Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan berbagai infeksi, terutama pada kulit, seperti bisul, impetigo, dan abses. Infeksi ini sering kali ditandai dengan peradangan, nekrosis, dan pembentukan nanah, yang secara signifikan dapat mengganggu fungsi kulit sebagai pelindung tubuh. Tantangan utama dalam pengelolaannya adalah meningkatnya resistensi antibiotik, termasuk Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), sehingga diperlukan alternatif yang efektif, seperti bahan herbal, untuk mengatasi permasalahan ini. Kulit pisang kepok kuning yang sering berakhir sebagai limbah organik, diketahui mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan antioksidan. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas antibakteri yang signifikan, disertai dengan kemampuan melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan efektivitas losion berbahan dasar ekstrak kulit pisang kepok kuning dengan tiga konsentrasi berbeda, yaitu formula I (30%), formula II (60%), dan formula III (90%) dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penelitian berbentuk quasi eksperimental desain ini menggunakan metode difusi cakram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata diameter zona hambat formula I adalah 5,60 mm, formula II adalah 8,30 mm, dan formula III adalah 8,70 mm. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai p = 0,004, yang mengindikasikan adanya perbedaan signifikan antar formula. Kesimpulannya, losion ekstrak kulit pisang kepok kuning menunjukkan efektivitas yang signifikan dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Efektivitas ini meningkat secara proporsional dengan konsentrasi ekstrak, sehingga produk ini memiliki potensi untuk digunakan sebagai losion antibakteri.