Articles
Inovasi Sosial: Perempuan dan Perilaku Menyimpang (Studi pada Remaja Perempuan yang Mengonsumsi Minuman Keras di Desa Kayu Arang Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat)
Resi Liani;
Aimie Sulaiman;
Herdiyanti Herdiyanti
Jurnal Studi Inovasi Vol. 1 No. 4 (2021): Jurnal Studi Inovasi
Publisher : Inovbook
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (762.464 KB)
|
DOI: 10.52000/jsi.v1i4.64
Perilaku menyimpang dikalangan remaja mulai muncul secara tidak langsung di lingkungan tempat tinggal. Perilaku menyimpang merupakan hasil sosialisasi yang tidak sempurna baik didalam keluarga maupun lingkungan. Kelompok yang paling rentan dalam proses perilaku menyimpang adalah para remaja, terlibatnya remaja perempuan yang mengkonsumsi minuman keras merupakan suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat Desa Kayu Arang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui mengapa remaja perempuan melakukan tindakan menyimpang serta faktor yang mempengaruhi serta menggambarkan label yang diberikan masyarakat. Adapun penelitian ini menggunakan teori labeling dari Howard S Backer yang memaparkan dua perspektif yaitu mengapa dan bagaimana seseorang dapat diberikan cap atau label dan bagaimana pengaruh label terhadap konsekuensi dari perilaku yang dilakukan oleh remaja perempuan yang mengkonsumsi minuman keras. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang terdapat sumber data primer dari wawancara mendalam dengan informan. Penelitian ini mengambil informan sebanyak 21 orang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Hasil temuan pada penelitian ini yaitu terdapat faktor-faktor yang menyebabkan remaja perempuan melakukan tindakan menyimpang yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Selain itu juga membahas bentuk pelabelan yang diberikan oleh masyarakat terhadap remaja perempuan yang mengkonsumsi minuman keras. seperti dengan melabelkan remaja perempuan tersebut dengan label “Mentinak Jalir dan Dayang Arek”.
SOCIAL CAPITAL IN FISHERMEN LIVELIHOOD: CASE STUDY IN "KELOMPOK USAHA BERSAMA" (KUBE) KETAPANG, PANGKALPINANG, BANGKA
Panggio Restu Wilujeng;
Putra Pratama Saputra;
Bustami Rahman;
Luna Febriani;
Herdiyanti Herdiyanti;
Laila Hayati
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol 16, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/jsr.v16i1.2091
The empowerment of social community in a sustainable way becomes an unavoidable need, including within the fishermen community. As one of the economically marginalized social communities, the Fisherman community needs more serious attention from all related parties to create a join business group (Kelompok Usaha Bersama/KUBE) to improve their welfare. This article intends to find out how KUBE in Ketapang strengthen social capital in their groups as a strategy to increase the welfare of their members. This research was conducted using a qualitative approach through observation and in-depth interviews with 5 (five) fisherman informants as data collection techniques. The results showed that economic capital was not the main factor in increasing the empowerment of fishermen, but the social capital of KUBE group, such as networks, trust, and social bonds (bonding), have played a more important role in increasing the welfare of their members.Upaya untuk mengembangkan pemberdayaan kelompok sosial secara berkelanjutan saat ini menjadi suatu kebutuhan tak elakkan, termasuk dalam hal ini adalah kelompok nelayan. Sebagai salah satu kelompok sosial yang termarginalisasi secara ekonomi, kelompok ini membutuhkan intervensi dari berbagai pihak untuk meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Ketapang, Pangkalpinang, Bangka adalah dengan memperkuat modal sosial dalam kelompok tersebut. Artikel ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana upaya KUBE untuk menguatkan modal sosial di kelompok mereka sehingga mendorong para nelayan untuk menjadi lebih berdaya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara mendalam terhadap 5 (lima) orang informan nelayan anggota KUBE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal ekonomi tidak menjadi faktor utama dalam meningkatkan keberdayaan nelayan, namun di kelompok KUBE ini modal sosial berupa jaringan, kepercayaan, dan ikatan sosial (bonding) memegang peranan yang lebih penting. Melalui kedua modal ini nelayan dapat saling membantu kebutuhan ekonomi satu sama lain, dan meningkatkan keberdayaan mereka dalam mencapai akses sumberdaya ekonomi yang lebih baik.
CREATIVE TOURISM COMMUNITY BASED PADA KAWASAN PANTAI SUNOR LESTARI, DESA PANGKAL NIUR, KABUPATEN BANGKA (Studi terhadap Pemberdayaan Masyarakat di Komunitas Pedesaan)
Herdiyanti Herdiyanti;
Bustami Rahman;
Panggio Restu Wilujeng
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol 15, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/jsr.v15i1.2007
This study aims to explain how the community empowerment strategy carried out by the people of Pangkal Niur Village in managing and developing the Sunor Tourism area as community-based creative tourism (community-based creative tourism). The people of Pangkal Niur Village have high social capital, as manifested through their social activities and movements in building and developing the Sunor Beach area as a creative tourism. Therefore, it is interesting to make this village as a reference for the local government to be actively involved in the activities of the community as a form of preserving the environment through tourism by refusing the operation of tin mining in the area. This research uses qualitative research methods, which includes research that uses data collection techniques conducted by purposive sampling. The results of this study can be used as a basis for the village and regional governments to respond to the occurrence of illegal mining activities carried out in the Sunor Beach area. The social capital of the community is an access that can be used by the community in empowering the villagers through the management and development of Sunor Beach tourism. In addition, it is a motivation for village officials to be alert in providing assistance and facilities for people who have a high ethos in developing Sunor Beach tourism. Community empowerment is inseparable from the creativity of the community, as a form of community economic development. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pangkal Niur dalam mengelola dan mengembangkan kawasan Wisata Sunor sebagai wisata kreatif berbasis masyarakat (creative tourism community based). Masyarakat Desa Pangkal Niur memiliki modal sosial yang cukup tinggi ini terbukti dari aktivitas dan gerakan sosial yang dibangun melalui pengembangan kawasan Pantai Sunor sebagai wisata kreatif (creative tourism). Oleh karenanya kajian ini sangat menarik untuk diteliti sebagai rujukan nantinya untuk pemerintah desa dan daerah untuk terlibat atas gerakan dilakukan oleh masyarakat sebagai suatu perwujudan untuk melestarikan lingkungan melalui wisata dengan menolak beroperasinya tambang timah di kawasan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian ini menjadi basis bagi pemerintah desa dan daerah untuk dapat mengambil sikap terjadinya aktivitas tambang ilegal yang dilakukan di daerah kawasan Pantai Sunor. Modal sosial yang dimiliki masyarakat menjadi akses yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dalam melakukan pemberdayaan melalui pengelolaan dan pengembangan wisata Pantai Sunor. Selain itu, menjadi motivasi bagi aparatur desa untuk sigap dalam memberikan bantuan dan fasilitas bagi masyarakat yang memiliki etos tinggi dalam pengembangan wisata Pantai Sunor. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan tentunya tidak terlepas dari kreativitas yang dilakukan oleh masyarakat sebagai wujud pembangunan ekonomi masyarakat.
Novel Analisis Kekerasan Simbolik dalam Novel Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982
Evi Setiawati;
Herdiyanti;
Fitri Ramdhani Harahap
Saskara : Indonesian Journal of Society Studies Vol 2 No 1 (2022): Saskara: Indonesian Journal of Society Studies Vol.02 No.01 2022
Publisher : Sociology Study Program, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21009/Saskara.021.05
Dalam masyarakat dengan kuasa patriarki yang begitu kuat tidak jarang menimbulkan beragam polemik gender. Mulai dari pembedaan hak-hak antara laki-laki dan perempuan. Kesempatan kerja yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Hingga urusan domestik yang diserahkan sepenuhnya kepada perempuan. Tindakan-tindakan tersebut pada akhirnya membawa perempuan harus berhadapan dengan kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik merupakan hasil atau bentuk dari diskriminasi gender dan langgengnya budaya patriarki. Permasalahan kekerasan simbolik beberapa diangkat pada media-media massa, salah satunya novel Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 karya Cho Nam-joo. Novel ini menggambarkan serangkaian polemik kekerasan simbolik yang diterima oleh perempuan sebagai seorang anak, ibu, istri, dan karyawan di perusahaan. Kajian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menganalisis wacana kekerasan simbolik yang diperoleh melalui teks-teks dalam novel. Sejalan dengan konsep dominasi kuasa Pierre Bourdieu, analisis difokuskan pada aspek bahasa yang merepresentasikan kekerasan simbolik. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kekerasan simbolik terjadi sebab adanya dominasi kuasa dari pihak-pihak yang memiliki modal lebih tinggi.
Rationality Participation of Members of The Tulip Joint Business Group (KUBE) in Corn Planting in Pagarawan Village, Merawang District
Risti Rosmiati;
Aimie Sulaiman;
Herdiyanti
Social Science Studies Vol. 2 No. 6 (2022): (Issue-November)
Publisher : Profesional Muda Cendekia Publishing
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47153/sss26.4712022
The Joint Business Group (KUBE) aims to provide the community with access to potential and resources, hoping that it will be based on community empowerment, so that the process of improving the common good can be more effective and efficient. This study aims to analyze the justification for the participation of KUBE Tulip members in the cultivation of maize when there are obstacles, what causes these obstacles. This research was supplemented by a descriptive qualitative method using methods of data collection through interviews, observation and documentation. This study found that the most dominant action rationality behind KUBE Tulip member participation was instrumental rationality. However, his objective is influenced by affective rationality, which result in a lack of member participation in the implementation of the program. The lack of participation of members is based on the existence of disputes between groups, the diversification of work and the emergence of new habits and is repeated. This rationality is normalized by the members of the group during the execution of the program. Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) hadir untuk memberikan akses kepada masyarakat terhadap potensi dan sumber dengan harapan berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efesien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasionalitas yang melatarbelakangi partisipasi anggota KUBE Tulip dalam penanaman jagung, apabila terdapat kendala maka hal apa yang menyebabkan kendala tersebut terjadi. Penelitian ini diselesaikan dengan metode kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa rasionalitas tindakan yang paling dominan dalam melatarbelakangi partisipasi anggota KUBE Tulip adalah rasionalitas instrumental. Namun tujuan tersebut dipengaruhi oleh rasionalitas afektif sehingga menjadikan kurangnya partisipasi anggota dalam pelaksanaan program. Kurangnya partisipasi anggota kelompok dilandasi oleh adanya perselisihan antar kelompok, adanya diversifikasi pekerjaan, serta munculnya kebiasaan baru dan dilakukan secara berulang. Rasionalitas tersebut dinormalisasikan oleh anggota kelompok dalam menjalankan program.
Development of Village Digitization through the Smart Village Concept in Permis and Rajik Villages, South Bangka Regency
Darman Saputra Darman;
Julia Julia;
Herdiyanti Herdiyanti
Berdikari: Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol. 5 No. 1 (2022): Berdikari: jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia
Publisher : Future Science
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.11594/bjpmi.05.01.03
The rapid use of information technology in all aspects of life from the government to the community has encouraged several cities in Indonesia to implement the connectedness of the use of information technology in the form of smart cities. The development of this smart city apart from integrating all elements of the city in an information technology system that is easily accessible to the public is also for the provision of transparent, efficient and fair public services for all communities. In line with the smart city with a smaller context, namely the smart village, which is said to be smart if it innovatively uses information technology to achieve increased quality of life, efficiency and competitiveness in economic, social and environmental aspects. Permis Village, Simpang Rimba Sub-district, South Bangka Regency is a village directly adjacent to Rajik Village and Sebagin Village which is a potential village supported by a strategic location. When viewed in the context of a smart village, there is no understanding as to what ideally the concept of "smart" is when it is attached to the village. A smart village concept that is not only able to apply the use of information technology, but is also able to develop village potential, improve the economy and create. On the basis of these problems, this article constructs a smart village concept that can be applied to villages in Indonesia. This is also supported by the lack of studies that address the development of smart villages in Indonesia. It is hoped that this article will become an alternative for developing smart villages for villages in Indonesia so that in practice it will give rise to a conceptual picture of the realization and elements of smart village development.
Community Based Tourism Development: Studi on Lake Pading Tourism in the Lubuk Besar Sub-Districk Village, Central Bangka Regency
Setya Devy Anggrainy;
Aimie Sulaiman;
Herdiyanti
Social Science Studies Vol. 3 No. 1 (2023): (issue-January)
Publisher : Profesional Muda Cendekia Publishing
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47153/sss31.5582023
ABSTRACT Community-based tourism development is a tourism model that emphasizes the active role of the community in tourism development. The community is a group of youth who are members of a tourism awareness group organization. The tourism awareness group is Pokdarwis Pelintar Perlang Village, Central Bangka Regency. One of the tours currently being developed is Pading Lake tourism which is a former tin mining area. In this study there is social capital as a strength possessed by youth groups to achieve common goals both socially and economically. Social capital arises in this environment because of the interactions that exist within a group which are influenced by trust, rules or norms and social networks. The aim of this research is to find out and describe the strategy for developing padding lake tourism in Perlang Village, knowing the opportunities and challenges in developing pading lake tourism which of course cannot be separated from the inhibiting factors. This research method uses a descriptive qualitative approach in which there are primary data sources from in-depth interviews with informants. This study took as many as 14 informants with the technique of determining informants using purposive sampling technique. This study uses the theory of Social Capital from Robert Putnam which focuses on three elements, namely trust, norms and social networks. The results of the research show that the development strategy is to develop facilities and infrastructure in the Pading Lake tourist destination area, create business opportunities and tourist attractions (camping ground), improve post-mining land rehabilitation, increase promotion, increase human resources. Then there are inhibiting factors, namely inadequate facilities and infrastructure. Furthermore, the opportunity is to help create business actors. While the challenge is to maintain cohesiveness and convince tourism actors to survive, the ups and downs of visitors. Keywords: Tourism Development, Tourism Awareness Groups, Social Capital
STRATEGI PRIORITAS PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN (KASUS : DESA PANCA TUNGGAL, KEC. PULAU BESAR, KABUPATEN BANGKA SELATAN)
Yulia Yulia;
Novyandra Ilham Bahtera;
Herdiyanti Herdiyanti
Jurnal Cakrawala Ilmiah Vol. 1 No. 5: Januari 2022
Publisher : Bajang Institute
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Pembangunan Perdesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia melakukan pertanian sebagai mata pencaharian, dan mereka tinggal di Perdesaan. Pengembangan agribisnis di Desa Panca Tunggal masih berhadapan dengan banyak kendala. Selain itu kesadaran masyarakat atas pentingnya pendidikan masih dirasa kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan Perdesaan baik kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang dirumuskan dalam strategi pengembangan agribisnis Perdesaan. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analisis formulasi strategi. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan matriks SWOT untuk merumuskan strategi dan matriks QSP untuk memilih alternatif strategi berdasarkan prioritas. Matriks SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan menghasilkan enam alternatif strategi yang kemudian dianalisis menggunakan matriks QSP, lalu diperoleh prioritas strategi yaitu dengan nilai TAS sebesar 5,296 yaitu penanaman tanaman di pekarangan atau di dalam pot yang bertujuan untuk dapat menambah pendapatan saat pandemi covid 19 saat ini, guna memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri, tidak harus membeli di pasar bahkan diharapkan dapat memasarkannya dengan harga yang baik
Gerakan Komunitas Pencinta Alam Bujang Squad Dalam Pelestarian Lingkungan Di Desa Terak
M Ade Pratama;
Iskandar Zulkarnain;
Herdiyanti Herdiyanti
Equivalent: Jurnal Ilmiah Sosial Teknik Vol. 4 No. 2 (2022): Equivalent: Jurnal Ilmiah Sosial Teknik
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Kuningan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (80.41 KB)
|
DOI: 10.46799/jequi.v4i2.90
Lingkungan penting untuk dijaga demi menjamin keberlangsungan makhluk hidup. Gerakan sosial lingkungan menjadi cara penjagaan lingkungan yang mulai marak dilakukan oleh masyarakat yang berkaitan erat dengan komunitas Pencinta alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gerakan dari Komunitas Pencinta Alam Bujang Squad dalam pelestarian lingkungan di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka dengan narasumber dari Komunitas Pencinta Alam Bujang Squad, masyarakat serta pemerintah di Desa Terak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Komunitas Pencinta Alam Bujang Squad terbentuk pada 23 Juli 2017 kemudian dilegalkan pada 2018 dengan diketuai oleh Dondon. Komunitas Pencinta Alam Bujang Squad melakukan kegiatan pelestarian lingkungan yang meliputi pengelolaan terpadu yang mencakup pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanfaatan lahan yang kadangkala melibatkan masyarakat setempat. Selama melakukan kegiatan pelestarian lingkungan di Air Terjun Bukit Mangkol, Komunitas Pencinta Alam Bujang Squad telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, antara lain Yayasan Gunung Mangkol Lestari (GML); Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bangka Tengah; Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (DISBUDPARPORA) Kabupaten Bangka Tengah; PT PLN (Persero); PT Timah Tbk; Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Baturusa Cerucuk; dan, Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) ALOBI Foundation.
Power Relations in The Context of Unconventional Tin Mining in the PICE Dam Area, Lenggang Village
Rahul Ikhsan;
Fitri Ramadhani Harahap;
Herdiyanti
Social Science Studies Vol. 3 No. 3 (2023): (Issue-May)
Publisher : Profesional Muda Cendekia Publishing
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47153/sss33.6162023
The purpose of this study is to describe all forms of unconventional tin mining practices in the Pice dam area of Lenggang Village, to analyze the process of forming power relations in unconventional tin mining practices in the Pice Dam area and to analyze the implications produced by a relationship in unconventional tin mining practices on social conditions. the local community of Lenggang Village. This study used a qualitative research method with a descriptive analysis approach. Sources of research data come from primary and secondary data. Primary data was obtained through observation and interviews with Tin Miners, Village Heads, Mining Bosses, DLH of East Belitung Regency, Mosque Management and Non-Mining Communities. Secondary data obtained through documentation and various supporting documents. The technique for determining informants used a purposive sampling technique. The theory used to analyze the phenomena in this study is the theory of power relations by Michel Foucault. The results of the study consist of: First, mining practices began based on the transition from Conventional Mining (TK) to Unconventional Mining (TI) with the economic benefits of Rajuk Unconventional Mining (TI) being very high, this occurred as a result of a change in the status of PT Timah from a State Enterprise (PN) to become BUMN which is considered as people's mining. Second, power relations consist of bosses, miners, police, village government and mosque administrators who spread the dominant discourse of mining as power-knowledge. Third, discipline occurs in the form of governmentality such as the death of the resistance movement, bias on educational issues and high levels of consumption due to the low human development index.