Objek material dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan dalam komunikasi Nabi Musa dengan Fir'aun di dalam Al-Qur'an. Objek formalnya adalah teori bentuk tuturan dan skala kesantunan Leech. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam teorinya, leech mengemukakan bahwa terdapat 5 macam skala kesantunan yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan, yaitu 1) cost benefit scale, 2) optimality scale, 3) indirectness scale, 4) authority scale, 5) social distance scale. Dengan memanfaatkan 5 macam skala kesantunan tersebut penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan dan mendeskripsikan bentuk tuturan dalam komunikasi Nabi Musa dengan Fir’aun serta menunjukkan sekaligus mendeskripsikan wujud kesantunan bahasa Nabi Musa terhadap Fir’aun. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat 3 jenis bentuk tuturan dalam komunikasi Nabi Musa dan Fir'aun di dalam Al-Qur'an dari 5 jenis bentuk tuturan. Tiga jenis bentuk tuturan tersebut yakni, asertif, direktif, dan ekspresif. Peneliti tidak menemukan bentuk tuturan komisif dan deklaratif. Dari 3 jenis bentuk tuturan, jumlah data tuturan yang ditemukan peneliti adalah 15 tuturan. Dengan rincian 12 tuturan asertif, 2 tuturan direktif, 1 tuturan ekpresif. Kedua, berdasarkan analisis skala kesantunan berbahasa Leech, peneliti menemukan bahwa dalam komunikasi Nabi Musa dan Fir'aun di dalam Al-Qur'an memuat kesantunan dalam bahasanya. Wujud kesantunan tersebut dapat dilihat dalam tuturan Nabi Musa pada QS. As-Syu’arāa [26:16], QS. As-Syu’arāa [26:24], QS. As-Syu’arāa [26:26], QS. As-Syu’arāa [26:28], QS. Ṭāha [20:47], QS. Ṭāha [20:47-48], QS. Ṭāha [20:50], QS. Ṭāha [20:52], QS. Ṭāha [20:53-55].