Claim Missing Document
Check
Articles

PEMBERIAN WILLIAM’S FLEXION EXERCISE LEBIH BAIK DARIPADA TEKNIK MULLIGAN DENGAN KOMBINASI INTERVENSI INFRARED DALAM MENINGKATKAN RANGE OF MOTION LUMBOSAKRAL PENDERITA LOW BACK PAIN NON-SPESIFIK I Gusti Ayu Surya Nirmala; I Made Niko Winaya; I Putu Adiartha Griadhi
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 6 No 2 (2018): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2018.v06.i02.p01

Abstract

Wearing high heels can cause a decrease in the lumbosacral ROM of the Non-spesific low back pain due to a long standing position results muscle work harder with hyperextended position. The aim of this research is to know William’s Flexion Exercise–Infrared combination is better to improve the ROM of the lumbosacral rather than Mulligan combined–Infrared combination technique, measured using Flexible Curve. The study design used in this study was experimental with pre-test design and post-test group design with 32 samples divided into two groups. Hypothesis test mean increase in ROM of the lumbosacral with Independent Sample T-test in the intervention group William’s Flexion Exercise and Mechanical Mulligan showed significant results (21.03 and 19.79) with a value of p = 0.000 (p<0.05). The result showed that the group of William’s Flexion Exercise–Infrared combination is better than the Mulligan technique. Keywords: william’s flexion exercise, mulligan technique, lumbosacral range of motion, flexible curve, non-spesific low back pain
THE HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN FISIK DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 DENPASAR TAHUN 2014 Dewa Agung Gina Andrini; Dedi Silakarma; Adiartha Griadhi
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 3 No 3 (2015): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.555 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2015.v03.i03.p04

Abstract

Dysmenorrhea is one of the common problems experienced by most of the adolescent girls. Some factors that can prevent primary dysmenorrhea to occur is to do sports or physical fitness. The statement problem of this research is whether there is a correlations between physical fitness with primary dysmenorrhea among adolescent girls in SMA Negeri 1 Denpasar. Author applied analytic study design with cross sectional approach as the research method. Technique that was being used to determine the sample is simple random sampling. Number of samples was 49 adolescent girls at SMA Negeri 1 Denpasar. The data analysis technique was by chi square test. Based on the results of the 15 respondents who were fit, there were 6 people (40%) had experienced primary dysmenorrhea and 9 people (60%) had not experienced primary dysmenorrhea. While of 34 respondents who were not fit, there were 30 people (88,2%) had experienced primary dysmenorrhea and 4 (11,8%) had not experienced primary dysmenorrhea. From data analysis by using chi square test, the value of p obtained is 0.000 (p < 0,05). Based on the statistic tests it can be concluded that there is a significant correlation between physical fitness with primary dysmenorrhea.
PEMBERIAN LATIHAN JALAN TANDEM LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN ONE LEGGED STANCE UNTUKMENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA DI BANJAR MUNCAN DESA KAPAL KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Lidia Valentin; I Nyoman Adiputra; I Putu Adiartha Griadhi; I Made Niko Winaya
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 4 No 3 (2016): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.859 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2016.v04.i03.p08

Abstract

ABSTRACTProblems that would arise from a balance disorder is an increased risk of falls among the elderly people. The purpose of this study was to determine giving tandem walk exercises is better than one legged stance exercise to increasing dynamic balance for elderly people.This study was an experimental study with Pre and Post Test Control Group Design. This study involved 20 subjects were divided into two groups. Data was collected by measuring the dynamic balance among the elderly people using Time Up and Go Test(TUGT)at the beginning and the end of theexercise in each group. The research showed significant result with p=0.000 in group I (tandem walk) and p=0.001 in group II(one legged stance).The test results show independent t-test p=0.000 the difference ofin dynamic balance. Based on these results it can be concluded that givingtandem walk exercises is better thanone legged stance exercise to increasing dynamic balance for elderly people. Keywords: dynamic balance, tandem walk, one legged stance, elderly people.
PERBEDAAN PEMBERIAN LATIHAN SQUAT DENGAN CALF RAISES PADA INTERVENSI PLYOMETRIC JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK EKSTREMITAS BAWAH EKSTRAKURIKULER BASKET SMA DI DENPASAR Wahyu Gunarto; I Made Niko Winaya; I Putu Adiartha Griadhi; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 7 No 2 (2019): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.691 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2019.v07.i02.p03

Abstract

Daya ledak dapat ditingkatkan dengan latihan Plyometric Jump To Box dan mampu dioptimalkan dengan dikombinasikan oleh latihan Squat maupun Calf Raises. Penelitian ini bertujuan untuk memahami gambaran umum tentang latihan Squat, Calf Raises, dan Plyometric Jump To Box terhadap daya ledak ekstremitas bawah. Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Randomized Pre and Post Test Group Design. Sebanyak 22 sample penelitian dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Diketahui selisih rerata sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok 1 sebesar 06,27 ± 3,165 sedangkan pada kelompok 2 sebesar 08,09 ± 3,986 dengan nilai p = 0,25 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan secara signifikan antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Sehingga dapat dikatakan latihan squat sama baiknya dengan latihan Calf Raises pada Intervensi Plyometric Jump To Box terhadap peningkatan daya ledak ekstremitas bawah.Kata Kunci: Daya Ledak, Plyometric Jump To Box, squat, calf raises
HUBUNGAN FAKTOR RESIKO ERGONOMI SAAT BEKERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN UKIRAN KAYU DI GIANYAR Aryaning Dwi Antyesti; Made Hendra Satria Nugraha; I Putu Adiartha Griadhi; Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 8 No 2 (2020): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.844 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2020.v08.i02.p09

Abstract

Pengrajin ukiran kayu merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai risiko mengalami keluhan muskuloskeletal. Hal ini dikarenakan postur pengrajin ukiran kayu sewaktu bekerja tidak ergonomis. Postur kerja yang tidak ergonomis ini, apabila dilakukan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama maka dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin ukiran kayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko ergonomi saat bekerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin ukiran kayu di Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross- sectional yang dilakukan pada bulan Maret-April 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Consecutive Sampling. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 96 orang. Variabel dependen yang diukur adalah keluhan muskuloskeletal menggunakan Cornell Musculoskeletal Discomfort Questionnaire (CMDQ). Variabel independen yang diukur adalah faktor risiko ergonomi saat bekerja menggunakan metode Baseline Risk Identification of Ergonomics Factor (BRIEF) Survey. Hasil analisis data menunjukkan bahwa adanya hubungan antara faktor risiko ergonomi saat bekerja dengan keluhan muskuloskeletal pada leher (nilai p=0,035), punggung atas (nilai p=0,018), punggung bawah (nilai p=0,016) serta tangan dan pergelangan tangan kanan (nilai p=0,001). Kata Kunci: faktor risiko ergonomi, keluhan muskuloskeletal, pengrajin ukiran kayu, BRIEF survey, CMDQ
HUBUNGAN POSTUR KERJA SAAT MENJAHIT DENGAN TERJADINYA MYOFASCIAL PAIN SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS PADA PENJAHIT DI KECAK GARMEN A.A. Istri Ayesa Febrinia Adyasputri; I Putu Gde Surya Adhitya; I Putu Adiartha Griadhi
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 7 No 3 (2019): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.525 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2019.v07.i03.p03

Abstract

Penjahit merupakan salah satu pekerjaan yang banyak ditekuni oleh masyarakat Bali. Namun, penjahit jarang memperhatikan postur kerja saat menjahit. Hal ini dapat dapat menyebabkan myofascial pain syndrome otot upper trapezius jika dilakukan dalam jangka waktu lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan postur kerja saat menjahit dengan terjadinya myofascial pain syndrome otot upper trapezius pada penjahit di Kecak Garmen. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross- sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 70 orang. Data dianalisis menggunakan Chi-Square Test dan memiliki hubungan signifikansi dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan postur kerja saat menjahit dengan terjadinya myofascial pain syndrome otot upper trapezius pada penjahit di Kecak Garmen. Kata Kunci : Postur Kerja, Penjahit, Myofascial Pain Syndrome, Upper Trapezius
Predictor of muscle dysmorphia among members of fitness centers in Denpasar City, Bali, Indonesia Vennesa Vitari Maureen Susanto; Dewa Nyoman Wirawan; I Putu Adiartha Griadhi
Public Health and Preventive Medicine Archive Vol. 8 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.534 KB) | DOI: 10.53638/phpma.2020.v8.i1.p02

Abstract

Background and purpose: Muscle dysmorphia is one of the most common forms of body dysmorphic disorder. It is part of the obsessive-compulsive disorders, wherein sufferers believe that the body is too small or not muscular enough. The purpose of this study was to determine the predictors of muscle dysmorphia among fitness center members. Methods: A cross-sectional study was conducted at five fitness centers with 117 respondents. Several scales were applied including: 1) 4th edition Sociocultural Attitudes Towards Appearance Scale (SATAQ) to measure self-internalization, family, peer, and media pressures; 2) Physical Appearance Comparison Scale (PACS) to measure social comparison; 3) Body Esteem Scale for Adolescents and Adults (BESAA) to measure respondents’ satisfaction with their bodies and 4) The Muscle Dysmorphic Disorder Inventory (MDDI) to measure muscle dysmorphia. Meanwhile, weight was measured with Kris EB9-4A Series digital scales, height with GEA microtoise and body fat percentage with a digital HBF-306 body fat monitor. Spearman’s Correlation test was performed for the bivariate analysis and multiple linear regression for the multivariate analysis. Results: The prevalence of muscle dysmorphia among fitness center members was 43.6% (95%CI=33.99:53.20) in the total sample based on MDDI cut-off score. Bivariate analysis shows that six variables including body fat percentage, total physical activity, thin/low body fat internalizations, muscular/athletic internalizations, peer pressure, media pressure associated with muscle dysmorphia. In the multivariate analysis, only four variables were significantly associated with muscle dysmorphia, namely: muscular/athletic internalization (β=0.369, 95%CI=0.296:0776, p<0.001), media pressure (β=0.277, 95%CI=0.167:0.595, p<0.001), body fat percentage (β=-0.262, 95%CI=-0.301:-0.067, p=0.002) and body dissatisfaction (β=-0.224, 95%CI=-0.245:- 0.050, p=0.003). Conclusion: The prevalence of muscle dysmorphia in Denpasar City is relatively high. Muscular/athletic internalization, media exposure, body fat percentage and body satisfaction are associated with increase chance of having muscle dysmorphia.
Gambaran tingkat wellness pada mahasiswa Prorgam Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2015 - 2017 Kevin Kusuman; I Putu Adiartha Griadhi; I Made Krisna Dinata
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.023 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.227

Abstract

Background: Medical students, as academic people, in the course of his lectures can not be separated from various stresses. Causes of stress can be sourced from academic life, such as demands from lectures, examinations held every two weeks, and OSCE examination at the end of each semester. These demands also include changes in competence and the increasing complexity of lecture materials that increasingly difficult.Aim: This study aims to know the level of the wellness of medical students, so that if there is a lack of dimension, the results can be used as self – reflection to be a better person.Methods: A descriptive observational study with cross-sectional study design was conducted in January 2018. Wellness was measured through seven dimensions, namely emotional, enviromental, intellectual, occupational, physical, social, and spiritual. Respondents in this study were active students as many as 143 students from the number of affordable population of 740 students using stratified random sampling.Results: From 143 study samples, 43 people were male (30.1%) and 100 people were female (69.9%). 141 people had good environmental and social wellness. Meanwhile, 35 people had low physical wellness.Conclusion: The results showed that the wellness dimension of the highest number of categories was enviromental and social wellness (98.6%), then intellectual wellness (96.5%), spiritual wellness (95.1%), occupational wellness (86.7%), emotional wellness (76.9%), and the lowest is physical wellness (75.5%). Latar belakang: Seorang mahasiswa kedokteran dalam proses perkuliahannya tidak terlepas dari berbagai stres. Penyebab stres dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, seperti  tuntutan dari tugas kuliah, ujian yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali, dan ujian OSCE di setiap akhir semester. Tuntutan ini juga termasuk perubahan kompetensi dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat wellness mahasiswa kedokteran, sehingga jika nantinya terdapat dimensi yang kurang, hasil tersebut dapat digunakan sebagai refleksi diri untuk menjadi yang lebih baik.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif potong lintang dan dilakukan pada bulan Januari 2018. Wellness diukur melalui tujuh dimensi, yaitu emotional, enviromental, intellectual, occupational, physical, social, dan spiritual. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif sebanyak 143 mahasiswa dari jumlah populasi terjangkau 740 mahasiswa dengan menggunakan stratified random sampling. Hasil: Dari 143 sampel penelitian yang termasuk dalam jenis kelamin laki laki sebanyak 43 orang (30,1%) sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 100 orang (69,9%). 141 orang memiliki environmental dan social wellness baik Sementara 35 orang memiliki physical wellness yang kurang.Kesimpulan: Dari penelitian ini bisa disimpulkan bahwa dimensi wellness dari jumlah kategori baik yang tertinggi adalah enviromental dan social wellness (98,6%), selanjutnya intellectual wellness (96,5%), spiritual wellness (95,1%), occupational wellness (86,7%), emotional wellness (76,9%), dan yang terendah yaitu physical wellness (75,5%).
Hubungan stres terhadap kelelahan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Adela Nathania; I Made Krisna Dinata; I Putu Adiartha Griadhi
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 1 (2019): (Available online 1 April 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.68 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i1.400

Abstract

Background: Stress can cause mental and physiological changes in a person's body, by activating the HPA axis and the autonomic nervous system. As a result, catecholamines and cortisol will be secreted and cause changes to the additional energy reserves by the body to deal with stressors and the emergence of introseptive stimuli. This energy can be depleted, causing a person to no longer have the energy to continue their activities, while introseptive stimuli cause fatigue and decreased motivation.Methods: This analytic observational study was designed in the form of a cross sectional study of questionnaire data to measure stress and fatigue, that is distributed to 300 students of education programs for doctors in 2nd, 4th, and 6th semester of Faculty of Medicine Udayana University in 2018. General Health Questionnaire - 12 (GHQ-12) and the 30 item Fatigue Questionnaire was used to measure stress and fatigue.Result: 262 samples met the inclusion and exclusion criteria, 23.7% of students experiencing stress, 1.1% experienced very high fatigue, 12.2% experienced high fatigue, 56.9% experienced moderate fatigue, and 29.8 % experience low level fatigue. Stress has a significant effect with a significance value is 0.000.Conclusion: Stress has a relationship with fatigue in students of the Faculty of Medicine Universitar Udayana, in Bachelor of Medicine and Professionals Doctor Study Program.
Perbedaan olahraga aerobik intensitas sedang dan High-Intensity Interval Training (HIIT) terhadap kebugaran fisik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia Komang Satrya Wirawan; I Putu Adiartha Griadhi
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 1 (2020): (Available online: 1 April 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.384 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i1.535

Abstract

Background: Exercise is a healthy habit, which is already a lot of becoming obsolete. In addition to able to increase our endurance, it can also indirectly reduce or even cure some disease. This study aims to know the difference in physical fitness between aerobic exercise with moderate intensity and High-Intensity Interval Training (HIIT).Methods: A randomized observational experimental study using pre- and post-test group design was conducted among 16 respondents at Department of Physiology, Faculty of Medicine, Universitas Udayana, Bali, Indonesia during March-April 2016. The respondents were divided into 2 groups: Group 1 for High-Intensity Interval Training (HIIT) and Group 2 for moderate aerobic intensity exercise. Harvard Step Test was carried out to determine the physical fitness between both groups. Data were analyzed using SPSS version 23 for Windows. Results: Most of the respondents were males (68.75%) and age 21 years-old (68.75%). Mann-Whitney test found no significant difference between HIIT and moderate training before and after the exercise (p=0.293; p=0.247). However, a significant difference in physical fitness by Wilcoxon Test before and after exercise was found in HIIT (p=0.001) and moderate exercise (p=0.001) groups.Conclusion: By doing aerobic exercise training, either high or moderate-intensity, can lead to an increase in physical fitness. However, the difference obtained from both types of training is not too visible or insignificant. Latar Belakang: Olahraga merupakan suatu kebiasaan sehat yang selama ini sudah banyak mulai ditinggalkan. Disamping mampu meningkatkan ketahanan tubuh kita, olahraga juga dapat secara tidak langsung mengurangi atau bahkan meyembuhkan beberapa penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara olahraga aerobik dengan intensitas sedang dan High-Intensity Interval Training (HIIT).Metode: Penelitian eksperimental observasional acak menggunakan rancangan kelompok sebelum dan sesudah pengujian dilakukan terhadap 16 responden di Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia selama Maret-April 2016. Para responden dibagi menjadi 2 kelompok: Grup 1 untuk Pelatihan Interval Intensitas Tinggi (HIIT) dan Grup 2 untuk pelatihan olahraga aerobic intensitas sedang. Harvard Step Test dilakukan untuk menentukan kebugaran fisik antara kedua kelompok. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 23 untuk Windows.Hasil: Sebagian besar responden adalah laki-laki (68,75%) dan berusia 21 tahun (68,75%). Uji Mann-Whitney tidak menemukan perbedaan yang bermakna antara HIIT dan pelatihan sedang sebelum dan sesudah latihan (p = 0,293; p = 0,247). Namun, perbedaan yang bermakna dalam kebugaran fisik oleh Tes Wilcoxon sebelum dan sesudah latihan ditemukan pada kelompok HIIT (p = 0,001) dan olahraga sedang (p = 0,001).Kesimpulan: Dengan melakukan latihan aerobik, baik intensitas tinggi atau sedang, dapat menyebabkan peningkatan kebugaran fisik. Namun, perbedaan yang didapat dari kedua jenis pelatihan ini tidak terlalu terlihat atau tidak signifikan.
Co-Authors A A I Ayesa Febrinia Adyasputri A. A. Parama Swari Khrisna Adela Nathania Agung Istri Dewi Agus Frandes Sariaman Ainul Ghurri Andy Sirada Ari Wibawa Ari Wibawa Arisandy Achmad Aryaning Dwi Antyesti Bagus Komang Satriyasa Bambang Widayanto Bertha Melyana Catherina . Celine Setiawan Cindy Anastasia Okhotan Clarin Hayes Clorinda Chandra Damha Al Banna Dedi Silakarma Dewa Agung Gina Andrini Dewa Nyoman Wirawan Dewa Nyoman Wirawan, Dewa Nyoman Dewi, Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dharshinee Suresh Kumar Dionisius Wora Djuliana, Salsabila Fernanda Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S. Psi. M. Erg Eka Oktafianti Eko Wibowo Felicia Holil Fendy Nugroho Frida Angelina Gde Ngurah Idraguna Pinatih Gede Desy Darmawan Gusti Agung Gede Rama Wintara I Dewa Ayu Inten D. P I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti I Dewa Putu Sutjana I Gd Mediastama I Gede Wahyu Adi Raditya I Gede Widyatmika Pratama I Gusti Agung Ayu Narita Savitri I Gusti Ayu Mega Purwani I Gusti Ayu Surya Nirmala I Ketut Suyasa I Ketut Wedarthana Aditya Prana I Komang Bintang Satria Mahaputra I Made Ari Sastrawan I Made Dhita Prianthara I Made Dwi Apri Pramana I Made Dwi Ariyuda I Made Jawi I Made Krisna Dinata I MADE MULIARTA . I Made Niko Winaya I Nengah Sandi I Nyoman Adi Putra I Nyoman Agus Pradnya Wiguna I Nyoman Ari Suryawan I Nyoman Baktiyasa I Nyoman Sutarsa, I Nyoman I Putu Gde Surya Adhitya I Putu Gede Adiatmika I Putu Meika Semara Putra I Putu Prisa Jaya . I Putu Sutha Nurmawan I Wayan Sugiritama I Wayan Weta Ida Ayu Dewi Wiryanthini Ida Bagus Gede Danny Ananta Ida Bagus Ngurah Ida Bagus Ngurah Ida Sri Iswari Imakulata Magi Loda Indira Juhanna Indira Vidiari J Indira Vidiari J Indira Vidiari Juhanna Indra Lesmana Ireene Hillary Artauli Sinurat J. A. Pangkahila James W H Manik Jawi, Made Joanne Ingrid Robot Jonathan David Rajaratnam Peter K Tirtayasa Kadek Nindia Dwi Pratiwi Putri Ketut Tirtayasa Kevin Kusuman Khaerul Anam Komang Dhyanayuda P. Komang Satrya Wirawan Komang Trisna Bayu Suta Krismawati, Luh Dwi Erna Kusumaningrum, Cornelia Ayu Leandra Erdina Usmany Lia Arista Wijaya Lidia Valentin Lilik Evitamala Luh Made Indah S.H. Adiputra Luh Made Indah Sri Handari Luh Made Indah Sri Handari Luh Made Indah Sri Handari Adiputra LUH MADE INDAH SRI HANDARI ADIPUTRA Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Putu Ayu Vitalistyawati Luh Putu Ratna S Luh Putu Ratna Sundari Luh Putu Ratna Sundari M. Ali Imron M. Irfan Made Aditya Yogi Guntara Made Hendra Satria Nugraha Made Krisna Dinata Made Kristira Yanti Made Widnyana Manuela Serrano, Christina Zita Maria Imaculata Date Marta Wangsadinata Wong Md Ayu Puspita Citra Novelia Mezzi Wulandari Arenza Moh Ali Imron Muh Irfan Muh Irfan Muh. Ali Imron Muh. Ali Imron Muh. Irfan Muh. Irfan Muh. Irfan Muhammad Ali Imron Muhammad Ali Imron Muhammad Irfan Muhammad Irfan Muhammad Irfan Munawwarah, Muthiah Muthia Munawaroh Muthiah Munawaroh Mutiah Munawarah N. Adiputra N. Adiputra Ni Kadek Utari Warmadewi Ni Komang Ayu Juni Antari Ni Komang Sri Padmiswari B Ni Luh Nopi Andayani Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati Ni Made Indri Sagita Ni Nyoman Ayu Dewi Ni Putu Ayu Sasmita Sari Ni Wayan Tianing Nila Wahyuni Nilam Sari Nur Basuki Nurpratiwi, Resti Oktovianus Fufu Oktovianus Fufu Pande Made Indra Premana Putu Astawa Putu Ayu Sita Saraswati Putu Dyah Wulandari Putri Putu Dyah Wulandari Putri Putu Gupta Arya Gumilang Putu Rina Indahsari Putu Satriya Yudha Permadi Putu Seriari Ambarini Rahita, Dewa Ayu Agung Mas Berliana Rahma Cempaka Putri Reza Fatchurahman Risna Dea Pramita Rita Maria S Indra Lesmana S. Indra Lesmana S. Indra Lesmana S. Indra Lesmana S. Indra Lesmana Santi Bery Hastuti Sienny Muliaty Sumali Suadnyana, Ida Ayu Astiti Sugijanto - Sugijanto - Susanto, Vennesa Vitari Maureen Susy Purnawati Sutjna, Dewa Putu Tirtayasa, Ari Tjokorda Gde Bagus Mahadewa Triyanto Nugroho Ummaiya, Fadilla Vennesa Vitari Maureen Susanto Virgilya S Wahyu Gunarto Wahyuddin, Wahyuddin Wahyuni Novianti, I Gusti Ayu Sri Yogi haditya Yohanes Seran