Claim Missing Document
Check
Articles

Laporan Kasus: Terapi Skabiosis dan Otitis Eksterna pada Kucing Rescue Ras Persia Kristiawan, Vicky; Jayanti, Putu Devi; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (4) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.4.585

Abstract

Skabiosis merupakan penyakit kulit yang menyebabkan kudis pada kulit akibat adanya infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Tungau S. scabiei merupakan ektoparasit yang biasa menyerang kucing. Selain tungau S. scabiei, tungau Otodectes cynotis merupakan ektoparasit yang juga sering ditemukan pada anjing dan kucing. Berdasarkan anamnesis, kucing kasus dalam kondisi lemas, menggaruk-garuk telinga dan badan, telinga mengkerut dan mengeluarkan cairan purulen. Pada pemeriksaan klinis kucing kasus mengalami dehidrasi yang ditandai dengan mukosa pucat, capillary refill time lebih dari dua detik, serta elastisitas tugor menurun, temuan alopesia pada daerah punggung, pangkal ekor, serta kedua telinga yang disertai hiperkeratosis pada kedua telinga, dan purulent. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pengambilan sampel kerokan kulit, serta sampel serumen telinga dan pemeriksaan hematologi. Pada pemeriksaan kerokan kulit ditemukan adanya tungau S. scabiei, dan pada pemeriksaan serumen telinga ditemukan adanya tungau O. cnyotis. Hasil pemeriksaan hematologi menunjukan kucing kasus mengalami limfositopenia dan anemia. Terapi yang diberikan berupa terapi kausatif dengan pemberian ivermectin 1% injeksi dengan dosis 0,3 mg/kg diberikan sebanyak 0,05 mL, dan antibiotik amoxicillin injeksi dengan dosis 20 mg/kg diberikan sebanyak 0,2 mL setiap q 48 jam, kucing kasus dimandikan seminggu dua kali dengan shampoo sulfur Sebazole, terapi simtomatis dengan pemberian antihistamin diphenhydramine HCl injeksi dengan dosis 2 mg/kg, dilanjutkan dengan pemberian antihistamin chlorphenamine maleate dengan dosis 2 mg/kucing setiap q 12 jam, dan terapi suportif dengan diberikan berupa fish oil dan nutriplus gel masing-masing selama 30 hari. Frekuensi pruritus mulai berkurang pada hari ke-4 dan pada hari ke-14 jarang melakukan gerakan menggaruk. Pemeriksaan hematologi dilakukan 14 hari pascaterapi dan menunjukan adanya perubahan ke arah normal yang ditandai dengan penurunan pada jumlah sel darah putih dan peningkatan pada sel darah merah. Pertumbuhan rambut pada daerah alopesia mulai terlihat pada hari ke-25.
Laporan Kasus: Anaplasmosis dan Ehrlichiosis pada Anjing Husky Siberia Penderita Penyakit Ginjal Kronis Permatasari, Serly Nur Indah; Batan, I Wayan; Krisna Erawan, I Gusti Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (5) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.5.688

Abstract

Anaplasmosis dan ehrlichiosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri obligat intraseluler yaitu Anaplasma sp. dan Ehrlichia canis. Pada kasus ini, dilaporkan terjadi pada anjing husky siberia yang telah didiagnosis mengalami penyakit gagal ginjal kronis stadium tiga dan rutin dilakukan check up dua minggu sekali. Saat check up ketiga anjing tampak lemas, nafsu makan menurun, terdapat leleran mukopurulen di hidung, dan ditemukan caplak. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan hewan kasus mengalami dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa yang pucat dan turgor kulit menurun. Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan anjing kasus mengalami anemia normositik hiperkromik dan trombositopenia. Hasil pemeriksaan biokimia darah menunjukkan peningkatan kreatinin, Blood Urea Nitrogen (BUN), dan Symmetric Dimethylarginine (SDMA). Pemeriksaan ulas darah menunjukkan adanya badan inklusi pada monosit yang kemudian dikonfirmasi hasil positif dengan uji serologi test kit terhadap Anaplasma sp. dan Ehrlichia canis. Diagnosis definitif anjing kasus adalah gagal ginjal kronis stadium 3 disertai anaplasmosis dan ehrlichiosis. Penanganan yang dilakukan pemberian terapi cairan, antibiotik doxycycline (10 mg/kg BB, selama 28 hari), anti inflamasi metilprednisolon (0,5 mg/kg BB, selama 14 hari), dan pengobatan suportif dengan suplemen herbal Nutrilite® Liver Health with Milk Thistle and Dandelion Plus diberikan satu tablet sehari sekali dan suplemen ginjal AminAvast® diberikan dua tablet sehari sekali. Setelah hari ke-14 pengobatan menunjukkan perbaikan kondisi yang ditandai dengan nafsu makan yang baik, anjing terlihat aktif kembali, serta bebas dari caplak. Hasil pemeriksaan kimia darah setelah hari ke-14 menunjukkan penurunan nilai kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN).
Laporan Kasus: Infeksi Cacing Strongyloides pada Kucing Peliharaan arsa, kadek adya; Erawan, I Gusti Made Krisna; Widyastuti, Sri Kayati
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (3) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.3.364

Abstract

Strongyloidiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing nematoda Strongyloides sp. Hewan kasus adalah kucing peliharaan berjenis kelamin betina, berumur tujuh bulan, dengan bobot badan 2,24 kg. Kucing kasus mengalami diare selama satu minggu setelah dua minggu dipelihara yang disertai dengan penurunan nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan gejala dehidrasi, lemas, mukosa mulut dan mata pucat, serta pembesaran pada abdomen. Pada pemeriksaan feses dengan metode natif ditemukan telur cacing Strongyloides sp.. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan kucing kasus mengalami leukositosis. Kucing kasus didiagnosis menderita Strongyloidiasis. Penanganan kucing kasus dilakukan dengan diberikan antiparasit ivermectin 0,2 mg/kg BB, terapi suportif dengan cyanocobalamin 250 mcg/ kg BB secara intramuskuler dan diulang dua hari sekali. Hasil pengobatan selama satu minggu menunjukkan perkembangan yang baik ditandai dengan kucing kasus sudah tidak mengalami diare, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, turgor kulit normal, mukosa mulut dan mata berwarna merah muda, serta abdomen kembali normal. Pemeriksaan feses kembali dilakukan setelah satu minggu pengobatan sebagai evaluasi. Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode natif dan tidak ditemukan telur cacing Strongyloides sp. Untuk mencegah terjadinya infeksi kembali disarankan untuk memberikan obat cacing secara berkala setiap tiga bulan sekali. Perbaikan nutrisi perlu dilakukan dengan memberikan pakan yang baik serta lingkungan yang lebih nyaman.
CASE REPORT: SCABIES WITH NORMOCYTIC NORMOCHROMIC ANEMIA AND ABNORMALITIES IN THE HAIR MEDULLA IN DOMESTIC CATS Wiadnyani, Kadek Ayu; Putriningsih, Putu Ayu Sisyawati; Erawan, I Gusti Made Krisna
VITEK : Bidang Kedokteran Hewan Vol 14 No 2 (2024): VITEK-Bidang Kedokteran Hewan
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/jv.v14i2.298

Abstract

Scabies is a common skin disease in cats caused by mite infestation, one of which is Sarcoptes scabiei. An unsterilized male domestic 4 years old cat, weighing 4.75 kg, with a history of hair loss and itching. On physical examination, lesions were found in the form of alopecia, papules, hyperkeratosis, erythema, crusting, scales, escoriation and ulcers on the skin of the cat's face, ears and neck. The mucosa of the cat's mouth and eyes is pale and swelling of the lymphnodes with a hard consistency and increased temperature of the overlying skin. Laboratory examinations showed the presence of Sarcoptes scabiei mites accompanied by normocytic-normochromic anemia and abnormalities in the cat's hair medulla. Treatment given includes administration of ivermectin (0.2 mg/kg BW subcutaneously), chlorphenamine maleate (2 mg/head orally once a day), gentamicin sulfate ointment, multivitamins and minerals 1 tab/head orally once a day), administration of one softgel of fish oil per day, application of Virgin Coconut Oil, and specific food for hair and skin (Royal Canin®). On the seventh day, the case cat showed clinical recovery with relief of disease symptoms such as itching and reduction of lesions.
Co-Authors Achoiro Wati Rasid Aditya Pratanto Aida Lousie Tenden Rompis Amir, Kiki Lestari Anak Agung Ayu Mirah Adi Anak Agung Sagung Istri Pradnyantari Anak Agung Sagung Kendran Anggung Praing, Umbu Yabu arsa, kadek adya Bambang Sumiarto baskaradwaja, i gede mardawa Bravanasta Glory Rahmadyasti Utomo Burhan, Haris Calista, Ruli Mauludina Djaya Putri Coornelia, Gledys Denny Widaya Lukman Deva Mutiara Giri Putri Dewi, I Dewa Ayu Dian Sasmita Dhika, I Gede Abijana Satya Diana Mustikawati Distira, Luh Ayu Yasendra Duarsa, Bima Satya Agung Dumayanti, Jeanni DWI SURYANTO Ekklesia Prasetya Emy Sapta Budiari Erika Erika Evi Marieti Hutagalung Gede Herdian Permana Putra Hasanah, Putri Nur I Gede Soma I Gusti Agung Ayu Suartini I Gusti Agung Gede Putra Pemayun I Gusti Ngurah Kade Mahardika I Gusti Ngurah Sudisma I Ketut Suada I Made Kardena I Made Kerta Pratama I Made Sukada I MADE SUMA ANTARA I NYOMAN MANTIK ASTAWA I Nyoman Suarsana I Nyoman Suartha I Putu Cahyadi Putra, I Putu Cahyadi I Putu Gede Yudhi Arjentinia I Wayan Batan I Wayan Puspa Ari Laxmi I Wayan Suardana I Wayan Suardana I Wayan Wirata I.H. Utama I.W. Batan Ida Ayu Pasti Apsari Ida Bagus Komang Ardana Ida Bagus Ngurah Swacita Ida Bagus Oka Winaya Ida Tjahajati Iwan Harjono Utama Iwan Haryono Utama Jamhari Jamhari Kadek Karang Agustina Ketut Berata Komang Andika Purnama Kristiawan, Vicky Kurniawati, Ni Made Ayu Lopes, Yoseph Adedoni Tola Luh Dewi Anggreni Luh Made Sudimartini M.D. Rudyanto Madania, Reydanisa Noor Made Suma Anthara Mesquita, Nelviana Mochammad Imron Awalludin Ni Luh Eka Setiasih Nirhayu, Nirhayu Nurmayani, Seli Permatasari, Serly Nur Indah Pradnyani, Gusti Ayu Putu Indira Pratiwi, Rizki Purwaka Putra, Putu Adi Guna Purwitasari, Made Santi Puspaeni, Ni Ketut Juni Putu Ayu Sisyawati Putriningsih Putu Ayu Sisyawati Putriningsih Putu Devi Jayanti Puveanthan Nagappan Govendan Qutrotu ain, Salsabila Raden Wisnu Nurcahyo Rukisti, Eniza Sembiring, Messy Saputri Senja, Naomi Orima Sibang, I Nengah Anom Adi Nugraha Sibarani, Oktryna Hodesi Slamet Raharjo Sri Kayati Widiastuti, Sri Kayati Sri Kayati Widyastuti Steven Dwi Purbantoro Sugiyarto - T. Sari Nindia Takariyanti, Dzikri Nurma'rifah Tyas Pandieka Yoga Wiadnyani, Kadek Ayu Widya Asmara Widyanti, Agnes Indah Wisnu Nurcahyo Yedija Putra Kusuma Wardana Rumbay Yoshihiro Hayashi Zefanya Christiani