Claim Missing Document
Check
Articles

Factors Affecting GRDP and Efficiency Level of Food Crops Sub-sector in East Java Hermansyah, Dhany; Hanani, Nuhfil; Muhaimin, Abdul Wahib
HABITAT Vol 28, No 1 (2017)
Publisher : Department of Social Economy, Faculty of Agriculture , University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.141 KB) | DOI: 10.21776/ub.habitat.2017.028.1.4

Abstract

The strategic roles of agriculture are provider of food and raw material for the industry, as well as contributor of Gross Regional Domestic Product (GRDP), foreign exchange earnings, and the main employer. Based on the total GRDP of agriculture, food crops have the highest value compared to other subsectors. However, when compared to other sectors, the the total GRDP of the agricultural sector inin East Java is still lower than that of the manufacturing and trade sectors. To increase its contribution,  agricultural sector needs policies, regulations, programs and specific intervention for food crops performance in each district. The objectives of the study were to analyze factors affecting the GRDP of food crops sub-sector in East Java, and to analyze the efficiency level of the food crop sub-sector in the districts/cities in East Java. The research method was the Stochastic Frontier Analysis with Front 4.1 application. The dependent variable was GRDP of  food crops, and the independent variables consist of irrigated land, dry land area, the number of agricultural labors, the number of subsidized fertilizer, the subsidized of two-wheel tractors, and water pump. Based on the survey, the factors that significantly influence the GDP were irrigated land area, dry land area, number of employees, and subsidized two-wheeled tractors. The findings suggested that the area of irrigated land, dry land, the number of labor, and the subsidized two-wheel tractor had significant effect towards the GRDP of the food crops sub-sector. However, the amount of subsidized fertilizer and water pump assistance did not significantly affect the GRDP of the food crops sub-sector. The average efficiency level of the food crops sub-sector in East Java was 0.77 with a minimum efficiency of 0.44 in Mojokerto City and the maximum efficiency in Gresik was  0.96. The central regions of the food crop sub-sector had an average of high efficiency, while the low-efficiency regions were the urban areas.
Analisis Efisiensi Biaya Jagung dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) di Desa Sendangagung, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan Alfianti, Cahyatika; Hanani, Nuhfil; Setyowati, Putri Budi
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 2, No 4 (2018)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.735 KB) | DOI: 10.21776/ub.jepa.2018.002.04.6

Abstract

Pada umumnya jagung di Indonesia dimanfaatkan sebagai konsumsi pangan dan sebagai bahan baku industri. Pada tahun 2016 425,1 ribu ton dimanfaatkan sebagai konsumsi pangan dan 8 juta ton dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Tahun 2017 pemerintah mentargetkan swasembada komoditas pangan utama yaitu padi, jagung dan kedelai. Jawa Timur merupakan salahsatu penyumbang jagung terbesar. Wilayah sentra jagung Jawa Timur salah satunya yaitu berada di Kabupaten Lamongan. Lokasi penelitian terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Tujuan penelitian ini antara lain untuk menganalisis tingkat efisiensi biaya petani. Metode analisis yang digunakan ialah Data Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini menggunakan 62 petani sebagai responden. Pada efisiensi biaya terdapat 3 petani pada tingkat full efisien dan 59 petani tidak full efisien, rata-rata tingkat efisiensi teknis sebesar 0,593
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tebu Lahan Kering di Kabupaten Jombang Asyarif, Muhammad Idris; Hanani, Nuhfil
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.153 KB) | DOI: 10.21776/ub.jepa.2018.002.02.9

Abstract

Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Konsumsi gula per tahun tidak kurang dari 3 juta ton. Upaya pengembangan industri gula sangat tergantung akan ketersediaan bahan baku yaitu tebu sebagai bahan baku utama. Tebu merupakan tanaman musiman dari salah satu komoditas tanaman yang dikembangkan dalam kawasan perkebunan dan menghasilkan produk akhir gula dan tetes. Kabupaten Jombang merupakan salah satu sentra produksi tebu yang ada di Provinsi Jawa Timur, yakni menempati urutan keempat. Produktivitas tanaman tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya jenis lahan, namun juga dalam penggunaan sarana produksi dan teknik dalam budidaya tanaman tebu. Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien tersebut bisa dipengaruhi oleh pengaplikasian yang salah atau tidak sesuai dalam input produksinya yang justru akan menambah biaya produksi yang menyebabkan pendapatan petani semakin berkurang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis dan efisiensi skala dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani tebu lahan kering di Kabupaten Jombang. Metode analisis yang digunakan yakni dengan Data Envelopment Anaysis (DEA) dengan menggunakan aplikasi DEAP 2.1. Hasil penelitian untuk tujuan pertama yaitu, tingkat efisiensi teknis dengan menggunakan metode DEA menunjukkan bahwa terdapat 53 % atau 19 responden petani yang berada pada kondisi efisiensi secara teknis, sedangkan sisanya sebesar 47 % atau 17 petani responden yang berada pada kondisi inefisiensi secara teknis. Rata -rata nilai efisiensi teknis adalah 0.982, nilai ini memiliki arti bahwa rata-rata efisiensi penggunaan input adalah 98,2% yang berarti bahwa secara teknis penggunaan faktor – faktor produksi usahatani tebu lahan kering belum mancapai tingkat full efisiensi (kurang dari 100%) tetapi sudah mendekati kondisi full efisiensi. Penyebab inefisiensi penggunaan faktor-faktor produksi tebu lahan kering di Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang adalah terlalu banyak jumlah input yang digunakan, secara keseluruhan input yang menunjukkan penggunaan berlebih dan harus dikurangi yakni pada input tenaga kerja, bibit, dan herbisida. Hasil analisis untuk tujuan kedua yaitu, tingkat efisiensi skala dengan menggunakan metode DEA menunjukkan bahwa Dari 36 responden (UKE), sekitar 53% atau 19 UKE memiliki skala CRS (constant return to scale), 25% atau 9 UKE memiliki skala DRS (decreasing return to scale) dan 22% atau 8 UKE berskala IRS (increasing return to scale).
Dinamika Ketersediaan Pangan Di Kabupaten Sidoarjo Hidayah, Rakhimatul; Hanani, Nuhfil; Nugroho, Condro Puspo
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 2, No 3 (2018)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.086 KB) | DOI: 10.21776/ub.jepa.2018.002.03.4

Abstract

Kerawanan pangan dapat menimbulkan bencana kelaparan. Kerawanan pangan sendiri merupakan keadaan dimana seseorang tidak cukup mendapatkan makanan akibat sumberdaya yang terbatas. Deteksi dini kerawanan pangan dapat membantu untuk mewujudkan kondisi ketahanan pangan. Deteksi dini kerawanan pangan salah satunya bisa dilakukan dari sisi ketersediaan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis dinamika kuantitas ketersediaan pangan di Kabupaten Sidoarjo tahun 2013-2016, (2) Menganalisis dinamika kualitas ketersediaan pangan di Kabupaten Sidoarjo tahun 2013-2016, (3) Menganalisis hubungan antara ketersediaan luas lahan pertanian dengan ketersediaan pangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Neraca Bahan Makanan (NBM), skor Pola Pangan Harapan (PPH), dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan energi dari tahun 2013-2016 berfluktuatif namun cenderung meningkat. Nilai tersebut masing-masing sebesar 1994,55 kkal/kapita/hari, 2059,14 kkal/kapita/hari, 2155,91 kkal/kapita/hari, dan 2004,21 kkal/kapita/hari. Ketersediaan protein dari tahun 2013-2016 berfluktuatif namun cenderung menurun. Nilai tersebut masing-masing sebesar 68,99 gr/kapita/hari, 67,25gr/kapita/hari, 90,98 gr/kapita/hari, dan 75,78 gr/kapita/hari. Kualitas ketersediaan pangan di Kabupaten Sidorjo dari tahun 2013-2016 tidak beragam yang ditunjukkan dari skor PPH < 100, yakni masing-masing sebesar 65,19; 68,96; 78,87; dan 71,88. Luas lahan pertanian dengan AKE maupun dengan AKP tidak berhubungan yang ditunjukkan dengan nilai korelasi masing-masing sebesar -0,536 dan -0,909 serta p-value masing-masing sebesar 0,464 dan 0,091 (p-value > 5%).
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tebu Lahan Sawah dan Lahan Kering dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Fahriyah, Fahriyah; Hanani, Nuhfil; Koestiono, Djoko; syafrial, syafrial
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.284 KB) | DOI: 10.21776/ub.jepa.2018.002.01.8

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dan menganalisis efisiensi teknis dan efisiensi skala usahatani tebu di lahan sawah dan lahan kering. Penelitian dilakukan di Kabupaten Kediri dan Jember sebagai sentra produksi tebu di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan survey pada 201 petani tebu untuk musim tanam 2015/2016. Pengukuran efisiensi teknis menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).  Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis usahatani tebu di lahan sawah 0.8311 sedangkan untuk lahan kering mencapai 0.7991. Nilai efisiensi teknis ini menunjukkan baik di lahan sawah maupun di lahan kering masih memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi masing-masing sebesar 17% dan 20%. Dekomposisi nilai total efisiensi teknis (TE CRS) menjadi efisiensi teknis murni (TE VRS) dan efisiensi skala menghasilkan bahwa usahatani tebu di lokasi penelitan memiliki inefisiensi skala lebih besar dibandingkan inefisiensi teknis murni. 99% petani tebu lahan sawah beroperasi pada skala IRS sedangkan petani tebu lahan kering 88% yang beroperasi pada skala IRS. Petani yang beroperasi pada skala optimal (CRS), untuk lahan sawah lebih kecil (8% dari total responden) dibandingkan lahan kering (10% dari total responden). Upaya peningkatan efisiensi teknis usahatani tebu perlu diarahkan untuk meningkatkan efisiensi skalanya
Keterkaitan Sikap Kewirausahaan Petani Tebu dan Produktivitas Tebu di Kabupaten Malang Jihad, Baroroh Nur; Hanani, Nuhfil; Asmara, Rosihan; Fahriyah, Fahriyah
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 5, No 4 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2021.005.04.31

Abstract

Sikap kewirausahaan berperan penting pada peningkatan kemampuan petani tebu guna meningkatkan produktivitas usahatani tebu. Peningkatan produktivitas tebu merupakan salah satu upaya untuk mengatasi defisit gula di Indonesia yang rata-rata mencapai 4,7 juta ton (tahun 2016-2019). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan sikap kewirausahaan petani tebu dengan produktivitas tebu di Kabupaten Malang dengan menggunakan tabulasi silang. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis sikap kewirausahaannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap kewirausahaan yaitu kategorisasi diri, motivasi, efikasi diri, berani mengambil risiko, inovasi, mampu melihat peluang, dan berorientasi pada pertumbuhan. Ketujuh indikator tersebut diukur menggunakan skala Likert. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara pada 50 petani tebu di Kabupaten Malang. Metode penentuan responden dilakukan secara Multistages Random Sampling. Sebanyak 70 persen petani tebu di Kabupaten Malang memiliki sikap kewirausahaan yang rendah, terutama pada indikator inovasi dan motivasi dengan rata-rata skornya 2,38 dan 2,17. Pada hasil tabulasi silang menunjukkan adanya keterkaitan positif antara sikap kewirausahaan petani tebu di Kabupaten Malang dengan capaian produktivitasnya.
ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DENGAN PENDEKATAN FRONTIER PADA USAHA PEMBUATAN CHIPS MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) Asmara, Rosihan; Hanani, Nuhfil; Irawati, Niken
HABITAT Vol 22, No 1 (2011)
Publisher : Department of Social Economy, Faculty of Agriculture , University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.307 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi usaha pembuatan chips ubi kayu, menganalisis efisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha pembuatan chips ubi kayu, dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis pada usaha pembuatan chips ubi kayu. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi frontier dan tingkat efisiensi yang dicapai pada masing – masing unit usaha dapat diketahui dengan melakukan analisis terhadap fungsi produksi frontier dengan menggunakan Frontier software 4.1 . Sedangkan untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi yang dicapai digunakan regresi berganda. Hasil penelitian antara lain adalah faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi frontier dalam usaha pembuatan chips MOCAF adalah jumlah ubi kayu yang merupakan bahan baku utama dari chips. Sedangkan  tenaga kerja dan volume bak perendaman dalam analisis ini tidak tampak pengaruhnya. Efisiensi teknis dari usaha pembuatan chips ini sudah cukup tinggi, 60% dari responden sudah berada pada tingkat efisiensi teknis lebih dari  0,92. Faktor yang berpengaruh nyata pada efisiensi teknis adalah tingkat pendidikan, kepemilikan dan lamanya usaha berdiri. Sedangkan umur tidak tampak pengaruhnya dalam analisis ini. Kata kunci: efisiensi, frontier, MOCAF
Dampak Konversi Jagung Sebagai Etanol di Pasar Dunia terhadap Ketersediaan Jagung di Indonesia Triana Dewi Hapsari; M. Muslich M.; Nuhfil Hanani AR; Rini Dwi Astuti
Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v27n2.2009.193-211

Abstract

EnglishRecently, the conversion of corn to etanol (biofuel) in international market is currently exist and has an impact on the availability of corn in Indonesia. This study aims at: (1) the analysis of behavior of domestic and international market of corn, (2) the effect analysis of corn conversion to ethanol at international market on corn availability in Indonesia, and (3) the formulation of policies to increase domestic corn availability. Using time series data of 1983-2006 and econometric model of simultaneous equations estimated by employing the 2SLS procedure, the study found that: (1) there is a linkage between domestic and international market of corn through import price variable, (2) corn conversion to ethanol decrease the domestic availability of corn but increase the production share of corn availability in Indonesia, and (3) fertilizer subsidy and import tariff policy would increase corn production to allow thye increase of corn domestic production share on corn availability. IndonesianAkhir-akhir ini di pasar dunia terjadi konversi jagung menjadi bahan bakar nabati (etanol) yang berdampak pada perdagangan jagung dunia dan ketersediaan jagung di Indonesia. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis perilaku pasar domestik dan pasar dunia jagung, (2) menganalisis dampak konversi jagung menjadi etanol terhadap ketersediaan jagung di Indonesia, dan (3) menyusun kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan jagung di Indonesia. Dengan menggunakan data time series 1983-2006 dan model ekonometrik simultan yang diduga dengan prosedur 2SLS, dapat diketahui bahwa (1) terdapat keterkaitan perilaku antara pasar domestik dan pasar dunia melalui peubah harga impor jagung, (2) konversi jagung menjadi etanol di pasar dunia menurunkan ketersediaan jagung di Indonesia tetapi meningkatkan pangsa produksi domestik terhadap ketersediaan jagung, dan (3) kebijakan subsidi pupuk dan tarif impor mampu mendorong peningkatan produksi, sehingga  pangsa produksi domestik tehadap ketersediaan jagung meningkat.
Buffering capacity of paddy field as the reservoir of rainwater and surface runoff in the Lowokwaru subdistrict, Malang, East Java Rina Suprihati; Nuhfil Hanani; S Gatot Irianto; S Soemarno
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.121 KB) | DOI: 10.15243/jdmlm.2018.052.1065

Abstract

Paddy fields produce ecological services that improve environmental quality in urban areas, one of them was flood control through retaining rainwater and surface runoff within the embankment of paddy field. The ability to retain water is known as the buffering capacity (BC), which is the function of soil moisture, embankment height, water inundation and rice-plant interception during the growing periode. The intermitten system of water inundation applied by farmers resulted in changes of the BC on daily basis. The calculation of BC was divided into five categories for accuracy, which were : (1) BC during the Harvest; (2) BC with inundation at vegetative and generative phase (VGG); (3) BC with inundation during Land Preparation and Planting phase (OTTG); (4) BC without inundation during the vegetative and generative phase (VGTG); and (5) BC without inundation during the land preparation and planting phase (OTTTG). The purpose of this research was to measure potential buffering capacity of paddy field in Lowokwaru Subdistrictand to estimate amount of rainwater and surface runoff which could be accommodated within the buffering capacity. The average of daily BC in seven different villages were 1,650.81– 3,961.81 m3/ha and the total BC for 241 paddy field was about 823,156.36 m3.It was only a small percentage of average daily BC filled by rainwater (14.07-33.31%) and left the rest to be filled by surface runoff water. The paddy field of 241 ha in Lowokwaru Subdistrictis was capable to receive surface runoff from surrounding areas up to 1,698.66 ha. 
Model Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon Fab), Ikan Bandeng (Chanos-chanos Forskal) dan Rumput Laut (Gracillaria Sp.) Secara Tradisional Murachman - -; Nuhfil - Hanani; Soemarno - -; Sahri - Muhammad
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 1, No 1 (2010)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1036.813 KB)

Abstract

Abstrak Polikultur merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan air yang mengakibatkan penurunan produksi ikan di kolam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menyusun pola manajemen polikultur udang windu (Penaeus monodon Fab.), ikan bandeng (Chanos-chanos Forskal) dan rumput laut (Gracillaria sp.). Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus di Dusun Tanjung Sari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Sampel penelitian diambil pada 18 lokasi polikultur dari tiga komoditas tersebut (udang windu, ikan bandeng dan rumput laut) dan 20 lokasi polikultur dari dua komunitas (udang windu dan ikan bandeng). Variabel yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Variabel penelitian meliputi lingkungan makro tambak, karakteristik pembudidaya, cara pengelolaan tambak dan perlakuan–perlakuan yang diberikan, padat tebar, kualitas air, kesuburan air, produksi tambak, keuntungan pembudidaya polikultur dan model budidaya polikultur tiga komoditas. Model budidaya polikultur terdiri dari enam komponen yaitu penentuan lokasi tambak, persiapan tambak, pemeliharaan, panen, kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi. Masing-masing komponne tersebut saling berhubungan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang mendukung penentuan lokasi kolam, yaitu jenis tanah di atas kolam, sumber air tawar, sumber air laut, dan keberadaan hutan mangrove. Kualitas dan kesuburan air cukup baik dan berada pada kisaran standard kualitas air untuk tambak. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara padat tebar untuk udang windu dan ikan bandeng pada tipe polikultur tiga komoditas dan polikultur dua komoditas. Padat tebar rumput laut pada polikultur tiga komoditas adalah 975 kgha-1. Keberadaan rumput laut pada polikultur tiga komoditas dapat meningkatkan kualitas air menjadi lebih baik dibandingkan pada polikultur dua komoditas. Kandungan oksigen terlarut pada tambak adalah 165 mgl-1, tingkat kejernihan air 50.875 cm, NH3 0,157 mgl-1, H2S 0,025 mgl-1, NO2 0,109 mgl-1, PO4-3 0,461 mgl-1, pH 8,05, TOM 38.635 mgl-1, TSS 176,418 mgl-1, alkalinitas 4,665 mgl-1, suhu 32.96 °C, kadar garam 32,5, BOD 2,88 mgl-1 dan kandungan Pb 0,245 mgl-1. Secara kualitatif dan kuantitatif tingkat produksi udang windu adalah (201.11 kgha-1m-1) dan ikan bandeng (1180,56 kgha-1m-1) pada sistem polikultur tiga komoditas lebih tinggi daripada tingkat produksi di sistem polikultur dua komoditas. Secara kuantitatif diketahui bahwa untuk budidaya udang windu kelimpahan plankton adalah 11,466 ekor tiap liter, pertumbuhan absolut 23,93 g, lemak 0,604, tingkat kelangsungan hidup 53% dan rata-rata ukuran tubuh adalah  34 ekor tiap kg. Parameter untuk budidaya ikan bandeng adalah  kelimpahan plankton adalah 69,845 ekor tiap liter, pertumbuhan absolut 354,99 g, lemak 0,604, tingkat kelangsungan hidup 95% dan rata-rata ukuran tubuh adalah 4,25 ekor tiap kg. Keuntungan finansial pada polikultur tiga komoditas adalah Rp. 20.717.628 dan Rp. 11.924.115 pada polikultur dua komoditas untuk tiap hektar tambak pada satu musim tanam.   Katakunci: polikultur, ikan bandeng, komoditas, udang windu     Abstract Polyculture is an alternative to solving water quality problems leading to decrease of fish production in the ponds. The present research is aimed at establishing the management of polyculture of black tiger prawn, milkfish, and seaweed. This study employs method of case study in Dusun Tanjung Sari, Desa Kupang, sub-district of Jabon, Regency of Sidoarjo. Samples were collected from 18 polyculturers of three commodities (black tiger prawn, milkfish, and seaweed) and 20 polyculturers of two commodities (black tiger prawn and milkfish) by means of proportional sampling. Variables to be investigated were type of commodity, treatment in the polyculture processes, stocking density, water quality, mangrove forest, social and economic institutions, investment and operational funds, production, quality and fertility of water, and financial gain. Results of the present study show that the three-commodity model of polyculture consists of capability to determine pond sites, pond preparation, maintenance, harvesting, and social and economic institutions. There are three supporting factors in determining pond sites, namely pond bottom soils, sources of freshwater and seawater and the presence of mangrove forest. Water quality is in agreement with standards of water quality for ponds with relatively high fertility. Stocking densities for black tiger prawns and milkfish are not significantly different between two- and three-commodity polyculture. The stocking density for seaweed is 975 kgha-1 for three-commodity ponds. The presence of seaweed in the three-commodity polyculture ponds results in better water quality compared to the two-commodity polyculture ponds. Dissolved oxygen content is of 165 mgl-1, water clarity of 50,875 cm, NH3 of 0.157 mgl-1, H2S of 0.025 mgl-1, NO2 of 0.109 mgl-1, PO4-3 of 0.461 mgl-1, pH of 8.05, TOM of 38,635 mg-1l, TSS of 176,418 mgl-1, alkalinity of 4.665 mgl-1, temperature of 32.965°C, salinity of 32.5, BOD of 2.88 mgl-1 and Pb of 0.245 mgl-1. Production of black tiger prawns of 201.11 kgha-1m-1 and milkfish of 1180,56 kgha-1m-1 are higher than production of two-commodity polyculture ponds, both quantitatively and qualitatively. Quantitatively, it is shown that, for black tiger prawns, abundance of plankton within intestines are of 11,466 individuals for each liter, absolute growth is 23.93 g, fatness is 0.604114, survival of 53%, and average size of 34 animals for each kilogram. meanwhile, for milkfish, it is shown that abundance of plankton within intestines are of 69,845 individuals for each liter, absolute growth is 354.99 g, fatness is 0.814, survival rate of 95%, and average size of 4.25 animals for each kilogram. Financial profit of three-commodity polyculture amounts to Rp 20,717,628 per ha per culture season and two-commodity polyculture amounts to Rp 11,924,115 ha for each culture season. Keywords: Black Tiger Prawn, commodities, Milk Fish, polyculture
Co-Authors Abdul Aziz Hanafi Abdul Wahib Muhaimin Abdul Wahib Muhaimin Abdul Wahib Muhaimin Abdul Wahib Muhaimin Agil Narendar Agil Narendar Agustina Shinta Alfianti, Cahyatika Alia Fibrianingtyas Amelia Annisahaq Anfendita Azmi Rachmatika Anfendita Azmi Rachmatika Anita Rahmi Arief Joko Saputro Arifin Zainul Aris Sulistyono Arjuna, Rezahani Dimas Asyarif, Muhammad Idris Ayu Fitriana Bambang Ali Nugroho Budi Hartono Candra Adi Intyas, Candra Adi Condro Puspo Nugroho Dhiana Puspitawati Diyana, Farah Rosyidah Djoko Koestiono Djoko Kustiono Dwi Retno Andriani Dyah Retnani Nurhidayati Elin Karlina Erlangga Esa Buana Fadillah Putra FAHRIYAH Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fatoni, R.B.Moh Ibrahim firmanda, syauqi agung Fitria Dina Riana Gatot Ciptadi Ghea Hapsari Anggraini Hamidatul Khofifah Hana' Salsabila Hapsari, Triana Dewi Hermansyah, Dhany Hery Toiba Hidayah, Rakhimatul Ika Ayu Purwaningsih Imron Fuadi Intan Mega Maharani Irma Audiah Fachrista Jamilah Jihad, Baroroh Nur Joko Mariyanto, Joko Junnia Pramesthia Putri Ke-Chung Peng Luh Putu Ayu Ratnadi M Muslich Mustajab M. Muslich M. M. Muslich Mustadjab M. Ruslin Anwar Maharani, Intan Mega Marjono Marjono Mayang Adelia Puspita Miftahul Jannah Moch. Muslich Mustadjab Mochammad Muslich Mustadjab Murachman - - nFN Bahari Niken Irawati Nikmatul Khoiriyah Nirmala, Arlia Renaswari Noor Rizkiyah Noor, Arif Yustian Maulana Noor, Yumna Raisa Nurwijayanti Oktavia, Henita Fajar Peersis Dwi Pratiwi Permadhi, Danang Prihantini, Campina Illa Pujiastuti Lestari Putri Daulika Putri Daulika Putritamara, Jaisy Aghniarahim Rachman Hartono Rahman, Moh Shadiqur Ratya Anindita Ratya Anindita Reza Wibisono Rhinda Astitya Zubaidah Rina Suprihati Rini Dwi Astuti Rini Dwiastuti Rini Dwiastuti Rini Mutisari Riyadi, Sahrul Dwi Rosihan Asmara Ruhkmauddin, Likin S Gatot Irianto S Soemarno S Suhartini S Sujarwo S Syafrial S Syafrial S Syafrial S Syafrial Sahri - Muhammad Sari Perwita Rahmanti Setyono Yudo Tyasmoro Setyowati, Putri Budi Shaleh, Mohammad Ilyas Sinaga, Riska Elsa Rianty Soemarno - - Sony Susanto Suhartini Suhartini Suharyo G., Brantas Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syarifatul Istiqomah Ula, Mahfudlotul Wahib Muhaimin Wahyuningtyas, Agustina Shinta Hartati Wen-Chi Huang Wen-Chi Huang Wenny Mamilianti Wisynu Ari Gutama Yundari, Yundari Yustisianto Nugroho Zakki Faizin Fitrianto Zulkifli Mantau