Claim Missing Document
Check
Articles

KARAKTERISTIK ARANG AKTIF TEMPURUNG BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum Linn) Santiyo Wibowo; Wasrin Syafii; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2591.051 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.1.43-54

Abstract

Limbah tempurung nyamplung dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif untuk bahan penyerap gas dan cairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik arang aktif tempurung biji nyamplung. Tempurung nyamplung diarangkan, kemudian direndam dalam larutan H3PO4 pada konsentrasi 0%, 5% dan 10% selama 24 jam. Selanjutnya diaktivasi dalam retort pada suhu 700°C dan 800°C selama 60 dan 120 menit. Kualitas arang aktif tempurung nyamplung diuji menggunakan SNI 06-3730-1995. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas arang aktif tempurung nyamplung terbaik diperoleh pada aktivasi perendaman H3PO4 10% pada temperatur 700°C selama 120 menit. Pada kondisi tersebut diperoleh rendemen sebesar 52%, kadar air 8,25%, kadar zat terbang 7,41%, kadar abu 4,27%, kadar karbon terikat 88,32%, daya serap iod 839,11 mg/g dan daya serap benzena 13,65%.
SIFAT DAN MUTU ARANG AKTIF TEMPURUNG KEMIRI Mody Lempang; Wasrin Syafii; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4740.943 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2012.30.2.100-113

Abstract

Arang aktif adalah produk dari proses aktivasi arang yang kemampuan penyerapannya lebih tinggidan memiliki kegunaan lebih banyak daripada arang biasa. Beberapa bahan yang banyak digunakansebagai sumber bahan baku pembuatan arang aktif adalah batubara, kayu dan limbah pertanian sepertitempurung dan kulit biji. Penelitian ini bertujuan mendapatkan teknologi pengolahan arang tempurungkemiri menjadi arang aktif yang bermutu dengan sifat-sifat memenuhi persyaratan SNI 06-3730-1995.Tempurung kemiri dikarbonisasi menggunakan tungku drum untuk menghasilkan arang, selanjutnyaarang diaktivasi di dalam retort listrik menggunakan aktivator panas dan uap H2O dalam waktu 90 dan120 menit pada suhu 550 C, 650 Cdan 750 C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan aktivasi arang tempurung kemiri berpengaruh terhadap sifat-sifat arang aktif yang dihasilkan. Arang aktif yang memiliki sifat penyerapan tertinggi terhadap Iodium (758,70 mg/g ) didapatkan dari proses aktivasi dengan perlakuan aktivator uap H2O dalam waktu 120 menit pada suhu 750 C. Proses aktivasi tersebut menghasilkan arang aktif dengan rendemen 56,67% dan memilikimutu yang memenuhi persyaratan SNI 06-3730-1995.
STRUKTUR DAN KOMPONEN ARANG SERTA ARANG AKTIF TEMPURUNG KEMIRI Mody Lempang; Wasrin Syafii; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 3 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4137.987 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.3.278-294

Abstract

Cara aktivasi arang menentukan kekhususan penggunaan arang aktif yang dihasilkan. Secara umum dikenal dua cara aktivasi arang untuk menghasilkan arang aktif yaitu cara fisika dan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komponen penyusun arang dan arang aktif tempurung kemiri. Tempurung kemiri dikarbonisasi menggunakan tungku drum untuk menghasilkan arang, selanjutnya arang diaktivasi di dalam retort listrik menggunakan aktivator panas selama 120 menit pada suhu 550C, 650C, dan 750C dan aktivator uap air selama 90 dan 120 menit pada suhu 750C. Sampel uji tempurung kemiri, arang dan arang aktif dikarakterisasi strukturnya yang meliputi gugus fungsi, kristalinitas dan porositas dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-Ray Difractometer (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Selain itu, senyawa kimia masing-masing sampel uji diidentifikasi menggunakan Pyrolisis Gas Chromatograph Mass Spectrometer (Py-GCMS) Hasil mengindikasikan bahwa proses aktivasi menyebabkan terjadinya perubahan pola gugus fungsi, peningkatan kristalinitas, pembukaan pori dan reduksi senyawa kimia. Semakin tinggi suhu aktivasi diikuti oleh peningkatan kristalinitas, diameter pori dan reduksi senyawa kimia arang aktif. Aktivasi menggunakan uap air menghasilkan arang aktif dengan pori yang relatif lebih bersih.
KAJIAN STRUKTUR ARANG DARI LIGNIN Gustan Pari; Kurnia Sofyan; Wasrin Syafii; Buchari Buchari; Hiroyuki Yamamoto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13922.613 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2006.24.1.9-20

Abstract

Tulisan ini membahas struktur arang dari lignin pada suhu karbonisasi yang berbeda. Proses pembuatan arang lignin dilakukan pada suhu 200, 300, 400, 500, 650, 750 dan 850°C dalam suatu retort yang terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik Untuk mengetahui perubahan struktur arang yang terjadi dilakukan analisis dengan menggunakan FTIR, XRD dan SEM. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa jarak antar ruang lapisan aromatik (d) dan lebar lapisan aromatik (La) menurun dengan makin meningkatnya suhu karbonisasi, sedangkan untuk tinggi lapisan aromatik (Lc), derajat kristalinitas (X) dan jumlah lapisan aromatik (N) meningkat dengan makin naiknya suhu karbonisasi. Spektrum FTIR dari arang lignin menunjukkan bahwa antara suhu 300-500°C terjadi perubahan struktur kimia dari bahan baku secara nyata. Ikatan OH, dan C=C alifatik menurun dengan naiknya suhu, sedangkan struktur eter dan aromatik makin berkembang. Pada suhu 850°C arang yang dihasilkan mempunyai struktur aromatik yang permukaannya mempunyai gugus C-O-C, C=O dan C- H. Analisis SEM menunjukkan bahwa jumlah dan diameter pori arang meningkat dengan makin naiknya suhu karbonisasi. Kualitas arang yang baik diperoleh pada suhu karbonisasi 500°C yang menghasilkan derajat kristalinitas sebesar 33,90 %, tinggi lapisan aromatik 3.21 nm, lebar lapisan aromatik 10,96 nm, jumlah lapisan aromatik 8,67, jarak antar lapisan aromatik d(002) = 0,35 nm dan d(100) = 0,21 nm dengan diameter pori arang antara 12,6 mm. Arang ini mempunyai sifat keteraturan yang tertinggi, permukaannya bersifat polar, kaku, keras dan struktur porinya makropori
KAJIAN STRUKTUR ARANG-PIROLISIS, ARANG-HIDRO DAN KARBON AKTIF DARI KAYU Acacia mangium Willd. MENGGUNAKAN DIFRAKSI SINAR-X Saptadi Darmawan; Wasrin Syafii; Nyoman J Wistara; Akhirudin Maddu; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2015.33.2.81-92

Abstract

Kegunaan karbon aktif sangat luas dan penting untuk beragam aplikasi. Arang-hidro dari biomassa yang dibuat melalui proses karbonisasi hidrotermal merupakan prekursor alternatif terhadap prekursor konvensional untuk pembuatan karbon aktif yang selama ini banyak menggunakan arang dari proses pirolisis (prekursor konvensional). Tulisan ini menganalisa struktur kristalin arang-pirolisis dan arang-hidro suhu 200 ?C dan 300 ?C serta produk karbon aktif menggunakan difraksi sinar-X (XRD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kematangan dan tingkat aromatisasi karbon dari prekursor (baik konvensional atau alternatif) meningkat setelah diaktivasi; jarak antar lapisan graphene (d002) semakin kecil, sementara itu derajat kristalinitas, jumlah, tinggi dan lebar lapisan aromatik semakin besar. Arang-hidro memiliki derajat kristalinitas, indeks kematangan dan tingkat aromatisasi lebih rendah dari arang pirolisis suhu 300?C dengan kandungan bahan mudah menguap lebih tinggi. Keduanya telah membentuk struktur karbon bersifat amorf. Karbon aktif dari arang-hidro suhu 300?C menghasilkan daya jerap iodin tertinggi. Analisis XRD terhadap arang-pirolisis dan arang-hidro suhu rendah dapat memprediksi porositas karbon aktif yang dihasilkan.
PENGARUH LAMA AKTIVASI TERHADAP STRUKTUR KIMIA DAN MUTU ARANG AKTIF SERBUK GERGAJI SENGON Gustan Pari; Kurnia Sofyan; Wasrin Syafii; Buchari Buchari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 3 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.3.207-218

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh lama aktivasi terhadap perubahan struktur kimia dan mutu arang aktif. Arang aktif dibuat di dalam retor baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik pada suhu 850ºC dengan lama waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit dengan menggunakan uap air sebagai bahan pengaktif. Evaluasi strukur kimia arang aktif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri inframerah (FTIR), X-ray difraksi (XRD) dan elektron mikroskop (SEM). Mutu arang aktif terbaik dihasilkan pada arang yang diaktivasi selama 90 menit.Rendemen yang dihasilkan sebesar 13,75%, kadar air 3,03%, abu 23,57% zat terbang 11,12%, karbon terikat 65,31%. Daya serap terhadap iodin sebesar 1003,9 mg/g, benzena 19,10%, formaldehida 40,55% dan metilina biru 282,19 mg/g. Mutu arang aktif yang dihasilkan ini, terutama apabila dilihat dari besarnya daya serap terhadap iodin dan metilina biru memenuhi persyaratan Standar Indonesia. Hasil pengkajian struktur arang aktif dengan menggunakan XRD menunjukkan tinggi (Le) dan jumlah (N) lapisan aromatik meningkat dengan makin lamanya waktu aktivasi, sedangkan lebar (La) lapisan aromatik dan kristalinitasnya (X) menurun dengan jarak antar lapisan (d) stabil. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa permukaan arang aktif mengandung ikatan C-0 dan C-B, dan hasil analisis SEM menunjukkan jumlah dan diameter pori meningkat dengan makin lamanya waktu aktivasi dan didominasi oleh makropori. 
MODEL PRODUKSI DAUN PADA HUTAN TANAMAN KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Subsp cajupti. POWELL) SISTEM PEMANENAN PANGKAS TUNAS Pudja Mardi utomo; Endang Suhendang; Wasrin Syafii; Bintang C H Simangunsong
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.865 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2012.9.4.195-208

Abstract

Kayu putih merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang penting di Indonesia. Hutan tanaman kayu putih di Jawa cukup besar, diperkirakan Perum Perhutani mengelola sekitar 24.000 ha areal produktif jenis ini dan memiliki 10 Pabrik Pengolahan Minyak Kayu Putih (PMKP). Namun Pengelolaannya belum optimal karena sampai saat ini produksi daun kayu putih masih jauh dari kapasitas terpasang pabrik, yaitu sebesar 53.760 ton daun kayu putih per tahun. Tujuan penelitian adalah: (1) mengetahui model produksi daun tanaman kayu putih dalam satu periode pemangkasan dan (2) mengetahui model produktivitas daun tanaman kayu putih dalam satu daur biologis. Hasil model yang diperoleh digunakan untuk menentukan saat daun dipanen dan saat tanaman kayu putih diganti dengan tanaman baru. Metode pengambilan data dilakukan dengan survey, pengamatan langsung di lapangan dengan pengukuran plot-plot ukur sementara (PUS). Plot ukur untuk pembuatan model dalam satu daur panen dibuat sebanyak 36 PUS dan 24 PUS untuk pembuatan model dalam satu daur biologis. Model produksi daun kayu putih terbaik dalam satu daur panen adalah Morgan Mercer Flodin model (MMF) dan pemangkasan optimum adalah pada umur tunas 7 bulan, dimana kurva laju pertumbuhan rata-rata bulanan maksimum berpotongan dengan kurva pertumbuhan bulan berjalan. Model produktivitas dalam satu daur silvikulktur adalah model polinomial. Daur biologis atau saat tanaman diganti dengan tanaman baru diperkirakan pada umur 25 tahun (kelas umur V), dimana produktivitas setelah umur ini menurun.
Fiber Disruption of Betung Bamboo (Dendrocalamus asper) by Combined Fungal and Microwave Pretreatment Widya Fatriasari; Wasrin Syafii; Nyoman Wistara; Khaswar Syamsu; Bambang Prasetya; S Heris Anita; Lucky Risanto
BIOTROPIA - The Southeast Asian Journal of Tropical Biology Vol. 22 No. 2 (2015)
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1200.375 KB) | DOI: 10.11598/btb.2015.22.2.363

Abstract

Combined fungal and microwave pretreatment is an attractive method to alter carbohydrate and lignin structure of lignocellulosic materials for improving hydrolysis process in order to convert these lignocellulosic materials to bioethanol. This study was conducted to obtain the information on the characteristic changes of cellulose and lignin after combined biologicaland microwave pretreatment of Betung Bamboo. Based on our previous research, incubation for 30 days both for 5 and 10% liquid-inoculum loading of white rot fungi, Trametes versicolor, was chosen as the fungal pretreatment prior to microwave pretreatment at 30% power level for 5, 10 and 12.5 minutes. The evaluation of characteristic changes after combined pretreatment was performed using the analysis of FT-IR spectroscopy, X-Ray diffraction and SEM.FTIR spectra demonstrated that the combined pretreatment only affected the decrease of intensity bands of FTIR spectra with increasing microwave irradiation time, without any changes in the functional groups.This band intensity decrease occured on unconjugated bonds of carbohydrate peaked at 1736 (C=0 in xylan), 1373 (C-H deformation in cellulose and hemicellulose), 1165 (C-O-C vibration in cellulose and hemicellulose), and 895 (C-H deformation or C-O-C stretching at β-glicosidic linkage characteristic in cellulose) cm-1. The pretreatment decreased the hydrogen bond stretching of cellulose and the linkage between lignin and carbohydrate. This decrease of hydrogen bond was associated with crystallinity of bamboo cellulose,ilustrated by occurring structural changes.  Syringil propane units were more soluble than guiacyl moieties.  The crystallinity of cellulose tended to increase slightly due to the cleavage of the amorphous fraction. SEM images illustrated that the pretreatment disrupted the fiber structure while the longer microwave irradiation, the greater fiber degradation level. Prolonging microwave irradiation on 5% inoculum loading decreased lignin degrading ability. Crystalline allomorph of 5% inoculum loading for 10 minutes showed that Iβ (triclinic) structure of cellulose has transformed into monoclinic (Iα) structure.Key words: betung bamboo, combined biological andmicrowave pretreatment, cellulose and lignin changes, FTIR, SEM, XRD
DAUR PATOLOGIS TEGAKAN HUTAN TANAMAN Acacia mangium Willd. Simon Taka Nuhamara; Soetrisno Hadi; Endang Suhendang; Maggy T Suhartono; Wasrin Syafii; Achmad Achmad
BERITA BIOLOGI Vol 9, No 1 (2008)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v9i1.804

Abstract

Heart rot on Acacia mangium Willd. forest stand is critical especially for mechanical or construction wood based purposes. Failure on understanding the nature and the way it get established into the tree stem may cause high economic consequences.Anticipating such a worse condition, studies on cull factor in relation to age was initiated. Eventually the study is aimed at healthy cutting cycles of the clear and purposely stand establishment. The study had been carried out at BKPH Parung Panjang, KPH Bogor. Following the cull factor measurement technique combined with the pathological rotation estimation procedures, it was found that the healthy volume was 0.0623 m and the cull factor was 31.25 %.The figures were at the age of nine years. Therefore, the pathological rotation cycle for the A. mangium stand in the area could be fitted at eight years, as being adopted so far.This is true, when the plantation is established for the production of wood, provided that the tending operation is optimal. Applying the United States Department of Agriculture (USDA) Forest Health Monitoring (FHM) indices, the general performance of the A. mangium forest stand in Parung Panjang is found to be in healthy criteria. The damage indices for all stand ages investigated varied from 2.77 (lowest) to 5.16 (highest) as compared to the 21.18 value, the possible highest FHM tree index.
KARAKTERISTIK ARANG AKTIF TEMPURUNG BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum Linn) Santiyo Wibowo; Wasrin Syafii; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.1.43-54

Abstract

Limbah tempurung nyamplung dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif untuk bahan penyerap gas dan cairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik arang aktif tempurung biji nyamplung. Tempurung nyamplung diarangkan, kemudian direndam dalam larutan H3PO4 pada konsentrasi 0%, 5% dan 10% selama 24 jam. Selanjutnya diaktivasi dalam retort pada suhu 700°C dan 800°C selama 60 dan 120 menit. Kualitas arang aktif tempurung nyamplung diuji menggunakan SNI 06-3730-1995. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas arang aktif tempurung nyamplung terbaik diperoleh pada aktivasi perendaman H3PO4 10% pada temperatur 700°C selama 120 menit. Pada kondisi tersebut diperoleh rendemen sebesar 52%, kadar air 8,25%, kadar zat terbang 7,41%, kadar abu 4,27%, kadar karbon terikat 88,32%, daya serap iod 839,11 mg/g dan daya serap benzena 13,65%.
Co-Authors Abdul Aziz Darwis Achmad Achmad Achmad Achmad Adesna Fatrawana Adesna Fatrawana Akhiruddin Maddu Akhirudin Maddu Akhirudin Maddu Amril Aman Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Ani Suryani Anne Carolina Bambang Prasetya Bambang Prasetya Bambang Prasetya Bintang C. H. Simangunsong Buchari Buchari Buchari Buchari Deded Sarip Nawawi Denny Irawati Desi Melianti Dewi R Agungpriyono E Gumbira Sa, E Gumbira Eka Novriyanti Eka Novriyanti Eko Budi Santoso Eko S Pribadi Elis Nina Herliyana ENDANG SUHENDANG Erdy Santosa Erdy Santosa Evie Nihayah Fabianus Ranta Fahriya Puspita Sari Faizatul FALAH Fathul Yusro Fauzi Febrianto Gunawan Pasaribu Gunawan Pasaribu Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustini Syahbirin Herman Siruru Herman Siruru Hikma Yanti Hiroyuki Yamamoto Husni Y Rosadi, Husni Y I MADE ARTIKA I Nyoman Jaya Wistara IGK Tapa Darma Illah Sailah Imam Wahyudi Indrawan, Imam Wahyudi Irmanida Batubara Irnayuli R. Sitepu Irnayuli R. Sitepu Iskandar Z Siregar Istie Rahayu Izza Firdausi Hadiyanto Jemi, Renhart Juliasman Juliasman Karliati, Tati Khaswar Syamsu Kosei Yamauchi Kurnia Sofyan Kurnia Sofyan Kurnia Sofyan Laela N. Anisah Laela Nur Anisah Latifah K. Darusman Latifah K. Darusman Lucky Risanto M. Daud Maggy T Suhartono Maggy T Suhartono Maman Turjaman Maman Turjaman Maya Ismayati Mody Lempang Mody Lempang Mody Lempang Muflihati Muflihati Muhammad Adly Rahandi Lubis Muhammad Fadli Muhammad Hanafi Nissa Nurfajrin Solihat Norman Razief Azwar Nugraha, Arifin Budiman Nur Adi Saputra Nur Azizah Pudja Mardi utomo Pudja Mardi utomo Purwoko, Agus Rahmi Mauladdini Renhart Jemi Rita K Sari Rita Kartika Sari Romi Irka Putra S Heris Anita Saat Egra Santiyo Wibowo Santiyo Wibowo Santiyo Wibowo Saptadi DARMAWAN Saptadi Darmawan Simon Taka Nuhamara Simon Taka Nuhamara Siruru, Herman Siti Maemunah Siti Sa'diah Siti Sa'diah Soetrisno Hadi Soetrisno Hadi Sri Familasari Suminar A Achmadi Suminar S Achmadi Syamsul Arifin Tohru Mitsunaga Umi Cahyaningsih Widya FATRIASARI Widya FATRIASARI Widya Fatriasari Widya Fatriasari Yanico Hadi Prayogo Yanotama T Laksana Yanti Hikma Yusup AMIN