Claim Missing Document
Check
Articles

Penentuan Masak Fisiologi dan Ketahanan Benih Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) terhadap Desikasi Muhammad Abdul Rahman Hakim; M. Rahmad Suhartanto
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 2 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.584 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.2.84-90

Abstract

ABSTRACTCosmos  caudatus  Kunth is an  annual  herb useful for  natural herbal medicine especially for reducing  body  odour  and  improving  apetite.  The  leaves  are edible  vegetable.  Research  was conducted  in  Unit  of  Conservation  and Biofarmaka  Cultivation  (UKBB)  and  Seed  Technology Laboratory  at  the Department  of  Agronomy  and  Horticulture  in  Bogor  Agricultural University between December 2013 until April 2014. The purpose of this research was  to determine the period of physiological maturity and to study the resistance of Cosmos  caudatus Kunth seed to dessication. The  first  stage  of this  research  used  completely  randomized  design  with  1  factor  and  5 different levels of  harvest period : 24 days, 28 days, 32 days, 36 days, 40 days. The second  stage of research used completely  randomized  design  with 2 factors, i.e.  drying method and time. The drying methods used were of 2 types : drying in box dryer (fan and heater) at 37-41 0C and RH 29-38%, and in box dryer  (fan)  at  28-32 0C  and  RH  34-44%.  There  were  5  variations of  drying  time  (1,2,3,4  and  5 hours) for drying in box dryer (fan and heater) and box dryer (fan). The first stage research revealed that seed physiological maturity  could be determined from  the suitable harvest period of 40 days prior to blooming, while the second stage research showed that the effective drying time was 2- 3 hours, and box dryer (fan) or wind drying gave a better drying result than that of box dryer (fan and heater).Keywords : Box dryer, Natural herbal medicine, Seed harvest period. ABSTRAKKenikir  merupakan  tanaman  herba  semusim  yang  berguna  sebagai  obat herbal  alami  serta dapat  dikonsumsi  sebagai  sayuran  pada  bagian daunnya.  Percobaan  dilaksanakan  di  Kebun Percobaan  Unit  Konservasi  dan Budi  Daya  Biofarmaka  dan  Laboratorium  Teknologi  Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2013 hinggaApril  2014.  Tujuan  penelitian  adalah  menentukan  periode  masak fisiologi  benih  kenikir dan mempelajari  ketahanan  benih  terhadap  desikasi. Penelitian  pertama  menggunakan  rancangan  acak lengkap  1 faktor  dengan 5  perlakuan periode umur panen :  24 hari, 28 hari, 32 hari,  36 hari,  dan 40 hari. Penelitian  kedua  menggunakan  rancangan  acak  lengkap  2  faktor yaitu dengan  metode pengeringan  dan  waktu  pengeringan.  Metode  pengeringan terdiri  atas  2  taraf  perlakuan  yaitu pengeringan dengan menggunakan alat box dryer  (fan and heater) dengan suhu 37-41 0C, RH 29-38 % dan box dryer (fan) dengan suhu 28-32 0C, RH 34-44% sedangkan waktu pengeringan terdiri atas 5 taraf perlakuan (1, 2, 3, 4, 5) jam untuk pengeringan menggunakan box dryer (fan and heater) dan menggunakan  box  dryer  (fan).  Penelitian pertama  menunjukkan  hasil  bahwa  penentuan  masak fisiologi benih kenikir dapat dilihat dari umur panen yang sesuai pada saat masak fisiologi 40 harisebelum berbunga  dan hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa waktu pengeringan yang efektif adalah  2-3  jam  serta  pengeringan  menggunakan box  dryer  (fan)  atau  kering  angin  lebih  baik dibandingkan dengan menggunakan box dryer (fan dan heater).Kata kunci : box dryer, obat herbal alami, umur panen benih 1
Peningkatan Mutu Bibit Torbangun (Plectranthus amboinicus Spreng.) dengan Pemilihan Asal stek dan Pemberian Auksin Pipin Apriani; M. Rahmad Suhartanto
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 2 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.109 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.2.109-115

Abstract

ABSTRACTTorbangun or Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus), is an  indigenous plant. Its leaves isused as herbal plant. Torbangun propagation is done vegetatively by cutting.  The purpose of this research was to determine the best combination of cutting method and auxin concentration, in order to achieve  vigorous seedlings. This research was conducted at Biofarmaka, IPB, from January until March 2014. It consisted of 2  experiments  arranged in Completely Randomized Block Design.  First experiment  consisted  of  3  kinds  of  cuttings  and  3  kinds  of auxin  concentrations  as  treatments.Second experiment was continuation of the first experiment. Second experiment consisted of 3 kindsof  bud  cutting length  and 3  kinds  of auxin  concentrations  as treatments. The result of this researchshowed  that the best cutting treatments  was cutting of  7.0  cm  in length. All concentrations  of auxin did not affect to cutting’s variables.Keywords: cutting methods, seed quality, Plectranthus amboinicus ABSTRAKTorbangun atau Bangun  bangun (Plectranthus amboinicus)  adalah tanaman indigenous yang daunnya  dapat digunakan sebagai tanaman obat.  Perbanyakan tanaman torbangun masih dilakukan secara vegetatif, yaitu menggunakan stek batang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan asal stek  dan konsentrasi auksin yang tepat sehingga  menghasilkan stek yang vigor. Penelitian ini telah  dilaksanakan  pada  bulan  Januari  sampai  dengan  Maret di  Biofarmaka,  IPB.  Penelitian  ini terdiri atas 2 percobaan dan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak faktorial. Percobaan 1  memiliki  2  faktor perlakuan,  yaitu  asal  stek  dan  konsentrasi  auksin.  Percobaan  2  terdiri atas  2 faktor  perlakuan, yaitu panjang stek dan konsentrasi auksin.  Hasil analisis data  mulai  minggu ke 3 sampai dengan  minggu  ke 7  setelah tanam menunjukkan bahwa  stek asal pucuk  dengan panjang 7 cm  adalah  stek yang paling baik untuk digunakan.  Konsentrasi auksin pada ke  dua percobaan tidak berpengaruh nyata pada semua tolok ukur keberhasilan stek torbangun.Kata kunci: metode stek, mutu bibit, Plectranthus amboinicus
Pola Penurunan Viabilitas dan Pengembangan Metode Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Pepaya (Carica Papaya L.) Astryani Rosyad; M. Rahmad Suhartanto; Abdul Qadir
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.633 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.146-154

Abstract

ABSTRACTInformation of seed quality during storage can be determined through the actual storage and storability vigor estimation. This study aimed at comparing effective accelerated aging methodbetween physical and chemical, and studying the seed deterioration during storage in ambient (T =28-30 0C, RH=75-78%) and AC (T =18-20 0C, RH =51-60%) condition with three levels of initial moisture content (8-10%, 10-12%, and 12-14%) for 20 weeks. The final objective of this researchwas to develop model for storability vigor of papaya seed. Two experiments, accelerated aging and seed storage were conducted at Seed Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University from October 2015 to May 2016. A completely randomized design with nested factors and four replications was applied to both experiments. The results showed that physical accelerated aging using IPB 77-1 MMM machine was more effective than chemical accelerated aging using IPB 77-1 MM machine for papaya seed. The viability of seed stored in AC condition remained high until the end of the storage period, whereas it declined at 16 week storage period in the ambient condition. The viability of seed with initial moisture content of 12-14% declined faster than that of initial moisture content of 8-10% after 18 week storage periode. The model used to estimate the storability vigor of papaya seed accurately was the equation y = a + b expcx where y : storability vigor estimation, x : aging time and a,b,c : constant value. Simulation of storability vigor estimation with constant value of a, b, c and input of aging time can estimate storability seed vigor in actual storage.Keywords: accelerated aging, IPB 77-1 MM machine, IPB 77-1 MMM machine, seed storage, simulationABSTRAKInformasi mutu benih selama penyimpanan dapat diketahui melalui penyimpanan secara aktual dan pendugaan vigor daya simpan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metodepengusangan cepat yang efektif antara fisik dengan kimia serta mempelajari pola penurunan viabilitas benih selama penyimpanan aktual pada kondisi simpan kamar (suhu =28-30 0C, RH =75-78%) dan AC (suhu =18-20 0C, RH =51-60%) dengan tiga tingkat kadar air awal (8-10%, 10-12%, dan 12-14%) selama 20 minggu. Tujuan akhirnya adalah membangun model vigor daya simpan benih pepaya. Penelitian pengusangan cepat dan penyimpanan dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai Mei 2016 di Laboratorium Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut PertanianBogor. Kedua penelitian menggunakan rancangan acak lengkap tersarang dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusangan cepat secara fisik dengan alat IPB 77-1 MMM lebih efektif daripada pengusangan kimia dengan alat IPB 77-1 MM untuk benih pepaya. Viabilitas benih yang disimpan pada kondisi AC tetap tinggi hingga akhir periode simpan, sedangkan pada kondisi kamar penurunan viabilitas dimulai pada periode simpan 16 minggu. Benih yang disimpan dengan tingkat KA awal sebesar 12-14% lebih cepat mengalami penurunan viabilitas mulai periode simpan 18 minggu dibandingkan dengan benih dengan KA awal 8-10%. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat korelasi yang erat antara pola kemunduran benih pada pengusangan cepat dan penyimpanan aktual, sehingga model pendugaan vigor daya simpan (y) berdasarkan waktu pengusangan (x) dapat disusun dengan persamaan y = a + b expcx. Simulasi pendugaan vigor daya simpan dengan nilai konstanta a, b, dan c serta input waktu pengusangan dapat menduga vigor daya simpan benih selama penyimpanan aktual.Kata kunci: alat IPB 77-1 MM, alat IPB 77-1 MMM, pengusangan cepat, penyimpanan benih,simulasi
Karakter Fisik dan Fisiologi Serta Metode Konservasi Benih Vatica venulosa Blume (Dipterocarpaceae) Aulia Hasan Widjaya; M. Rahmad Suhartanto; Endah R. Palupi; Dian Latifah
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2021.18.2.167-181

Abstract

Vatica venulosa Blume merupakan jenis tumbuhan langka dengan kategori Critically Endangered A1c ver 2.3. Benih V. venulosa bersifat rekalsitran dan studi mengenai penentuan waktu panen, standar pengujian viabilitas, kadar air kritis benih untuk mendukung konservasi V. venulosa belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari periode perkecambahan, waktu masak fisiologi buah, kadar air kritis dan metode konservasi embrio V. venulosa. Periode perkecambahan V. venulosa memiliki hitungan awal dan akhir pada 23 hari setelah semai (HSS) dan 33 HSS. Benih V. venulosa mencapai masak fisiologi pada 101±3 hari setelah antesis (HSA) sampai 106±3 HSA. Kadar air kritis benih V. venulosa sebesar 38,63%-39,59%. Pertumbuhan embrio V. venulosa menggunakan Woody Plant Medium (WPM) memiliki tingkat keberhasilan sebesar 70% pada kadar air 34,1%. Woody Plant Medium hanya bisa digunakan hingga 15 hari setelah tanam (HST) untuk eksplan embrio tumbuhan berkayu yang memiliki kandungan fenolik tinggi. Benih V. venulosa memiliki daya berkecambah sebesar 78,75%-81,25% dan akan menjadi bibit dengan 2 helai daun pada 45 HSS. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa benih V. venulosa dapat dipertahankan melalui metode konservasi secara invitro untuk mendukung program konservasi benih tanaman langka.
DAYA SIMPAN BENIH JABON PUTIH [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] BERDASARKAN POPULASI DAN KARAKTERISTIK BENIH (Seed Storability of Jabon Putih [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] Base on Populations and Seed Characteristics) Evayusvita Rustam; Tatiek K. Suharsi; M. Rahmad Suhartanto; Dede J. Sudrajat
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1440.971 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2017.14.1.19-34

Abstract

 ABSTRACTJabon putih [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] has been cultivated in large scale. However it is constrained by the availability of high quality seeds and seed storability information. This study aimed to identify seed storability of jabon putih based on populations and seed morpho-physiological characteristics. Seeds were collected from eight populations, located in eight provinces. Population was a single factor in a completely randomized design for testing the germination characteristics (germination capacity, germination uniformity, germination speed, mean germination time and germination value) before and after storage. Geo-climate and soil macro elements were used as parameters to examine the correlation between environmental factors and seed characteristics before and after storage. Population was significantly correlated with germination characteristics, before and after storage for 54 months. The results indicated that seeds from Pomalaa population had the best germination characteristics, while those from Ogan Kemiring Ilir had the worst germination characteristics. Based on moisture content and storability, jabon putih seed could be categorized as orthodox that can be stored in long time at low temperatures with low moisture content. Geo-climate and soil macro element were not significantly correlated with germination. This result indicated that genetic factor had high contribution to seed storability of jabon putih.Key word : Genetic factor, morpho-physiological, ortodox seed, storage ABSTRAKJabon putih [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] telah banyak dibudidayakan dalam skala luas, namun terkendala dengan ketersediaan benih bermutu dan belum adanya informasi daya simpan benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik daya simpan benih jabon putih berdasarkan populasi dan karakteristik morfo-fisiologi benih. Benih dikumpulkan dari delapan populasi yang terletak di delapan provinsi. Populasi menjadi faktor tunggal dalam rancangan acak lengkap untuk menguji karakteristik perkecambahan (daya berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan berkecambah, rata-rata waktu berkecambah dan nilai perkecambahan) sebelum dan setelah penyimpanan. Geo-klimat dan unsur makro tanah merupakan parameter yang dipakai untuk menguji korelasi antara faktor lingkungan dan karakteristik perkecambahan benih sebelum dan sesudah disimpan. Perbedaan asal benih atau populasi berpengaruh nyata terhadap perkecambahan benih sebelum dan setelah disimpan selama 54 bulan. Benih dari populasi Pomalaa (Sulawesi Tengah) mempunyai karakteristik perkecambahan terbaik sedangkan benih dari populasi Ogan Kemiring Ilir (Sumatera Selatan) mempunyai karakteristik perkecambahan terendah. Berdasarkan tingkat kadar air dan daya simpannya, benih jabon putih dapat dikategorikan sebagai benih ortodoks yang mampu disimpan lama pada suhu dan kadar air rendah. Sebagian besar faktor geo-klimat dan unsur makro tanah tidak berkorelasi nyata dengan perkecambahan benih baik sebelum maupun setelah disimpan. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa faktor genetik berkontribusi besar dalam mempengaruhi perbedaan daya simpan benih jabon putih.Kata kunci: Benih ortodoks, faktor genetik, morfo-fisiologi, penyimpanan
The Improving Vigor of White Jabon Seeds after Storage for 4.5 Years Using Gamma Ray Irradiation M. Rahmad Suhartanto; Tatiek K. Suharsi; Evayusvita Rustam; Dede J. Sudrajat
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.581 KB) | DOI: 10.20886/bptpth.2018.6.2.145-158

Abstract

Low dosage gamma ray iradiation has a potency to improve the seed germination by increasing of enzimatic activities, cell division, stimulating of responsive genes to auksin and improving of seed metabolism. The aim of the research was to identify seed storability of white jabon (Neolamarckia cadamba) and to find out the effective gamma ray irradiation dosages to increase the seed vigor. Seeds were collected from 4 populations (Alas Puwo, Kampar, Batu Hijau, dan Pomalaa) and were stored for 4,5 years. Randomized completely design was used to analysis seed storability and the effect of irradiation dosages ((0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 Gy) on the parameters of seed germination and seedling growth. The result showed that seed storage for 4.5 years generally caused the decrease of seed viability and vigor, except for seeds from Batu Hijau.Seed moisture content decreased significantly to 4.08-4.87percent. Gamma ray irradiation provided different responses on the seed origin.Irradiation was only effetive to improve germination with an initial seed germination more than 40 percent. Overall, dose of 40 Gy was able to improve seed vigor and seedling growth so that it can be applied to increase vigor of white jabon seeds.
Pelengkungan Cabang dan Pemupukan Jeruk Keprok Borneo Prima pada Periode Transisi di Lahan Rawa Kabupaten Paser Kalimantan Timur Muhamad Noor Azizu; Roedhy Poerwanto; M. Rahmad Suhartanto; Ketty Suketi
Jurnal Hortikultura Vol 26, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v26n1.2016.p81-88

Abstract

(Bending and Fertilization in Transition Period of Mandarin Citrus cv. Borneo Prima in Wetlands Paser Regency East Kalimantan)Jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) merupakan komoditas lokal unggulan yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mengurangi impor jeruk. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima telah berumur 5 tahun, namun belum memasuki periode berbunga dan berbuah. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan dan teknik budidaya yang belum sesuai. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan teknik pelengkungan cabang dan dosis pupuk kandang yang tepat jeruk keprok Borneo Prima pada periode transisi di lahan rawa. Penelitian dilaksanakan di kebun jeruk petani Desa Padang Pengrapat, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, di lahan rawa pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, dengan rancangan acak kelompok faktorial dan tiga ulangan. Faktor pertama ialah pelengkungan cabang dengan dua taraf, yaitu tidak dilengkungkan dan dilengkungkan. Faktor kedua ialah dosis pupuk kandang dengan empat taraf, yaitu 0, 40, 60, dan 80 kg/tanaman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelengkungan cabang dapat menyebabkan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang berumur 5 tahun menjadi berbunga dan berbuah, sedangkan yang tidak dilengkungkan cabangnya tidak berbunga dan tidak berbuah. Selain itu pelengkungan cabang meningkatkan pertumbuhan vegetatif (jumlah tunas baru, total panjang tunas baru per pohon, dan total daun baru per pohon). Pemberian pupuk kandang sampai dengan 80 kg/tanaman pada periode transisi belum dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif (jumlah bunga per cabang dan jumlah buah per cabang) sampai dengan 90 hari setelah perlakuan. Tidak terdapat interaksi antara pemberian pupuk kandang dan pelengkungan cabang terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif. Bunga pertama muncul dari cabang atau tunas yang terletak di bagian dalam tajuk lalu diikuti tajuk yang terletak di luar. Untuk membungakan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang telah memasuki periode transisi atau pada periode transisi dapat dilakukan pelengkungan cabang.KeywordsJuvenil; Lahan rawa; Pupuk kandang; JerukAbstractMandarin citrus cv. Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) is superior local variety that needs to be developed in order to reduce citrus import. This citrus are 5 years old at wetlands in Paser East Kalimantan, but the citrus crop has not entered a fruitful period. This is allegedly due to environmental conditions and cultivation techniques are not appropriate. The purpose of this research was to find out the bending technology and best manure rate fertilization on transition period of mandarin citrus cv. Borneo Prima at wetlands.The experiment was conducted from October 2013 to March 2014 in the citrus farm orchard in Village of Padang Pengrapat, Tanah Grogot, Paser, East Kalimantan. The research used randomized block design with three replication. The first factor is bending (without bending and bending) and the second factor is manure rate (0, 40, 60, and 80 kg/plant). The results showed that bending can cause into flowering and fruiting mandarin citrus plant cv. Borneo Prima 5 year old, whereas that is without bending branches not flowering and not fruiting, in addition to the bending branches increase vegetative growth (number of new shoots, the total length of new shoots per plant, and total new leaves per plant). Manure up to 80 kg/plant in the period of transition has not been able to increase the vegetative and generative growth (number of flowers per branch and the number of fruits per branch) to 90 days after treatment.There is no interaction effect between bending and manure rate for vegetative and generative growth mandarin citrus cv. Borneo Prima. The first flowers appear from the branches or shoots located inside the canopy and canopy followed that outside located. Lend at interest mandarin citrus plant cv. Borneo Prima which has entered a transition period or in the period of transition can be done bending branches.
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN PERLAKUAN BENIH TERHADAP PENINGKATAN VIGOR BENIH KAKAO HIBRIDA Baharudin ;; Satriyas Ilyas; Mohamad Rahmad Suhartanto; Agus Purwantara
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v13n1.2010.p%p

Abstract

Effect of Length Storage and Seed Treatment to Improve Seed Vigour of Kakao Hybrid. Cacaoseeds are categorized as recalcitrant which have some problems such as: hight water content, short storability,sensitive to desiccation, sensitive to low temperature and pathogen contamination. The aims of the research wasto observe the interaction effect between the period of storage and seed treatment on viability and vigor of hybridcacao seeds and seedling of TSH 858. This research was conducted at Seed Main Garden of Indonesian Centreof Coffee and Cacao Research Institute (Puslitkoka) in Jember, Laboratory of Bogor Agricultural University, andMicrobiological laboratory and glass house of Biotechnology Research Institute for Estate Crops of Indonesia inBogor during May to December 2008. Seeds used were derived from results of open cross pollination betweencacao TSH 858 vs Sca 6 from Puslitkoka. Factorial completely randomized design was used, the first factor wasthe period of seed storage and the second factor was the seed treatment. Result showed that interaction betweenthe period of seed storage and seed treatment were statistically significant on germination ability, speed growthrelatively, T50, and number of leaf. The germination ability of seed decreased after 4 weeks storage, but the useof Trichoderma harzianum DT/38 and T. pseudokoningii DT/39 able to increase the germination ability from 8%to 63%. Seed vigor was showed by speed growth relatively, growth velocity (T50- ), and number of leaf werealso improved in matriconditioned seeds compared with the untreated ones. Matriconditioning plus T. harzianumDT/38 and T. pseudokoningii DT/39 treatment also increased index of vigor 32%, speed of germination 0, 5 mg,height of seedlings 3,5 cm, length of roots 0,6 cm and number of roots 8,7 compared with those were untreated.Key words : Biological control, hybrid seed, seed storages, seed vigor, Theobroma cacaoBenih kakao tergolong rekalsitran yang memiliki beberapa kendala antara lain berkadar air tinggi, periodehidup yang relatif singkat, tidak tahan desikasi dan suhu rendah, dan mudah terkontaminasi patogen. Penelitianbertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan perlakuan benih terhadapviabilitas dan vigor benih, serta bibit kakao hibrida TSH 858. Penelitian dilaksanakan di Kebun Induk Benih PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, Laboratorium Benih IPB, Laboratorium dan rumah kaca mikrobiologiBalai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia Bogor, pada bulan Mei sampai Desember 2008. Benih hibridaberasal dari hasil persilangan terbuka antara kakao TSH 858 x Sca 6 dari Puslitkoka. Penelitian menggunakanPengaruh Lama Penyimpanan dan Perlakuan Benih terhadap Peningkatan Vigor Benih Kakao Hibrida (Baharudin, SatriyasIlyas, Mohamad Rahmad Suhartanto dan Agus Purwantara)74rancangan lingkungan acak lengkap faktorial, faktor pertama adalah lama penyimpanan secara alami dan faktorkedua perlakuan benih. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara lama penyimpanan benih dengan perlakuanbenih nyata mempengaruhi daya berkecambah, kecepatan tumbuh relatif,T50dan jumlah daun. Benih kakaosetelah penyimpanan empat minggu menunjukkan daya berkecambah yang menurun, tetapi dengan perlakuanmatriconditioning plus Trichoderma harzianum DT/38 dan T. pseudokoningii DT/39 mampu meningkatkan dayakecambah dari 8% menjadi 63%. Vigor benih yang ditunjukkan oleh kecepatan tumbuh relatif, kecepatan tumbuh(T50 -), dan jumlah daun juga ikut meningkat dengan perlakuan matriconditioning. Perlakuan matriconditioningplus T. harzianum DT/38 dan T. pseudokoningii DT/39 mampu meningkatkan indeks vigor 32%, laju pertumbuhankecambah 0, 5 mg, tinggi bibit 3,5 cm, panjang akar 0,6 cm dan jumlah akar 8,7 dibanding tanpa perlakuan.Kata kunci : Pengendalian hayati, benih hibrida, penyimpanan benih, Theobroma cacao, vigor benih
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN TERBAWA BENIH KAKAO HIBRIDA BAHARUDIN BAHARUDIN; AGUS PURWANTARA; SATRIYAS ILYAS; MOHAMAD RAHMAD SUHARTANTO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v18n1.2012.40-46

Abstract

ABSTRAKBenih merupakan komponen dasar dalam menentukan produktivitastanaman kakao. Benih yang sehat dapat merupakan faktor penting dalammenentukan keberhasilan produktivitas kakao. Benih kakao mempunyaikadar air cukup tinggi sehingga berpotensi terinfeksi cendawan, yangdapat menurunkan mutu benih dan produksi kakao. Penelitian bertujuanuntuk mengisolasi dan mengidentifikasi beberapa cendawan terbawa benihpada kakao hibrida. Penelitian dilakukan di Kebun Induk Benih PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Laboratorium Mikro-biologi, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, danLaboratorium Pengendalian Hayati IPB Bogor pada bulan Juni sampaiOktober 2008. Penelitian menggunakan benih kakao hibrida dari hasilpersilangan buatan antar TSH 858 dengan Sca 6, dan percobaan disusundengan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Benih ditumbuhkanpada 3 media, yaitu water agar (WA), potato dextrose agar (PDA), dankertas saring (KS). Tingkat infeksi pada benih diamati setiap hari dandianalisis dengan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji selangberganda Duncan. Cendawan diisolasi, dibiakkan, dimurnikan, dandiidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi. Tingkatinfeksi cendawan terbawa benih kakao hibrida tertinggi terdapat pada harikeempat (35,00%) dan kelima (51,67%) pada media PDA. Sebanyak 13spesies cendawan terbawa benih kakao hibrida berhasil diidentifikasidengan menggunakan media WA dan PDA, serta 8 spesies cendawandengan media KS. Ke-13 cendawan terbawa benih yang ditemukan sangatberpotensi menurunkan mutu fisiologis benih dan produktivitas kakao.Cendawan tersebut perlu diuji lebih lanjut karena masing-masing memilikisifat-sifat patogenik, saprofitik, atau antagonistis terhadap cendawan lainpada benih kakao. Cendawan terbawa benih kakao hibrida paling dominanadalah Aspergillus spp., Penicillium chrysogenium, Coletotrichumacutatum, Curvularia geniculata, dan Fusarium spp. Cendawan-cendawanyang diduga berbahaya adalah Aspergillus spp., Coletotrichum acutatum,Curvularia  geniculata,  Fusarium  spp.,  Phoma  glomerata,  danMacrophoma sp., dan yang diduga bersifat patogenik adalah Aspergillusflavus, Aspergillus ochraceus, Cladosporium herbanum, Curvulariageniculata, Fusarium oxysporum, Phoma glomerata, dan Macrophoma sp.Kata kunci : Theobroma cacao, benih hibrida, infeksi cendawan, mediatanamIsolation and Identification of Fungi on Hybrid Cacao SeedsABSTRACTSeed is the basic component influencing the productivity of cacaoplantation. Healthy seed is the most important factor in determining thesuccess of cacao productivity. Moisture content of cacao seeds is quitehigh potentially to cause fungi infection, which can further reduce seedquality and cacao production. The research aimed at isolating andidentifying several seedborne fungi on hybrid cacao. The study wasconducted at main nursery of Indonesian Coffee and Cocoa ResearchInstitute Jember, Laboratory of Microbiology, Indonesian BiotechnologyResearch Institute for Estate Crops, and the Laboratory for BiologicalControl of IPB Bogor from June to October 2008. Research used hybridcacao seeds derived from crossing between TSH 858 x SCA 6, and theexperiment was arranged using completely randomized design with threereplicates. Cacao seeds were grown on three media, i.e. water agar (WA),potato dextrose agar (PDA), and filter paper (KS). Infection rates on theseedlings were observed every day and analyzed using ANOVA followedby Duncan's multiple regression test (DMRT). Fungi were isolated,cultured, purified, and identified using the identification keys. The highestrate of seedborn fungal infection occured on fourth (35.00%) and fifth(51.67%) days on PDA media. A total of 13 species of seedborn fungi onhybrid cocoa were identified by using WA and PDA media, as well as 8other species by using KS. The 13 seedborne fungi potentially reduce seedphysiological quality and cacao productivity. These fungi need to befurther tested because each has its own pathogenic, saprophytic, orantagonistic properties towards other fungi on cacao seeds. Predominantseedborn fungi on hybrid cacao were Aspergillus spp., Penicilliumchrysogenium, Coletotrichum acutatum, Curvularia geniculata, andFusarium spp. The fungi suspected harmful were Aspergillus spp.,Coletotrichum acutatum, Curvularia geniculata, Fusarium spp., Phomaglomerata, and Macrophoma sp., and those suspected pathogenic wereAspergillus flavus, Aspergillus ochraceus, Cladosporium herbanum,Curvularia geniculata, Fusarium oxysporum, Phoma glomerata, andMacrophoma sp.Key words : Theobroma cacao, fungi infection, hybrid seed, growingmedia
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN TERBAWA BENIH KAKAO HIBRIDA BAHARUDIN BAHARUDIN; AGUS PURWANTARA; SATRIYAS ILYAS; MOHAMAD RAHMAD SUHARTANTO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v18n1.2012.40-46

Abstract

ABSTRAKBenih merupakan komponen dasar dalam menentukan produktivitastanaman kakao. Benih yang sehat dapat merupakan faktor penting dalammenentukan keberhasilan produktivitas kakao. Benih kakao mempunyaikadar air cukup tinggi sehingga berpotensi terinfeksi cendawan, yangdapat menurunkan mutu benih dan produksi kakao. Penelitian bertujuanuntuk mengisolasi dan mengidentifikasi beberapa cendawan terbawa benihpada kakao hibrida. Penelitian dilakukan di Kebun Induk Benih PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Laboratorium Mikro-biologi, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, danLaboratorium Pengendalian Hayati IPB Bogor pada bulan Juni sampaiOktober 2008. Penelitian menggunakan benih kakao hibrida dari hasilpersilangan buatan antar TSH 858 dengan Sca 6, dan percobaan disusundengan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Benih ditumbuhkanpada 3 media, yaitu water agar (WA), potato dextrose agar (PDA), dankertas saring (KS). Tingkat infeksi pada benih diamati setiap hari dandianalisis dengan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji selangberganda Duncan. Cendawan diisolasi, dibiakkan, dimurnikan, dandiidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi. Tingkatinfeksi cendawan terbawa benih kakao hibrida tertinggi terdapat pada harikeempat (35,00%) dan kelima (51,67%) pada media PDA. Sebanyak 13spesies cendawan terbawa benih kakao hibrida berhasil diidentifikasidengan menggunakan media WA dan PDA, serta 8 spesies cendawandengan media KS. Ke-13 cendawan terbawa benih yang ditemukan sangatberpotensi menurunkan mutu fisiologis benih dan produktivitas kakao.Cendawan tersebut perlu diuji lebih lanjut karena masing-masing memilikisifat-sifat patogenik, saprofitik, atau antagonistis terhadap cendawan lainpada benih kakao. Cendawan terbawa benih kakao hibrida paling dominanadalah Aspergillus spp., Penicillium chrysogenium, Coletotrichumacutatum, Curvularia geniculata, dan Fusarium spp. Cendawan-cendawanyang diduga berbahaya adalah Aspergillus spp., Coletotrichum acutatum,Curvularia  geniculata,  Fusarium  spp.,  Phoma  glomerata,  danMacrophoma sp., dan yang diduga bersifat patogenik adalah Aspergillusflavus, Aspergillus ochraceus, Cladosporium herbanum, Curvulariageniculata, Fusarium oxysporum, Phoma glomerata, dan Macrophoma sp.Kata kunci : Theobroma cacao, benih hibrida, infeksi cendawan, mediatanamIsolation and Identification of Fungi on Hybrid Cacao SeedsABSTRACTSeed is the basic component influencing the productivity of cacaoplantation. Healthy seed is the most important factor in determining thesuccess of cacao productivity. Moisture content of cacao seeds is quitehigh potentially to cause fungi infection, which can further reduce seedquality and cacao production. The research aimed at isolating andidentifying several seedborne fungi on hybrid cacao. The study wasconducted at main nursery of Indonesian Coffee and Cocoa ResearchInstitute Jember, Laboratory of Microbiology, Indonesian BiotechnologyResearch Institute for Estate Crops, and the Laboratory for BiologicalControl of IPB Bogor from June to October 2008. Research used hybridcacao seeds derived from crossing between TSH 858 x SCA 6, and theexperiment was arranged using completely randomized design with threereplicates. Cacao seeds were grown on three media, i.e. water agar (WA),potato dextrose agar (PDA), and filter paper (KS). Infection rates on theseedlings were observed every day and analyzed using ANOVA followedby Duncan's multiple regression test (DMRT). Fungi were isolated,cultured, purified, and identified using the identification keys. The highestrate of seedborn fungal infection occured on fourth (35.00%) and fifth(51.67%) days on PDA media. A total of 13 species of seedborn fungi onhybrid cocoa were identified by using WA and PDA media, as well as 8other species by using KS. The 13 seedborne fungi potentially reduce seedphysiological quality and cacao productivity. These fungi need to befurther tested because each has its own pathogenic, saprophytic, orantagonistic properties towards other fungi on cacao seeds. Predominantseedborn fungi on hybrid cacao were Aspergillus spp., Penicilliumchrysogenium, Coletotrichum acutatum, Curvularia geniculata, andFusarium spp. The fungi suspected harmful were Aspergillus spp.,Coletotrichum acutatum, Curvularia geniculata, Fusarium spp., Phomaglomerata, and Macrophoma sp., and those suspected pathogenic wereAspergillus flavus, Aspergillus ochraceus, Cladosporium herbanum,Curvularia geniculata, Fusarium oxysporum, Phoma glomerata, andMacrophoma sp.Key words : Theobroma cacao, fungi infection, hybrid seed, growingmedia
Co-Authors ABDUL MUNIF Abdul Munif Abdul Qadir Agus Purwantara Agus Purwantara AGUS PURWANTARA Agus Ruhnayat AHMAD JUNAEDI Ahmad Zamzami Akhiruddin Maddu Alfarabi, Emir Aqsha Alvita Sekar Sarjani Ani Kurniawati Ari Wahyuni Arodi Agustenta Sinulingga Astryani Rosyad Aulia Hasan Widjaya Baharudin Baharudin ; BAHARUDIN BAHARUDIN Cahyani, Gesa Nur Cintaning, Anis Bias Dede J. Sudrajat Dede J. Sudrajat DEVI RUSMIN Diaguna, Ridwan Dian Latifah Dirgahani Putri Dyah - Manohara Edi Santosa Eka Maulidiya, Sherly Endah R. Palupi Endah Retno Palupi Endang Gati Lestari ENDANG MURNIATI Eny Widajati Evayusvita Rustam Evayusvita Rustam Fadillah, Arvin Muhammad Fatiani Manik Fatiani Manik Firdaus, Jonni Fitri Viva Yuningsih, Aida Fitriansyah, Muhammad Ramdhani Heri Ahmadi Heru Setiawan Heru Setiawan Husna Fatima Eprilian Karmaita, Yummama Kartika Kartika Kartika Kartika Ketty Suketi Khairani Khairani Lilih Naelun Najah Luluk Prihastuti Ekowahyuni Luluk Prihastuti Ekowahyuni Manohara, Dyah - Maryati Sari Mubarak, Farahdina Muhamad Noor Azizu, Muhamad Noor Muhamad Syukur Muhammad Abdul Rahman Hakim Muhammad Rofiq Nabila, Diah Ayu Nafisah Nafisah Neti, Natali NURUL HIDAYAH Nurul Hidayah Nurul Rostami Dewi Nurul Rostami Dewi Otih Rostiana Palupi, Endah R. Pipin Apriani Purwono Purwono, Purwono Putri Mian Hairani Putri, Lystiana Dewi Qadir, Abdul Risa Wentasari Roedhy Poerwanto Rokhani Hasbullah RUSMIN, DEVI Satriyas Ilyas Setyowati, Nur Farida Sinaga, Tamara Rudang Astari SRIANI SUJIPRIHATI Sriani Sujiprihati Suci Rahayu Supramana Surjono Hadi Sutjahjo Suryo Wiyono Suwarto Suwarto Syarifa Mustika Syarifa Mustika Taisa, Rianida Tatiek K. Suharsi Tatiek K. Suharsi Tatiek Kartika Suharsi Usman Ahmad Widodo Widodo Zulfa Fauziyyah Taini