Claim Missing Document
Check
Articles

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan publik di Pemerintahan Kabupaten Bandung Heru Ryanto Budiana; Atwar Bajari; Rahman Mulyawan
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 8, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.778 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v8i1.23768

Abstract

Bandung. Selain untuk menjaga nilai budaya Sabilulungan sebagai salah satu warisan budaya Sunda, Sabilulungan juga memiliki nilai yang dapat diterapkan pada setiap aktivitas Pemerintahan agar berlangsung dengan baik. Salah satunya adalah aktivitas komunikasi pelayanan publik. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Transformasi nilai kearifan lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten Bandung. Subjek penelitian ini dipilih dengan cara purposive dimana subjek dalam penelitian ini adalah aparatur Pemerintah Kabupaten Bandung. Objek penelitian ini adalah hal yang terkait dengan transformasi nilai kearifan lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten Bandung pada kepemimpinan Dadang Naser. Hasil penelitian ini diantaranya adalah nilai Sabilulungan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintahan karena mengandung nilai moralitas didalamnya. Sabilulungan memiliki makna gotong royong, sehingga bisa ditransformasikan pada aktivitas komunikasi pelayanan publik karena dapat menjadi landasan dalam pelaksanaan untuk tercapainya sinergitas dan empati yang merupakan bagian penting dari pelayanan publik. Sabilulungan juga dapat membantu tercapainya komunikasi yang efektif dimana semua pihak dapat menerima pesan yang hendak disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya nilai Sabilulungan belum sepenuhnya dipahami dan diterapkan sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan nilai Sabilulungan. Peneliti menyarankan salah satu inovasi yang bisa diterapkan agar lembaga Pemerintah dapat mengoptimalkan transformasi nilai kearifan lokal yakni dengan menggunakan kemajuan teknologi khususnya media internet didalamnya media sosial agar seluruh aspek pemerintah juga masyarakat dapat mewujudkan tujuan dari pelayanan publik yakni tercapaikanya kesejahteraan masyarakat.
Pemanfaatan mading dan website dalam membentuk sikap antikorupsi siswa di kota Kupang Atwar Bajari; Uud Wahyudin
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 7, No 1 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.16 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v7i1.20016

Abstract

Peningkatan angka kejahatan korupsi di Indonesia sangat menghawatirkan. Namun demikian peran media lebih banyak memberikan perhatian pada pemberitaan dan pendalaman kasus, serta jarang sekali berperan sebagai media edukasi dan peningkatan literasi. Padahal, generasi muda membutuhkan edukasi tentang bahaya korupsi dan pembentukan sikap anti korupsi. Penelitian ini berusaha merancang media alternatif website dan mading dengan jenis pesan informatif dan persuasif tentang bahaya korupsi, yang tidak dilakukan oleh media massa. Eksperimen dua media dengan dua jenis pesan dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pembentukan sikap anti korupsi dari anak-anak yang menjadi objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen 4x3 dengan jumlah anggota pada setiap kelompok adalah 15 orang. Pengukuran dilakukan dua kali yakni pre-test dan post-test untuk mengukur perubahan yang terjadi dengan melihat perbedaan dua rata-rata pengukuran. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial menggunakan uji t dan uji perbandingan kelompok Kuskal-Wallis (H) untuk mengetahui desain kelompok terunggul. Tingkat kepercayaan untuk setiap pengujian pada (p) 0,05. Penelitian dilakukan pada SMA Negeri di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Provinsi NTT memiliki angka kasus korupsi tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mading lebih mampu membentuk sikap anti korupsi dibandingkan website dan jenis pesan persuasif memiliki pengaruh berbeda secara signifikan dibandingkan jenis pesan informatif dalam mempengaruhi sikap anti korupsi. Kemudian kombinasi mading dengan pesan persuasif memberikan skor rata-rata sikap anti korupsi lebih tinggi dibandingkan mading dengan pesan informatif, website dengan pesan persuasif dan website dengan pesan informatif.
RELASI KUASA DAN SIMBOL EKONOMI-POLITIK GEREJA DALAM KONTESTASI POLITIK LOKAL PROVINSI NTT Mikhael Rajamuda Bataona; Atwar Bajari
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 5, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.871 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v5i2.8831

Abstract

Studi ini menyingkap relasi kuasa antara aktor atau rezim politik dengan otoritas gereja dalam kontestasi politik lokal di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bagaimana relasi kuasa tersebut menyembunyikan barter kepentingan ekonomi-politik. Menggunakan empat pisau analisis, yaitu: Dekonstruksi dari Jaques Derida; Modal, Habitus, Kekuasaan simbolik, dan Kekerasan Simbolik dari Pierre Bourdieu; Relasi Kuasa/Pengetahuan dari Michel Foucault; dan Diskursus dari Jurgen Habermas, studi ini menemukan fakta adanya dominasi dan hegemoni terhadap umat dan adanya motif ekonomi-politik di balik relasi kuasa tersebut. Studi tentang barter kepentingan gereja dan rezim politik di NTT belum pernah dilakukan. Praktik politik ini bahkan telah menjadi sebuah budaya politik di NTT yang terus berulang dalam setiap Pemilu. Kesadaran umat di NTT juga telah dimanipulasi. Baik melalui dominasi langsung, yaitu melalui perintah dan aturan gereja. Maupuan hegemoni, yaitu melalui wacana ideologis yang didistribusikan untuk menormalisasi cara pandang umat. Tujuannya adalah untuk mendapat manfaat elektoral dalam setiap pemilu. Umat akhirnya terus mengalami kekerasan simbolik. Tujuan studi ini adalah untuk menginisiasi sebuah gerakan emansipasi lewat wacana-wacana kontra-hegemoni di ruang-ruang publik di NTT dan advokasi terhadap umat. Sasarannya adalah untuk mentransformasi kesadaran umat dan masyarakat NTT pada umumnya, untuk menjadi lebih demokratis dan manusiawi. 
Functions and Values of Ritual “Larung Sesaji Kelud” in the local Community of Mount Kelud Anam Miftakhul Huda; Atwar Bajari; Asep Saeful Muhtadi; Dadang Rahmat
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 10, No 2 (2017): (Accredited Sinta 3)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v10i2.2744

Abstract

Larung sesaji kelud is a customary ritual that has a crater of Mount Kelud. It is a traditional Javanese cultural ceremony. This ceremony is held every month Suro (Javanese calendar). This ritual is held in the Sugihwaras Village, Ngancar District, Kediri. This research uses qualitative method. Qualitative method is a research procedure that produces descriptive data in the form of written or oral data of the people observed. The data in this research are the result of interview with informant and act of perpetrator of ceremony. Larung sesaji means to reject the oath of Lembu Suro vaunted by Goddess Kilisuci. “Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping, yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, lan Tulungagung dadi kedung " besides this sacred ritual as a form of gratitude to the god as a ruler, and also to reverence to the ruler of Mount Kelud. Larung sesaji Kelud as cultural preservation has spiritual values, as well as tourism asset so it can improve the economy of the surrounding community.
KONSTRUKSI CANTIK DALAM AKUN INSTAGRAM Vanda Sekar Yanti; Atwar Bajari
Jurnal Ranah Komunikasi Vol 3 No 2 (2019): Jurnal Ranah Komunikasi (JRK)
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.604 KB) | DOI: 10.25077/rk.3.2.55-68.2019

Abstract

Sebutan cantik adalah sesuatu yang disukai oleh kaum perempuan sehingga mereka berusaha meraihnya dengan berbagai cara. Namun seiring dengan perkembangan zaman definisi cantik tidak semata ukuran fisik. Cantik mengalami definsi sosial bahkan kultural. Seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial, sifat dan kategori cantik mengalami pergeseran yakni cantik dalam ruang virtual seperti media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi cantik menurut mahasiswa “Unpad Geulis” di akun Instagram “Unpad Geulis”. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi fenomenologi. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori Konstruksi Realita Sosial dan Teori Mitos Kecantikan. Data pada penelitian ini diperoleh melalui observasi, studi kepustakaan, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini adalah terdapat dua kategori motif mengapa para mahasiswa peraih predikat cantik membiarkan foto-foto mereka diunggah di akun Instagram “Unpad Geulis” yaitu kategori because-motive (motif masa lalu): motif hiburan dan kategori in-order-to-motive (motif masa depan): menjadi terkenal, di antara orang lain, self branding, atau sesederhana ingin memiliki lebih banyak teman. Makna cantik di akun Instagram “Unpad Geulis” yaitu cantik yang memperhatikan nilai estetika foto sehingga menghasilkan kecantikan yang serupa (template). Pengalaman yang dirasakan oleh para informan cenderung sama yaitu peningkatan jumlah followers secara signifikan, mendapatkan direct message dari banyak orang, mendapatkan likes foto yang banyak, mendapatkan berbagai macam komentar, dan mend apatkan tawaran pekerjaan. Konsep diri yang tercipta dalam diri para informan penelitian adalah positif dengan komposisi citra yang positif dan high self esteem.
Strategi Komunikasi Pemasaran Pengelola Clothing Line di Instagram Rini Anisyahrini; Atwar Bajari
PRofesi Humas Vol 3, No 2 (2019): PRofesi Humas Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 10/E/KPT/2019
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1046.308 KB) | DOI: 10.24198/prh.v3i2.18920

Abstract

Kota Bandung merupakan tempat berkembang industri kreatif clothing line. Clothing line berupaya membuat, memasarkan dan membangun merek sendiri dalam industri fashion di Instagram.Salah satu clothing line yang menggunakan Instagram adalah @nadjaniindonesia. Penggunaan Instagram tersebut meliputi; pengelolaan akun, membuat capture dan caption, dan management posting yang digunakan dalam akun Instagram sebagai upaya strategi pemasaran. Penelitian ini berupaya menjelaskan; (1) Strategi komunikasi pemasaran akun Instagram @nadjaniindonesia, (2) Pengelolaan akun Instagram @nadjaniindonesia, (3) Proses membuat capture dan caption (4) Management posting akun Instagram @nadjaniindonesia. Penelitian ini menggunakan Studi Kasus untuk menjelaskan strategi komunikasi pemasaran clothing line melalui Instagram. Objek penelitian adalah seluruh aktivitas pengelolaan akun Instagram @nadjaniindonesia.Hasil penelitian menunjukan bahwa; (1) Strategi komunikasi pemasaran dengan meng-endorse “selebgram” dan pemilik merek diendorse menjadi selebgram. Selanjutnya mereka memberikan give away dan kuis, (2) Pengelolaan akun dilakukan oleh pemilik brand dengan tim digital marketing dan website dimana mereka telah menyediakan anggaran untuk promosi, (3) Proses capture foto dan Captions dibuat oleh pemilik brand dan tim digital marketing dan website. Capture foto dan video menggunakan model pemilik brand dan model professional yang ditangani oleh fotografer berpengalaman, (4) Pemilik brand dan tim digital marketing dan website berusaha mengelola posting, mem-follow up dan menjawab setiap komentar dan pertanyaan dari follower. Selanjutnya aktivitas capture foto dan captionsdengan gambar pemilik yang sedang traveling, cenderung mendapatkan respons untuk di “love” dan dikomentari tinggi oleh pembaca serta mendorong pembelian produk.
Gethok Tular, Pola Komunikasi Gerakan Sosial Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Samin di Sukolilo Rini Darmastuti; Atwar Bajari; Haryo S Martodirdjo; Eni Maryani
Jurnal ASPIKOM - Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 3, No 1 (2016): Juli 2016
Publisher : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.201 KB) | DOI: 10.24329/aspikom.v3i1.103

Abstract

The social movement that strongly opposed the construction of cement plant in Sukolilo, Pati, Central Java constitutes a unique social movement. This movement, which is known as protest action, was conducted in a non violent way. One of the ways to embrace people in Sukolilo is by using communication strategy, called as ‘gethok tular’. This is a communication strategy based on local wisdom owned by Samin community. In its growth, gethok tular has formed communication pattern in Samin’s social movement. The communication pattern of gethok tular is in the form of informal communication. This paper was based on the result of constructivist research using ethnography of communication approach. Direct and in-depth interviews were employed to collect data.
Deviasi Peran Dan Komunikasi Pengasuhan Dalam Keluarga Anak -Anak Marjinal (Kajian Lapangan pada Anak-Anak Pengamen Kota Cirebon) ATWAR BAJARI
Jurnal AKRAB Vol. 2 No. 2 (2011): Agustus 2011
Publisher : Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51495/jurnalakrab.v2i2.158

Abstract

Salah satu agenda penting Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat dalam kurun 2010- 2014 adalah memperluas jangkauan layanan dan keberpihakan kepada masyarakat marjinal. Demikian juga halnya dengan parenting, program ini mesti diarahkan untuk menjangkau kelompok masyarakat marjinal ini. Persoalannya, kultur masyarakat marjinal (misalnya, cara mendefinisikan diri, pandangannya terhadap keluarga dan lingkungan, perilaku berkomunikasi, dan sebagainya) berbeda dengan kultur masyarakat pada umumnya. Sehingga, pola-pola parenting yang' berlaku umum sering tidak bisa diterapkan dengan mudah pada masyarakat marjinal ini. Dengan demikian, masyarakat marjinal membutuhkan pola-pola parenting yang unik dan sesuai dengan kulturnya. Tulisan ini mencoba mengupas kultur khas masyarakat marjinal tersebut pada anak-anak pengamen jalanan di Kota Cirebon. Tulisan ini berisi tentang bagaimana anak pengamen memaknai dirinya, memaknai perannya bagi keluarga dan lingkungan, serta pola komunikasi yang terjadi antara dirinya dengan keluarga, lingkungan, dan teman di jalanan. HasiL-hasil penelitian ini merekomendasikan beberapa syarat bagi keberhasilan program parenting pada masyarakat marjinal komunitas pengamen jalanan. Parenting, pada anak-anak ini, harus dibarengi dengan penguatan kecakapan keorangtuaan, peningkatan peran sekolah sebagai pendamping, dan perubaban cara pandang pemerintah terbadap mereka.
HUBUNGAN ANTARA MOTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEPUASAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GENERASI MILENIAL sri wahyuning astuti; Atwar Bajari; Atie Rachmiatie; Anter Venus
PRoMEDIA Vol 5, No 2 (2019): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v5i2.2358

Abstract

A stable person is described as a person who is able to establish positive interpersonal relationships. Interpersonal relationships are built through interpersonal communication. The way a person chooses motives in interpersonal communication is believed to be able to influence their satisfaction in communicating. Interpersonal communication motives are a reason for someone to be involved in communication and how someone communicates. 6 motives are the reasons for a person to communicate, namely pleasure, affection, inclusion, escape, relaxation and control (A. M. Rubin, Martin, & Rubin, 1998). Millennial as a generation that stands out in terms of numbers has several uniqueness and weaknesses. One of the salient weaknesses of this generation, which is almost half of Indonesia's population, is the inability to establish interpersonal communication. This inability, of course, affects the satisfaction of their communication and interpersonal relationships.This research will try to find a relationship between interpersonal communication motives with relationship satisfaction and millennial interpersonal communication in Indonesia. The subjects in this study are the millennial generation in high school in the south Jakarta area, aged 15-19 years. (Howe, 2014). Data was collected using a Motive Interpersonal Communication Scale consisting of 27 items (R. B. Rubin, Perse, & Barbato, 1988) and Communication Satisfaction Scale consisting of 18 items. (Hecht, 1978)  To calculate data from this study using SEM analysis. In addition to seeing the relationship between the two variables, also to find out the dimensions of each research relationship. The results revealed a positive relationship between the selection of interpersonal communication motives with interpersonal communication satisfaction with a CR value of 8.942 and an etimate value of 0.401Keywords: interpersonal communication satisfaction, millennial generation, communication motives. Relationship satisfactionAbstrak            Pribadi yang stabil digambarkan sebagai pribadi yang mampu menjalin hubungan interpersonal secara positif. Hubungan interpersonal diantaranya dibangun melalui komunikasi interpersonal. Cara seseorang memilih motif dalam melakukan komunikasi interpersonal, dipercaya mampu mempengaruhi kepuasaan mereka dalam berkomunikasi. Motif komunikasi interpersonal adalah alasan seseorang untuk terlibat dalam komunikasi dan bagaimana seseorang melakukan komunikasi. 6 motif menjadi alasan seseorang melakukan komunikasi, yakni kesenangan, kasih sayang, inklusi, pelarian, relaksasi dan kontrol.(A. M. Rubin, Martin, & Rubin, 1998). Milenial sebagai generasi yang menonjol dari segi jumlah memiliki beberapa keunikan maupun kelemahan. Salah satu kelemahan yang menonjol yang dimiliki oleh generasi yang jumlahnya hanpir separuh dari jumlah penduduk Indonesai ini adalah ketidakmampuan menjalin komunikasi interpersonal. Ketidakmampuan ini,tentu saja mempengaruhi kepuasaan komunikasi dan hubungan interpersonal mereka.            Riset ini akan mencoba mencari hubungan antara motif komunikasi interpersonal dengan kepuasan hubungan dan komunikasi interpersonal milenial di Indonesia. Subyek dalam penelitian ini adalah generasi milenial yang ada Sekolah Menengah Atas di wilayah jakarta selatan yang berumur 15-19 tahun. (Howe, 2014).             Data diambil dengan menggunakan Skala Motif komunikasi antar pribadi yang terdiri dari 27 item(R. B. Rubin, Perse, & Barbato, 1988)  dan Skala Kepuasan Komunikasi yang terdiri dari 18 item. (Hecht, 1978)  Untuk menghitung data dari penelitian ini menggunakan analisis SEM. Selain untuk melihat hubungan antara kedua variabel, juga untuk mengetahui hubungan perdimensi dari masing-masing skala penelitian.  Hasil penelitian mengungkap ada hubungan positif antara pemilihan motif komunikasi antarpribadi dengan kepuasaan komunikasi interpersonal dengan nilai CR= 8,942 dan nilai etimate 0,401 Kata Kunci: kepuasan komunikasi antar pribadi, generasi milenial, motif komunikasi. Kepuasaan hubungan
Peningkatan Pengetahuan Kebencanaan Masyarakat Pangandaran Dalam Mewujudkan Masyarakat Tahan Bencana Priyo Subekti; Atwar Bajari; Dadang Sugiana; Hanny Hafiar
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2022): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v6i2.8203

Abstract

Pangandaran is an environmentally-based tourism destination that is quite popular in Indonesia, but Pangandaran has a high potential for disaster. Pangandaran is ranked 16th among all districts in Indonesia in terms of disaster potential. Therefore, a program is needed to increase community resilience, community adaptability to disasters, so that people are able to act quickly and precisely when disasters occur and communities are resistant to post-disaster effects. The methods used in this service include lectures, discussions and disaster simulations. With this service activity, it is hoped that the community can: 1) understand and know how to behave when a disaster occurs to reduce disaster risk, around their place of residence; 2) the community knows how and where to look for information on disaster which includes disaster techniques and management; 3) improve the physical and mental preparedness of the community when a disaster occurs; 4) provide an understanding to the community of the importance of preserving the environment in order to avoid disasters.