Claim Missing Document
Check
Articles

SIFAT DAN MUTU ARANG AKTIF TEMPURUNG KEMIRI Mody Lempang; Wasrin Syafii; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2012.30.2.100-113

Abstract

Arang aktif adalah produk dari proses aktivasi arang yang kemampuan penyerapannya lebih tinggidan memiliki kegunaan lebih banyak daripada arang biasa. Beberapa bahan yang banyak digunakansebagai sumber bahan baku pembuatan arang aktif adalah batubara, kayu dan limbah pertanian sepertitempurung dan kulit biji. Penelitian ini bertujuan mendapatkan teknologi pengolahan arang tempurungkemiri menjadi arang aktif yang bermutu dengan sifat-sifat memenuhi persyaratan SNI 06-3730-1995.Tempurung kemiri dikarbonisasi menggunakan tungku drum untuk menghasilkan arang, selanjutnyaarang diaktivasi di dalam retort listrik menggunakan aktivator panas dan uap H2O dalam waktu 90 dan120 menit pada suhu 550 C, 650 Cdan 750 C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan aktivasi arang tempurung kemiri berpengaruh terhadap sifat-sifat arang aktif yang dihasilkan. Arang aktif yang memiliki sifat penyerapan tertinggi terhadap Iodium (758,70 mg/g ) didapatkan dari proses aktivasi dengan perlakuan aktivator uap H2O dalam waktu 120 menit pada suhu 750 C. Proses aktivasi tersebut menghasilkan arang aktif dengan rendemen 56,67% dan memilikimutu yang memenuhi persyaratan SNI 06-3730-1995.
STRUKTUR DAN KOMPONEN ARANG SERTA ARANG AKTIF TEMPURUNG KEMIRI Mody Lempang; Wasrin Syafii; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 3 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.3.278-294

Abstract

Cara aktivasi arang menentukan kekhususan penggunaan arang aktif yang dihasilkan. Secara umum dikenal dua cara aktivasi arang untuk menghasilkan arang aktif yaitu cara fisika dan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komponen penyusun arang dan arang aktif tempurung kemiri. Tempurung kemiri dikarbonisasi menggunakan tungku drum untuk menghasilkan arang, selanjutnya arang diaktivasi di dalam retort listrik menggunakan aktivator panas selama 120 menit pada suhu 550C, 650C, dan 750C dan aktivator uap air selama 90 dan 120 menit pada suhu 750C. Sampel uji tempurung kemiri, arang dan arang aktif dikarakterisasi strukturnya yang meliputi gugus fungsi, kristalinitas dan porositas dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-Ray Difractometer (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Selain itu, senyawa kimia masing-masing sampel uji diidentifikasi menggunakan Pyrolisis Gas Chromatograph Mass Spectrometer (Py-GCMS) Hasil mengindikasikan bahwa proses aktivasi menyebabkan terjadinya perubahan pola gugus fungsi, peningkatan kristalinitas, pembukaan pori dan reduksi senyawa kimia. Semakin tinggi suhu aktivasi diikuti oleh peningkatan kristalinitas, diameter pori dan reduksi senyawa kimia arang aktif. Aktivasi menggunakan uap air menghasilkan arang aktif dengan pori yang relatif lebih bersih.
KAJIAN STRUKTUR ARANG DARI LIGNIN Gustan Pari; Kurnia Sofyan; Wasrin Syafii; Buchari Buchari; Hiroyuki Yamamoto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2006.24.1.9-20

Abstract

Tulisan ini membahas struktur arang dari lignin pada suhu karbonisasi yang berbeda. Proses pembuatan arang lignin dilakukan pada suhu 200, 300, 400, 500, 650, 750 dan 850°C dalam suatu retort yang terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik Untuk mengetahui perubahan struktur arang yang terjadi dilakukan analisis dengan menggunakan FTIR, XRD dan SEM. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa jarak antar ruang lapisan aromatik (d) dan lebar lapisan aromatik (La) menurun dengan makin meningkatnya suhu karbonisasi, sedangkan untuk tinggi lapisan aromatik (Lc), derajat kristalinitas (X) dan jumlah lapisan aromatik (N) meningkat dengan makin naiknya suhu karbonisasi. Spektrum FTIR dari arang lignin menunjukkan bahwa antara suhu 300-500°C terjadi perubahan struktur kimia dari bahan baku secara nyata. Ikatan OH, dan C=C alifatik menurun dengan naiknya suhu, sedangkan struktur eter dan aromatik makin berkembang. Pada suhu 850°C arang yang dihasilkan mempunyai struktur aromatik yang permukaannya mempunyai gugus C-O-C, C=O dan C- H. Analisis SEM menunjukkan bahwa jumlah dan diameter pori arang meningkat dengan makin naiknya suhu karbonisasi. Kualitas arang yang baik diperoleh pada suhu karbonisasi 500°C yang menghasilkan derajat kristalinitas sebesar 33,90 %, tinggi lapisan aromatik 3.21 nm, lebar lapisan aromatik 10,96 nm, jumlah lapisan aromatik 8,67, jarak antar lapisan aromatik d(002) = 0,35 nm dan d(100) = 0,21 nm dengan diameter pori arang antara 12,6 mm. Arang ini mempunyai sifat keteraturan yang tertinggi, permukaannya bersifat polar, kaku, keras dan struktur porinya makropori
KAJIAN STRUKTUR ARANG-PIROLISIS, ARANG-HIDRO DAN KARBON AKTIF DARI KAYU Acacia mangium Willd. MENGGUNAKAN DIFRAKSI SINAR-X Saptadi Darmawan; Wasrin Syafii; Nyoman J Wistara; Akhirudin Maddu; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2015.33.2.81-92

Abstract

Kegunaan karbon aktif sangat luas dan penting untuk beragam aplikasi. Arang-hidro dari biomassa yang dibuat melalui proses karbonisasi hidrotermal merupakan prekursor alternatif terhadap prekursor konvensional untuk pembuatan karbon aktif yang selama ini banyak menggunakan arang dari proses pirolisis (prekursor konvensional). Tulisan ini menganalisa struktur kristalin arang-pirolisis dan arang-hidro suhu 200 ?C dan 300 ?C serta produk karbon aktif menggunakan difraksi sinar-X (XRD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kematangan dan tingkat aromatisasi karbon dari prekursor (baik konvensional atau alternatif) meningkat setelah diaktivasi; jarak antar lapisan graphene (d002) semakin kecil, sementara itu derajat kristalinitas, jumlah, tinggi dan lebar lapisan aromatik semakin besar. Arang-hidro memiliki derajat kristalinitas, indeks kematangan dan tingkat aromatisasi lebih rendah dari arang pirolisis suhu 300?C dengan kandungan bahan mudah menguap lebih tinggi. Keduanya telah membentuk struktur karbon bersifat amorf. Karbon aktif dari arang-hidro suhu 300?C menghasilkan daya jerap iodin tertinggi. Analisis XRD terhadap arang-pirolisis dan arang-hidro suhu rendah dapat memprediksi porositas karbon aktif yang dihasilkan.
PENGARUH LAMA AKTIVASI TERHADAP STRUKTUR KIMIA DAN MUTU ARANG AKTIF SERBUK GERGAJI SENGON Gustan Pari; Kurnia Sofyan; Wasrin Syafii; Buchari Buchari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 3 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.3.207-218

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh lama aktivasi terhadap perubahan struktur kimia dan mutu arang aktif. Arang aktif dibuat di dalam retor baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik pada suhu 850ºC dengan lama waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit dengan menggunakan uap air sebagai bahan pengaktif. Evaluasi strukur kimia arang aktif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri inframerah (FTIR), X-ray difraksi (XRD) dan elektron mikroskop (SEM). Mutu arang aktif terbaik dihasilkan pada arang yang diaktivasi selama 90 menit.Rendemen yang dihasilkan sebesar 13,75%, kadar air 3,03%, abu 23,57% zat terbang 11,12%, karbon terikat 65,31%. Daya serap terhadap iodin sebesar 1003,9 mg/g, benzena 19,10%, formaldehida 40,55% dan metilina biru 282,19 mg/g. Mutu arang aktif yang dihasilkan ini, terutama apabila dilihat dari besarnya daya serap terhadap iodin dan metilina biru memenuhi persyaratan Standar Indonesia. Hasil pengkajian struktur arang aktif dengan menggunakan XRD menunjukkan tinggi (Le) dan jumlah (N) lapisan aromatik meningkat dengan makin lamanya waktu aktivasi, sedangkan lebar (La) lapisan aromatik dan kristalinitasnya (X) menurun dengan jarak antar lapisan (d) stabil. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa permukaan arang aktif mengandung ikatan C-0 dan C-B, dan hasil analisis SEM menunjukkan jumlah dan diameter pori meningkat dengan makin lamanya waktu aktivasi dan didominasi oleh makropori. 
Characterization of Gutta Percha and Its Application as Plywood Adhesive Tati Karliati; Fauzi Febrianto; Wasrin Syafii; Imam Wahyudi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.535 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v10i1.121

Abstract

Gutta percha resin is a biodegradable and renewable elastomer trans-1,4- isoprene rubber and obtained from Palaquium tree through extraction of leaf or tapping of stem. The purposes of this research were to characterize the gutta percha and its application for wood (plywood) adhesive. Characteristics of gutta percha evaluated in this experiment were moisture content (MC), density, ash content, melting and decomposition temperatures. Plywood performance were evaluated under SNI 01-50019.10-2001 standard. Four different glue spread i.e.,175, 200, 225 and 250 g m-2 were introduced in this experiment. Five percent of maleic anhydride (MAH) and 1% of benzoyl peroxide (BPO) were used as a modifier and an initiator, respectively. The result showed that gutta percha has white to creamy color. The density, MC and ash content of gutta percha were 1.01 g cm-3, 6.09%, and 0.074% respectively. The melting and decomposition temperatures of gutta percha were noted 72.6°C and 482.2°C, respectively. Modification of gutta percha with 5% MAH enhanced the shear strength of resulted plywood. Modified gutta percha with 5% MAH in absence of BPO with glue spread of 250 g.cm-2 can be used for interior and exterior plywood adhesive. Their shear strength value fulfilled the requirement of SNI 01-5008.2-1999 standard.Key words : benzoil peroxide, glue spread gutta percha, maleic anhydride, plywood, wood adhesive
Potential Antidiabetic and Anticancer Agents from the Inner bark Extractives of Mount Salak Forest Woods Rita K Sari; Wasrin Syafii; Nur Azizah; Juliasman Juliasman; Muhammad Fadli; Minarti Minarti
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 12, No 2 (2014): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.87 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v12i2.66

Abstract

The aim of this research was to determine the extract contents, antidiabetic and anticancer activities of the acetone extracts of the inner barks of beunying (Ficus fistulosa)/BE, hamerang (F. foxicaria)/HE, kilemo (Litsea cubeba)/KLE, kiseueur (Antidesma tetandrum)/KSE, kopo (Eugenia cymosa)/KOE, and pasang butarua (Quercus induta)/PBE from Mount Salak Forest. The phytochemical profile of the best extract as antidiabetic and anticancer agents was also determined. The investigation of antidiabetic and anticacer activities of this extracts was carried out through invitro inhibitory α-glucosidase test and toxicity test to Artemia salina. The content of acetone extract of the KSE, KOE, and BE contents were in the range of 4.3-7.8% (high), however that of the KLE, HE, and PBE contents were in the range of 3.0-3.9% (moderate). The acetone extract of the KSE was very active as α-glucosidase inhibitor (IC50 5.9 mg ml-1), the KLE, PBE, and BE were rated active with IC50 value 11.2, 17.2, and 43.2 mg ml-1 respectively, while the HE and KOE were inactive (IC50 > 100 mg ml-1). The acetone extract of the KSE was very toxic to A.salina (LC50 19.7 mg ml-1), these of the HE, KOE, and BE were toxic with LC50 value 79.5, 94.5, and 115.9 μg ml-1 respectively, while these of the KLE and PSE were inactive (LC50 > 250 mg ml-1). The most potential antidiabetic and anticancer agents was the acetone extract of KSE. The acetone extract of the KSE was detected with strong intensity containing alkaloids, flavonoids, and tannins.Keyword: anticancer, antidiabetic, α-glucosidase, innerbark extractives, Mount Salak Forest
Aktivitas Antimalaria Ekstrak Kayu Bidara Laut Wasrin Syafii; Rita K. Sari; Umi Cahyaningsih; Laela N. Anisah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 14, No 1 (2016): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.698 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v14i1.6

Abstract

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan rendemen zat ekstraktif kayu bidara laut dan aktivitas antimalarianya secara in vitro  terhadap Plasmodium falciparum serta menganalisis kandungan kimia ekstrak teraktifnya  Ekstrak kayu bidara laut dihasilkan dari maserasi dengan pelarut organik berkepolaran bertingkat (n-heksana, etil asetat, dan etanol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar ekstrak tertinggi terdapat pada ekstrak etanol (4,11%), diikuti dengan ekstrak etil asetat (1,24%) dan ekstrak n-heksana (0,55%). Berdasarkan uji aktivitas antimalaria, ekstrak etanol merupakan ekstrak teraktif (IC50 3,09 µg ml-1), sedangkan ekstrak etil asetat (IC50 81,38 µg ml-1) dan ekstrak n-heksana (IC50 889,30 µg m-1) tergolong  tidak aktif.  Hasil uji fitokimia secara kualitatif menunjukkan kelompok senyawa yang terkandung di dalam serbuk kayu bidara laut adalah flavonoid, alkaloid, triterpenoid, steroid, tannin dan hidroquinon yang diduga berperan terhadap aktivitas antimalaria. Analisis GCMS mendeteksi adanya senyawa alkaloid strychnine yang diduga memiliki aktivitas antimalaria. Berdasarkan hasil tersebut, ekstrak etanol kayu bidara laut sangat berpotensi sebagai sumber obat antimalaria.
Antifungal Activity of Faloak (Sterculia comosa Wallich) Extractives Fabianus Ranta; Deded S Nawawi; Eko S Pribadi; Wasrin Syafii
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.02 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v10i1.126

Abstract

Faloak (Sterculia comosa Wallich) is a specific species of dry land that has potential antifungal. This study aims to determine the toxicity of barks, leaves, and seeds extracts as an antifungal, and to identify its bioactive compound. The extracts were prepared by multi stage maceration method. Antifungal activity was tested by agar well diffusion method, and minimum inhibition concentration (MIC) and minimum fungicide concentration (MFC) by two-fold serial dilution method were measured. Bioactive compound of active fraction were identified by Liquid Chromatography Mass Spectroscopy (LCMS), Fourier Transform Infrared (FTIR), and Nuclear Magnetic Resonance (NMR). Results showed that the diethyl ether (DE) fraction of seeds is more effective in inhibiting of Candida albicans growth, than the other fractions. Subfraction of DE7 has a higher potency in inhibiting the growth of of Candida albicans. Based on the analysis by LCMS, FTIR and proton NMR, the DE7 sub fractions contain 3-hydroxyoctadecanoic acid (C18H36O3), which is suggested as a mainly compound responsible for antifungal activity.Key words: antifungal, Candida albicans, extractive, Sterculia comosa
Sifat Antirayap Resin Damar Mata Kucing dari Shorea javanica K. et V. Antitermic Properties of Resin from Shorea javanica K. et V Rita Kartika Sari; Wasrin Syafii; Kurnia Sofyan; Muhammad Hanafi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 2, No 1 (2004): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Publisher : Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.077 KB) | DOI: 10.51850/jitkt.v2i1.314

Abstract

This study was undertaken primarily to isolate and identify substances from resin of Shorea javanica K. et. V. that might be responsible to inhibit the termite activity of Coptotermes curvignathus Holmgren. Approximately 500 gram of dried-resin was extracted with acetone solvent. The acetone extract was then fractionated into n-hexane, diethyl ether, ethyl acetate, and insoluble fraction (residue). The no-choice bioassay test was carried-out by treating paper discs with extracts at  the concentration of  2.0%, 4.0%, 6.0%, 8.0%, 10.0%, 12.0% (W/W), and 0.0 % as control. The bioassay test showed that n-hexane and diethyl ether soluble fraction exhibited highest antitermic properties at Lethal Concentration (LC)50 value of 1.62% and continuation fraction showed N3 of n-hexane fraction an EE1 of diethyl ether fraction exhibited highest toxicity at LC50 value of 1.23 % and 1.65%. Further investigation of the n-hexane soluble fraction by using CC, GC-MS, FTIR, UV-Vis, and NMR led to the isolation and identification of the main compound, namely friedelin, while the diethyl ether soluble fraction contains vulgarol B; 3,4-Secodamar-4(28)-en-3-oic acid; (7R,10S)-2,6,10-Trimethyl-7, 10–epoxy-2,11-dodecadien; and junipene (decahydro-4,8,8-trimethyl-1,4-methanoazulene)
Co-Authors Abdul Aziz Darwis Achmad Achmad Achmad Achmad Adesna Fatrawana Adesna Fatrawana Akhiruddin Maddu Akhirudin Maddu Akhirudin Maddu Amril Aman Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Ani Suryani Anne Carolina Bambang Prasetya Bambang Prasetya Bambang Prasetya Bintang C. H. Simangunsong Buchari Buchari Buchari Buchari Deded Sarip Nawawi Denny Irawati Desi Melianti Dewi R Agungpriyono E Gumbira Sa, E Gumbira Eka Novriyanti Eka Novriyanti Eko Budi Santoso Eko S Pribadi Elis Nina Herliyana ENDANG SUHENDANG Erdy Santosa Erdy Santosa Evie Nihayah Fabianus Ranta Fahriya Puspita Sari Faizatul FALAH Fathul Yusro Fauzi Febrianto Gunawan Pasaribu Gunawan Pasaribu Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustan Pari Gustini Syahbirin Herman Siruru Herman Siruru Hikma Yanti Hiroyuki Yamamoto Husni Y Rosadi, Husni Y I MADE ARTIKA I Nyoman Jaya Wistara IGK Tapa Darma Illah Sailah Imam Wahyudi Indrawan, Imam Wahyudi Irmanida Batubara Irnayuli R. Sitepu Irnayuli R. Sitepu Iskandar Z Siregar Istie Rahayu Izza Firdausi Hadiyanto Jemi, Renhart Juliasman Juliasman Karliati, Tati Khaswar Syamsu Kosei Yamauchi Kurnia Sofyan Kurnia Sofyan Kurnia Sofyan Laela N. Anisah Laela Nur Anisah Latifah K. Darusman Latifah K. Darusman Lucky Risanto M. Daud Maggy T Suhartono Maggy T Suhartono Maman Turjaman Maman Turjaman Maya Ismayati Mody Lempang Mody Lempang Mody Lempang Muflihati Muflihati Muhammad Adly Rahandi Lubis Muhammad Fadli Muhammad Hanafi Nissa Nurfajrin Solihat Norman Razief Azwar Nugraha, Arifin Budiman Nur Adi Saputra Nur Azizah Pudja Mardi utomo Pudja Mardi utomo Purwoko, Agus Rahmi Mauladdini Renhart Jemi Rita K Sari Rita Kartika Sari Romi Irka Putra S Heris Anita Saat Egra Santiyo Wibowo Santiyo Wibowo Santiyo Wibowo Saptadi DARMAWAN Saptadi Darmawan Simon Taka Nuhamara Simon Taka Nuhamara Siruru, Herman Siti Maemunah Siti Sa'diah Siti Sa'diah Soetrisno Hadi Soetrisno Hadi Sri Familasari Suminar A Achmadi Suminar S Achmadi Syamsul Arifin Tohru Mitsunaga Umi Cahyaningsih Widya FATRIASARI Widya FATRIASARI Widya Fatriasari Widya Fatriasari Yanico Hadi Prayogo Yanotama T Laksana Yanti Hikma Yusup AMIN