Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Indentifikasi Senyawa Flavonoid Terhadap Genus Citrus Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Natanael Priltius; Candrika Candrika; Fildza Divani; Jenny Arta Sari Nababan; Nanda Fitri; Najla Yumna Arini; Rahmah Indah Sari; Ranisa Ranisa; Eva Diansari Marbun
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 3 (2025): JUNI-JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman dari genus Citrus dikenal kaya akan senyawa bioaktif, terutama flavonoid, yang memiliki aktivitas biologis seperti antioksidan dan antiinflamasi. Senyawa-senyawa ini banyak ditemukan pada bagian kulit dan sari buah, dan berpotensi dikembangkan dalam bidang farmasi, kosmetik, maupun pangan fungsional. Adapun penyusunan review artikel tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya. khususnya flavonoid, dalam beberapa spesies buah Citrus dari data literatur yang telah dikumpulkan. Artikel review ini disusun dengan metode penelitian Systematic Literature Review (SLR) dengan mengikuti protokol pencarian, seleksi, dan evaluasi literatur, data diperoleh dari Google, Google Scholar, Sciencedirect, ResearchGate, dan Sinta menggunakan kata kunci terkait flavonoid dan spektrofotometri UV-Vis pada genus Citrus dalam rentang tahun 2020–2025 dan kriteria inklusi mencakup jurnal nasional dan internasionak sebanyak 10 jurnal digunakan dalam tinjauan ini. Data dari berbagai artikel penelitian sebelumnya disajikan dalam tabel menunjukkan hasil bahwa seluruh sampel mengandung flavonoid dengan kadar yang bervariasi antar spesies dan bagian buah. kadar flavonoid pada genus Citrus bervariasi baik pada kulit maupun sari buah, dengan nilai tertinggi terdapat pada kulit jeruk nipis (75,329 mg/gr) dan terendah pada kulit jeruk sambal (0,3324 mg/gr). Perbedaan ini dipengaruhi oleh spesies, bagian tanaman, dan kondisi lingkungan. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan metode spektrofotometri UV-Vis terbukti efektif untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar flavonoid secara cepat dan akurat.
REVIEW ARTIKEL: ANALISIS AKTIVITAS ANTIOKSIDAN GENUS Syzygium MENGGUNAKAN METODE DPPH Manahan Situmorang; Devina Chandra; Dumartina Hutauruk; Widia Sari; Aufa Azkia; Theesyah R Sianturi; Eva Diansari Marbun
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 3 (2025): JUNI-JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Genus Syzygium telah banyak diteliti karena potensinya dalam menetralkan radikal bebas yang diketahui berperan dalam perkembangan penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau dan membandingkan aktivitas antioksidan dari berbagai spesies Syzygium dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Kajian dilakukan dengan cara pendekatan deskriptif melalui telaah literatur terhadap sepuluh artikel ilmiah. Berdasarkan hasil kajian, ekstrak daun Syzygium zollingerianum menunjukkan potensi antioksidan tertinggi dengan nilai IC₅₀ sebesar 0,57 μg/mL, melampaui efektivitas vitamin C sebagai pembanding. Aktivitas tinggi juga ditunjukkan oleh ekstrak biji S. polycephalum (IC₅₀ = 5,246 ppm) dan kulit batang S. guineense (IC₅₀ = 5,62 ppm). Beberapa studi menunjukkan bahwa daun S. polyanthum memiliki aktivitas sangat kuat dengan nilai IC₅₀ antara 13–15 ppm. Aktivitas kuat juga ditemukan pada buah Lobi-lobi (IC₅₀ = 50,01 ppm) dan daging buah kupa (IC₅₀ = 58,08 ppm). Sementara itu, aktivitas sedang hingga lemah ditemukan pada daun pucuk merah (IC₅₀ = 337 ppm), daun jamblang (IC₅₀ = 162,2 ppm), dan kulit batang jamblang (IC₅₀ = 164,3 ppm), sedangkan fraksi n-heksan menunjukkan aktivitas sangat lemah (IC₅₀ = 5235,6 ppm). Variasi aktivitas ini dipengaruhi oleh bagian tanaman, jenis pelarut, dan kandungan senyawa bioaktif seperti fenolik dan flavonoid. Kesimpulannya, spesies seperti S. zollingerianum, S. polycephalum, dan S. guineense memiliki potensi tertinggi, dengan bagian daun, biji, dan kulit batang sebagai sumber antioksidan paling efektif untuk aplikasi kesehatan preventif.
Standarisasi Simplisia Bunga Tapak Dara  (Catharanthus roseus L.) Berdasarkan Parameter Spesifik dan Non-Spesifik Yulia Larasanti; Risando Sitanggang; Veronika Simamora; Ulva Rizkyna; Muhammad Romzi; Sorta Partomuan Situmeang; Eva Diansari Marbun; Monica Suryani
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 3 (2025): JUNI-JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Standarisasi merupakan proses penting yang melibatkan penetapan spesifikasi bahan berdasarkan parameter tertentu guna menjamin mutu dan keamanan produk obat alami secara konsisten. Bunga tapak dara (Catharanthus roseus L.), anggota famili Apocynaceae, umum dibudidayakan di pekarangan rumah dan dikenal luas karena memiliki beragam aktivitas farmakologis seperti antikanker, antioksidan, dan antimikroba. Berkat komposisi senyawa kimia yang kaya, tanaman ini banyak dimanfaatkan dalam pengobatan. Tujuan penelitian ini ialah untuk melakukan standarisasi simplisia bunga tapak dara (Catharanthus roseus L.) berdasarkan parameter spesifik dan nonspesifik guna mendukung pemanfaatannya sebagai bahan baku obat herbal berkualitas tinggi. Proses simplisia dilakukan melalui sortasi, pengeringan buatan pada suhu 50 °C, dan penggilingan menjadi serbuk. Hasil uji menunjukkan bahwa simplisia memiliki karakteristik organoleptik khas, struktur mikroskopik dan makroskopik yang sesuai, serta mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid atau triterpenoid. Parameter nonspesifik seperti kadar air (3,7%), susut pengeringan (3,35%), sari larut air (30,2%), sari larut etanol (41,5%), abu total (3,73%), dan abu tidak larut asam (0,66%) semuanya memenuhi standar Materia Medika Indonesia. Dengan demikian, bunga tapak dara memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku fitofarmaka dan obat herbal terstandar.
REVIEW: UJI STANDARISASI SIMPLISIA HERBA MENIRAN (PHYLLANTHUS NIRURI L.) Immanuel Soladeo Simajuntak; Kristina Malau; Lisna Permata Sari Manik; Lidya Nisa Auni; Eva Diansari Marbun; Raissa Fitri
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 4 (2025): AGUSTUS - SEPTEMBER 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri) yang banyak ditemukan di Indonesia dikenal memiliki manfaat sebagai antioksidan dan antibakteri. Meskipun sudah cukup banyak penelitian yang membahas khasiatnya, hingga kini belum tersedia standar baku yang dapat menjamin mutu dan keamanan Meniran sebagai bahan dasar obat herbal modern. Padahal, standarisasi sangat penting agar kualitas produk tetap terjaga dan kepercayaan masyarakat terhadap obat herbal bisa meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun standar mutu simplisia Meniran melalui serangkaian pengujian, seperti uji fisik (meliputi warna dan bentuk), analisis makroskopis dan mikroskopis, skrining senyawa aktif (fitokimia), serta pengujian kadar air dan kandungan lainnya. Hasil uji tersebut kemudian dibandingkan dengan standar yang tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia. Tahapan awal dimulai dengan pembersihan, sortasi, pengeringan, dan penghalusan daun Meniran, lalu dilanjutkan dengan berbagai pengujian sesuai metode yang telah ditetapkan. Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia. Setelah itu, seluruh hasil pengujian dianalisis dan dibandingkan dengan standar resmi yang berlaku. Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya tanin, flavonoid, saponin, steroid, dan alkaloiddalam simplisia Meniran. Uji mutu simplisia menunjukkan hasil yang bervariasi jika dibandingkan dengan Farmakope Herbal Indonesia edisi II (2017) dan Farmakope Indonesia edisi VII. Nilai susut pengeringan sebesar 9,595% dan ekstrak etanol 14,97% sudah memenuhi syarat. Namun, ekstrak air sebesar 18,96% masih di bawah batas minimum yang ditetapkan, yaitu 20,3%. Selain itu, kadar abu total mencapai 25,61%, jauh melebihi batas maksimum 6%. Sementara itu, kadar air 7,2% masih sesuai dengan ketentuan. Kesimpulannya, Meniran sangat berpotensi dijadikan bahan baku untuk obat herbal, namun proses pengolahannya masih perlu ditingkatkan, terutama untuk memperbaiki kadar sari larut air dan menurunkan kadar abu total agar sesuai standar mutu yang ditetapkan.
MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT AKAN BAHAYA PENGAWET PADA MAKANAN MELALUI EDUKASI Manuppak Irianto Tampubolon; Desni Rinanda Silitonga; Catur Rafia Ningrum; Yossi Rodearni Br Manurung; Eva Diansari Marbun
Journal Central Publisher Vol 2 No 10 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i10.533

Abstract

Latar Belakang : Penggunaan pengawet makanan berlebihan dan tidak sesuai standar dapat menimbulkan risiko kesehatan seperti gangguan organ, alergi, dan penyakit kronis. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai bahaya pengawet memperparah kondisi ini, terutama di daerah dengan konsumsi makanan olahan. Tujuan : Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya pengawet makanan, dampaknya terhadap kesehatan, serta mendeteksi adanya formalin pada makanan. Metode : Kegiatan ini dilaksanakan di Apotek Sari Mutiara, Medan Helvetia, dengan metode observasi awal, edukasi interaktif (presentasi dan diskusi), serta demonstrasi praktis pengujian formalin menggunakan indikator alami dari ekstrak kulit buah naga. Sebanyak 20 warga berpartisipasi aktif. Hasil dan Pembahasan : Hasil pengujian menunjukkan perubahan warna ungu pada sampel positif formalin, membuktikan efektivitas indikator alami. Masyarakat sangat antusias dan menyatakan baru mengetahui dampak jangka panjang dari formalin. Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam menerapkan ilmu farmasi dan komunikasi ilmiah. Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya pengawet buatan serta kemampuan memilih makanan aman. Kesimpulan : Pemanfaatan indikator alami dari kulit buah naga terbukti efektif, sederhana, dan berpotensi menjadi solusi keamanan pangan berbasis sumber daya lokal.
Parameter Spesifik dan Non Spesifik Tanaman Simplisia Bawang Batak  (Allium Chinense) Fitri Maria Longga Haloho; Cindirawati Putri Mora; Intan Mawaddah; Sumingwa Sari; Najla Yumna Arini; Eva Diansari Marbun; Devina Ferisca Mawardi; Grace Anastasia Br Ginting
Galen: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2025): Galen: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan
Publisher : PT Pustaka Cendekia Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71417/galen.v1i2.33

Abstract

Tanaman obat telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai solusi pengobatan tradisional, salah satunya adalah bawang Batak (Allium chinense G.Don.), yang dikenal memiliki berbagai manfaat farmakologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik simplisia herba bawang Batak serta menganalisis parameter spesifik dan non-spesifiknya berdasarkan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut air dan etanol. Sampel diambil dari herba segar, disortasi, dikeringkan, dibuat simplisia, dan diekstraksi. Uji dilakukan meliputi uji organoleptik, makroskopik, mikroskopik, skrining fitokimia, kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar larut air dan etanol, serta susut pengeringan.  Hasil menunjukkan bahwa bawang Batak mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, dan steroid. Kadar senyawa terlarut lebih tinggi dalam pelarut air (0,4666) dibandingkan etanol (0,3523), menunjukkan air sebagai pelarut yang lebih efektif dalam mengekstrak senyawa polar. Nilai susut pengeringan (7,789%) dan kadar air (8,5%) menunjukkan bahwa simplisia memenuhi syarat kualitas. Namun, kadar abu tidak larut asam (40,5%) tidak memenuhi standar, yang mengindikasikan perlunya perbaikan pada proses penyiapan bahan. Secara keseluruhan, hasil penelitian memperkuat potensi bawang Batak sebagai sumber senyawa bioaktif, khususnya untuk ekstrak polar. Penggunaan air sebagai pelarut disarankan untuk efektivitas ekstraksi senyawa aktif.
STANDARISASI PARAMETER SPESIFIK DAN NON SPESIFIK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) DARI DESA KLUMPANG Zikri Ulfata; Ester Aura Excelsis Valentine Sihombing; Anggi Dwi Enjelita Gultom; Intan Putryani Gulo; Elfi Mardiah; Lestari Gurning; Eva Diansari Marbun; Alfi Sapitri
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 9 (2025): September 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Satu dari sekian tanaman obat tradisional yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat herbal adalah daun sirih merah (Piper crocatum). Berdasarkan pedoman Farmakope Herbal Indonesia edisi II (2017), tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji parameter spesifik dan non-spesifik ekstrak etanol daun sirih merah asal Klumpang. Kadar zat terlarut air dan etanol, skrining fitokimia, identifikasi morfologi, organoleptik, makroskopis, dan mikroskopis merupakan contoh pengujian parameter spesifik. Kriteria non-spesifik yang diuji adalah: kadar abu total, kadar abu tak larut asam, susut pengeringan, dan kadar air. Hasil memperlihatkan bahwa mayoritas karakteristik yang dievaluasi, seperti kadar air (1,333%), susut pengeringan (5,5%), kadar abu total (1%), dan kadar larut etanol (25%), terpenuhi oleh ekstrak dan berada dalam rentang yang dapat diterima. Namun, persentase abu yang tidak larut dalam asam (0,35%) dan kadar larut dalam air (5,51%) masih di bawah batas minimum yang ditetapkan. Terkait dengan hal itu, meskipun mayoritas parameter sudah terpenuhi, diperlukan optimalisasi proses ekstraksi dan pemantauan pada kualitas bahan baku untuk menjamin konsistensi dan mutu simplisia daun sirih merah.
PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DALAM MENINGKATKAN SISTEM IMUNITAS PADA MASYARAKAT DESA SELAYANG, KABUPATEN LANGKAT Manuppak Irianto Tampubolon; Dedi Maruli Tua Napitupulu; Devi Rahmayuni Br Harahap; Maria Pratiwi Manik; Cut Masyitah Thaib; Eva Diansari Marbun
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 2 (2025): Februari 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki beragam tradisional melimpah, seperti rempah-rempah dan tanaman herbal. Tanaman-tanaman tersebut banyak digunakan masyarakat untuk meningkatkan system imunitas atau mengobati penyakit. Tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai obat yaitu tanaman obat keluarga. Adapun beberapa TOGA yaitu Daun Bidara, Kunyit, Jahe, Sirih, dan Lengkuas. Kekuatan dalam menghadapi beragam sumber penyakit seperti bakteri, fungi, protozoa, parasit, dan virus yang bertanggung jawab melindungi tubuh sehingga fungsi tubuh tidak terganggu yang dimaksud dengan imunitas atau kekebalan tubuh manusia. Metode  PRA pendekatan yang merupakan metode yang digunakan dalam kegiatan ini. Yang dimana di dalam metode ini dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan evaluasi. Kegiatan ini meliputi sanitasi lingkungan, penanaman TOGA, edukasi Kesehatan, pembuatan jamu, dan pemberian Tanaman.
Identifikasi Senyawa Dan Penetapan Kadar Flavonoid Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Eva Diansari Marbun; Cut Masyitah Thaib; Manuppak Irianto Tampubolon; Adinda Nur'Sabilla; Dedi Maruli Tua Napitupulu; Wiwin Katarina Sihotang; Widya Astuti
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 2 (2025): Februari 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beranekaragam tanaman di Indonesia salah satunya yaitu daun kelor yang memiliki banyak manfaat, untuk mengobati banyak penyakit secara tradisional. Tanaman daun kelor memiliki banyak jenis antioksidan dan lebih dari nutrisi. Uji skrining fitokimia dlakukan untuk mendapatkan informasi mengenai senyawa organik yang dibentuk organisme yang ada pada ekstrak. Dalam metabolit sekunder terdapat salah satu flavonoid sebagai syarat penentuan kualitas suatu ekstraksi etanol pada daun kelor.Penggunaan Spektofotometer Ultraviolet dan sinar tampak bertujuan untuk menentukan nilai dari kandungan flavonoid yang ada dalam esens daun kelor. Hasil analisis ini dilakukan untuk uji metabolit skunder dan penetapan senyawa metabolit sekunder. Pada uji metabolit sekunder terdapat zat yaitu saponin, flavonchi, tannin, terpenoid, dan alkaloid. Pengujian dengan metode Spektofotometer UV-Vis mendapatkan hasil total kandungan flavonoid sebanyak 155,61 mg/g ekstrak.Bertambahnya senyawa kandungan flavonoid,akan baik juga fungsinya untuk menanggulangi berbagi gangguan penyakit.
Co-Authors Ade Irma Suryani Adinda Nur'Sabilla Alfi Sapitri Anggi Dwi Enjelita Gultom Artha Sianipar Artha Yuliana Sianipar Aufa Azkia Candrika Candrika, Candrika Catur Rafia Ningrum Christica Ilsanna Surbakti Cindirawati Putri Mora Cut Massyitah Thaib Cut Masyitah Thaib Dedi Maruli Tua Napitupulu Desni Rinanda Silitonga Devi Rahmayuni Br Harahap Devina Chandra Devina Ferisca Mawardi Dian Arisetya Dumartina Hutauruk Elfi Mardiah Ester Aura Excelsis Valentine Sihombing Fajar Pebriyandi Febriana Rianti Br Siagian Fildza Divani Fitri Maria Longga Haloho Fitri, Raissa Grace Anastasia br Ginting Immanuel Soladeo Simajuntak Intan Mawaddah Intan Putryani Gulo Jenny Arta Sari Nababan Katarina Riris Teresia Kristina Malau Lestari Gurning Lidya Nisa Auni Lisna Permata Sari Manik Manahan Situmorang Manuppak Irianto Tampubolon Maria Pratiwi Manik Modesta Harmoni Tarigan Monica Suryani Muhammad Romzi Najla Yumna Arini Nanda Fitri Nanda Nopriani Sinaga Napitupulu, Muhammad irianto Natanael Priltius Nurlaili Safitri Oktricia Eltania Zebua Puan Maharani Pertiwi Mendrofa Rahmah Indah Sari Raissa Fitri Ranisa Ranisa Retnita Ernayani Lubis Risando Sitanggang Sapitri*, Alfi Sapitri, Alfi Seprianingsih Br Silaen Sianturi, Theesyah R Sindy Yupani Br Sembiring Siti Nurbaya Sorta Partomuan Situmeang Sumingwa Sari Syukur Berkat Waruwu Theesyah R Sianturi Theesyah R. Sianturi Ulva Rizkyna Veronika Simamora Vivi Asfianti Widia Sari Widya Astuti Wiwin Katarina Sihotang Yossi Rodearni Br Manurung Yulia Larasanti Zikri Ulfata