Claim Missing Document
Check
Articles

ADVERSITY QUOTIENT MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN YANG SEDANG MENGIKUTI KBK DENGAN METODE SCL Fitria, Nita
KEPERAWATAN Vol 4, No 2 (2016): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (763.173 KB)

Abstract

ABSTRAKAdversity Quotient (AQ) merupakan suatu bentuk pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam merespons suatu tantangan atau kesulitan dalam kehidupannya untuk mencapai suatu keberhasilan. Salah satu tantangan dan kesulitan bagi mahasiswa keperawatan dalam menghadapi program  Kurikulum Berbasis  Kompetensi (KBK) dengan Metode Student Centered Learning (SCL). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran  Adversity Quotient  Mahasiswa Fakultas Keperawatan Angkatan 2011 yang  sedang mengikuti Kurikulum Berbasis  Kompetensi dengan Metode Student Centered Learning (SCL). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi  dengan jumlah sampel 142 orang mahasiswa keperawatan angkatan 2011. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari Adversity Response Profile Quick TakeTM. Hasil penelitian didapatkan Adversity Quotient mahasiswa Angkatan 2011 yang sedang mengikui KBK dengan metode SCL adalah sebagian besar responden yaitu 87 orang (61,27%) pada kelompok climber, sebagian kecil dari responden yaitu 50 orang ( 35,21 %)  pada kelompok transisi camper ke climber, sebagian kecil dari responden yaitu 5 orang ( 3,52 %) pada kelompok camper, tidak seorangpun responden yaitu 0 orang ( 0,00%) pada kelompok transisi quitter ke camper dan tidak seorangpun responden yaitu 0 orang ( 0,00%) pada kelompok quitter. Berdasarkan hasil penelitian diatas disimpulkan sebagian besar mahasiswa pada kelompok climber. Kata Kunci: Adversity Quotient, KBK, SCL ABSTRACTAdversity Quotient (AQ) is a form of measurement used to determine a persons ability to respond to a challenge or difficulty in achieving a successful life. One of the challenges and difficulties for nursing students was the face of programs Competency-Based Curriculum (CBC) with the method of Student Centered Learning (SCL). The purpose of this study to determine the image Adversity Quotient Force 2011 Nursing Students who are following the competency based curriculum with the method of Student Centered Learning (SCL). The method used was descriptive method quantitative. Sampling technique used was the total population with a sample of 142 nursing students of 2011 class. Measuring device is used in this study is a modification of the Adversity Response Profile Quick TakeTM.The results obtained Adversity Quotient was a student from 2011 who attended a CBC with SCL method is the majority of respondents ie 87 people (61.27%) in the climber, a fraction of the respondents is 50 people (35.21%) in the transition to a camper climber, a fraction of the respondents ie 5 persons (3.52%) in the camper, none of the respondents ie 0 (0.00%) in the transition to a camper quitter and none of the respondents, namely 0 (0.00%) on the quitter. Keywords: Adversity Quotient, the Competency Based Curriculum, Student Centered Learning
Gambaran Adversity Quotient Pada Petugas Di LPKA Kelas II Bandung Ramdani, Dani; Hidayati, Nur Oktavia; Fitria, Nita
KEPERAWATAN Vol 5, No 1 (2017): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.556 KB)

Abstract

ABSTRAKPetugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II Bandung menjalankan pembinaan dengan jumlah yang banyak, yaitu sekitar 190 anak. Petugas LPKA mempunyai peran ganda dalam menjalankan tugasnya, selain menjalankan tugas pokok, petugas berperan sebagai wali bagi anak dengan berbagai karakter anak yang berbeda. Kondisi yang terjadi tentunya menjadi sebuah tantangan dalam bertugas. Adversity Quotient (AQ) menjadi hal yang penting bagi petugas LPKA dalam menghadapi tantangan dan masalah yang terjadi selama bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Adversity Quotient pada petugas LPKA kelas II Bandung. Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan populasi 28 orang petugas yang berkaitan langsung dengan anak. Setelah menggunakan teknik total populasi didapatkan sampel 28 orang. Alat ukur yang digunakan yaitu instrumen Adversity Response Profile (ARP) Quick TakeTM yang telah dimodifikasi. Instrumen ini berupa kuisioner yang terdiri dari 40 pertanyaan yang mencakup keempat dimensi AQ. Data dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi.Berdasarkan analisa data didapatkan hasil bahwa  Adversity Quotient petugas LPKA kelas II Bandung sebagian besar responden yaitu 17 orang (60,1%) pada kelompok transisi camper ke climber, 6 orang (21,43 %) pada kelompok climber, 5 orang (17,86 %) pada kelompok camper, tidak seorangpun yaitu 0 orang (0.00%) pada kelompok transisi quitter ke camper dan tidak seorangpun yaitu 0 orang (0.00%) pada kelompok  quitter. Simpulan penelitian didapatkan bahwa sebagian besar petugas pada transisi camper ke climber. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan untuk diadakan pelatihan motivasi dan dilakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengarugi AQ pada petugas di LPKA kelas II Bandung. Kata kunci: Adversity Quotient, Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II bandung, Petugas LPKA.  ABSTRACTLPKA  class II Bandung runs coaching in large numbers of children, which are about 190. The warders in LPKA also acting as guardian for children with a variety of children’s characters. This condition is a challenge for carrying out the duty. Adversity Quotient (AQ) becomes important for the officers in facing the challenges and problems that occur during the work. The purpose of this study is to find out the description of the warders’ AQ.The design of the research used quantitative descriptive method. The total population is 28 warders - who are directly related to the children. After using total population technique, it is obtained 28 participants. The used measuring instrument is ARP Quick TakeTM – which has been modified. These instruments seem like questionnaire consisting of 40 questions and covering the four dimensions . Data was analyzed using frequency distribution. Based on the analysis of the data, it showed that the officers’ AQ is majority respondents (17 respondents or 60.1%) including in the group of transition camper to the climber, 6 respondents (21.43%) are in the group of climbers, 5 respondents (17.86 %) are in the camper, no one (0.00%) is in the group of transition quitter to the camper and also no one 0 (0.00%) is in the quitter group. The conclusion showed that the majority of warders are in the camper transition to the climber. That’s suggested to arrange a motivational training and conduct further research about factors that cause AQ towards the warders. Keywords: Adversity Quotient, LPKA class II bandung, warders in LPKA
Senam Jantung Sehat Seri-I 3 kali seminggu Meningkatkan Kebugaran Jasmani Lansia Fitria, Nita; Lydyana, Lynna; Iskandar, Shelly; Lubis, Leonardo; Purba, Ambrosius
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 5, No 1 (2019): Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v5i1.15741

Abstract

ABSTRAKPenurunan kebugaran jasmani berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian lansia. Kebugaran jasmani seseorang  yang berusia 60 tahun ditentukan oleh tingkat kebugaran jasmani melalui Senam jantung Sehat Seri-I, namun aktivitasnya memerlukan frekuensi yang tepat agar tidak menimbulkan cedera olahraga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis frekuensi Senam jantung Sehat Seri-I yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani pada lansia. Penelitian ini menggunakan metode pre-experimental dengan pendekatan pre-test dan post-test design yang mengikutsertakan  27 lansia sehat dan  rutin melakukan senam Jantung Sehat Seri-I yang tinggal di Panti Whreda. Subjek penelitian terbagi  menjadi 3 kelompok berdasarkan frekuensi aktifitas senam per minggu yaitu 3,4, dan 5 kali seminggu selama 6 minggu. Peningkatan kebugaran jasmani ditentukan melalui  jarak tempuh yang dilalui lansia setelah  tes jalan 6 menit (six minutes test) pada minggu ke-1 dan ke-6. Perbedaan rata-rata jarak tempuh setelah dilakukan senam secara statistik dianalis  menggunakan  uji-t berpasanan dengan p-value 0,05 dinyatakan sebagai signifikan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kelompok lansia yang melakukan Senam Jantung Sehat Seri-I 3 kali seminggu memiliki rata-rata perbedaan jarak tempuh yang signifikan (mean difference = -106,0 ; p =0,009), sementara kelompok 4 dan 5 kali seminggu tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian ini memberikan bukti bahwa Senam Jantung Sehat Seri-I 3 kali seminggu  meningkatkan kebugaran jasmani. Peneliti menyarankan kepada Kepala Panti untuk memprogramkan  pelaksanaan Senam Jantung Sehat Seri-I frekuensi 3 kali seminggu kepada lansia sehat yang tinggal di panti. ABSTRACT Decreasing physical fitness contributes to the morbidity and mortality rates of the elderly. Physical fitness of a person aged 60 years is determined by the level of physical fitness through a six minutes test.. Efforts to improve physical fitness levels are needed for sports, one of which is Senam Jantung Sehat Seri-I, which takes into account the frequency of exercise. The purpose of this study was to analyze the frequency of Senam Jantung Sehat Seri-I that can improve cardiorespiratory fitness in the elderly. This study used a pre-experimental method with a pre-test and post-test design approach that included 27 healthy elderly people and routinely carried out Senam Jantung Sehat Seri-I exercises at the Nursing Home. The research subjects were divided into 3 groups based on the frequency of gymnastics activity per week which was 3.4, and 5 times a week for 6 weeks. Improved physical fitness was determined through the distance traveled on the 6-minute test at weeks 1 and 6. The difference in statistically traveled distance was analyzed using Independent t-test with a p-value 0.05 expressed as significant. The elderly group who did Senam Jantung Sehat Seri-I 3 times a week had a significant mean difference (-106.0; p = 0.009), while groups 4 and 5 times a week did not show significant results. In conclusion, this study provides evidence that Senam Jantung Sehat Seri-I 3 times a week improves cardiorespiratory fitness.
Three Times a Week Healthy Heart Gymnastics Series-I to Improve Physical Fitness of Elderlies Fitria, Nita; Lidyana, Lynna; Iskandar, Shelly; Lubis, Leonardo; Purba, Ambrosius
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Vol 4, No 2 (2019): Promote a More Active and Healthier lifestyle Through Physical Education
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (833.479 KB) | DOI: 10.17509/jpjo.v4i2.16679

Abstract

The decrease of physical fitness contributes to the morbidity and mortality rates of elderlies. Physical fitness of a person aged 60 years is determined by the level of physical fitness examined through a six minute test. Efforts to improve physical fitness level through sport are needed, one of which is Senam Jantung Sehat Seri-I (Healthy Heart Gymnastics Series-I) with the accurate exercise frequency. The purpose of this study was to analyze the frequency of Senam Jantung Sehat Seri-I that could improve cardiorespiratory fitness in elderlies. This study used pre-experimental method with pre-test and post-test design approach involving 27 healthy elderlies who followed a routine Senam Jantung Sehat Seri-I exercise at the Nursing Home. The research subjects were divided into 3 groups based on the frequency of gymnastics activity per week including 3, 4, and 5 times a week for 6 weeks. Improved physical fitness was determined through the distance traveled by the participants on the 6-minute test at week 1 and week 6. The traveled distance difference was analyzed by using Independent t-test with a p-value 0.05. The elderly group who did Senam Jantung Sehat Seri-I three times a week had a significant mean difference (-106.0; p = 0.009), while groups who performed 4 and 5 times a week exercises did not show significant results. In conclusion, this study provides evidence that Senam Jantung Sehat Seri-I three times a week could improve cardiorespiratory fitness.
PENGARUH AKUT MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN SPASIAL Lubis, Leonardo; Fitria, Nita
Majalah Kedokteran Indonesia Vol 69 No 4 (2019): Journal of the Indonesian Medical Association Majalah Kedokteran Indonesia Volum
Publisher : PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.0679/jinma.v69i4.68

Abstract

Pendahuluan: Musik klasik adalah komposisi musik dengan melodi kompleks yang dapat mengaktivasi area Brodmann 22, 9, 46, 17, 18, dan 19. Area-area tersebut penting pula untuk kemampuan spasial, yaitu fungsi kognitif untuk merancang, menggambarkan, dan membayangkan suatu objek dalam ruang secara tepat. Dalam bidang kedokteran, kemampuan spasial sangat dibutuhkan untuk pembelajaran anatomi, interpretasi radiograf dan prosedur bedah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh music klasik terhadap kemampuan spasial. Metode: Penelitian eksperimental dilakukan terhadap subjek,yaitu: 182 orang mahasiswa kedokteran Unpad yang terdiri dari 117 orang perempuan dan 65 orang laki-laki. Subjek dikelompokkan menjadi kelompok yang diperdengarkan musik Mozart Sonata K448 selama 10 menit (perlakuan) dan kelompok yang tidak diperdengarkan apapun dan hanya duduk diam selama 10 menit (kontrol). Setelah perlakuan, subjek mengerjakan tes spasial. Parameter yang diamati adalah rata-rata nilai tes spasial. Hasil dianalisis dengan uji T tidak berpasangan. Hasil: Rerata skor spasial kelompok musik klasik lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol, baik pada perempuan (33,6379 vs. 31,6949)(nilai p 0,0235) maupun laki-laki (36,8387 vs. 33,9198)(nilai p 0,0125). Kesimpulan: Musik klasik memberikan stimulasi area fungsional otak spesifik sehingga dapat meningkatkan kemampuan spasial secara akut.
PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN YANG HANYA BERLANGSUNG SATU PUTARAN PADA TAHUN 2014 FITRIA, NITA
NOVUM : JURNAL HUKUM Vol 2 No 4 (2015)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2674/novum.v2i4.16395

Abstract

Pasal 159 ayat (1) UU Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (selanjutnya di sebut dengan UU Pilpres) bahwasanya pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden harus memperoleh suara lebih dari 50% dan sedikitnya 20% suara disetiap provinsi dari setengah jumlah provinsi di Indonesia dan pasal 159 ayat (1) UU Pilpres merupakan turunan dari pasal 6A ayat (3) UUD NRI 1945. Pada pemilihan umum tahun 2014 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden hanya terdiri dari dua pasangan, maka Mahkamah Konstitusi memutuskan pemilu tahun 2014 cukup satu kali putaran. Hal ini menjadi persoalan karena pasal 6A UUD NRI 1945, menyebutkan bahwa pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian normatif. Dengan metode ini diharapkan penulis dapat menemukan suatu aturan, prinsip hukum dan doktrin-doktrin hukum. Dalam penelitian ini pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep. Interpretasi yang digunakan adalah interpretasi gramatikal yaitu penafsiran bahasa, yang digunakan menafsirkan pasal 6A UUD NRI 1945. Teknik analisis bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan secara preskriptif. Kata Kunci: Pemilu,Presiden dan Wakil Presiden,satu putaran. Abstract Chapter 159 section (1) of Law no. 42 Year 2008 concerning the election of the President and Vice President pair states that Candidates of President and Vice President must obtain more than 50% votes and at least 20% of votes in each province from half of the total provinces in Indonesia and Chapter 159 section (1) of Act 42 of 2008 on the Presidential Election and Vice-President is a derivative of Chapter 6A section (3) Constitution NRI 1945. In the 2014 general election, there were only two participatingpairs of candidates for President and Vice President, the Constitutional Court decided that the election in 2014 was to be conducted in one round. This becomes a problem because Chapter 6A Constitution NRI 1945, states that candidates for President and Vice President who obtain more than 50 percent of the vote in an election with at least 20 percent of the vote in each of the provinces across Indonesia, were sworn in as President and Vice President.The research method used is a method normative research. With this method the authors expected to find a rule, the legal principles and legal doctrines. In this study the approach in use is the approach of legislation and conceptual approach. The interpretation used is grammatical interpretation which is the interpretation of the language, which is used to interpret the Constitution Chapter 6A 1945. NRI legal materials analysis techniques in the study is conducted prescriptively. Keywords : Election, President and Vice-President, one round.
PERAN ORANGTUA DALAM MENGIRINGI USIA PERALIHAN ANAK MENUJU REMAJA DI LINGKUNGAN SB TANJUNG PANDAN MALAYSIA Fitria, Nita; Nurdin, Astoni; Saikhoni, Saikhoni; Irawan, Edy; Agustian, Rendika
Bagimu Negeri Vol 8, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52657/bagimunegeri.v8i1.2376

Abstract

Usia puber atau disebut masa praremaja adalah  merupakan suatu fase prkembangan anatara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10-12 tahun. Pada masa pra remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis atau psikologis maupun sosial. Tapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan. Masa pra remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Ciri-ciri penting pra remaja awal yaitu keinginan untuk menyendiri, berkurang kemauan untuk bekerja, kurang kordinasi fungsi-fungsi, kejenuhan,kegelisaan, kepekaan perasaan kurang percaya diri, dan timbul minat pada lawan jenis. Adaptasi yang dibutuhkan mendorong pra remaja untuk mengembangkan mekanisme dan gaya prilaku yang akan digunakan atau adaptasi sepanjang kehidupan. Orang tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari bawa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang sering dibantu. Orang tua menjadi bingung menghadapi labilitas emosi dan prilaku anak tersebut. Oleh sebab itu, sebagai orangtua perlu membekali diri untuk mengiringi fase perkembangan praremaja dari anak-anak beralih ke dunia remaja.
Description of Academic Learning Environment Undergraduate Nursing Study Program Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran Karisa, Putri; Fitria, Nita; Nurhakim, Furkon
INDONESIAN NURSING JOURNAL OF EDUCATION AND CLINIC (INJEC) Vol 7, No 2 (2022): INJEC
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24990/injec.v7i2.570

Abstract

Introduction: A stressful, authoritarian, and lack of collaboration learning environment can reduce students' motivation and interest in learning which ends in learning outcomes that are not optimal. Efforts to improve the quality of the learning environment need to be done by assessing the learning process, teachers, academic achievement, learning atmosphere and social environment. The purpose of this study will be to identify the description of the academic learning environment.Method: This descriptive cross-sectional study was conducted on 271 participating students as a sample using the Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM). The sampling technique used is proportional stratified random sampling. The data were analyzed to determine the frequency distribution of the academic learning environment which was then analyzed for each sub-variable.Results: The results of this study show that the academic learning environment score is 133.75/200 (72%), included in more positive than negative category. Based on the sub dimensions, the results of the learning process (33.41/48), teachers (30.98/44), academic achievement (23.39/32), learning atmosphere (29.79/48), and social environment (16 ,17/28). Academic achievement is the sub dimension with the highest rating and social environment is the sub dimension with the lowest score.Conclusions: The assessment of the academic learning environment is included in the more positive than negative category, meaning that the implementation of nursing education has been going well even though there are deficiencies. DREEM will assess the parts that are already positive, need to be improved and need to be repaired.
Kesiapan Guru Dalam Menyusun Asesmen Diagnostik Non Kognitif Peserta Didik Ditinjau dari Perspektif Psikologi Hendayani, Santi; Nurlaila, Evi; Fitria, Nita
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 7 No. 3 (2023): Desember 2023
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v7i3.11310

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesiapan guru dalam menyusun assessment diagnostik (non kognitif) peserta didik. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SD Negeri II Pajaresuk Kec. Pringsewu, Kab. Pringsewu, tahun pelajaran 2023/2024 dengan jumlah 10 orang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Jenis data terdiri dari data primer yang diperoleh melalui observasi, pengisian angket dan wawancara oleh guru, sedangkan sumber data sekunder dari data peserta didik SD Negeri II Pajaresuk, dokumen, dan peraturan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yang berfokus pada kompentensi guru SD Negeri II Pajaresuk dalam menyusun assesmen diagnosis non kognitif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini melalui instrument berupa wawancara angket dan observasi, sedangkan analisis data yang dilakukan melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari perhitungan seluruh indikator diperoleh hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapan guru dalam menyusun asesmen diagnostic non kognitif peserta didik hasilnya sangat variatif memiliki kesiapan dalam menyusun asesmen diagnostik non kognitif peserta didik dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dikatagorikan baik, cukup, dan kurang.
Pendampingan Pemenuhan ASI Eksklusif pada Bayi dan Modifikasi Pengolahan Bahan Makanan oleh Ibu Untuk Pencegahan Stunting pada Balita di Desa Jelegong Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Mardhiyah, Ai; Eriyani, Theresia; Rakhmawati, Windy; Rukmasari, Ema Arum; Fitria, Nita; Hendrawati, Sri
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 8 (2024): Volume 7 No 8 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i8.15588

Abstract

ABSTRAK Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan, tetapi juga memerlukan pendekatan multisektoral, termasuk perbaikan gizi, sanitasi, kebersihan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan. ASI eksklusif memiliki manfaat kesehatan jangka panjang untuk ibu dan anak, termasuk mengurangi risiko kelebihan berat badan dan obesitas pada anak. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) menjadi penting ketika ASI tidak lagi cukup. Prinsip-prinsip seperti ketepatan waktu, keadekuatan, keamanan, dan pemberian makanan yang benar harus diikuti. Kampanye kesehatan dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya praktik-praktik ini untuk mencegah stunting. Tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita mengenai pemenuhan ASI eksklusif dan pengolahan bahan makanan pendamping ASI. Penelitian ini menggunakann metode sosialisasi serta pemberian booklet kepada audiens berisikan materi tentang pengetahuan pemenuhan gizi ASI eksklusif pada ibu. Sebagian besar peserta telah memahami materi yang diberikan oleh kelompok. Perlu adanya kegiatan yang berfokus pada terhadap pengolahan bahan makanan dan memanfaatkan bahan yang ada menjadi makanan dengan nilai gizi yang tinggi. Kata Kunci: Stunting, MP-ASI, ASI Eksklusif  ABSTRACT Stunting prevention can be done with exclusive breastfeeding during the first six months of life, but also requires a multisectoral approach, including nutrition improvement, sanitation, hygiene, health, and poverty alleviation. Exclusive breastfeeding has long-term health benefits for mothers and children, including reducing the risk of overweight and obesity in the child. Breastfeeding (MPASI) becomes essential when milk is no longer enough. Principles such as timeliness, adequacy, security, and proper feeding must be followed. Health campaigns can play a role in raising awareness of the importance of these practices in preventing stunting. Increase public awareness especially of mothers who have news about exclusive breastfeeding and processing of breast-feeding ingredients. The study uses methods of socialization as well as giving a booklet to the audience containing material on the knowledge of maternal exclusive breastfeeding. Most of the participants have understood the material given by the group. There needs to be activities that focus on the processing of food materials and the utilization of existing materials into foods with high nutritional value. Keywords : Stunting, MP-ASI, Exclusive Breastfeeding
Co-Authors A, Aysyah. Aat Sriati Agustian, Rendika AI MARDHIYAH, AI Ainur Rosidah Ambrosius Purba Amran, Elsa Fitri Apriandini, Septiani Nur Ariska Juniar Arlan Asril, Yona Astoni Nurdin, Astoni Ayu Siti Marlina Azzahra, Shifa Leviyanti Dani Ramdani, Dani Dewi Indriyani Utari Dimas Erlangga Luftimas Dyah Setyorini Edy Irawan, Edy Efri Widianti Ema Arum Rukmasari Fahlefi, Rizal Faiza, Tiara Faizal, Nur Farina, Desi Fathonah, Dewi Yulia Febryani, Indah Widya Hafidz, Ikhsan Handayani, Sri Dina Helwiyah Rofi, Helwiyah Hendayani, Santi Henny Suzana Mediani Hermawan, Syipa Izzati Hesti Platini Hikmat, Rohman HUSNI SHABRI Iceu Amira DA Imas Rafiyah Iyus Yosep Karisa, Putri Kosim Kosim Lailannufa, Zannuba Leonardo Lubis Lydyana, Lynna Lynna Lidyana Mamat Lukman, Mamat Maria komariah Marlin, Khairul Maulana, Sidik Mediawati, Ati Surya Mega Rahmi Meilan, Try Silvia Afaf Musthofa, Faizal Mutiara Syagitta, Mutiara Nabila, Aisyah Nenden Nur Asriyani Maryam Nirmala, Dina Novitasari, Nenden Nur Oktavia Hidayati Nurfaizal ., Nurfaizal Nurhakim, Furkon Nurlaila, Evi Oktavia, Abel Oktaviana, Mariska Prawitasari, Nita Putri Utami, Elfina Putri, Aliza Zulpa R, Ramadanis. Rahmah, Ayyida Aini Rauf, Abdul Rauf Saikhoni, Saikhoni Salimah, Yasmin Salsabila, Khairunnisa Vania Salsabila, Nabela Normaulida Septania, Salma Mega Shalha Ubaid Salim, Shalha Ubaid Shelly Iskandar Siti Nur Fatimah Sri Hendrawati Sulaeman, Nadila Afifah Syifa Khoirunnisa, Syifa Taty Hernawaty Theresia Eriyani Widia Lestari Winanda, Heru Prasetyo Windy Rakhmawati Yenni, Fitri Yenti, Elfina Yudianto, Kurniawan Yuliani, Dila Zahran, Riqza Alfaiz Zubaidah, Dea