p-Index From 2020 - 2025
4.566
P-Index
This Author published in this journals
All Journal MANAJEMEN HUTAN TROPIKA Journal of Tropical Forest Management Jurnal Penyuluhan Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Jurnal Silvikultur Tropika (JST) Jurnal Lanskap Indonesia MEDIA KONSERVASI JURNAL ILMU SOSIAL AQUATIC Paramita: Historical Studies Journal KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Jurnal Bina Praja Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) Politeia: Jurnal Ilmu Politik Politeia: Jurnal Ilmu Politik Journal of Regional and Rural Development Planning Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Dinasti International Journal of Education Management and Social Science Focus Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan The Indonesian Journal of Socio-Legal Studies Priviet Social Sciences Journal West Science Interdisciplinary Studies Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis West Science Interdisciplinary Studies Riwayat: Educational Journal of History and Humanities Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika
Claim Missing Document
Check
Articles

Gold Mining in Southwest Maluku: Curse or Blessing? (Study on Conflict Access of Agrarian Resources) Pakniany, Yamres; Soetarto, Endriatmo; Adiwibowo, Soeryo
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 2 (2017): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.73 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i2.17976

Abstract

ABSTRACTConflict in agrarian resource-rich areas due to differences of interest continue to occur in Indonesia, including in the gold mining area of Hila Village, District of Romang Islands, Southwest Maluku Regency. Conflict that occurred in the gold mining area of Hila Village is a horizontal conflict involving the communities, but there are local elites who play a role in it as well. Conflicting communities are those who are pro-mining and against it. Each actor has a different interest in the resources of Hila Village. This research uses qualitative method with case study approach. The purposeof this study is to analyze the factors that cause conflict. The result shows that there are many factors causing the conflict, including access to land, compensation fee and labor recruitment. These factors occur due to unilateral claims and ineffective management by village and company authorities. The benefits of the management and utilization are only felt by certain actors who have access to resources, whereas other actors who do not have access do not benefit.Keywords: Agrarian resources, conflict, Southwest MalukuABSTRAKKonflik di daerah kaya sumberdaya agraria, akibat perbedaan kepentingan terus terjadi di Indonesia, termasuk di kawasan pertambangan emas Desa Hila, Kecamatan Kepulauan Romang, Kabupaten Maluku Barat Daya. Konflik yang terjadi di kawasan pertambangan emas Desa Hila adalah konflik horisontal yang melibatkan masyarakat dengan masyarakat, namun di dalamnya terdapat elit-elit lokal yang turut berperan. Masyarakat yang berkonflik adalah masyarakat yang pro terhadap tambang dengan masyarakat yang kontra terhadap tambang. Masing-masing aktor memiliki kepentingan yang berbeda terhadap sumberdaya di Desa Hila. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor penyebab konflik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya konflik, diantaranya faktor akses terhadap lahan, biaya konpensasi, dan perekrutan tenaga kerja. Faktor-faktor ini terjadi, karena klaim sepihak dan pengelolaan yang tidak efektif dilakukan oleh pemerintah desa dan perusahaan. Manfaat dari pengelolaan dan pemanfaatan tersebut, hanya dirasakan oleh aktor-aktor tertentu yang memiliki akses terhadap sumberdaya, sedangkan aktor-aktor lain tidak mendapatkan manfaat.Kata kunci: Sumberdaya agraria, konflik, Maluku Barat Daya
Land Tenure Dynamics on Forest Conservation Area: Case Study in Grand Forest Park Sultan Thaha Saifuddin Budiandrian, Bayu; Adiwibowo, Soeryo; A. Kinseng, Rilus
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 3 (2017): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.107 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i3.19394

Abstract

ABSTRACTLocated at Jambi Province, the Grand Forest Park of Sultan Thaha Saifuddin (GFP STS or GFP in short) was established at 2001. The GFP STS, previously known as the Senami Forest, spread over three sub-districts of Batang Hari District i.e. Bajubang, Muara Bulian and Muara Tembesi. Before appointed as GFP STS the status and function of Senami forest changing four times (at 1933, 1987, 1999, 2001). The implication of this changing policy combine with weak law enforcement are uncertain tenurial arrangement for access, control, and use the resource in particular within the area of GFP. As result, at present forest cover of GFP only left 15 to 30 percent. In addition, among the various types of forest conservation areas, Grand Forest Parks is more vulnerable for land accessing than the National Park. Therefore, it is interesting to examine what is the impact of those series changing forest property and governance to the tenurial arrangement among and between actors within the area of GFP STS. This research applied qualitative method with semi structured and in deepth interview with key informant and participant observation whose selected by snowball technique. The result shows long-term series of change of access to GFP (1933, 1987, 1999 and 2001) have significantly change the legal rights, actual rights and practice use of land/resource among and between user groups. The access is considered either as legal or illegally.Keyword: land tenure, forest conservation, access mechanism, grand forest park, Sultan Thaha SaifuddinABSTRAKTaman Hutan Raya (THR) Sultan Thaha Saifuddin (STS) merupakan kawasan hutan yang ditetapkan pada tahun 2001. THR STS, yang sebelumnya diketahui sebagai kawasan Hutan Senami oleh penduduk lokal, melintas di tiga Kecamatan antara lain Bajubang, Muara Bulian, dan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Sebelum ditetapkan sebagai kawasan THR pada tahun 2001, status dan fungsi kawasan Hutan Senami pernah mengalami beberapa kali perubahan antara lain pada tahun 1933, 1987, 1999 dan 2001. Implikasi dari serangkaian perubahan kebijakan yang berpadu dengan lemahnya penegakan hukum adalah munculnya ketidakpastian pengaturan tenurial terhadap akses, penguasaan, dan pemanfaatan sumberdaya hutan di dalam kawasan THR STS. Dampaknya, saat ini luas tutupan hutan di kawasan THR STS hanya tersisa 15 hingga 30 persen saja. Selain itu, diantara berbagai jenis kawasan hutan konservasi, Taman Hutan Raya merupakan kawasan yang lebih rentan terhadap akses lahan dibandingkan dengan Taman Nasional. Dengan demikian, menarik untuk dikaji bagaimana dampak dari serangkaian perubahan kebijakan dan status kepemilikan hutan tersebut terhadap pengaturan penata-kelolaan hutan diantara berbagai aktor di dalam kawasan THR STS. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam dengan informan kunci dan responden yang ditentukan melalui teknik snowball sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rangkaian panjang perubahan akses pada kawasan THR STS (1933, 1987, 1999, dan 2001) telah secara signifikan merubah hak legal, hak aktual, dan praktik pemanfaatan lahan/sumberdaya di dalam dan diantara berbagai kelompok pengguna. Mekanisme akses juga dilakukan baik secara legal maupun ilegal.Kata Kunci: tenurial lahan, hutan konservasi, mekanisme akses, taman hutan raya, Sultan Thaha Saifuddin
The Dynamics of Land Tenure in Multi-ethnic Society Bumulo, Sahrain; Adiwibowo, Soeryo; Sjaf, Sofyan
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 3 (2017): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.714 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i3.19395

Abstract

ABSTRACTThis study aims to analyze the dynamics of land tenure in the multi-ethnic society. This research was conducted in District of Randangan,Pohuwato Regency. With a qualitative approach, this research involved 27 informants from various ethnic backgrounds (Gorontalo, Java, Bali, and Bugis) and profession (bureaucracy, NGO, and academic actors). The results of this study indicate that land tenure in the study sites has ethnic dimensions. This is evidenced by the existence of land tenure segregation, in which Bugis ethnic control of land in the coastal areas used for fishpond activities. Furthermore, ethnic Javanese controlled land in the hilly areas used as agricultural and plantation activities, while the ethnic Gorontalo (local), more widely spread in the sub-district government structure, and private. The existence of segregation of land tenure, trigger the emergence of turmoil in society by using ethnic identity as its domain. Therefore, the issue of locals versus migrants colored the polemic at the study site.Furthermore, the granting of access is also based on several actors’ interests, including socio-economic, political, and demographic interests.Keywords: Dynamics, land tenure, multiethnic societyABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika penguasaan lahan dalam masyarakat multietnik. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini melibatkan 27 informan dari berbagai latar belakang etnik (Gorontalo, Jawa, Bali. dan Bugis) dan profesi (birokrasi, LSM, dan akademisi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penguasaan lahan di lokasi studi memiliki dimensi etnisitas. Hal ini dibuktikan oleh adanya segregasi penguasaan lahan, di mana etnik Bugis menguasai lahan di wilayah “pesisir” yang digunakan untuk aktivitas tambak ikan. Selanjutnya, etnis Jawa menguasai lahan di wilayah “perbukitan” yang digunakan sebagai aktivitas pertanian dan perkebunan, sedangkan etnis Gorontalo (lokal), lebih banyak tersebar di struktur pemerintahan kecamatan, dan swasta. Adanya segregasi penguasaan lahan, memicu timbulnya gejolak di masyarakat dengan menggunakan identitas etnis sebagai domainnya. Oleh karena itu, isyu penduduk lokal versus pendatang mewarnai polemik di lokasi studi. Di sisi lain, proses penguasaan lahan di lokasi studi dilatar-belakangi oleh adanya keterlibatan berbagai aktor (berbasis etnis) dalam pemberian akses kepada anggota etnisnya masing-masing. Selanjutnya, pemberian akses juga didasarkan pada beberapa kepentingan aktor, di antaranya adalah kepentingan sosial-ekonomi, politik, dan demografi.Kata Kunci: dinamika, penguasaan, lahan, masyarakat multietnik
The Limit to Politics of Ethnicity? Migration and Upland Transformation in Central Sulawesi Abdulkadir Sunito, Melani; Adiwibowo, Soeryo; Soetarto, Endriatmo; A.Kinseng, Rilus; Foley, Sean
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 3 (2017): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.954 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i3.19396

Abstract

ABSTRACTAlthough in early 2000s ethnic politics was used to gain access to land inside the National Park, thus transformed land use in an upland village in Central Sulawesi, a decade later it losts its role as the main driver to further expansion of agriculture-land. Using political ecology approach, this paper discusses territorialization through politics of ethnicity and ethnicity/identity as mechanism to access. The findings indicated that ethnic politics are enabled, and constrained, by certain conditions within the community as well as from external situation. In the latter trajectory of upland transformation, politics of ethnicity are constrained by an alteration of ethnic groupings as new migrants came to the village community, a ‘leveling-off playing field’ in land access and high-external input agriculture commodities, as well as a change in forest-policy.Keywords: ethnic politics, migration, upland transformationABSTRAKMeski pada permulaan tahun 2000an politik etnisitas digunakan untuk memperoleh akses atas tanah hutan di dalam Taman Nasional, lantas merubah penggunaan lahan pada suatu desa dataran tinggi di Sulawesi Tengah, satu dekade setelahnya politik etnisitas tak lagi berperan dalam ekspansi lanjutan tanah pertanian itu. Menggunakan pendekatan ekologi politik, tulisan ini membahas teritorialisasi melalui politik etnisitas dan penggunaan kuasa etnisitas/identitas sebagai mekanisme untuk mengakses. Temuan penelitian menunjukkan bahwa politik etnisitas dimungkinkan, ataupun dibatasi, oleh kondisi-kondisi di dalam komunitas maupun situasi eksternal. Pada trajectory transformasi desa yang belakangan, politik etnisitas dibatasi oleh perubahan pengelompokan etnis akibat migrasi baru pada komunitas desa yang kian beragam etnis, suatu leveling-off playing field dalam akses atas tanah dan budidaya komoditas pertanian tinggi-input yang mengarah pada pemerataan kesempatan ekonomi dan pendapatan, serta perubahan dalam kebijakan kehutanan.Kata kunci: politik etnisitas, migrasi, transformasi dataran tinggi pedalaman
Para Rimbo (Jungle Rubber): Cultural Core Jambi Farmers and Oppotunities for Integration with Forestry Development Marwoto, Marwoto; Kartodihardjo, Hariadi; Darusman, Dudung; Adiwibowo, Soeryo
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 3 (2017): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.291 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i3.19401

Abstract

ABSTRACTPara Rimbo (Jungle rubber) is a system of local culture Jambi in agriculture and plantations dominated by rubber tree (Hevea brasiliensis),adopted and developed by the community with traditional management (mix-shaped rubber plantation). With this system still allows other vegetation co-exist Rubber plants so that the existing biodiversity in Para Rimbo still high. Ecosystem conditions have remained high biodiversity of the ecological role of maintaining the stability of the ecosystem in soil nutrient cycling, hydro-orologis system, a place to live for flora and fauna habitat loss due to forest degradation. This study was conducted aimed to describe Para Rimbo as a form of community process farmers to adapt to environment, with a focus on demography, technology and economics. The research was conducted with a qualitative prescriptive approach. The research findings show that Para Rimbo a farming system in accordance with the characteristics Jambi ecosystem based.Until now, Para Rimbo still cultivated by farmers in Jambi with various pressures by other farming systems monocultures that tend to be incompatible with the nature of Jambi ecosystems. We suggest that forest conservation policies in the area of Jambi adopt the Rimbo as part of the constituent structure of forest vegetation.Keyword: Jungle rubber, agroforestry, cultural core, adaptationABSTRAKPara Rimbo adalah sebuah sistem budaya masyarakat lokal (Jambi) dalam bidang pertanian dan perkebunan yang didominasi oleh tanaman karet (Havea brasiliensis), diadopsi dan dikembangkan oleh masyarakat dengan pengelolaan tradisional berbentuk kebun karet campuran. Dengan sistem ini masih memungkinkan vegetasi lain hidup bersama tanaman Karet yang dibudidayakan sehingga keanekaragaman hayati yang ada dalam Para Rimbo masih cukup tinggi. Kondisi ekosistem yang mempunyai keanekaragaman hayati yang masih tinggi tersebut secara ekologis berperan menjaga stabilitas ekosistem dalam siklus hara tanah, mempertahankan sistem hidro-orologis tetap baik, merupakan tempat hidup bagi flora dan fauna yang kehilangan habitatnya karena berkurangnya luasan hutan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan Para Rimbo sebagai bentuk dari proses masyarakat petani Jambi untuk beradaptasidengan lingkungannya, dengan fokus pada aspek demografi, teknologi dan ekonomi. Penelitian dilakukan dengan pendekatan preskriptif. Temuan penelitian menunjukan bahwa Para Rimbo merupakan sistem pertanian yang sesuai dengan karakteristik ekosistem Jambi berdasarkan demografi, teknologi dan ekonomi. Sampai saat ini, Para Rimbo masih tetap dibudidayakan oleh petani Jambi dengan berbagai tekanan oleh sistem pertanian lain yang bersifat monokultur dan tidak sesuai dengan sifat ekosistem daerah Jambi. Kami menyarankan agar kebijakan konservasi hutan di daerah Jambi mengadopsi Para Rimbo sebagai bagian dari penyusun struktur vegetasi hutannya.Kata kunci: Para Rimbo, agroforestry, inti budaya, adaptasi
Control over Coastal Sedimentation Land by the Indonesian Household Migrant Workers Septianto, Marzuqo; M Kolopaking, Lala; Adiwibowo, Soeryo
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 6 No. 2 (2018): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (29.054 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v6i2.22076

Abstract

This study aims to analyze: 1). power relations over land emerging that occurred in Sugihwaras. 2). Land institutional crisis that becomes the arena of mastery among actors in it, 3). the reason behind the interest of Indonesian Migrant Workers in exploiting land emerging in Sugihwaras. A qualitative approach is applied in this case and data collection is done using observation, interview, and documentation methods. The results show that the power relations of the land arise form the agrarian structure in the society where each actor has a boundary of power and boundle of right are different. The existing institutional land crises in the Community are described in chronological crises of land ownership by actors and their claims to land arising in Sugihwaras. Indonesian Migrant Workers become one of the important actors in relation to access to arising land, where they have access to funds used for land purchase, or building settlements on arising land.
Stifling of Customary People Political Voice of Recognition in Political Economy Perspective (Case Study on Mapur Tribe Lom Bangka Belitung) Zulkarnain, Iskandar; Soetarto, Endriatmo; Sunito, Satyawan; Adiwibowo, Soeryo
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 6 No. 3 (2018): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.257 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v6i3.24325

Abstract

Symptoms of political neglection along with changes in capitalist-oriented economic development policies have become a major challenge for recognition of indigenous people in Indonesia. The experience of the Mapur Lom tribe marks the phase of detachment of an entity from its agrarian tradition. This study aims to identify the future critical point of Lom people due to the absence of recognition from the government which more prioritizes the practices of power domination and penetration of capital. The case study was used to oversee the socio-economic relations between tin and oil palm as well as the dynamics of actors contestation who were legitimized by the post-New Order bureaucracy. Data collection uses interviews, observation, document studies, and focused discussions. The results of the research show that the mechanism of stifling the political voice of Lom people's recognition takes place through two phases, namely silencing from within by the apparatus at the hamlet level by hijacking the autonomy discourse of customary forests. The second phase, preclusion of political voices from outside through a continuous changing of regulations, policies that tend to favor the oil palm plantation corporations, capital intervention accompanied with land grab and violence. Working with Marxian perspective elaboration and critical perspective see that failure of state and bureaucracy at the regional level related to political economy of recognition are the result of perpetuating power domination based on concentration of regulation, policy, legitimacy, and capital along with collusion with corporations against individuals, groups and nature.
Agrarian Twilight in Rural West Java: from Accumulation to Exclusion Tridakusumah, Ahmad Choibar; Soetarto, Endriatmo; Adiwibowo, Soeryo; Wahyuni, Ekawati Sri
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 7 No. 1 (2019): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v7i1.25429

Abstract

Through this research, the phenomenon of agrarian twilight in rural West java was analyzed by the interactions of agrarian relations, the exclusion process, and actors that involved due to the agrarian history. With the implementation of a critical paradigm by multi method of qualitative research (historical sociology and sociological history) and case study approach, this research releases a deep study of space, temporality and contention so that it can reveal a fundamental problems inequality of agrarian structures in rural West Java from the era colonial up to the present situation. This research was conducted for six months starting from May to October 2018, primary data were collected by in-depth interviews with peasants as key informants of this research and supported by various secondary research data and other relevant documents. The data thereafter analyzed by means of three phases, as interpretative, empirical, and dialectical technique. The results showed that the erosion of the agricultural sector by the industrial and service sectors were complemented by the shrinking of agriculture land due to the conversion of agriculture land to non-agriculture. Historically, agrarian twilight was an alteration from the land accumulation by corporations that further lead to the exclusion of peasants from their land, with the period of time from colonial to the present situation. Unequal access to land, increasing land markets, power, and capital were the triggered. This situations conduced that peasants who directly faced changes in rural agrarian structure were cornered to the most vulnerable position. This condition shows the description of agrarian twilight in rural West Java.
Kontestasi Pemanfaatan Ruang Taman Nasional Komodo: Perspektif Akses dan Eksklusi Muthohharoh, Nur Hannah; Soetarto, Endriatmo; Adiwibowo, Soeryo
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 9 No. 2 (2021): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/9202135506

Abstract

Ide konservasi keanekaragaman hayati muncul untuk mengatasi krisis ekologi. Namun, implementasinya tidak terlepas dari berbagai dampak sosial seperti alienasi masyarakat, konflik, dan kemiskinan. Dalam pengelolaan konservasi terdapat hubungan antara manusia dan alam yang bersifat politis, salah satunya mengenai akses terhadap sumber daya atau ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis siapa yang mendapat akses atau mengalami eksklusi dan melalui mekanisme apa mereka mendapatkan akses atau mengalami eksklusi dari ruang Taman Nasional Komodo (KNP). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, pengelolaan konservasi yang semula berbasis ekologi (ecological-based conservation/EBC) bergeser menjadi berbasis pasar (market-based conservation/MBC) mengakibatkan adanya perubahan aktor. Kedua, sebagai implikasinya, terdapat sekumpulan kekuasaan baru, dimana setiap aktor dengan sekumpulan kekuasaan yang berbeda muncul pada setiap tipe periode konservasi. Pada periode EBC, terjadi ketimpangan kekuasaan antara masyarakat lokal di satu sisi, dengan pengelola KNP dan LSM konservasi di sisi lainnya. Aspek yuridis menjadi sumber kekuasaan yang terakhir. Sementara pada periode MBC, sumber kekuasaan berupa pasar dan yuridis. Ketiga, baik pada periode EBC maupun MBC, terdapat kekuatan yang mengakibatkan eksklusi terhadap masyarakat lokal.
Ekologi Budaya dan Ekospiritualitas Komunitas Adat Baduy Menghadapi Modernisasi: Studi Ekologi Budaya dan Ekospiritualitas di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten Setiawan, Nur; Mardiana, Rina; Adiwibowo, Soeryo
FOCUS Vol. 4 No. 2 (2023): Focus
Publisher : Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/focus.v4i2.7123

Abstract

Bertambahnya jumlah penduduk mendorong masyarakat Baduy untuk beradaptasi dengan situasi baru yang berdampak pada berkurangnya lahan untuk pemukiman dan pertanian. Modernisasi juga mempengaruhi masyarakat Baduy untuk menyesuaikan inti budaya mereka dengan situasi baru yang tak dapat dihindari. Penelitian ini menggunakan pendekatan ekologi budaya untuk mengidentifikasi elemen-elemen inti budaya masyarakat Baduy yang mengalami penyesuaian dalam konteks lingkungan alam, serta mendeskripsikan pengelolaan sumber daya alam berbasis eko-spiritualitas. Penelitian dilakukan pada masyarakat Baduy di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam, studi lapangan, dan penelusuran literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik masyarakat Baduy Dalam maupun Baduy Luar melakukan penyesuaian adaptif untuk mengatasi keterbatasan lahan dan tekanan modernisasi. Strategi adaptif yang digunakan mencakup mengubah masa bera, mengolah lahan di luar wilayah adat, dan berdagang dengan menggunakan teknologi modern. Namun, masyarakat Baduy Dalam memiliki keterbatasan dalam memilih strategi adaptif karena aturan adat yang ketat, sementara Baduy Luar lebih fleksibel dalam beradaptasi karena kelonggaran aturan adat mereka. Selain itu, ekospiritualitas menjadi landasan pandangan masyarakat Baduy dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat Baduy beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan modernisasi sambil mempertahankan nilai-nilai budaya mereka.
Co-Authors AA Sudharmawan, AA Abdulkadir Sunito, Melani Adiwilaga, Enam M. Aero Widiarta Afiefah Muthahharah Afiefah Muthahharah, Afiefah Ageng Hasanah Sulaiman Ahmad Choibar Tridakusumah Aida Vitayala Aida Vitayala S. Hubbeis Akhmad Fauzi Alfedri Alfin Murtadho Amanda, Jessica Vanelia Andi Chairil Ichsan Andi, Arya Fajar Art C Andrea Emma Pravitasari, Andrea Emma Ardhian, David Arif Satria Arya Hadi Dharmawan Bachril Bakri, Bachril Bayu Budiandrian, Bayu Bernadinus Steni Cahyadi, Firdaus Charity Naysa Nasution Darlina Kartika Rini Dary Farah Fikriyyah Diah Zuhriana Dini Dhalyana Djakapermana, Ruchyat Deni Djuara P Lubis Donwill Panggabean DONY SAPUTRA Dudung Darusman Edy Hartulistiyoso Eha Saleha Ekawati Sri Wahyuni Enan M Adiwilaga Enan M Adiwilaga Endang Koestati Sri Harini Muntasib Endriatmo Soetarto Ernan Rustiadi Fikriyyah, Dary Farah Foley, Sean Gista M. Rukminda Hadi S Alikodra Hadi Sukadi Alikodra Hardinsyah Hariyadi Hariyadi Hariyadi Hariyadi Hariyadi, Hariyadi Hartisari S. Hartulistiyo, Edy Hartulistyoso, Edy Hidayaturahmi Hidayaturahmi Hidayaturahmi Hidayaturahmi, Hidayaturahmi Husain Assadi Iffah Luthfiyah Arham Imelda Kusuma Wardani Irdika Mansur Iskandar, Abdul Halim Iwan Kurniawan Jan Hotman Janiarto Paradise Pawa Kartodihardjo, Hariadi Khoirul Muslih Khoirul Muslih Lala M Kolopaking LILIK BUDIPRASETYO M. Bambang Pranowo M. Bambang Pranowo M. Imam Arifandy marwoto marwoto Muliadi, Adi Muslih, Khoirul Muthohharoh, Nur Hannah Myrna A. Safitri, Myrna A. Nandi Kosmaryandi Pakniany, Yamres Patriana, Ratna Pratama, Muhammad Aldy Ilham Qomardiansyah, Qomardiansyah Rahayu, Rehastidya Resti Meilani Rilus Kinseng Rina Mardiana Rinda Noviyanti, Rinda Rinekso Soekmadi Rini, Darlina Kartika Rudiyanto, Arifin S.M.P. Tjondronegoro Sahrain Bumulo Sambas Basuni Satyawan Sunito Septianto, Marzuqo Setiawan, Nur Siti Nurisjah Soedomo, Sudarsono Sofyan Sjaf Subair - Subair Subair Sudarmalik Sudarmalik Tamaulina Br Sembiring Titik Sumarti Turasih . Sodality Widodo w Xezly Fegis Zulevi Yonvitner - Yudha Heryawan Asnawi Yunindyawati Yunindyawati Zahri Nasution Zuhaida Khoirun Niswah Zulevi, Xezly Fegis