Claim Missing Document
Check
Articles

PENYUSUNAN PRODUK HUKUM SEBAGAI KEWENANGAN PEMERINTAHAN NAGARI DI KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Sahnan Sahuri Siregar; Otong Rosadi; Darmini Roza
BULETIN ILMIAH NAGARI MEMBANGUN Vol. 3 No. 2 (2020)
Publisher : LPPM (Institute for Research and Community Services) Universitas Andalas Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/bina.v3i2.203

Abstract

This community service activity was carried out on Wednesday, August 21, 2019 with the first aim, to find out and analyse the background knowledge and experience of the nagari device to influence knowledge and abilities (expertise) in the preparation of Nagari Legal Products. Second, to find out and analyse how to increase the capacity of knowledge and abilities (expertise) of the Nagari Tool kit in preparing Nagari Legal Products? Third, to find out and analyse the right strategy to increase the capacity of the nagari government apparatus and members of Bamus Nagari so that they are able to draft a Nagari Regulation that is based on the needs of the nagari community. Community service activities in the form of training are carried out using lecture, question-answer, deepening and training methods. The lecture method is used as a preliminary briefing on several theories, concepts, and laws and regulations relating to nagari legal products, as well as to increase the motivation of nagari devices in the preparation of nagari legal products. While the question-and-answer method provides an opportunity for participants to discuss obstacles that arise during their practice and experience in arranging nagari legal products. The training method is used to practice the formulation of nagari regulations. Based on the activities that have been carried out, it can be concluded that almost all the training participants were very enthusiastic in participating in the training that was held with an indication that the active participants were discussing, the nagari as participants were present from the beginning of the opening until the end of the opening. After the training ended, he was able to understand and practice well all the material delivered during the service activities. The obstacle that arises is the limited space in the Bayang Sub district area, so that the place is done in the Nagari Office Hall which is too large and not soundproof so that the implementation of activities must use a loudspeaker.
Upaya Penanggulangan Potensi Konflik Akibat Pengelolaan Tambang Batuan Andesit Dengan Menggunakan Bahan Peledak Di Wilayah Hukum Polres 50 Kota Andrisno, Robi; Rosadi, Otong
Ekasakti Legal Science Journal Vol. 2 No. 2 (2025): April
Publisher : Program Magister Ilmu Hukum Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60034/v5015e68

Abstract

Penelitian  ini merupakan penelitian hukum dengan spesifikasi yang bersifat deskriptif analitis. Upaya penanggulangan potensi konflik akibat pengelolaan tambang batuan andesit dengan menggunakan bahan peledak di wilayah hukum Polres 50 Kota adalah dengan cara melakukan mediasi antara perusahaan dan masyarakat. Pengawasan ketat terhadap penggunaan bahan peledak juga dilakukan untuk memastikan kegiatan berlangsung aman dan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Melakukan pemantauan distribusi, penyimpanan, dan penggunaan bahan peledak agar tidak disalahgunakan dan tetap aman bagi lingkungan dan warga sekitar. Program Safari Kamtibmas yang melibatkan dialog dengan masyarakat membantu mengurangi ketegangan dengan mendengar aspirasi warga secara langsung. Jika terjadi pelanggaran atau potensi kekerasan terkait konflik tambang, Polres bertindak tegas dengan menerapkan penegakan hukum. Ini mencakup pengamanan wilayah tambang, serta penanganan demonstrasi yang mungkin terjadi agar situasi tetap kondusif dan tidak berkembang menjadi konflik fisik. Kendala dalam upaya penanggulangan potensi konflik akibat pengelolaan tambang batuan andesit dengan menggunakan bahan peledak di wilayah hukum Polres 50 Kota antara lain kurangnya sosialisasi dan keterbukaan dari pihak perusahaan kepada masyarakat. Warga sering merasa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan tidak mendapatkan informasi lengkap mengenai dampak lingkungan dan prosedur keamanan. Hal ini memicu ketidakpercayaan dan resistensi masyarakat. Keterbatasan sumber daya dalam melakukan pengawasan intensif terhadap kegiatan tambang dan penggunaan bahan peledak. Meskipun Polres telah melakukan patroli dan monitoring rutin, pengawasan ini memerlukan kerja sama lebih erat antara pihak kepolisian, pemerintah daerah, dan perusahaan tambang.
The Importance of Specifying The Plaintiff's Boundaries In The Legal Regulations Concerning The Environment In Indonesia Sulistyowati, Sulistyowati; Otong Rosadi; Ahwan Fanani; Dewi Nadya Maharani
Journal of Law, Politic and Humanities Vol. 4 No. 5 (2024): (JLPH) Journal of Law, Politic and Humanities (July-August 2024)
Publisher : Dinasti Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jlph.v4i5.425

Abstract

It is important for the government to be actively involved in creating a balanced ecosystem, with the role of the community being a key factor. To maximize the community's contribution, it is recommended that environmental laws grant legal status to non-governmental organizations in this field, enabling them to file dispute resolution applications in the Administrative Court. Non-governmental organizations with legal status that emphasize their goal of preserving the environment can file lawsuits in court, as explained in Decision No. 41/G/LH/2018/PTUN. PBR in the Administrative Court of Pekanbaru, serving as the main subject of this research with a normative juridical approach. In conclusion, challenges arise when the scope of non-governmental organizations in filing lawsuits is too broad, resulting in multiple interpretations and potential harm to other parties. The suggestion is to revise the Environmental Law to address the legal standing limitations of non-governmental organizations as plaintiffs in the Administrative Court, making it more effective in enforcing the law and maintaining ecosystem balance.
PEMBERDAYAAN MAHASISWA ILMU HUKUM MELALUI BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN KARYA ILMIAH BERBASIS KECERDASAN BUATAN (AI) Rosadi, Otong; Afrinal, Afrinal
SEMAR : Jurnal Sosial dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025): Semar : Jurnal Sosial dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : CV. Kalimasada Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59966/semar.v3i2.1862

Abstract

This study aims to identify the challenges faced by law students in conducting legal research and writing academic papers, as well as to evaluate the effectiveness of artificial intelligence (AI)-based technical guidance in addressing these challenges. The research employs a normative and empirical juridical approach, with data collected through questionnaires distributed to participants of the technical guidance and literature studies. The findings reveal that most students struggle to determine research topics, formulate problems, select relevant theories, and construct logical frameworks. However, after participating in AI-based technical guidance, their understanding and skills in legal academic writing improved significantly. AI, particularly ChatGPT, proved to be an effective tool for accelerating the writing process, formulating legal arguments, and exploring references. Nonetheless, AI usage must be carried out responsibly, considering academic ethics, paraphrasing skills, and a strong grasp of legal research methodology. These findings highlight the need for AI literacy training and the development of academic policies that govern ethical AI usage in higher education institutions.
Eksistensi Kerapatan Adat Nagari Koto Kaciak Kabupaten Agam Dalam Perlindungan dan Pelestarian Sako dan Pusako Anriady; Rosadi, Otong; Helen, Zennis
UNES Journal of Swara Justisia Vol 9 No 1 (2025): Unes Journal of Swara Justisia (April 2025)
Publisher : Program Magister Ilmu Hukum Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/pqqsbx36

Abstract

Kerapatan Adat Nagari merupakan lembaga adat tertinggi dalam masyarakat Minangkabau yang berperan sebagai badan musyawarah dan pengambil keputusan adat di tingkat nagari. Perannya tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor  12 Tahun 2007, bertanggung jawab mengelola hal-hal terkait adat, sako, dan pusako. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji eksistensi KAN Koto Kaciak dalam perlindungan dan pelestarian sako dan pusako, serta mengidentifikasi kendala yang dihadapinya. Metodologi yang digunakan bersifat deskriptif analitis, dengan menggabungkan pendekatan yuridis normatif dan empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KAN Koto Kaciak belum efektif dalam menjalankan peran dan fungsinya akibat intervensi pemerintah formal dalam kepengurusan, kurangnya keaktifan pemangku lembaga, dan adanya ketidakpastian hukum. Kendala lainnya meliputi kurangnya kesadaran generasi muda, konflik internal, dan keterbatasan sumber daya. Penelitian ini merekomendasikan penguatan fungsi dan kewenangan KAN melalui pendekatan berbasis hukum adat serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelestarian nilai budaya Minangkabau.
Sinergitas Kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja Dengan Kepolisian Dalam Penyelenggaraan Ketertiban Umum Rosadi, Otong; Putra, Ilham
UNES Journal of Swara Justisia Vol 9 No 2 (2025): Unes Journal of Swara Justisia (Juli 2025)
Publisher : Program Magister Ilmu Hukum Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/ztv5ps23

Abstract

Sinergitas antara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Kepolisian menjadi elemen penting dalam menjaga ketertiban umum, namun sering kali terkendala oleh tumpang tindih kewenangan dan koordinasi yang kurang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat sinergitas kedua institusi tersebut di Kabupaten Agam, serta mengidentifikasi hambatan yang dihadapi. Menggunakan pendekatan yuridis normatif dan empiris, data dikumpulkan melalui kajian dokumen hukum dan wawancara lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kerja sama kedua pihak saling melengkapi, masih terdapat kendala seperti dominasi peran dan perbedaan prosedur masih menghambat optimalisasi tugas mereka. Rekomendasi yang dihasilkan mencakup perbaikan peraturan perundang-undangan dan penguatan koordinasi agar penyelenggaraan ketertiban umum lebih efektif dan terintegrasi.
Politik Hukum Penerapan Sistem Self Assesment Dalam Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah  dan Bangunan Pada Transaksi Jual Beli M. Fauzal; Rosadi , Otong
Ekasakti Legal Science Journal Vol. 2 No. 3 (2025): Juli
Publisher : Program Magister Ilmu Hukum Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60034/t0zzsm72

Abstract

Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan pendekatan self-assessment yang memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terutang secara mandiri. Prinsip ini juga diterapkan pada pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang sebelumnya dikelola pemerintah pusat, kini menjadi kewenangan daerah sesuai politik hukum berdasarkan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Di Kabupaten Agam, penerapan sistem ini diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2024. Meski telah diatur secara normatif, pelaksanaan sistem self-assessment dalam pemungutan BPHTB di Kabupaten Agam menunjukkan ketidaksesuaian secara aturan dan penerapannya. Permasalahan yang diteliti adalah Pertama, bagaimana penerapan sistem self-assessment dalam pemungutan BPHTB pada transaksi jual beli tanah dan bangunan di Kabupaten Agam? Kedua, apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem ini? Permasalahan ini menarik karena terdapat indikasi ketidaksesuaian antara dasar hukum dan pelaksanaannya, seperti dominasi penggunaan nilai pasar oleh Badan Pendapatan Daerah dibandingkan harga transaksi yang dilaporkan wajib pajak. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang didukung pendekatan yuridis empiris. Data diperoleh melalui studi pustaka dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk memberikan gambaran menyeluruh terkait penerapan sistem self-assessment dalam pemungutan BPHTB. Lokasi penelitian difokuskan di Kantor Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Agam. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa Pertama, penerapan sistem self-assessment dalam pemungutan BPHTB di Kabupaten Agam belum optimal karena adanya intervensi fiskus dalam penetapan nilai objek pajak. Kedua, kendala utama dalam penerapan sistem ini meliputi: 1) kurangnya pemahaman wajib pajak terhadap aturan perpajakan, 2) inkonsistensi dalam penerapan kebijakan oleh Badan Pendapatan Daerah, dan 3) lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan sistem self-assessment.
Penyelenggaraan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Bagi Masyarakat Miskin oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum Siska, Diana; Rosadi, Otong; Mulyawan, Fitra
UNES Journal of Swara Justisia Vol 9 No 3 (2025): Unes Journal of Swara Justisia (Oktober 2025)
Publisher : Program Magister Ilmu Hukum Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/21k9gz68

Abstract

Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu, serta menjamin setiap warga negara untuk mendapat hak yang sama dihadapan hukum (Equality before the law) sebagaimana telah diatur dalam Pasal 28D ayat (1) yang memberikan jaminan terhadap pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama bagi setiap orang. Hal ini diwujudkan melalui lahirnya UU Nomor 16 Tahun 2011 yang merupakan bentuk tanggung jawab negara dalam memenuhi hak-hak warga negara  terhadap akses keadilan setiap warga negara tanpa terkecuali. Namun faktanya, bantuan hukum ini belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang miskin, karena berbagai faktor yang terjadi dalam penyelenggaraannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dan didukung oleh pendekat yuridis empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kewenangan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dalam penyelenggaraan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma adalah kewenangan delegasi dan juga merupakan bentuk konkret dari perlindungan hukum yang dijalankan negara. Teori perlindungan hukum memberikan landasan normatif dan analitis untuk menilai bahwa negara hadir melindungi hak masyarakat miskin secara efektif, adil, dan merata. Penelitian menunjukkan dibutuhkan penguatan dari aspek regulasi, institusi, dan kapasitas sumber daya manusia agar fungsi perlindungan hukum melalui bantuan hukum secara cuma-cuma tidak sekadar formalitas, namun sungguh-sungguh menjadi jaminan keberpihakan. Penyelenggaraan bantuan hukum secara cuma-cuma masih menghadapi kendala antara lain masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan akses keadilan bagi masyarakat miskin, pandangan yang keliru bagi sebagian masyarakat terhadap layanan bantuan hukum, minimnya anggaran yang ada untuk pelaksanaan dan sosialisasi bantuan hukum, keberadaan organisasi bantuan hukum terakreditasi yang tidak merata disetiap kabupaten/kota, minimnya anggaran bantuan hukum per kasus sehingga sulit menjangkau penerima bantuan hukum yang jauh dari domisili pemberi bantuan hukum, kurangnya peran pemerintah