Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH TERAPI BERMAIN ROLE PLAY TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH SAAT PEMBERIAN OBAT ORAL DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Wulandari, Lusi; Hartini, Sri; Nurullita, Ulfa
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2014
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anak di Indonesia yang dirawat dirumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang ditunjukkan selalu penuh ruangan anak baik dirumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Dan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang ada dirumah sakit Tugurejo Semarang ditemukan bahwa anak sering mengalami kecemasan saat pemberian obat oral. Peran perawat untuk menurunkan kecemasan dengan pendekatan psikologis pada pasien saat pemberian obat oral salah satunya dengan menggunakan terapi bermain role play. Bermain adalah penting untuk kesehatan mental, emosi, dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh terapi bermain role play terhadap kecemasan anak usia pra sekolah saat pemberian obat oral di rumah sakit umum daerah Tugurejo Semarang. Desain penelitian ini adalah Quasy Experimental dengan pendekatan one group pre and post test, dengan jumlah sampel 25 responden yang diperoleh dengan teknik total sampling, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan peneliti menggunakan analisa uji parametrik Wilcoxon. Dengan hasil menunjukkan nilai p value 0,000 kurang dari atau sama dengan 0,05 disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi bermain role play terhadap kecemasan saat pemberian obat oral di rumah sakit umum daerah Tugurejo Semarang. Rekomendasi dari hasil penelitian ini diharapkan perawat agar memberikan terapi bermain pada anak usia pra sekolah saat di rawat di rumah sakit pada pemberian obat oral. Kata Kunci : terapi bermain, kecemasan anak, hospitalisasi
PENGARUH MODELLING MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK RETARDASI MENTAL USIA 5-7 TAHUN DI SLB N SEMARANG Faikoh, Noer Elok; Alfiyanti, Dera; Nurullita, Ulfa
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2014
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Retardasi mental adalah kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan di bawah normal. Anak-anak dengan retardasi mental membutuhkan perhatian yang sangat besar, salah satu bentuk kemandirian yang tidak bias dilakukan anak retardasi mental adalah toilet training. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modelling media video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak dengan retardasi mental di SLB N Semarang. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan one group pre and post. Jumlah sampel 30 responden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan sebelum dilakukan intervensi pemberian modeling media video didapatkan 15 anak (50%) mampu dan 15 anak (50%) tidak mampu. Sedangkan setelah dilakukan intervensi didapatkan peningkatan sebanyak 26 anak (86,6 %) mampu dan 4 anak (13,4%) tidak mampu. Pada karakteristik responden anak retardasi mental pada jenis kelamin terdapat 14 anak (46,7%) laki-laki dan 16 anak (53,3%) perempuan. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar terapi modeling video ini dapat diterapkan, dikembangkan dan dijadikan mata ajar atau terapi untuk melatih ketrampilan dalam meningkatkan toilet training. Kata kunci : Anak retardasi mental, toilet training, dan modeling media video
PENGARUH METODE LATIHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEMANDIRIAN MENGGOSOK GIGI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH Pujiyasari, Septiani; Mardi Asih, Sri Hartini; Nurullita, Ulfa
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2014
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Retardasi mental merupakan gangguan ketidakmampuan beradaptasi dan tingkat kemandirian yang kurang pada seorang individu. Pendidikan khusus untuk anak retardasi mental dikenal dengan bina diri. Merawat diri merupakan salah satu pendidikan yang harus dikuasai oleh anak, namun masih banyak anak retardasi mental yang kurang mandiri dalam menggosok gigi. Kemandirian menggosok gigi anak retardasi mental dapat ditingatkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan memberikan pembelajaran latihan menggosok gigi. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode latihan menggosok gigi dengan kemandirian menggosok gigi anak retardasi mental usia sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu, dengan pendekatan one group preterst posttest. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, didapatkan jumlah anak yang menjadi responden sebanyak 32 anak. Berdasarkan karakteristik responden, didapatkan hasil sebanyak 18 anak (56,2%) laki-laki mendominasi penelitian ini. Hasil penilaian kemandirian anak sebelum dilakukan latihan menunjukan dari 32 anak yang mengikuti penelitian ini 15 anak (46,9%) tidak mandiri dalam menggosok gigi. Setelah dilakukan latihan menggosok gigi sebanyak 4 kali dalam 2 minggu, anak yang mandiri dalam menggosok gigi menjadi 23 anak (71,9%). Berdasarkan hasil uji wilcoxon didapatkan hasil p value=0.000, maka ada pengaruh metode latihan menggosok gigi dengan kemandirian menggosok gigi anak retardasi mental usia sekolah. Kata kunci:Anak retardasi mental, Kemandirian menggosok gigi, Metode Latihan
PENGARUH TERAPI BERMAIN MENYUSUN MENARA DONAT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Dekayati, Silviana; Mardi Asih, Sri Hartini; Nurullita, Ulfa
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2014
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angka kejadian down syndrome rata-rata di seluruh dunia adalah 1 pada setiap 700 kelahiran. Menurut catatan Indonesia Centre for Biodiversity dan Biotechnology (ICBB) Bogor, di Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak pengidap down syndrome. Kemampuan anak down syndrome sangat lambat di bandingkan dengan anak normal, karena itu anak down syndrome membutuhkan rangsangan untuk dapat meningkatkan kemampuan motoriknya salah satunya dengan bermain menggunakan menara donat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi bermain menyusun menara donat terhadap peningkatan kemampuan motorik anak down syndrome usia sekolah di SLB Negeri Semarang. Desain penelitian ini adalah descriptive. Menggunakan teknik total sampling dengan sampel sebanyak  30 responden, pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukan kemampuan motorik anak down syndrome sebelum diberikan intervensi terapi bermain menyusun menara donat 21 anak (70%) tidak mampu, dan 9 anak (30%) mampu. Kemudian setelah diberikan intervensi hasil meningkat sebanyak 14 anak (46,7%) tidak mampu, dan 16 anak (53,3%) mampu. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah perlu dikembangkan terapi bermain yang berbeda-beda untuk anak down syndrome agar kemampuan motoriknya dapat meningkat lagi.   Kata kunci       : terapi menyusun menara donat, kemampuan motorik, down syndrome usia sekolah.
Adsorption of Carbon Monoxide (CO) in a Room by Coconut Shell and Durian Skin Activated Carbons Nurullita, Ulfa; Mifbakhuddin, Mifbakhuddin
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 12, No 1 (2016): JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (KEMAS) JULY 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v12i1.4029

Abstract

Cigarettes contain more than 4.000 elements, at least 200 of them are harmful to health. The main toxins are tar, nicotine, and carbon monoxide (CO). The purpose study was to know ability of coconut shell and durian skin activated carbon as adsorbent of CO. The study was pre-experimental with randomized control group only design. Independent variables are types of activated carbon, the dependent variable is concentration of CO. The results showed the lowest  in durian skin activated carbon that 29 ppm. The average CO decreased on coconut shell is 68,7  ppm, durian skin is 77,478 ppm. One way anova test to see the difference CO in various of activated carbon p value 0,0001, independent t test to see the difference CO reduction  between 2 types activated carbon with p value is 0,0001. Conclusion: there is a differences adsorbtion of CO between coconut shell and durian skin activated carbon.
Adsorption of Carbon Monoxide (CO) in a Room by Coconut Shell and Durian Skin Activated Carbons Nurullita, Ulfa; Mifbakhuddin, Mifbakhuddin
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v12i1.4029

Abstract

Cigarettes contain more than 4.000 elements, at least 200 of them are harmful to health. The main toxins are tar, nicotine, and carbon monoxide (CO). The purpose study was to know ability of coconut shell and durian skin activated carbon as adsorbent of CO. The study was pre-experimental with randomized control group only design. Independent variables are types of activated carbon, the dependent variable is concentration of CO. The results showed the lowest  in durian skin activated carbon that 29 ppm. The average CO decreased on coconut shell is 68,7  ppm, durian skin is 77,478 ppm. One way anova test to see the difference CO in various of activated carbon p value 0,0001, independent t test to see the difference CO reduction  between 2 types activated carbon with p value is 0,0001. Conclusion: there is a differences adsorbtion of CO between coconut shell and durian skin activated carbon.
PERAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN SIKAP KERJA TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KELELAHAN SISWA SD NEGERI SOMPOK IV SEMARANG Nurullita, Ulfa; Meikawati, Wulandari
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2008: CONTINUING MEDICAL AND HEALTH EDUCATION (CMHE) | Peran Biomolekuler dalam Penegakan Diagnosis
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.848 KB)

Abstract

Latar belakang: Tingkat keberhasilan siswa dipengaruhi oleh banyak faktor,  salah satunya adalah tingkat kelelahan. Seseorang yang mengalami kelelahan akan menurun kemampuannya untuk berkonsentrasi sehingga kemampuan menangkap pelajaran juga akan menurun. Faktor yang menyebabkan kelelahan yaitu beban kerja,beban tambahan akibat lingkungan, intensitas dan lama kerja fisik dan mental, keadaan monoton, keadaan psikologis, status gizi, penyakit dan sikap kerja. Metode: Jenis penelitian adalah eksperiment semu dengan rancangan one group pre and post test design. Jumlah sampel 153 siswa (kelas 4-6 program reguler dan akselerasi). Intensitas cahaya diukur dengan luxmeter, intensitas suara dengan soundlevelmeter, suhu/tekanan panas dan kelembaban dengan Questemp 10, ventilasi dengan meteran, beban kerja dengan menghitung denyut nadi, antropometri dengan meteran, kecepatan waktu reaksi diukur sebelum dan sesudah belajar dengan alat Rection Timer 77. Hasil: intensitas kerja/lama waktu belajar ada 2 macam yaitu 5 jam 15 menit dan 2 jam 55 menit. 51 siswa (33,3%) tidak merasakan keluhan kelelahan, terbesar kedua adalah keluhan pegal di tangan yaitu 42 siswa (27,5%). Intensitas cahaya minimum adalah 90,56 lux, maksimum 712,5 lux, ada 4 lokai yang di bawah standar. Untuk waktu kerja 5,5 jam intensitas suaraminimum 79,843 dBA, maksimum 93,768 dBA, ada 4 lokasi yang melebihi NAB. Tekanan panas minimum 32°C , maksimum 39°C, semua lokasi melebihi NAB. Untuk waktu kerja 3 jam intensitas suara minimum 78,64 dBA, maksimum 93,33 dBA, ada 1 lokasi yang melebihi NAB, tekanan panas minimum 31°C , maksimum 38°C, ada 3 lokasiyang melebihi NAB. Kelembaban minimal 38%, maksimal 57%, ada 1 lokasi yang sesuai persyaratan. Semua lokasi belum memenuhi syarat luas ventilasi. Beban kerja sebelum belajar terbesar katagori ringan 122 siswa (79,7%), sesudah belajar terbesar katagori sedang (111 anak=72,6%). Sikap kerja/ukuran antropometri 126 siswa (82,4%) tidaksesuai dengan ukuran alat kerja (meja dan kursi belajar). Sebelum belajar 98 siswa (64,1%) sudah mengalami tingkat kelelahan ringan, sesudah bekerja 129 siswa (84,3%) termasuk katagori ringan. Hasil uji t, nilai p= 0,000, berarti ada perbedaan secara signifikan antara tingkat kelelahan sebelum belajar dan sesudah belajar. Uji RankSpearman terhadap perubahan tingkat kelelahan didapatkan nilai p=0,234 (intensitas pencahayaan), p=0,534 (intensitas suara), p=0,714 (suhu), p=0,058 (kelembaban), p=0,134 (sikap kerja). Simpulan: ada perbedaan tingkat kelelahan antara sebelum dan sesudah bekerja, tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan, intensitas suara, suhu, kelembaban, dan sikap kerja dengan perubahan tingkat kelelahan siswa.
PENGARUH LATIHAN ACTIVE LOWER RANGE OF MOTION TERHADAP SENSITIVITAS SENTUH KAKI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU SEMARANG Pristiani, Sisilia Niken; Hartoyo, Mugi; Nurullita, Ulfa
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 10, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes mellitus (DM) di dunia menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Tahun 2013 terdapat 382 juta orang hidup dengan diabetes mellitus, diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta orang di antaranya belum terdiagnosis. DM yang belum terdiagnosis dapat berkembang progresif menjadi komplikasi. Masalah yang sering terjadi pada penderita DM adalah gangguan saraf pada kaki dan tungkai yang menyebabkan kaki tidak merasakan panas, nyeri, parestesia atau kesemutan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan saraf pada kaki dengan melakukan latihan active lower range of motion. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan active lower range of motion terhadap sensitivitas sentuh kaki pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. Rancangan penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan desain penelitian pre-test post-test with control design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 44 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil karakteristik responden didapatkan bahwa sebagian besar berjenis kelamin perempuan (81,8%), rentang usia 45-60 tahun (81,8%) dan rata-rata lama menderita DM adalah 34,66 bulan. Hasil penelitian dengan uji Mann Whitney didapatkan pvalue 0,014 maka dapat disimpulkan bahwa latihan active lower range of motion berpengaruh terhadap sensitivitas sentuh kaki pada penderita DM tipe 2. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar perawat dapat mengaplikasikan dalam praktek keperawatan untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2.
Pengaruh Beban Kerja dan Faktor Lingkungan Fisik Terhadap Tekanan Darah, Denyut Nadi dan Tingkat Kelelahan Pekerja Bagian ARC FURNACE dan ROLLING MILL PT. Inti General Yaja Steel Semarang Nurullita, Ulfa; Suhartono, Suhartono; Joko, Tri
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 6, No 1 (2007): APRIL 2007
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.6.1.13 - 16

Abstract

ABSTRACT Background: The existence of work efficiency can be reached with balancing work capacity and increase capacity in the working environment. One factor  in the  working  environment that cause work  inefficiency  is physical factor namely  heat stress, noise and lighting. The influence of physical  factors are indicated by  physical performance of the worker’s blood pressure  and fatigue level. Objective: to find out  the influence of work capacity and physical factors in the working  environment on the blood pressure, pulse, fatigue level of worker in  Arc Furnacearea  and Rolling Mill section, PT Inti General Yaja Steel Semarang. Methode: Type of the research was quasy experimental  with one group pre and post test design. The population were 178 worker  and  47 workers were  taken in this research. Confounding factors was cigarettes, cafein, drug consumption, and nutrition status. Result: There was  found differences of blood pressure before working  and after working (systole; p- Wilcoxon Sign Ranks = 0,001, diatole; p- Wilcoxon Sign Ranks, = 0,003). The average before working (systole=119,7 mmHg, diastole= 84 mmHg) was higher than after working (systole=107,2 mmHg, diastole= 78,9 mmHg). There was  also  differences of  pulse rate before working  and after working  (p-paired t test= 0,001). The average of pulse before working (81,5 times/minute) was lower than after working (87,5 times/minute). There was found differences of fatigue level before working and after working (p- Wilcoxon Sign Ranks=0,001). The average of fatigue level before working was measured  253,2 millisecond lower than after working  (290,7 milisecond). Conclusion: There is found  differences  of blood pressure, pulse and fatigue level before working  and after working. There are no differences of blood pressure transition, pulse transition and fatigue transition  based on heat stress, noise, lighting, work capacity, cigarettes, cafein, drug consumption and nutrition status.   Keywords : work capacity, physical factor , working environment, blood pressure, fatigue level
Efektifitas Tanaman Hias, Jamur, dan Carbon Aktif Dalam Menurunkan Konsentrasi Carbon Monoksida di Udara Nurullita, Ulfa; Mifbakhuddin, Mifbakhuddin
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.1.15-20

Abstract

Latar belakang: Polusi udara dalam ruangan menjadi masalah kesehatan yang lebih berat dibanding di luar ruangan. Salah satu sumber pencemar udara dalam ruangan adalah rokok. Rokok mengandung setidaknya 200 elemen berbahaya bagi kesehatan, tiga di antaranya yang paling berbahaya, yaitu tar, nikotin, dan karbon monoksida. Kadar CO dari asap rokok pada penelitian sebelumnya berkisar 109-113 ppm. Kadar ini masih di atas nilai ambang batas yang diperbolehkan yaitu 25 ppm. Untuk itu perlu upaya untuk mengurangi CO di udara. Penelitian sebelumnya menyimpulkan adsorben dan absorben terbaik dalam menurunkan CO adalah kaktus, jamur Penicillium sp, dan karbon aktif kulit durian. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan kemampuan adsorbsi dan absorbsi CO berdasarkan jumlah kaktus, jamur Penicillium sp, dan karbon aktif kulit durian.Metode: Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan static  group comparison. Obyek penelitian adalah  CO udara dalam ruangan, variabel penelitian adalah jumlah adsorben/absorben, jenis adsorben/absorben, dan konsentrasi CO di udara. Pengukuran CO dengan CO meter digital. Analisis data dengan uji anova 1 arah dan uji kruskal wallis dengan tingkat kemaknaan 95%.Hasil: rata-rata CO dengan kaktus 1 batang 63 ppm, 2 batang 56 ppm, 3 batang 46,6 ppm, 4 batang 28 ppm, dan kontrol 106,6 ppm. Rata-rata CO dengan Penicillium sp 150 gram 47,3 ppm, 300 gram 34,7 ppm,  dan kontrol 76,6 ppm. Konsentrasi CO dengan karbon aktif kulit durian 1 kg 41,56 ppm, 2 kg 30,89 ppm, dan kontrol 101,4 ppm. Rata-rata CO dengan gabungan semua adsorben adalah 22,9 ppm. Uji perbedaan konsentrasi CO pada berbagai jumlah kaktus nilai p= 0,001, jamur penicilium sp nilai p=0,001, dan uji kruskall wallis  untuk karbon aktif kulit durian adalah 0,001.Simpulan: Ada perbedaan kemampuan adsorbsi dan absorbsi CO berdasarkan jumlah adsorben dan absorben. Jumlah kaktus terbaik adalah 4 batang, jamur Penicillium 300 gram, dan karbon aktif 2 kg. Konsentrasi CO dengan penggabungan semua adsorben dan absorben telah berada di bawah nilai ambang batas yang diperbolehkan yaitu 25 ppm.ABSTRACTTitle: The Effectiveness of Ornamental Plants, Fungi, and Activated Carbon in Reducing Carbon Monoxide Concentrations in the AirBackground: Cigarettes contain about 4000 elements and 200 of them are harmful to health. Exposure to cigarette smoke which is quite potential is CO. CO is a toxic gas and is one of the greenhouse gases that damage the earth's ozone layer. Exposure to cigarettes in the room is still widely found. Need to attempt to reduce CO in the air. Previous research concluded that the best type of adsorbent in lowering CO is cactus, Penicilliumsp, and durian skin activated carbon. The aim of this study isto know the difference in CO adsorption ability based on the number of adsorbents. Method: This research type is quasi-experimental with static group comparison design, the object is CO in the room, the variable is the amount of adsorbent, the type of adsorbent, the concentration of CO in the air. Data analysis used 1-way ANOVA test and Kruskalwallis test. Results: on average CO with cactus 1 stem 63 ppm, 2 stems 56 ppm, 3 stems is 46.6 ppm, 4 stems is 28 ppm, and control is 106.6 ppm. The average CO with Penicilliumsp 150 grams is 47.3 ppm, 300 grams is 34.7 ppm, and control is 76.6 ppm. The average CO with 1 kg durian skin activated carbon is 41.56 ppm, 2 kg is 30.89 ppm, and control is 101.4 ppm. The average CO with a combination of all adsorbents is 22.9 ppm. Test the difference in CO concentration in various cactus, pvalues = 0.001, Peniciliumsp p value = 0.001, and the Kruskal wallis test for activated carbon was 0.001. Conclusion: There are differences in CO adsorption and absorption based on the number of cactus, Peniciliium sp, and durian skin activated carbon. The best amount of cactus is 4 stems, 300 grams of Penicillium sp, and 2 kg of activated carbon. CO concentration with all of adsorbent and absorbents has been below the permissible threshold value of 25 ppm. 
Co-Authors - Budiyono - Machmudah A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abd. Rasyid Syamsuri Adilla Putri Aprizkia Agus Suherman Agus Wirawan Aksi Muhammad Qodir Alvinna Mawaddah Dian Wahyuni Anak Agung Gede Sugianthara Anjas Surtiningrum Aprillia Gretha Dewi Pramono Ari Suwondo Arief Nugroho ARIF RAHMAN, MUHAMMAD Arti, Dwi Windu Kinanti Astuti Pavilianingtyas Atira Salsabila Avista Ayu Sulistyawati Ayu Fitriya Rusanto Ayu Yulistyawati Bejo Waluyo Budi Supriyanto Danny Irvanto Dayu Yunita Putri Deni Febe Fidiana Dera Alfiyanti Didik Sumanto Dina Dwi Nuryani Dwi Windu Kinanti Arti Estri Irawati Eva Ahza Niswatu Fikri Farah Fathia Fauzia Fariz Bin Seh Abubakar, Sayid Fiki Imania Ghaitsa Zahira Gina Malika Ritonga Harahap, Zoky Abadi Idayanti . . Ika Istirokah Indah Nurhayati Inge Laura Noreza Irfanul chakim Irma Dita Kurniawati Irmawati, Isti Jevina Noraisa Hida Kharisma Akbar Yudantara Kusumaningrum, Manik Lifia Ayu Wulandari Linda Ayu P Lusi Wulandari M Mifbakhuddin Mahda, Mahda Maulina, Tia Ayu Maya Sari Mifbakhuddin - Mifbakhuddin M Mifbakhuddin Mifbakhuddin, Mifbakhuddin Mifbakhuddin Mifbakhudin Mifbakhuddin, Mifabkhuddin Mohammad Zaenal Arifin Mugi Hartoyo Mugi Hartoyo Mugram Rashid Samual Muhammad Iqbal Rasyid Laziale Neha Azizatun Nisa Neni Susilaningsih Ninik Pujiati Noer Elok Faikoh, Noer Elok Nor Okta Maulina Nur Zaini Rohman Nurina Dyah Larasaty, Nurina Dyah Pingping Salsabila Pristiani, Sisilia Niken Rahayu Astuti Rahayu Astuti Ratih Sari Wardani Retno Krestanti Raras Nastiti Retno Krestanti RN Riausah Anjani Rizky Wahyudi Salsabela Ratna Duhita Alri Sayono Sayono Sayono Septiani Pujiyasari, Septiani Silviana Dekayati, Silviana Sisilia Niken Pristiani Siti Aminah Siti Aminah Sri Darmawati Sri Hartini Sri Hartini Mardi Asih, Sri Hartini Sri Rejeki Sulistiyani, Sulistiyani Talitha Olivia Sandra, Divi Triamanda, Rona Zulfa Trixie Salawati Virliana Chika Amalia Wa Asria Wahyu Handoyo, Wahyu Wulandari Meikawati Yundari, Yundari