Claim Missing Document
Check
Articles

TEACHING READING BY COMBINING SAY SOMETHING AND ATTRIBUTE WEB STRATEGY AT JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS Linda, Firdika; Yulmiati, S.S.,, Yulmiati, S.S.,
Pendidikan Bahasa Inggris Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Wisuda Ke 48 Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahas Inggris
Publisher : Pendidikan Bahasa Inggris

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

   ABSTRAK Membaca merupakan kemampuan yang diajarkan kepada siswa agar mereka mampu memahami pelajaran yang diberikan. Karena dengan membaca siswa  mampu memahami pelajaran dengan cepat serta memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), penulis melihat siswa kesulitan dalam memahami suatu bacaan. Jadi siswa harus mengambil langkah-langkah atau strategi yang praktis untuk menguasai bahan itu dan mengingatnya lebih lama. Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah strategi Say Something dan Attibute Web strategi. Guru mengkombinasikan dua strategi ini dalam satu kali pertemuan agar siswa lebih termotivasi dalam belajar. Adapun langkah-langkah pengajaran reading dalam kombinasi strategi ini adalah; guru menugaskan siswa untuk berpasangan dan membaca teks yang di bagikan guru. Kemudian siswa dapat menganalisa karakter dari teks tersebut dengan membuat format web yang telah di instruksikan oleh guru. Setelah itu, Siswa dapat mengungkapkan apa yang telah di baca ke pasangannya, teman-teman yang lain maupun guru. Say Something Strategi and Attribute Web Strategi dapat digunakan dalam text apapun. Melalui strategi ini, siswa diharapkan dapat memahami teks berbahasa Inggris sesuai dengan kemampuan membaca mereka serta dapat meningkatkan hasil pembelajaran Bahasa Inggris.
AN ANALYSIS OF SUMMATIVE ASSESSMENT TECHNIQUES USED BY THE ENGLISH TEACHERS IN TEACHING ENGLISH AT SMA N 1 RAO, PASAMAN TIMUR Oktavianda, Penny; Yulmiati, Yulmiati; Octavia, Shanty
Pendidikan Bahasa Inggris Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Wisuda Ke 48 Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahas Inggris
Publisher : Pendidikan Bahasa Inggris

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRAKSkripsi ini bertujuan untuk mengetahui apa saja teknik penilaian summatif yang di pakai oleh guru bahasa inggris di SMA N 1 Rao. Dalam mengajar bahasa inggris guru tidak hanya memberikan materi di kelas. Guru juga harus sering melakukan penilaian di dalam kelas. itu bertujuan agar guru mengetahui apakah siswanya nya telah mencapai target pembelajaran atau tidak.  Pada penilitian ini, penulis hanya fokus pada penilaian sumatif saja..Teknik penilaian sumatif ada lima, yaitu: Tes buatan guru (Teacher made test), pemberian tugas ( Task),Portfolio, penggunaan textbook ( Textbook), dan test prestasi standar (standardized achievement test). Penelitian ini merupakan penilaian deskriptif dengan lokasi penilitian di SMA N 1 Rao, Pasaman Timur.  Partisipan dalam penilitian ini adalah guru bahasa inggris. Instrument dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ditemukan teknik penilaian sumatif yang digunakan oleh guru bahasa inggris yaitu pembuatan tes oleh guru, pemberian tugas, portfolio, penggunaan textbook dan test prestasi stanadar. Tetapi, untuk portofolio ada dua orang guru yang tidak pernah memakainya.Satu orang guru yang tidak pernah memberikan tes prestasi standar. Sedangkan untuk teknik penilaian sumatif yang paling sering digunakan ada dua, yaitu tes buatan guru dan tugas ( Teacher Made Test and Task).
STUDENT’S ACADEMIC DISHONESTY IN DOING PAPER AND PENCIL TEST AT SENIOR HIGH SCHOOL (A study at SMAN I Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan) Isman, Hawirna; Yulmiati, Yulmiati; Dewi, Rusmala
Pendidikan Bahasa Inggris Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Wisuda Ke 48 Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahas Inggris
Publisher : Pendidikan Bahasa Inggris

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Maraknya kecurangan yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar mengajar, dimana kecurangan tersebut sering terjadi dalam ujian. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi guru untuk menentukan kemampuan siswa yang sesungguhnya, sehingga terjadi ketidak akuratan dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terkait persoalan ini. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kecurangan akademik yang dilakukan oleh siswa beserta alsannya. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Koto XI Tarusan kabupaten Pesisir Selatan. Adapun partisipan dalam penelitian ini adalah 2 orang guru bahasa Inggris yang mengajar di tingkat XI dan 125 siswa kelas XI yang berasal 4 kelas yang berbeda. Data didapatkan melalui proses pengisian angket, wawancara, dan observasi. Kemudian data dianalisis melalui 4 tahap, yakni membaca, mendeskripsikan, mengklasifikasi dan menginterpretasikan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa jenis ketidak jujuran akademik atau kecurangan yang terjadi dalam proses evaluasi atau tes. Kemudian ada beberapa alasan yang mendorong siswa melakukan hal tersebut. Berdasarkan data yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa guru tidak mempunyai aturan yang tegas menyangkut kecurangan dan ketidakjujuran akademik yang terjadi pada saat evaluasi atau tes. Kemudian tingkat kedisiplinan siswa juga rendah karena tidak tepatnya pendekatan yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi ketidakjujuran akademik dan kecurangan yang terjadi dalam proses evaluasi atau tes.
ANALISIS KEBUTUHAN TERHADAP PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK Yulmiati, Yulmiati
Jurnal Pelangi : Research of Education and Development Vol 7, No 1 (2014)
Publisher : STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.164 KB) | DOI: 10.22202/jp.2014.v7i1.156

Abstract

Pembelajaran tidak bisa dipisahkan dari kegiatan penilaian terhadap peserta didik. Untuk memastikan ketercapaian tujuan pembelajaran, guru perlu memberikan penilaian kepada siswa. Dalam melakukan penilaian, guru perlu menggunakan instrumen penilaian yang otentik. Dimana penilaian dilakukan dengan kondisi nyata siswa. Dalam hal ini guru perlu menilai siswa pada domain afektif, kognitif dan psikomotor. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap pola assessment yang dilakukan di sekolah. Dari data yang diperoleh tergambar bahwa guru masih membutuhkan panduan untuk mengembangkan instrumen penilaian yang otentik dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari angket yang sebarkan kepada siswa dan guru. Dari analisa data yang diperoleh, Persepsi guru terhadap pengajaran bahasa Inggris adalah 85,25. Keinginan guru untuk meningkatkan pengajaran bahasa Inggris 82,83. Keinginan guru untuk meningkatkan potensi mengajar 83,15. Pengalaman guru dalam mengembangkan instrumen penilaian 67,59. Secara keseluruhan, persepsi guru tentag pengajaran sangat bagus, namun pengalaman guru dalam mengembagkan instrumen penilaian yang otentik masih minim. Sementara itu hasil analisis kebutuhan dari siswa diperoleh data sebagai berikut. Persepsi siswa tentang pembelajaran Bahasa Inggris 85,5. Pengalaman siswa dalam menggunakan Bahasa Inggris dalam komunikasi 67. Perasaan siswa sewaktu mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris 80,08. Perasaan dan pengalaman siswa dalam proses penilaian 73,99. Dari data tersebut jelaslah bahwa persepsi siswa tentang pengajaran bahasa Inggris cukup bagus, namun pengalaman tentang penggunaan bahasa Inggris dan penilaian yang dilakukan masih dikategorikan masih rendah. Melihat hasil dari analisis kebutuhan guru dan siswa tersebut, perlu adanya studi tentang pengembangkan instrument penilaian yang otentik berdasarkan teori dan praktis sehingga bisa digunakan oleh guru di sekolah dalam proses pembelajaran.
CONSTRUCTING VALIDITY OF READING COMPREHENSION TEST YULMIATI, SS, YULMIATI
Jurnal Pelangi : Research of Education and Development Vol 4, No 2 (2012)
Publisher : STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.703 KB) | DOI: 10.22202/jp.2012.v4i2.10

Abstract

ABSTRAKSalah satu instrumen untuk mengukur kompetensi siswa adalah tes.Karena itu perlu bagi guru/pembuat tes untuk mengetahui validitas tesyang diberikan kepada siswa. Namun hal ini sering terabaiakan, buktinyajarang sekali guru mengevaluasi apakah tes yang diberikan kepada siswavalid atau tidak. Akhirnya tes yang diharapkan untuk mengukurkemampuan siswa kurang bisa dijadikan acuan untuk menentukan hasilbelajar. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang berkenaandengan menentukan validitas tes agar bisa dijadikan acuan bagi gurudalam menjalankan prinsip-prinsip yang standar dalam menilai kompetensisiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan melakukanproses validasi terhadap tes yang akan diberikan kepada siswa. Analisisdata yaitu dengan menggunakan tabulasi data menurut Riduwan (2005:89). Dalam menentukan validasi, peneliti menggunakan tes readingcomprehension untuk semester satu kelas VIII SMP yang dikembangkanoleh peneliti sendiri. Dari analisis data diperoleh hasil validitas isi 87,5,validitas kostruk 77,3 dan validitas muka 87.5 dengan rata-rata 84.1. Halini berarti tes dapat diimplementasikan dengan sedikit revisi. Hasilpenelitian ini dapat direkomendasikan kepada para pembuat tes/guru agarbisa dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui validitas tes yangdibuat/dikembangkan.
TEACHER’S PERCEPTION ON BUILDING CHARACTER BY INTEGRATING ISLAMIC VALUES INTO FOREIGN LANGUAGE LESSON IN INDONESIAN CONTEXT Yulmiati Yulmiati; Vivi Indriyani; M Zaim; Syahrul Ramadhan; Agustina Agustina
ETERNAL (English, Teaching, Learning and Research Journal) Vol 7 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/Eternal.V72.2021.A4

Abstract

Indonesia grows in relation to Islamic values in daily life, because Islam is the dominant religion in this country. Based on these conditions, in education Islamic values are important to be instilled by teachers into the lesson, because they can build good character for students. This article aims at discussing teachers’ perception about the integration of Islamic values foreign language learning in Indonesian context. A descriptive study with a questionnaire collection technique was used in this research. A questionnaire sheet was developed via google form and distributed through the WhatsApp   group of English subjects teacher association (MGMP) in West Sumatera. The questionnaire was responded to by 70 (seventy) teachers. The results showed that the teachers want to integrate Islamic values in teaching material. However, the teaching materials that contain it are not easy to find. Then, the teachers also perceived that integrating Islamic values into teaching learning process can build student character.
Persepsi Mahasiswa Tentang Pendidikan Karakter pada Buku Teks Reading di Perguruan Tinggi Swasta Sesmiyanti Sesmiyanti; Rindilla Antika; Yulmiati Yulmiati
Pena : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 7 No. 2 (2018): Pena: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.75 KB) | DOI: 10.22437/pena.v7i2.5289

Abstract

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa eksistensi dari nilai pendidikan karakter pada buku teks yang digunakan pada mata kuliah Reading di STKIP PGRI Sumatera Barat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana data pada penelitian ini dikumpulkan dengan wawancara. Subjek pada penelitian ini adalah dosen yang telah dan mengajar pada mata kuliah Reading dan mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah tersebut. Objek dari penelitian ini adalah buku teks yang digunakan pada mata kuliah Reading di STKIP PGRI Sumatera Barat. Berdasarkan hasil interview diketahui bahwa buku teks yang digunakan tersebut belum mengandung nilai pendidikan karakter yang harus dipelajari dan dibutuhkan oleh mahasiswa. Buku teks tersebut hanya mengandung sembilan nilai pendidikan karakter dari 18 nilai yang terdapat pada Permendikbud tersebut. Nilai karakter yang terdapat dalam buku teks Reading adalah religius, jujur, kreatif, mandiri, kerja keras, rasa ingin tahu, gemar membaca, peduli sosial dan tanggung jawab. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa buku reading yang telah digunakan di jurusan bahasa Inggris di Sumatera Barat belum sepenuhnya mengandung nilai pendidikan karakter. Kata kunci: Pendidikan karakter, buku teks reading, analisa kebutuhan Abstract The aim of this research is to analyze the existence of character education which is included in the textbook used in Reading subject at STKIP PGRI Sumatera Barat. This research is qualitative research which the data were collected through interview. Subject of this research is the lecturers who have taught Reading subject and the students who have complied that subject. The object of this research is the textbook used in Reading subject at STKIP PGRI Sumatera Barat. Based on interview results, it is known that the textbook used in Reading subject does not have character education contents which is needed and learnt by the college students. The textbook used only have nine out of eighteen characters mentioned in Permendikbud No49Tahun2014. They are, religius, honest, creative, independent, hardwork, curiosity, fond of reading, social care and responsible. It can be concluded that the reading textbook used at English Department of STKIP PGRI Sumatera Barat has not indicated the use of characters educational values yet. Keywords: character education, reading textbook, need analysis
SHARINGPLUS SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DALAM PEMBERIAN TUGAS DENGAN TEPAT SASARAN KEPADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG Yelfiza Yelfiza; Siska Siska; Yulmiati Yulmiati
RANGKIANG: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/rangkiang.2021.v3i2.5527

Abstract

ABSTRACT Giving task is one of the learning methods used by the teachers of SMP Muhammadiyah 6 Padang to anticipate the online learning system during Pandemic time. Teachers  create teaching video with the  abandon of task instructions or the teachers create power points about the learning material and send them to goggle classroom or WhatsApp with so many tasks. Based on the interview done with the teachers , it was known that a large number  of  students protested  the teachers toward the  tasks given to them. The students became lazy or unserious to do those tasks so that their tasks had low standard quality that could not achive the lesson competency. When these problems were asked to the students and commonly they said that they could not understand well on the given tasks and they did not have enough capability and ability to do a large numbers of tasks. If this problem was not solved soon, the big trouble between the students and teachers wolud appear. This condiiton could threaten teaching and learning process as long as this pandemic time. For this case, a training and workshop about the learning model “SHARINGPLUS” need to be deliver to teachers. In this activity, the teachers were trained how to implement “SHARINGPLUS”  to change the negative behavior of the students in doing the tasks to positive behavior. Principally, SHARINGPLUS is a learning model that design the tasks based on negotiation between teachers and students, the students’ background knowledge, their comprehension level and their capability.  ABSTRAKMetode pemberian tugas merupakan cara yang digunakan guru SMP Muhamaddiyah 6 Padang dalam menyikapi sistem pembelajaran secara daring atau online pada masa pandemi ini. Dalam pembelajaran daring ini, pada umumnya guru membuat video ajar terhadap materi pada setiap pertemuanya lalu siswa diberiakan tugas atau guru hanya memberikan PPT melalui google classroom atau wa setelah itu memberikan tugas kepada siswa. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru disekolah ini didapatkan informasi bahwa banyak sekali siswa yang protes tentang bobot tugas yang diberikan, siswa menjadi malas untuk mengerjakan tugas sehingga tugas yang dihasilkan bermutu rendah sehingga tidak dapat memenuhi capaian kompentensi mata pelajaran, ketika ditanyakan kepada siswa permasalahan ini umumnya mereka menjawab tidak paham atau tidak mengerti dengan tugas yang diberikan dan mereka tidak sanggup mengerjakan tugas yang begitu banyak. Jika hal ini dibiarkan tentu dapat menimbulkan konflik antara guru dan siswa dan dapat mengancam terhadap kelancaran proses belajar mengajar terutama pada masa pandemi ini, untuk itulah kegiatan pengabdian pada masyarakat ini penting untuk dilakukan. Pada kegiatan ini, guru diberikan wawasan serta dibimbing untuk dapat meggunakan model pembelajaran SHARINGPLUS (Stimulating, Handled with consensus, Appropriateness, Revising, Illustrating, Negotiating, Goal Oriented,  Patient, Loving, Unforgettable, and Sympathetic) untuk dapat mengubah perilaku negative siswa dalam mengerjakan tugas ke pada perilaku positive karena pada prinsipnya pemberian tugas menurut model ini harus berdasarkan kesepakatan antara guru dan siswa dimana tugas harus sesuai dengan background knowledge, tingkat pemahaman dan kesanggupan siswa.    
THEORITICAL REVIEWS ON AFFECTIVE ASSESSMENT TOWARD THE UNDERSTANDING OF SENIOR HIGH SCHOOL ENGLISH TEACHERS IN PADANG OF WEST SUMATERA Yulmiati Yulmiati
Proceedings of ISELT FBS Universitas Negeri Padang Vol 4, No 2 (2016): Proceedings of the 4th International Seminar on English Language & Teaching (ISE
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.856 KB)

Abstract

Based on curriculum 2013 demand, assessment in teaching and learning process emphasizes cognitive, affective and psychomotor domain. Cognitive domain is focus on assessing student knowledge. While affective assessment relates to information about students’ behaviour toward the lesson. Then, in psychomotor domain, teacher concerns to assess students’ skill. In other words, smart, good attitude and good skill are important to be acquired by the students. Unfortunately, most of Senior High School teachers in Padang are still confused to implement affective assessment. In fact, assessing affective domain is essential in order to build students’ soft skills. While soft skill will determine students’ success in their future life whether in their job or in their society. However, some schools in the Indonesia, especially in Padang, are not ready to implement curriculum 2013 and they decide to implement curriculum 2006. Thus, this paper explaines theoretically about the concept of affective assessment in teaching learning process. It involves the concept of the level of affective domain, techniques and instruments that can be used on affective assessment. It is hoped that this paper will be considered by English teachers in Indonesia to implement affective assessment because this assessment is ideal in order to know students’ attitudes through the English as Foreign Language
Techniques of Using Intertextuality and Lecturer-Students’ Power Relation when Communicating Learning Tasks Yelfiza Yelfiza; Yulmiati Yulmiati; Rika Afriyanti; Syayid Sandi Sukandi
AT-TA'LIM Vol 27, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.712 KB) | DOI: 10.15548/jt.v27i1.605

Abstract

Considering the students’ emotion is essential in having the students to learn. Most Minangkabaunese students do not like being dictated for any activities with a thousand words. This paper is aimed at finding out some techniques of using intertextuality to balance lecturer-students’ power relations when communicating learning tasks. This research is qualitative with content analysis. Data were collected from six lecturers, teaching at Sekolah Tinggi Keguruandan Ilmu Pendidikan, Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI), selected purposively. Techniques of observation and video recording were used in collecting data. The discourse was transcribed and categorized into some techniques of using examples based on the content called content analysis.A contextual analysis was used to show lecturer-students’ power relations and formulated proposition.   Findings show that the techniques of using intertextuality includeShowing Techniques of Doing Tasks (STDT), Giving Example of the Task Topic (GETT), and UERS. Using STDT  had an impact on students’ readiness to learn. Meanwhile, Using GETT enhances students’ language development. Finally, Using Example of Real Situations (UERS)  gives students’ opportunity to have a learning experience. Moreover, the techniquescause the lecturer and students to have a balanced power relation. The findings are significant for teachers or lecturers as guidance to communicate with students efficiently and effectively. They are expected not to dominate communication when interacting with them, especially to those who have excessive individualism. Other researchers who are interested in studying this topic are expected to be inspired to research this area viewed from other viewpoints.