegoro. Terdapat beberapa hambatan dalam penyediaan pelayanan kepolisian tersebut, Namun dalam penyediaan pelayanan kepolisian tersebut secepat mungkin kendala tersebut dapat diatasi.
PERTIMBANGAN HUKUM JAKSA SEBAGAI PENYIDIK DALAM MENETAPKAN STATUS SAKSI MENJADI TERSANGKA DAN PENANGGUHAN PENAHANAN PADA KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI DI WILAYAH HUKUM KEJAKSAAN NEGERI BOJONEGORO Irma Mangar, Viorina Tasya Dwi Fahira Fahmawati,
JUSTITIABLE - Jurnal Hukum Vol. 6 No. 2 (2024): JUSTITIABLE - Jurnal Hukum
Publisher : Universitas Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56071/justitiable.v6i2.848

Abstract

Saksi adalah bagian utama pada rangkaian pemeriksaan dari awal hingga akhir perkara pidana. Informasi saksi selalu dipergunakan guna mendapatkan petunjuk bagi penyidik pada proses investigasi. Oleh karenanya kedudukan penting saksi seringkali disalah gunakan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab dengan menjadikan status saksi sebagai alibi suatu tindak pidana. Banyak ketidakjujuran yang diperbuat oleh oknum pelaku kejahatan guna melindungi status saksinya supaya tidak meningkat statusnya menjadi tersangka. Kebijakan dan pertimbangan penyidik sangat diperlukan dalam pengalihan status saksi menjadi tersangka. Selain mempertimbangkan dalam hal pengalihan status dari saksi menjadi tersangka, pertimbangan jaksa penyidik juga dibutuhkan dalam upaya penangguhan penahanan. Pada Pasal 31 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) “Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum atau hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat mengadakan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan syarat yang ditentukan”. Penetapan tersangka tidak melulu berasal dari saksi yang dialihkan menjadi tersangka, seperti halnya kasus pidana umum dimana tersangka langsung diperoleh setelah beberapa kali pemeriksaan tanpa dijadikan saksi terlebih dahulu. Seseorang ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan bukti permulaan yang didapat dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian. Pasal 66 (1) Perkap No. 12/2009: “Status sebagai tersangka hanya dapat ditetapkan oleh penyidik kepada sesorang setelah hasil penyidikan yang dilaksanakan memperoleh bukti permulaan yang cukup yaitu paling sedikit 2 (dua) jenis alat bukti”.
Tanah Ulayat Adat Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Mangar, Irma -; Ridho, Muhammad Rosyid
El-Dusturie Vol 1 No 1 (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/eldusturie.v1i1.4176

Abstract

Tanah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hal ini telah berlaku turun temurun dalam sejarah peradaban mereka. Berkaitan dengan hal itu, kepemilikan maupun penguasaan terhadapnya menjadi persoalan yang penting. Tulisan ini mencoba untuk  mengelaborasi status dan kedudukan tanah ulayat adat dalam perspektif hukum positif di Indonesia maupun hukum islam. Melalui metode library research dengan pendekatan studi komparatif antara kedua bentuk hukum tersebut, dapat dideskripsikan hasilnya bahwa tanah ulayat adat perspektif hukum positif merupakan bagian daripada tanah yang pengaturannya berkaitan erat dengan keberadaan masyarakat adat. Adapun statusnya berkaitan dengan masyarakat adat, mereka memegang kepemilikan secara kolektif kolegial, dimana masing-masing individu memiliki andil dalam kepemilikannya sepanjang dan sesuai dengan peraturan adat setempat. Sementara itu dalam hukum islam, hak ulayat identik dengan semacam hak yang dimiliki oleh mereka dalam hal memanfaatkan tanah-tanah yang tidak bertuan, baik erat kaitannya dengan ihjarul mubahat maupun iḥyā’ al-mawāt. Hanya saja, hak tersebut tidak berkaitan erat dengan masyarakat adat, melainkan dengan kondisi tanah itu sendiri yang tidak memiliki tuan. Persamaan dari kepemilikan hak terhadap tanah ulayat adat maupun ihjarul mubahat dan iḥyā’ al-mawāt terbatas pada kepemilikan untuk memanfaatkan, bukan sebagai objek yang diperjualbelikan.Soil is a part of human life. This has been true for generations in the history of their civilization. In this regard, ownership and control over it becomes an important issue. This paper tries to elaborate on the status and position of customary land in the perspective of positive law in Indonesia and Islamic law. Through the library research method with a comparative study approach between the two legal forms, the results can be described that customary customary land from a positive legal perspective is part of land whose regulation is closely related to the existence of indigenous peoples. As for their status with regard to indigenous peoples, they hold collegial collective ownership, where each individual has a share in their ownership as long as and in accordance with local customary regulations. Meanwhile in Islamic law, ulayat rights are identical to the kind of rights they have in terms of utilizing land that is not owned by any owner, both closely related to ihjarul mubahat and iḥyā' al-mawāt. However, these rights are not closely related to indigenous peoples, but to the condition of the land itself which does not have a master. The equality of ownership of rights to customary ulayat land as well as ihjarul mubahat and iḥyā' al-mawāt is limited to ownership for use, not as objects to be traded.
PROBLEMATIKA HUKUM NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH Munib, M. Abdim; Mangar, Irma
MIZAN, Jurnal Ilmu Hukum Vol 13 No 2 (2024): Mizan: Jurnal Ilmu Hukum
Publisher : Universitas Islam Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32503/mizan.v13i2.5941

Abstract

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung merupakan kontestasi untuk memperebutkan jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali sebagai salah satu sarana mempertegas prinsip kedaulatan rakyat. Pasal 1 angka (1) UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 2015 menyatakan bahwa Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara langsung dan demokratis. Bunyi Pasal ini secara tegas mensyaratkan bahwa Pilkada harus dilaksanakan secara demokratis di bawah asas yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil). Salah satu syarat untuk mewujudkan Pilkada yang Luber dan Jurdil adalah tersedianya kerangka hukum yang jelas serta dapat dipatuhi baik oleh penyelenggara, kontestan, institusi pemerintahan, maupun masyarakat secara luas. Namun, tidak dapat dipungkiri, pelanggaran prinsip netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) masih saja menjadi fenomena yang selalu menghampiri dalam setiap penyelenggaran Pilkada, padahal dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan telah disebutkan bahwa ASN harus terbebas dari kegiatan politik praktis. Kondisi inilah yang kemudian memerlukan telaah lebih mendalam baik dari segi aspek regulasinya maupun dari aspek implementasinya.
Suara Kosong pada Pilkada Serentak di Indonesia: Perspektif Hukum Tata Negara Islam Mangar, Irma; Tahe , Nur-amimi; Ridho , Muhammad Rosyid; Luluardi, Yunas; Asri Elies, Asri Elies; Sudrajat, Shinta Azzahra
Jurnal Hukum Islam Vol 22 No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/jhi.v22i2.07

Abstract

The increasing number of single candidates and blank votes in the simultaneous regional elections is a fact in the democratic process in Indonesia. This paper discusses blank votes in simultaneous regional elections, which are a dilemma in enforcing the principles of democracy. Furthermore, it discusses blank votes from the perspective of Islamic constitutional law. The research method uses normative juridical with a statutory, conceptual and case approach. The results show that the fact of single candidates in the simultaneous regional elections which are legitimized by laws and regulations opens up the opportunity for blank votes to emerge which are "deemed" as a solution in the democratic process in the regions. The author argues that the single candidates and blank votes in the simultaneous regional elections are a dilemma in realizing the principles of democracy. On the one hand, the principles of democracy must be upheld as mandated by the constitution, but on the other hand, the regional election process must continue even with only a single candidate. Islam offers principles in the implementation of state administration, namely prioritizing syura (deliberation), fairness, not siding with the wrong and prioritizing equality. Al-Mawardi emphasized that political practices in the election of state leaders require religion as a moral force, charismatic leaders and justice for all people. That idea is relevant to the principles of democracy in Indonesia, where religion, humanity, unity, deliberation and justice are its basis. This study is expected to be a reflection material to realize a more democratic election.