Claim Missing Document
Check
Articles

Studi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Di Desa Senga Selatan Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu Syam, Esse; Syafri, Syafri; Margolang, Syamsuddin
Journal of Urban Planning Studies Vol 4 No 2 (2024): Journal of Urban Planning Studies, Maret 2024
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jups.v4i2.456

Abstract

Slums area settlements that are unfit for habitation because of the irregularity of the buildings, the high level of building density, and the quality of the buildings and facilities and infrastructure that do not meet the requirements. Luwu Regency is one of the areas that has a slum location located in Senga Selatan Village. In the context of handling slum areas, identification is carried out to determine the level of slums, the determinant factors that affect the level of slums and the handling of slum areas. Identification is carried out using an analysis of the level of slums based on the 2018 PUPR Ministerial Regulation. The implementation is carried out based on survey data results, an analysis of the calculation of the slum level scoring assessment, and range values. From the results of the analysis it is known that Senga Selatan Village is included in mild slums, the determinant factors that cause slums are from the aspect of building conditions, environmental drainage conditions, and fire protection conditions.
Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makale Kabupaten Tana Toraja: Studi Kasus: Kelurahan Bombongan Requelmy TulungAllo, Gebryl; Syafri, Syafri; Ruslan, Rusneni
Journal of Urban Planning Studies Vol 4 No 2 (2024): Journal of Urban Planning Studies, Maret 2024
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jups.v4i2.470

Abstract

The goal of this study is to examine the major causes impacting the absence of green open space in Makale City and to suggest strategies for the development of green open space in Makale City. This research technique is a quantitative-methods. The Chi-Square analysis tool was used to assess the key elements impacting the shortage of green open space in Makale City, while descriptive qualitative analysis was utilized to generate suggestions for the development of green open space in Makale City. The fundamental conclusion of this study is that, based on the Chi-Square results, the element of land availability has a substantial effect on the absence of variable Y or Green Open Space (RTH). Meanwhile, education is a crucial element influencing the absence of Green Open Space (RTH). The Regional Government as the manager of Green Open Spaces in Makale City, issuing regional regulations or planning documents related to the utilization of regional Green Open Spaces in Tana Toraja Regency, and the Regional Government as the person in charge of providing Green Open Spaces (RTH) in urban areas are the directions for the development of green open spaces in Makale City. Makale Kelurahan Bombongan immediately resolves problems related to inadequate land in Makale City and increases the number of green open spaces to meet the minimum quota of green areas, and re-evaluates green open spaces (RTH) in Makale urban areas with reference to the relevant regulations
Arahan Mitigasi dan Evakuasi Bencana Alam Tanah Longsor di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang Rayhan R. Syams, Muhammad; Syafri, Syafri; Rasyidi, Emil Salim
Journal of Urban Planning Studies Vol 4 No 3 (2024): Journal of Urban Planning Studies, Juli 2024
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jups.v4i3.510

Abstract

Abstract. The purpose of this study is to determine the level of disaster risk and be able to formulate directions for mitigation and evacuation of landslide natural disasters at the research site. The method used in this study is descriptive qualitative. The analytical method to determine the level of vulnerability, vulnerability, capacity, risk to mitigation is superimpose analysis. The results of research that have been conducted regarding the level of disaster risk are 3 (three), namely high, medium, and low. Then there are 2 (two) structural and non-structural mitigation directions at the research site. The evacuation route is along the connecting local road between Tuncung and Tapong villages and the local road in Tanete village. The mitigation directives and evacuation routes are focused on areas that have a high risk of landslides.
PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KORIDOR JALAN POROS ENREKANG -MAKALE (STUDI KASUS DESA MENDAATE KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG) Syafri, Syafri; K, Risnawati; Wahidan, Nur
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 12 No 2 (2023)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v12i2.42495

Abstract

Desa Mendatte yang karakteristik fisik alamnya berupa perbukitan dengan topografi yang curam juga didukung oleh kondisi atau kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan kawasan perbukitan sebagai tempat bermukim. Oleh karena itu perlu adanya pengendalian pemanfaatan lahan sebagai antisipasi adanya pembangunan di daerah yang rentan terhadap longsor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerawanan longsor di Desa Mendatte, untuk mengetahui faktor penyebab daerah tersebut dijadikan sebagai daerah terbangun serta untuk mengetahui arahan pengendalian pemanfaatan lahan di darah rawan longsor. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan analisis Superimpose (overlay Peta ) dan analisis statistik dengan uji Crosstab atau tabulasi silang. Berdasarkan Hasil Analisis overlay peta dengan menggunakan ArcGis didapatkan 3 kelas tingkat kerawanan longsor di Desa Mendatte. Wilayah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi mempunyai luasan 326, 56 Ha dengan presentase 62,69 % dari luas wilayah Desa Mendatte, wilayah yang memiliki tingkat kerawanan sedang memiliki luasan 190,69 dengan presentase 36,61% Paling Rendah yaitu memiliki luasan 3,63 dengan presentase 0,70 %. Dari hasil analisis secara kuantitatif dengan uji statistik diketahui bahwasanya lama bermukim responden berhubungan atau menjadi salah satu faktor penyebab daerah tersebut dijadikan sebagai daerah terbangun sehingga menyebabkan tetap bermukimnya responden di Desa Mendatte. Upaya pengendalian pemanfaatan lahan berdasarkan zona dan kerentanan gerakan tanah dilokasi penelitian berupa rekomendasi terhadap peraturan penggunaan lahan, serta mitigasinya secara umum sesuai dengan karakteristik daerah rawan longsor. Kata Kunci : Kerawanan Bencana, Faktor Bermukim, Pengendalian Lahan.
Tingkat Kesehatan Bank yang Terdaftar Dalam Indeks Infobank15 Tahun 2019-2022 Frederich, Ryozky; Syafri, Syafri
Jurnal Ekonomi Manajemen Perbankan Vol 6 No 2 (2024): JEMPER Juli - Desember
Publisher : Prodi Manajemen S1 dan D3 Keuangan & Perbankan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32897/jemper.v6i2.3223

Abstract

Banks need to maintain customer trust by maintaining their performance, which can be measure through the bank’s health level. The research purpose is to show health status of banks listed on the infobank15 index from 2019 to 2022 utilizing the RGEC method. The research employs a quantitative approach through a descriptive analysis method. The sampling method uses purposive sampling, so there were six banks that became the research sample, namely “Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Bank Mandiri, and Bank Pan Indonesia”. Findings of this research show that the health level of the six banks is “Very Health”, as can be seen from the average health level of each bank, although there are banks that experienced a decline in their health level in 2020.
Evaluasi Implementasi Konsep Green Planning And Design : Studi Kasus Pada Kawasan Kota Baru Mamminasata Di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros Mugni, Panjhi Arieq Naufal; Muhibuddin, Andi; Syafri, Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 7 No. 1 (2024): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2024
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v7i1.3808

Abstract

Pengembangan kawasan perkotaan di Indonesia berkembang sangat cepat, dan dinamis sehingga aktivitas dan pengembangannya akan menimbulkan berbagai macam problematika dan dampak permasalahan lingkungan seperti ketidakseimbangan antara pertumbuhan kawasan perkotaan dan peningkatan kualitas lingkungan. Kondisi inilah yang menjadikan Kota menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Kabupaten Maros pun telah menjadi kabupaten yang berkembang sangat pesat mengikuti perkembangan kota Metropolitan Makassar sebagai kota Induk, memaksa Kabupaten Maros yang menjadi bagian dari kawasan perkotaan Mamminasta (Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar), menjadi berkembang dengan cepat. Terkhusus pada kawasan perkotaan baru di Kecamatan Moncongloe yang menjadi kawasan kota Satelit. Namun adapula ancaman yang terjadi di Kecamatan Moncongloe yaitu sering terjadinya Banjir, pembakaran sampah oleh masyarakat serta pengelolaan drainase yang kurang baik maka diperlukan suatu konsep pencegahan dan penanganan untuk menanggulangi permasalahan tersebut yaitu konsep kota hijau atau biasa disebut “Green city”. Adapun konsep pendekatan ini masih belum maksimal diterapkan di Kecamatan Moncongloe, maka output dari penelitian ini yaitu mengevaluasi seberapa besarkah penerapan yang telah dilakukan di lokasi penelitian serta merumuskan strategi untuk meningkatkan kinerja dari setiap indikator kota hijau. The development of urban areas in Indonesia is developing very fast, and is dynamic, so that its activities and development will cause various kinds of problems and impacts of environmental problems, such as imbalances between the growth of urban areas and the improvement of environmental quality. This condition makes the city uncomfortable to live in. Maros Regency has also become a district that is developing very rapidly following the development of the Metropolitan city of Makassar as the main city, forcing Maros Regency which is part of the Mamminasta urban area (Makassar, Maros, Sungguminasa, and Takalar) to develop rapidly. Especially in the new urban area in Moncongloe District which is a satellite city area. However, there are also threats that occur in Moncongloe District, namely frequent flooding, burning of garbage by the community and poor drainage management, so a concept of prevention and handling is needed to overcome these problems, namely the concept of a green city or commonly called "Green city". The concept of this approach is still not maximally applied in Moncongloe District, so the output of this study is to evaluate how much implementation has been done in the research location and formulate strategies to improve the performance of each indicator of a green city.
Pengendalian Pembangunan Dalam Rangka Pelestarian Kawasan Tongkonan Penanian Kecamatan Tallunglipu Sibala, Evisanty; Syafri, Syafri; Bahri, Syamsul
Urban and Regional Studies Journal Vol. 7 No. 1 (2024): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2024
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v7i1.4607

Abstract

Meningkatnya kebutuhan akan lahan mendorong terjadinya kegiatan alih fungsi lahan, tidak terkecuali lahan di kawasan tongkonan. Dimana luas dan lokasi penggunaan lahan yang tidak dikendalikan secara bijaksana dapat mempengaruhi ketersediaan sumberdaya dan mengganggu keseimbangan lingkungan yang berdampak pada kelestarian kawasan tongkonan tersebut. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan yang tidak dikendalikan terhadap pelestarian Kawasan Tongkonan dan untuk merumuskan strategi pengendalian pembangunan di sekitar Kawasan Tongkonan Penanian. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dimana teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang menganalisis dampak pemabngunan yang tidak dikendalikan di kawasan tongkonan, serta analisis SWOT sebagai metode analisis yang digunakan untuk mengkaji dan menentukan strategi yang tepat di wilayah penelitian sebagai upaya menjaga dan mengendalikan kualitas lingkungan yang penekanannya bertumpu pada aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dampak pembangunan yang tidak dikendalikan di kawasan Tongkonan dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu dampak sosial budaya, dampak lingkungan dan dampak ekonomi. Seadngka strategi pengendalian pembangunan di kawasan Tongkonan Penanian yaitu dengan memanfaatkan  peluang untuk mempertahankan kekuatan yaitu penegakan aturan yang telah ada melalui pengawasan pemerintah terhadap kegiatan Masyarakat Hukum Adat, merumuskan dan menetapkan aturan yang lebih spesifik mengatur kawasan Tongkonan yang termasuk di dalamnya tidak sembarang mengalihfungsikan lahan Tongkonan dalam rangka menjaga kelestarian budaya Tongkonan, membantu dan memfasilitasi generasi muda dalam mencari pekerjaan melalui informasi yang disebarluaskan oleh pemerintah, meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai arti pentingnya menjaga kelestarian budaya melalui sosialisasi, seminar atau kegiatan-kegiatan lainnya dan, merumuskan suatu kebijakan ke dalam suatu program yang dapat meningkatkan edukasi komunikasi serta informasi kepada masyarakat. The increasing need for land encourages land conversion activities, including land in the tongkonan area. Where the area and location of land use that is not controlled wisely can affect the availability of resources and disrupt the environmental balance which has an impact on the sustainability of the tongkonan area. Therefore, This research aims to analyze the impact of uncontrolled development on the preservation of the Tongkonan Area and to formulate development control strategies around the Tongkonan Penanian Area. The research method used is qualitative research, where the analysis technique used is qualitative descriptive analysis which analyzes the impact of uncontrolled development in the tongkonan area, as well as SWOT analysis asThe analytical method used to study and determine appropriate strategies in the research area as an effort to maintain and control environmental quality focuses on aspects of strengths, weaknesses, opportunities and threats. The impacts of uncontrolled development in the Tongkonan area are divided into 3 (three) types, namely socio-cultural impacts, environmental impacts and economic impacts. One strategy for controlling development in the Tongkonan Penanian area is to take advantage of opportunities to maintain strength namely enforcing existing regulations through government supervision of the activities of the Customary Law Community, formulating and establishing more specific rules governing the Tongkonan area, which includes not just converting Tongkonan land in order to preserve Tongkonan culture, helping and facilitating the younger generation in finding work through information disseminated by the government, increasing public awareness regarding the importance of preserving culture through outreach, seminars or other activities and, formulating a policy into a program that can improve communication education and information to the public.
Pemanfaatan Peta Foto Tegak Sebagai Peta Dasar Untuk Evaluasi Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Sulastri, Sulastri; Syafri, syafri; Latief, Rudi
Urban and Regional Studies Journal Vol. 7 No. 1 (2024): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2024
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v7i1.5272

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi Rencana Tata Ruang (RTR) pada potensi adanya ketidaksesuaian pola ruang terhadap existing keadaan di lapangan, sehingga lokasi penelitian yang dipilih terletak pada daerah yang memiliki kemungkinan terdapat pembangunan yang signifikan untuk mendeteksi kecocokan pemanfaatan ruang dan di wilayah yang relative sama atau sedikit pembangunan untuk evaluasi penyusunan pemanfaatan tanah sesuai pola ruang. Penelitian dilakukan di 2 wilayah administrasi Kelurahan/Desa yang keduanya berada di Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.  Area pertama adalah Kelurah Coppo yang berada di Kecamatan Barru Kabuopaten Barru. Hasil dari Penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peta Tegak yang dihasilkan dari pemotretan menggunakan wahana nir awak (PUNA) mempunyai hasil akurasi kurang dari 15 cm sehingga dapat digunakan untuk identifikasi batas bidang tanah sehingga dapat dijadikan peta dasar dalam pemetaan perbidang dan klasifikasi pemanfaatan ruangnya di lapangan, (2) Pemanfaatan foto udara yang direkam menggunakan wahana nirawak (PUNA) dapat menghasilkan foto tegak yang beresolusi tinggi dan akurat untuk membantu evaluasi pemanfaatan pola ruang sesuai Rencana tata Ruang (RTR). Data foto udara dapat diakuisisi dan diolah secara cepat sesuai dengan area yang akan dilakukan evaluasi RTR. Penggunaan foto tegak ini sangat tepat dan efisien untuk digunakan pada pemantauan pelaksanaan RTR yang areanya tidak terlalu luas dan membutuhkan data terkini secara cepat dan murah. Sumber daya yang dibutuhkan juga sedikit tetapi ahli dalam bidangnya sehingga hasil foto tegak dapat dijadikan peta dasar dalam kegiatan evaluasi dan pemantauan RTR, (3) Hasil evaluasi pemanfaatan lahan yang menggunakan overlay data peta tegak sebagai peta dasarnya dibbandingkan pola ruang RTRW Barru ditemukan banyak bangunan yang berada di pola ruang non bangunan. Terdapat banyak bangunan terutama di kelurahan Coppo yang berada di area pertanian lahan basah maupun perkebunan. Selain itu pada vektor pola ruang  tidak sesuai dengan keadaan di lapangan sehingga perlu dilakukan updating/pembaharuan pola ruang. Hal ini disebabkan pada saat penyusunan penggunaaan peta dasarnya tidak memeuhi syarat yang ditentukan karena kekurangan data pada saat itu. Hasil identifikasi bangunan yang terindikasi bangunan liar dapat dilakukan peninjauan secara langsung karena terlihat jelas di peta foto. (4) Peta dasar yang dipakai mempunyai akurasi yang lebih tinggi daripada peta dasar yang digunakan saat penyusunan RTRW sehingga bisa dipakai untuk pembuatan atau koreksi pola ruang yang lebih detail, dan (5) Ketersediaan peta dasar yang memenuhi standar yang ditentukan merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan ruang, selain pemantauan dan valuasi peta dasar dapat dijadikan acuan penyusunan RDTR. Hal itu dikarenakan ketelitian peta dasar yang dipakai mempengaruhi keakuratan vektor pola ruang. The purpose of this study is to evaluate the Spatial Plan (RTR) on the potential for spatial pattern inconsistencies with existing conditions in the field, so that the selected research location is located in an area that has the possibility of significant development to detect the suitability of spatial use and in an area that is relatively the same or has little development to evaluate the arrangement of land use according to spatial patterns. The study was conducted in 2 administrative areas of the Village/Kelurahan, both of which are in Barru District, Barru Regency. The first area is Coppo Village which is in Barru District, Barru Regency. The results of this study indicate that (1) The Vertical Map produced from photography using an unmanned aerial vehicle (PUNA) has an accuracy of less than 15 cm so that it can be used to identify land boundaries so that it can be used as a base map in mapping per field and classifying its spatial use in the field, (2) Utilization of aerial photos recorded using an unmanned aerial vehicle (PUNA) can produce high-resolution and accurate vertical photos to help evaluate the use of spatial patterns according to the Spatial Plan (RTR). Aerial photo data can be acquired and processed quickly according to the area to be evaluated for RTR. The use of vertical photos is very appropriate and efficient for use in monitoring the implementation of RTR which is not too large and requires up-to-date data quickly and cheaply. The resources needed are also few but experts in their fields so that the results of vertical photos can be used as basic maps in RTR evaluation and monitoring activities, (3) The results of land use evaluation using vertical map data overlay as the basic map compared to the Barru RTRW spatial pattern found many buildings in the non-building spatial pattern. There are many buildings especially in Coppo sub-district which are located in the wetland agricultural area or plantations. In addition, the vector spatial pattern does not match the conditions in the field so that updating/renewing the spatial pattern needs to be done. This is because at the time of preparation the use of the base map did not meet the specified requirements due to lack of data at that time. The results of the identification of buildings indicated as illegal buildings can be reviewed directly because they are clearly visible on the photo map. (4) The base map used has higher accuracy than the base map used when compiling the RTRW so that it can be used to create or correct more detailed spatial patterns, and (5) The availability of base maps that meet the specified standards is very important in spatial planning, in addition to monitoring and evaluating base maps that can be used as a reference for compiling the RDTR. This is because the accuracy of the base map used affects the accuracy of the spatial pattern vector.
Strategi Pengembangan Potensi Objek Wisata dengan Konsep Blue Economy di Pulau Maratua Kabupaten Berau Wulandari, Padmarani; Syafri, Syafri; Ruslan, Rusneni
Urban and Regional Studies Journal Vol. 7 No. 1 (2024): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2024
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v7i1.5501

Abstract

Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh penerapan konsep blue economy terhadap pengembangan pariwisata di Pulau Maratua, Kabupaten Berau, menggunakan pendekatan analisis univariat dan Analytical Hierarchy Process. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan merumuskan arahan konsep blue economy. Metode penelitian melibatkan pengumpulan data primer melalui wawancara dengan para pemangku kepentingan lokal dan survei, serta data sekunder dari literatur terkait. Data tersebut dianalisis menggunakan Analytical Hierarchy Process untuk menetapkan prioritas berdasarkan kepentingan dan pengaruh relatif dari setiap faktor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan konsep blue economy secara signifikan dapat meningkatkan pariwisata berkelanjutan di Pulau Maratua Kabupaten Berau, dengan prioritas tindakan yang telah ditentukan melalui analisis univariat dan analisis Analytical Hierarchy Process. Saran diberikan kepada pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk fokus pada prioritas-prioritas ini dalam perencanaan dan implementasi strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan. This research explores the influence of the implementation of the blue economy concept on tourism development in Maratua Island, Berau Regency, using univariate analysis and analytical hierarchy process approaches. The research objective is to analyze and formulate the direction of the blue economy concept. The research method involved collecting primary data through interviews with local stakeholders and surveys, as well as secondary data from relevant literature. The data were analyzed using analytical hierarchy process to set priorities based on the relative importance and influence of each factor. This study concludes that the application of the blue economy concept can significantly improve sustainable tourism on Maratua Island in Berau Regency, with prioritized actions determined through univariate analysis and Analytical Hierarchy Process. Advice is given to the government, academics, and communities to focus on these priorities in the planning and implementation of sustainable tourism development strategies.
Analisis Kawasan Permukiman Kumuh DAS Jeneberang Kota Makassar Rudianto, Irwan; Syafri, Syafri; Rasyidi, Emil Salim
Urban and Regional Studies Journal Vol. 7 No. 1 (2024): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2024
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v7i1.5502

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif Survey yang melibatkan pengumpulan data dari sejumlah besar responden menggunakan kuesioner atau wawancara terstruktur. Berdasarkan hasil analisis pengindraan jauh melihat dari 2 tahun berkembangan yang berbeda (Time-lapse) menunjukan bahwa pola bangunan yang berkembang bersifat berkelompok (Radial).  Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap perkembangan permukiman kumuh yaitu kepadatan bangunan dan aksesibilitas yang ada. Dalam perumusan konsep penataan permukiman kumuh diperlukan determinan ruang yang di kaitkan dengan tata guna lahan dan pemanfaatan lahan sehingga menghasilkan regulasi yang terintegritas pada aktivitas berkelanjutan DAS Jeneberang. This study uses a Quantitative Survey method that involves collecting data from a large number of respondents using questionnaires or structured interviews. Based on the results of remote sensing analysis looking at 2 different years of development (Time-lapse) shows that the building patterns that develop are grouped (Radial). Factors that have a significant influence on the development of slums are building density and existing accessibility. In formulating the concept of slum settlement management, spatial determinants are needed that are linked to land use and land utilization so as to produce regulations that are integrated into the sustainable activities of the Jeneberang Watershed.