Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search
Journal : Jurnal Komplikasi Anestesi

Pengelolaan Peripartum Sindroma Eisenmenger Septika, Rafidya Indah; Uyun, Yusmein; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 2 No 1 (2014): Volume 2 Number 1 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v2i1.7181

Abstract

Sindroma Eisenmenger merupakan tingkat terberat spektrum perubahan struktur dan fungsi vaskulatur pulmonal yang memicu peningkatan progresif resistensi vasa pulmonal. Perdefi nisi, sindroma Eisenmenger merujuk keadaan klinis adanya aliran 2 arah (bi-directional) pada pasien dengan defek kongenital intrakardiak akibat sekunder dari hipertensi pulmonal, sehingga muncul sianosis. Kehamilan dengan Sindroma Eisenmenger memiliki mortalitas maternal dan fetal yang tinggi. Manajemen peripartum optimal sangat penting, walaupun mortalitas tetap tinggi.
Perbandingan Perubahan Hemodinamik Antara Induksi Propofol 1 mg/kgBB + Ketamin 1 mg/kgBB dengan Propofol 1 mg/kgBB + Fentanyl 2 μg/kgBB pada Tindakan Intubasi Endotrakhea Rini, Isworo; Sudadi; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 2 No 1 (2014): Volume 2 Number 1 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v2i1.7190

Abstract

Latar belakang : Tindakan intubasi endotrakhea menimbulkan perubahan hemodinamik berupa peningkatan tekanan darah dan laju jantung. Pada penggunaan induksi propofol fentanyl terjadi perubahan hemodinamik yang lebar pada saat induksi dilanjutkan dg intubasi. Propofol- ketamin merupakan kombinasi obat yang saling menunjang diharapkan dapat lebih menstabilkan perubahan hemodinamik pada tindakan intubasi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan hemodinamik antara induksi dengan propofol ketamin dengan propofol fentanyl intravena dan pada tindakan intubasi.Metode : Penelitian menggunakan metode uji klinis acak tersamar ganda, dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 40 pasien, status fisik ASA I dan II operasi efektif dengan anestesi umum dan intubasi endotrakheal RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, terdiri dari dua kelompok masing–masing 20 pasien. Kelompok I menerimainduksi Propofol 1 mg/kgbb + ketamin 1 mg/kgbb (PK) dan kelompok II propofol 1 mg/kgbb + Fentanyl 2 ug/KgBB intravena (PF). Semua pasien diberikan medikasi Midazolam 0,05 mg/kgbb intravena, fasilitas intubasi dengan Rocuronium 0.6 mg/kgBB intravena, dilanjutkan agen volatile 2 mnt post intubasi. Tekanandarah dan laju denyut jantung dan efek samping dicatat pada menit 1 setelah induksi, serta 2 menit dan 5 menit setelah intubasi. Data dianalisa dengan student t-test dan chi-square dengan derajat kemaknaan p <0,05Hasil : Penurunan tekanan darah sistolik (TDS) kelompok I : II adalah 10% : 24% dengan p<0,001, penurunan tekanan darah diastolik (TDD) pada kelompok I : II = 14% : 20,8% s dengan nilai p = 0.032. Penurunan Tekanan arteri rerata (MAP) kelompok I : II = 9.8% : 22,35% dengan nilai p < 0.001, Penurunan Laju jantung (HR) kelompok I : II = 6.95% : 12.95% dengan nilai p = 0.029. Post Intubasi 1 menit tidak terjadi perbedaan peningkatan TDS bermakna, dengan nilai p = 0.656. Perbedaan terjadi pada peningkatan TDD kelompok I :II = 24.95% : 9.65% dengan nilai p = 0.001. Peningkatan MAP kelompok I : II = 21.90% : 30.30% dengannilai p = 0.003. Peningkatan HR kelompok I : II = 23.45% : 14.75% dgn nilai p = 0.043.Simpulan : Perubahan hemodinamik tekanan darah kelompok PK lebih stabil dibandingkan kelompok PF, untuk HR kelompok PF lebih stabil daripada PK.
Stabilitas Hemodinamik Total Intravenous Anesthesia (TIVA) Kontinyu pada Metode Operasi Wanita (MOW) Prasetya, Sandie; Sudadi; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 2 No 1 (2014): Volume 2 Number 1 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v2i1.7193

Abstract

Latar belakang: Teknik TIVA kontinyu menggunakan kombinasi propofol dan fentanyl sering digunakan di RSUP dr. Sardjito. Teknik tersebut memberikan anestesi yang adekuat, namun dapat menyebabkan perubahan hemodinamik intraoperatif yang bervariasi. Kombinasi propofol dan ketamin diharapkan dapat memberikan anestesi yang nyaman untuk pembedahan dengan hemodinamik yang lebih stabil.Metode: Desain penelitian percobaan acak terkontrol. Ruang lingkup penelitian adalah pasien wanita yang menjalani operasi sterilisasi ligasi tuba dengan Metode Operasi Wanita (MOW) di Instalasi Kontrasepsi Mantap (Kontap) RS. Dr. Sardjito Yogyakarta dengan teknik anestesi TIVA kontinyu. Subyek berjumlah 70 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dibagi menjadi dua kelompok yang masingmasing terdiri dari 35 pasien. Kelompok PK adalah pasien yang menggunakan kombinasi propofol 2 mg/kgbb dan ketamin 0,5 mg/kgbb dilanjutkan pemeliharaan propofol 2 mg/kgbb/jam dan ketamin 0,5 mg/kgbb/jam intravena, sedangkan kelompok PF adalah pasien yang menggunakan kombinasi induksi propofol 2 mg/kgbb dan fentanyl 1 mcg/kgbb dilanjutkan pemeliharaan propofol 2mg/kgbb/jam dan fentanyl 1 mcg/kgbb/jam intravena. Penilaian parameter perubahan hemodinamik tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), tekanan arteri rerata (TAR) dan laju denyut jantung (DJ) dinilai pada saat induksi, insisi dan selama operasi hingga selesai.Hasil: Penurunan parameter hemodinamik lebih dari 10 % terjadi pada kelompok PF pada saat induksi, insisi, dan menit ke-5, dimana tekanan darah sistolik (TDS) menurun sebesar 15,5% (7,26), tekanan darah diastolik (TDD) menurun sebesar 14,9% (9,39), tekanan arteri rerata (TAR) menurun sebesar 14,0% (8,34) dan laju denyut jantung (DJ) sebesar 14,2% (6,52) sedangkan pada kelompok PK terjadi penurunan TDS sebesar 4,3% (2,72) (p = 0,000), TDD sebesar 5,6% (3,18) (p = 0,000), TAR of 4,6% (3,18) (p =0,000) dan DJ sebesar 3,5% (2,63) (p = 0,000) saat induksi. Saat pemeliharaan, stabilitas hemodinamik kedua kombinasi obat tidak berbeda bermakna.Simpulan: Stabilitas hemodinamik kelompok PK lebih baik daripada kelompok PF.
Penatalaksanaan Anestesi pada Operasi Kraniotomi Cedera Kepala Berat P, Inggita Dyah; Rahardjo, Sri; Sudadi
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 1 No 3 (2014): Volume 1 Number 3 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v1i3.7194

Abstract

Telah dilakukan penatalaksanaan anestesi pada wanita 38 tahun dengan diagnosis SDH akut et causa fraktur temporoparietal dextra yang akan dilakukan tindakan craniotomi decompresi dan removal hematom. Dari pemeriksaan didapatkan status fi sik ASA III E dengan GCS E1VTM2. Anestesi dilakukan dengan General Anestesi dengan teknik Rapid Sequence Intubation dan untuk pemeliharaan digunakan propofol continous dan fentanyl continous tanpa penggunaan agen inhalasi dan N2O. Operasi berlangsung selama 155 menit dengan hemodinamik stabil dan perdarahan kurang lebih 1000 cc. Post operasi pasien dirawat di PACU tanpa dilakukan ekstubasi.
TIVA Propofol dengan TCI Model Marsh P, Inggita Dyah; Sudadi; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 2 No 1 (2014): Volume 2 Number 1 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v2i1.7196

Abstract

Total intravenous Anesthesia (TIVA) telah menjadi popular karena sifat farmakokinetik & farmakodinamis obat intravena yang semakin berkembang.Propofol merupakan obat anestesi yang paling sering diberikan untuk induksi anestesi. Propofol digunakan pula selama pemeliharaan anestesi dan sedasi dikamar operasi dan diruang rawat intensif.Kinetik dari propofol setelah pemberian bolus tunggal dan setelah infuse kontinyu paling bagus digambarkan dengan model 3 kompartemen. Model matematika ini telah digunakan sebagai dasar pengembangan infuse dengan target terkontrol (TCI). Model yang dibuat oleh Marsh et al secara historis penting karena merupakan sistem TCI pertama yang dikomersialkan.
Pengaruh Diabetes Mellitus Gestasional Terhadap Sirkulasi Uteroplasenta Isngadi; Uyun, Yusmein; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 2 No 1 (2014): Volume 2 Number 1 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v2i1.7198

Abstract

Diabetes mellitus pada kehamilan (Gestational diabetes mellitus/GDM) adalah intoleransi glukosa yang ditemukan pertama kali pada masa kehamilan dan sering menimbulkan komplikasi pada ibu yang mengandung maupun janin yang dikandung. Beberapa organ pada GDM mengalami perubahan struktur dan perubahan fungsi termasuk disfungsi endotel mikrosirkulasi dan makrosirkulasi fetoplasenta. Endotelderived Relaxing Factors (EDRF) khususnya prostasiklin dan nitrik oksida berperan penting dalam mengontrol sirkulasi fetoplasental. Endotel pembuluh darah pasien GDM mengalami disfungsi, yang menyebabkan sintesis dan pelepasan prostasiklin dan nitrik oksida (NO) mengalami gangguan sehingga tonus arteri meningkat. Peningkatan tonus arteri yang menuju uterus akan menurunkan aliran darah uteroplasenta dan akhirnya menurunkan umbilical blood fl ow (UmBF). Endotel pembuluh darah merupakan target utama dari stress oksidatif. Sintesa NO merupakan mekanisme penting yang mendasari perubahan pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah uterin selama kehamilan.Beberapa penelitian membuktikan peranan NO dan ADMA pada kehamilan normal dan insufi ensi plasenta. Dengan berkembangnya pengetahuan akan mekanisme gangguan jalur ADMA-NO, pilihan tambahan untuk intervensi terapetik akan dapat ditemukan. Tatalaksana GDM secara umum adalah dengan pengaturan diet, latihan fisik selama tidak ada kontraindikasi, pengawasan dan kontrol gula darah, dan terapi farmakologi.Berbagai penelitian lain terus berusaha menemukan terapi-terapi baru untuk memperbaiki endotel dan sirkulasi uteroplasenta pada pasien GDM.
Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus Restu S, Meta; Rahardjo, Sri; Mahmud
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 2 No 2 (2015): Volume 2 Number 2 (2015)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v2i2.7211

Abstract

Diabetes Melitus merupakan penyebab tersering dalam golongan penyakit metabolik. Diagnosis klinis DM umumnya akan dipertimbangkan bila terdapat keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsi, polifagi, lemah dan penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya. Pasien diabetes yang akan menjalani pembedahanmemiliki peningkatan angka mortalitas, dan pasien diabetes type 1 sangat beresiko untuk terjadinya komplikasi pasca operasi. Peningkatan prevalensi pasien diabetes yang akan dioperasi dan meningkatnya resiko komplikasi sehubungan dengan penyakit DM membutuhkan pemeriksaan dan pengelolaan perioperatif yang optimal. Data dari berbagai penelitian menunjukkan peningkatan angka kesakitan dankematian penderita DM yang signifikan. Kontrol gula darah yang tepat terbukti menurunkan kejadiankomplikaksi.Perioperatif DM diantaranya dengan melakukan evaluasi klinis pasien, menilai komplikasi serta kegagalanorgan melalui anamnesis dan pemeriksaan penunjang, selanjutnya dinilai status pembedahan pasien apakah emergensi atau elektif. Status pengontrolan gula pasien berdasarkan terapi yang telah diterimapasien harus dinilai. Pasien yang akan menjalani operasi emergensi dilakukan kontrol gula darah secara cepat, diberikan insulin kerja cepat untuk mengontrol keadaan hiperglikemi, dilakukan penilaian dan tatalaksana keadaan hiperglikemi emergensi seperti HHS atau KAD. Pada operasi elektif maka tatalaksana pasien dibagi berdasarkan lama durasi operasi; yaitu kecil, sedang, dan besar, kemudian ditentukan teknik anestesi terbaik untuk prosedur operasi yang akan dijalani.
Perbandingan Pemberian Mannitol 20 % Dosis 0.5g/Kgbb dengan Natrium Laktat Hipertonik Dosis 1.5 Ml/Kgbb terhadap Efek Relaksasi Otak pada Pasien Cedera Otak Traumatik yang Dilakukan Kraniotomi Hisam, Muhammad Yusuf; Sudadi; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 1 (2015): Volume 3 Number 1 (2015)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i1.7228

Abstract

Latar Belakang : Tindakan perioperatif pada cedera otak traumatik yang dilakukan operasi kraniotomi bertujuan mengendalikan tekanan intrakranial yang terlihat dengan relaksasi otak, menjaga hemodinamik pre, durante dan post operasi. Salah satu cara mengendalikan tekanan intrakranial ialah dengan pemakaian agen yang mampu menaarik air yaitu Na laktat hipertonik atau mannitol. Tujuan penelitian ini ialah membandingkan tingkat relaksasi otak pada pasien cedera otak traumatik yang dilakukan operasi kraniotomi yang diberikan cairan Mannitol 20 % dengan dosis 0,5 gr/kgBB dibanding dengan cairan Na laktat hipertonik dosis 1,5 ml/Kg BB preoperasi.Metode : Desain penelitian ini ialah uji klinis acak terkontrol desain parallel dengan RCT. Subyek penelitian ialah subyek dengan COT yang dilakukan kraniotomi RSUP dr. Sardjito yang telah memenuhi kriteria inklusi dan telah memberikan informed consent. Subyek tersebut diperlakukan sesuai dengan prosedur penelitian dengan dibagi dua kelompok yaitu kelompok 1 ialah kelompok diberikan larutan Na laktat hipertonik dosis 1.5 ml/kgBB, dan kelompok 2 mendapatkan larutan mannitol 20% 0.5g/kgBB. Kriteria Inklusi ialah pasien dengan COT, ASA 1,2,3 E, usia 1-65 tahun, pasien tidak dalam kondisi syok. Kriteria ekslusi: subyek dengan on going bleeding, multiple trauma, hiponatremi <130, hipernatremi >150, hipovolemi berat, gagal ginjal, hipertensi tidak terkontrol, DM, dan GDS >180 mg/dlHasil: Dinilai dengan brain relaxation score penggunaan Na laktat hipertonik dengan dosis 1.5 ml/kgBB yang diberikan preoperasi mempunyai efektifi tas yang lebih baik untuk merelaksasi otak pada pasien dengan cedera otak traumatik yang dilakukan operasi kraniotomi dibanding dengan larutan mannitol 20% dengan dosis 0.5g/kgBB, p=0.000. Luaran sekunder yaitu tekanan arteri rata-rata, laju jantung yang diukur pada menit 15,30,60 menit mempunyai luaran yang berbeda dan signifi kan secara statistik p<0.05, walaupun secara klinis tidak mempunyai perbedaan yang bermakna (range 20%). Untuk Laju jantung pada menit 60 tidak terdapat perbedaan signifi kan p=0.125. dan efek diuresis yang dihasilkan mempunyai perbedaan yang signifi kan setelah diukur selama 60 menit p=0.0001 dengan hasil efek diuresis pada kelompok mannitol lebih banyak.Kesimpulan: Na laktat hipertonik dengan dosis 1.5 ml/kgBB mempunyai efek lebih merelaksasi otak dibanding dengan mannitol 20% dosis 0.5g/kgbBB pada pasien COT yang dilakukan kraniotomi
Anestesi Bedah Saraf (Trauma) Uyun, Yusmein; Rahardjo, Sri; Sunartejo, Bayu
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 3 (2016): Volume 3 Number 3 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i3.7263

Abstract

Traumatic brain injury (TBI) merupakan masalah kesehatan masyarakat utama dan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Sekitar 1,7 juta orang dengan TBI setiap tahun di Amerika Serikat, yang mengarah ke 275.000 rawat inap dan 52.000 kematian. TBI adalah 30,5% dari semua kematian terkait cedera di Amerika Serikat. TBI terjadi paling sering pada anak usia 0-4 tahun, remaja berusia 15-19 tahun dan lansia berusia 65 tahun dan lebih. Dalam semua kelompok umur, laki-laki memiliki insidensi lebih tinggi dibandingkan perempuan. Terjatuh dan cedera lalu-lintas adalah penyebab utama dari TBI di Amerika Serikat. TBI adalah suatu kondisi yang kompleks yang mempengaruhi bukan hanya encephalon, tetapi juga fungsi sistem tubuh lainnya dengan beberapa presentasi klinis. Dari 20% pasien yang tiba di rumah sakit meninggal akibat TBI. Saat mengikuti algoritma ABC (Airway Breating Circulation) dari resusitasi, ahli anestesi harus memastikan mekanisme dan luasnya cedera. Cidera cervical harus dicurigai sampai benar-benar bisa disingkirkan. Tujuan anestesi untuk prosedur intrakranial adalah meliputi hipnosis, amnesia, imobilitas,kontrol ICP dan CPP, dan “relaxed brain” (yaitu, optimal untuk kondisi bedah).
Uji Banding Respon Tekanan Darah dan Laju Jantung pada Intubasi Endotrakealantara Premedikasi MgSO4 30 mg/kgBB Intravena dengan Fentanil 1 mg/kgBB Intravena Liza, Helda; Uyun, Yusmein; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 4 No 1 (2016): Volume 4 Number 1 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v4i1.7275

Abstract

Pendahuluan: Tindakan intubasi endotrakea sering menimbulkan respon kardiovaskuler yang berlebihan berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan laju jantung dan aritmia Hal ini terjadi karena timbulnya refleks simpatis dan simpatoadrenal yang berlebihan akibat rangsangan nyeri maupun stimulus mekanikpada daerah supraglotis. Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan premedikasi MgSO4 30 mg/kgBB intravena dengan fentanyl 1 mg/kgbb intravena terhadap respon tekanan darah dan laju jantung pada tindakan intubasi endotrakea.Metode: Sebuah penelitian prospektif, uji klinis acak tersamar ganda, telah dilakukan pada 56 pasien ASA I-II yang menjalani operasi elektif dengan anestesi umum intubasi endotrakea di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok masing–masing 28 pasien. Kelompok A menerima MgSO4 30mg/kgBB intravena 15 menit sebelum intubasi dan kelompok B menerima Fentanyl 1 µg/KgBB intravena 3 menit sebelum intubasi. Semua pasien diinduksi dengan propofol 2 mg/kgbb intravena dan fasilitas intubasi dengan Rocuronium 0.6 mg/kgBB intravena, pemeliharaan dengan O2 : N2 O = 50: 50 dan isoflurane 1 vol %. Respon perubahan TDS, TDD dan LJ setelah induksi, menit ke-1, ke-3, ke-5 dan ke-10 setelah intubasi dibandingkan antara kedua kelompok.Hasil: Pada kelompok MgSO4 terjadi peningkatan bermakna (p<0,05) TDS 9,68 mmHg (+8%), TDD 6,64 mmHg (+9%), TAR 7,50 mmHg (8,5%) dan LJ 9,96 x/mnt ( + 11%) pada menit ke-1 setelah intubasi dan kelompok fentanil terjadi peningkatan bermakna (p<0,05) TDS 23,11 mmHg (+18%), TDD 18,04 mmHg (+25%), TAR 19,75 mmHg (21,6%) dan LJ 23,89 x/mnt (+29%) pada menit ke-1 setelah intubasi. Berdasarkan statistik, terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada nilai rerata TDS menit ke-1 dan ke-3 setelah intubasi antara kelompok magnesium dibandingkan fentanil. Sedangkan perbedaan bermakna nilai rerata TDD danTAR terjadi pada menit ke-1, ke-3 dan ke-10 setelah intubasi. untuk nilai rerata LJ perbedaan bermakna terjadi pada pengukuran setelah induksi dan pada menit ke-1 setelah intubasi.Kesimpulan: Premedikasi MgSO4 30 mg/kgbb intravena menghasilkana respon tekanan darah (TD) dan laju jantung (LJ) lebih minimal dibandingkan dengan premedikasi fentanil 1 mg/kgbb intravena pada tindakan intubasi endotrakea.
Co-Authors A Himendra Wargahadibrata Adi Hidayat Adi, Erman Noor Adriman, Silmi Adriman, Silmi Afra, Syeda Maria Ahmad Agnesha, Fahmi Ambarini, Ronia Anindita, Triatma Arief, Budi Arshad, Muhammad Aulyan Syah, Bau Indah Aulyan Syah, Bau Indah Ayu, Rifana Bambang Suryono, Bambang Bestari, Viqy Esha Bhirowo Yudo Pratomo Bijaksana, Gena Bimarso, Wahyono Budianti, Nugrahaeni Calcarina Fitriani Retno Wisudarti Chamsudi, Danie Hayam Mada Christanto, Sandhi Christanto, Sandhi Dewi Yulianti Bisri Dian Artanti Arubusman, Dian Artanti Diana C. Lalenoh, Diana C. Diana Lalenoh Dinar Dewi Kania Edhie Budi Setiawan, Edhie Budi Fachrial, Peppy Fadhil, Dimas Nu’man Faturachman, Muhammad Rafli Firdaus, Riyadh Firdaus, Riyadh Fithrah, Bona Akhmad Fithrah, Bona Akhmad Fitri Sepviyanti Sumardi Francis Tantri, Francis Fuadi, I Fuadi, I Gunawan, Fanny Hamzah, Hanzah Handayani, Sri Hartono, Pinter Herlambang, Panji Hisam, Muhammad Yusuf Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan Ikhwandi, Arif Indrawan, Rully Isngadi Iwan Abdul Rachman Iwan Fuadi Jasa, Zafrullah Kany Jasa, Zafrullah Kany Kadarisman, Muh Laksono, Buyung Hartiyo Lalenh, Diana C. Larasati, Kinanthi Liza, Helda Luky Adrianto Mahmud Mahmud Malisan, Johny Mangastuti, Rebecca Sidhapramudita Manurung, Laurensius Muhammad Thamrin Mulyono Narohito, Yosapat Parningotan Nasution, Syahrial Nur, Muhammad Ikhwan Nuryawan, Iwan Oetoro, Bambang J. Oetoro, Bambang J. P, Inggita Dyah Parhusip, Veronica Permatasari, Endah Permatasari, Endah Prasadja Ricardianto, Prasadja Prasetya, Sandie Prayunanto A.N, Eko Purwa Saputra, Datep Purwanto, Erfien Puspita, Amelia Tri Putra, Bina Putri, Dini Handayani Putu Pramana Suarjaya Radian Ahmad Halimi Rahayu, Solihah Sari Ratih Kumala Fajar Apsari Restu S, Meta Rini, Isworo Ruddy Suwandi Rudita, Muhammad Rumpoko, Triaji Mudo Saleh, Siti Chasnak Saleh, Siti Chasnak Santoso, Arief Hariyadi Sectio, Devin Igel Septika, Rafidya Indah Setiandari, Kristina Setyarto, Aries Siti Helmyati Siti Maemunah Sitorus, Purbanuara Parlindungan Soeboer, Deni Achmad Subekti, Bambang Eko Subekti, Bambang Eko Sudadi Sudadi Sudadi Suhalis, Adenan Suharso, Pamungkas Hary Sujarwanto Sujarwanto, Sujarwanto Sulam, Munyati Sunartejo, Bayu Suyasa, Agus Baratha Suyasa, Agus Baratha Syafruddin Gaus Tatang Bisri Taufik Perdana Budiman, Bambang Tjahya Aryasa Widiastuti, Monika - Winarso, Achmad Wahib Wahju Winarso, Achmad Wahib Wahju Wrgahadibrata, A Himendra Yana Tatiana, Yana Yosiyanto, Robi Yunita Widyastuti Yusmein Uyun Zaki, Wildan Arsyad