Claim Missing Document
Check
Articles

MESOKO: SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT TOLAKI DI DESA PALOWEWU KECAMATAN BENUA KABUPATEN KONAWE SELATAN Rikarni Rikarni; Akhmad Marhadi; Hartini Hartini
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 8 No 1 (2019): Volume 8 Nomor 1, Februari 2019
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.273 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v8i1.596

Abstract

Mesoko merupakan tradisi etnik Tolaki yang mencerminkan bentuk solidaritas masyarakat. Tradisi ini dilakukan untuk memberikan bantuan kepada keluarga atau orang lain yang membutuhkan bantuan secara materil. Seiring perkembangan jaman, mesoko juga terus mengalami perubahan sehingga sedikit ada perbedaan dengan beberapa tempat lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan serta fungsi tradisi mesoko di Desa Palowewu. Data kualitatif dikumpulkan melalui teknik wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa pelaksanaan tradisi mesoko di masyarakat Palowewu, sering dijumpai pada tiga jenis hajatan, yakni mesoko pernikahan, mesoko orang sakit dan mesoko pendidikan. Proses pelaksanaan mesoko terbagi dalam tiga tahapan atau proses yakni (1) menyampaikan maksud atau niat; (2) menyampaikan undangan atau menyebar informasi dan (3) pelaksanaan mesoko. Tradisi ini memiliki beberapa fungsi, mulai dari fungsi kekerabatan, fungsi solidaritas, fungsi pengontrol sosial, fungsi ekonomi, hingga fungsi pemertahanan budaya.
EKSISTENSI SILAT MUNA (EWA MUNA Syamsuddin .; Wa Ode Sifatu; Akhmad Marhadi
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 1 No 2 (2017): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2017
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.771 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan keberadaan eksistensi Ewa Wuna di Desa Lakologou. Penelitian ini menggunakan teori Fungsional Bronislaw Malinowski bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari segala kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluru kehidupannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan terlibat (observation participation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yakni tokoh adat, tokoh masyarakat dan masyarakat biasa yang berjumlah 15 orang.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Ewa wuna di desa lakologou di turunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut di ajarkan dari guru ke murid dan masih tetap di pertahankan eksistensinya dengan tidak meninggalkan kebiasaan yang telah di wariskan secara turun temurun. Ewa Muna dijadikan sebagai pertunjukan dalam setiap kegiatan kampung seperti sebagai sarana penyambutan pengantin dalam cara pernikahaan, sarana penyambutan tamu terhormat, dan sebagai perlombaan dalam kegiatan festival budaya. Ewa Wuna masih tetap eksis karena telah menjadi media dalam masyarakat Lakologou seperti sebagai media sosial, media kesehatan, media hiburan masyarakat,dan seni bela diri. Kata Kunci : eksistensi, ewa muna
KONFLIK PILKADA BERULANG PASCA PEMUNGUTAN SUARA ULANG DI KABUPATEN MUNA Robinson Mustamu; La Ode Topo Jers; Akhmad Marhadi
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 2 No 2 (2018): Volume 2 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.188 KB)

Abstract

Politik dapat terjadi di mana saja termaksud suatu daerah yang dinamakan kabupaten/kota, baik Negara, Provinsi, Kabupaten/Kota merupakan salah satu arena pertarungan politik. Banyaknya kasus yang terjadi pada penyelenggaran pemilihan umum pada tingkat lokal maupun nasional seperti yang terjadi di Kabupaten Muna mencerminkan bahwa belum berhasilnya penyelenggaraan pemilu sebagai perwujudan demokrasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling (Spradley: 1997) yakni penentuan informan secara sengaja sesuai dengan topik penelitian, metode yang di gunakan adalah metode kualitatif dengan pengamatan langsung dilapangan (observation) dan wawancara mendalam serta analisis kualitatif serta teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik James Scoot. Hasil penelitian ini mengacuh pada konflik Pilkada yang berulang pasca pemungutan suara ulang (PSU) sebanyak dua kali, dimana konflik terjadi di karenakan ada beberapa sebab, pertama dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 120/PHP.BUP-XIV/2016 tentang pembatalan penetapan rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara pada tanggal, 9 Desember 2015. Lanjut pada putusan Mahkamah Kontitusi (MK) memutuskan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Jilid satu pada tanggal 22 Maret 2016 di tiga TPS, TPS 4 Kelurahan Wamponiki, TPS 4 Kelurahan Raha 1 dan TPS 1 Desa Marobo. Namun PSU pada jilid satu tidak menyelesaikan sengketa pilkada tersebut di karenakan masih ada kecurangan yang terjadi sehingga pada siding Mahkamah Konstitusi tanggal, 12 Mei 2016 menjatuhkan putusan sela PSU jilid dua, yaitu TPS 4 Kelurahan Wamponiki dan TPS 4 Kelurahan Raha 1.
TRADISI POHAMBA-HAMBA DALAM MEMBUKA LAHAN PERTANIAN PADA MASYARAKAT KALEDUPA KABUPATEN WAKATOBI. Ardin Ardin; Nas rudin Suyuti; Akhmad Marhadi
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 4 No 1 (2020): Volume 4, Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.209 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v4i1.923

Abstract

Tradisi pohamba-hamba merupakan kegiatan pembersihan kebun biasanya dilakukan oleh dua sampai lima orang, bahkan lebih. Kegiatan ini juga dilakukan oleh perempuan. Kegiatan pohamba-hamba biasanya dilaksanakan selama dua sampai tiga jam seharian berganti-gantian. Tradisi ini masih terus dilakukan hingga kini dengan tujuan menjalin kekerabatan dan rasa kebersamaan. Sementara itu, proses tradisi pohamba-hamba dilakukan dari musyawarah para sesama petani yang didalamnya membahas mengenai penentuan orang yang akan ikut dan penetuan waktu. Tujuan penelitian Untuk mengetahui proses pelaksanaan dan fungsi tradisi pohamba-hamba dalam membuka lahan pertaian pada masyarakat di Desa Sandi Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi. Penelitian Ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018. Penelitian ini menggunakan teori Struktural fungsionalisme dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Etnografi dengan pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pada umumnya sebuah pekerjaan terasa ringan bila dikerjakan secara bersama-sama. Hal tersebut juga menggambarkan tradisi pohamba-hamba yang memiliki fungsi untuk mempermudah pekerjaan saat pengolahan lahan. Tradisi pohamba-hamba juga dapat diartikan sebagai hubungan resiprositas, maka secara otomatis akan terjalin sistem kekerabatan antar sesama petani. Lanjut daripada itu, dalam melakukan aktivitas pengolahan lahan, para petani menggunakan peralatan yang sederhana seperti parang, cangkul dan celurit yang dugunakan sesaui kebutuhan. Sementara itu, cara manual dengan menggunakan tangan dilakukan hanya pada saat mencabut rumput alang-alang hingga akar-akarnya, sehingga akan membutuhkan waktu lama untuk kembali tumbuh.
PENGELOLAAN OBJEK WISATA SUNGAI BORO-BORO BERBASIS KEKERABATAN Natalia Gongsi; Akhmad Marhadi; Hartini Hartini
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 4 No 2 (2020): Volume 4, Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.863 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v4i2.956

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengelolaan objek wisata sungai Boro-Boro dan pengembangan objek wisata sungai Boro-Boro di Desa Boro-Boro Kecamatan RanomeetoKabupaten Konawe Selatan. Teknik penelitian menggunakan metode etnografi. Penelitian ini juga menggunakan teori pengembangan oleh Twelvetrees. Penelitian ini telah mendapatkan data-data sesuai dengan judul, peneliti melakukan peneliti lapangan yang lebih konkrit dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait serta data sekunder berupa data profil desa. Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam pengelolaan objek wisata sungai Boro-Boro yang berada di Desa Boro-Boro Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan dikelolah oleh enam bersaudara yang tidak lain adalah anak dari pemilik lahan yaitu Bapak Lauto dan mereka juga merupakan ahli waris tanah yang saat dijadikan sebagai tempat objek wisata. Pengelolaannya dari tahun 2018 sampai saat ini masih terbilang sangat minim jika dibandingkan dengan objek wisata yang lain, terlebih lagi dana untuk pembangunan fasilitas hanya berasal dari retribusi para pengunjung. Namun pengembangan objek wisata sungai boro-boro sudah bisa memenuhi kebutuhan para wisatawan hal ini di tandai dengan adanya beberapa gazebo yang berdiri tepat dipinggir sungai, rumah makan, WC, tambak ikan, dan juga terdapat beberapa villa yang tersedia jika para wisatawan yang hendak ingin bermalam atau melakukan kegiatan di objek wisata sungai boro-boro tersebut. Objek wisata ini juga diharapkan mampu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Desa khususnya Desa Boro-boro Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan.
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA ANGGOROBOTI KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN Ece Febrianti; Ashmarita Ashmarita; Akhmad Marhadi
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 3 No 2 (2019): Volume 3 Nomor 2 Juli - Desember 2019
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.642 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v3i2.970

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan gaya kepemimpinan Kepala Desa Anggoroboti Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan. Dan mengetahui Faktor apa yang mendukung gaya kepemimpinan Kepala Desa Anggoroboti. Penelitian ini menggunakan teori gaya kepemimpinan Robert J House (1996). Dengan menggunakan metode etnografi dan pendekatan kualitatif berupa deskripsi mendalam, dengan pengumpulan data, dengan pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview).Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Anggoroboti Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan lebih dominan menggunakan gaya kepemimpinan secara disiplin kepada masyarakat serta bawahannya dalam memberikan arahan dan perintah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka, dimana kepala desa selalu mementingkan asas musyawarah dengan masyarakat dan bawahannya. Dan kepala desa memiliki sikap yang luwes dalam kepemimpinannya serta menempatkan dirinya sebagai motivator untuk masyarakat dan perangkatnya dalam melaksanakan sutau kegiatan dan sebagainnya. Faktor-faktor yang mendukung gaya kepemimpinan kepala desa terdiri dari beberapa diantaranya: kepala desa dalam hal gaya kepemimpinanya selalu suka menolong masyarakat yang membutuhkan bantuannya dari segi apapun. Kepala juga memiliki jiwa kekerabatan yang cukup baik dalam melakukan interaksi bersama masyarakat dan bawahannya. Selain itu kepala desa memiliki pengalam kerja yang cukup baik dalam bekerja serta menjalin hubungan yang cukup baik terhadap keluarga dan masyarakat Desa Anggoroboti. Dimana kepala desa dalam hal gaya kepemimpinanya selalu ditunjangi dengan factor ekonomi yang mencukupi dalam melaksanakan kepemimpinannya sebagai seorang kepala desa dalam mengikut sertakan masyarakat dalam setiap kegiatan.
MAHASISWA SEBAGAI BURUH ANGKUT DI PELABUHAN NUSANTARA KOTA KENDARI Risman Ariawan; Akhmad Marhadi; Danial Danial
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 3 No 1 (2019): Volume 3 Nomor 1, Juni 2019
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.354 KB)

Abstract

Tujuan dalam penilitian ini adalah untuk mendeskripsikan Mahasiswa yang bekerja sebagai buruh angkut di pelabuhan Nusantara Kota Kendari. Penilitian ini dilaksanakan pada bulan Januari–Februari 2018. Untuk menjawab tujuan tersebut dilakukan pengumpulan data dengan cara melalui pengamatan (Obsevasi) dan wawancara (Interview), dsn data yang di peroleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teori adaptasi Jhon W. Bennet, yaitu adaptasi manusia terhadap lingkungannya yang meliputi lingkungan fisik biologis, dan sosial. Adapun metode penelitian yang digunakan, yaitu dengan pemilihan lokasi penelitian, pemilihan informan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Sehingga membimbing penulis menemukan jawaban permasalahan penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam dunia kerja tentunya ada pembagian wilayah keja yang dilakukan dan prilaku adaptasi mahasiswa sebagai buruh. Adapun pembagian kerjanya adalah (1) Wilayah Kerja Luar Pelabuhan, (2) Wilayah Kerja Dalam Pelabuhan, (3) Wilayah Kapal Khusus TKBM, (4) Wilayah Kapal Mahasiswa, (5) Pedagang Asongan dalam Pelabuhan, (6) pergaulan, dan (7) Faktor Keluarga
PERSEPSI MASYARAKAT TOLAKI TERHADAP PERCERAIAN DI DESA PEWUTAA KECAMATAN ANGATA KABUPATEN KONAWE SELATAN Akhmad Marhadi; Dinar Karni Josultin; Ashmarita Ashmarita
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 4 No 2 (2020): Volume 4, Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.54 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v4i2.986

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tolaki terhadap perceraian, penyebab terjadinya perceraian pada masyarakat tolaki dan kondisi-kondisi sosial budaya masyarakat tolaki yang menyebabkan perceraian. Teori yang digunakan untuk membaca data penelitian ini adalah Berger dan Luckman dalam Heddy Shri Ahimsa putra tentang fenomenologis. Metode penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan terlibat (Participant Observation) dan wawancara mendalam (Indepth Interview). Hasil dari penelitian ini menunjukan, berdasarkan persepsi masyarakat tolaki terhadap perceraian di Desa Pewutaa, adanya unsur ketidak mampuan untuk membina keluarga lagi dalam satu keluarga untuk hidup bersama, ketidak ingin melanjutkan hidup bersama pasangannya, disebabkan terjadinya perceraian salah satunya perceraian ini merupakan aib keluarga yang di pandang tidak baik dimata orang-orang diluar sana, disebabkan oleh kemiskinan yang dimana salah satu dari pasangan tersebut sudah tidak sanggup lagi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka, sementara kebutuhan meningkat, kondisi ekonomi yang tidak memenuhi suatu kebutuhan keluarga, disebabkan akses transfortasi yang sekarang ini makin berkembang pesat dan masuk dalam kalangan masyarakat yang sudah berkeluarga sehingga akses trasfortasi ini dapat menjadi kondisi sosial budaya masyarakat yang menyebabkan perceraian.
PERALIHAN MATA PENCAHARIAN ORANG BAJO DARI NELAYAN MENJADI BURUH PABRIK Miftahul Janna; Akhmad Marhadi; La Janu
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 1 (2021): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.175 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1098

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan peralihanmmata pencaharianmOrang Bajo dari nelayanmmenjadi buruh pabrik (Studi di Desa Bungingkela, Kecamatan Bungku Selatan, Kabipaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah). Teori yang digunakan adalah teori fenomenologi Alfred Schutz. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi berupa deskripsi mendalam, dan pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan pendapatan nelayan dipengaruhi oleh limbah pabrik serta tingginya penghasilan menjadi buruh pabrik dibandingkan dengan nelayan. selain itu peralihan mata pencaharian Orang Bajo dari nelayan menjadi buruh pabrik dipengaruhimolehmbeberapa faktor yaitumsebagai berikut; 1) faktor kurangnya lapangan pekerjaan, 2) faktor ekanomi, 3) faktor pendidikan, 4) faktor persaingan hidup, 5) faktor kesempatan kerja, dan 6) faktor upah kerja.
POLA KOMUNIKASI PEMERINTAH DESA DENGAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL Wa Ode Erni Maso; Akhmad Marhadi; Abdul Jalil
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6 Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1438

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh pemerintah desa dengan masyarakat dalam meningkatkan solidaritas sosial dan bagaimana dampak pola komunikasi tersebut terhadap solidaritas sosial setelah pemilihan kepala desa yang dilaksanakan pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan teori solidaritas sosial oleh Emile Durkheim dan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi pemerintah desa dengan masyarakat dalam meningkatkan solidaritas sosial dilakukan melalui tiga upaya yaitu optimalisasi kegiatan keagamaan, keterlibatan dalam kegiatan sosial budaya, dan transparansi penggunaan dana desa. Dampak dari pola komunikasi tersebut adalah terciptanya komunikasi yang baik antara pemerintah desa dengan masyarakat, adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya gotong-rotong, dan terealisasinya perencanaan pembangunan dalam desa.