Claim Missing Document
Check
Articles

HASIL TANGKAPAN PANCING TONDA BERDASARKAN MUSIM PENANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN TUNA DENGAN RUMPON DI PERAIRAN SELATAN PALABUHANRATU Ronny Irawan Wahju; Nimmi Zulbainarni; Deni A. Soeboer
Buletin PSP Vol. 21 No. 1 (2013): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitianpada pancing tonda berdasarkan musim penangkapan ikan dan penangkapan ikan tuna di sekitar rumpon ini dilakukan dari bulan April sampai Juli 2012 di selatan perairan Palabuhanratu. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan komposisi CPUE tuna danmemetakan penangkapan tuna dengan rumpon pada musim yang berbeda. Analisis Varians (ANOVA) digunakan untuk membandingkan CPUE di setiap musim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan musim memberikan perbedaan yang signifikan terhadap CPUE tuna. Persentase ikan tuna yang ditangkap di sekitar rumpon pada musimrata-rata terdiri dariyellowfin (42%), cakalang (36%) dan bigeye (22%). Musim tangkapan terendah terdiri dari yellowfin (44%), cakalang (30%) dan bigeye (25%). Musim puncak terdiri dariyellowfin (34%), cakalang (46%) dan bigeye (21%). Penangkapan ikan tuna di wilayah selatan Palabuhanratu pada posisi 070-080300 LS and 1060-1070 BT dengandaerah penangkapan ikan yang berbeda untuk setiap musim.Kata kunci: rumpon, daerah penangkapan ikan, musim penangkapan, pancing tonda, tuna
FAKTOR TEKNIS YANG BERPENGARUH TERHADAP HASIL TANGKAPAN UTAMA PUKAT UDANG DI LAUT ARAFURA Daniel Rezki; Ronny Irawan Wahju; Mulyono S Baskoro; Muhammad Imron
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 5 No 1 (2014): MEI 2014
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3381.233 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.5.23-31

Abstract

Shrimp is an economic important commodity in fishery with shrimp trawl as the most effective fishing gear. One of effort to maximize the number of shrimp catch is the application of the technical factors which significantly influence the catch rate of shrimp. Method of this research was observational. The purpose of this research was to analyze the influence of fishing time (day and night), towing speed, and towing duration towards shrimp catch rate. The result of this research are night operation has greater catch rate (24.10 ± 9.60 kg/hour, the effective tow duration is 91-150 minutes (46.78 ± 22 kg/hauling) and towing speed with greater catch rate is 2.50-3.00 knot (13.18 ± 3.30 kg/hour). The results of the analysis should that factors can maximize the catch of shrimp trawl.
PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI CIBUNI TEUGAL BULEUD, KABUPATEN SUKABUMI Dadan Suhendar; Ronny I Wahju; Deni Achmad Soeboer
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 7 No 1 (2016): MEI 2016
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8026.847 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.7.39-46

Abstract

Muara Sungai Cibuni, Tegal Buleud, Sukabumi terletak di perairan pantai selatan Pulau Jawa yang memiliki potensi besar dalam penyediaan glass eel (benih sidat) akan tetapi belum dilakukan penelitian. Penangkapan glass eel dilakukan pada malam hari ketika air pasang sehingga fase bulan akan mempengaruhi operasi penangkapan glass eel , oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fase bulan menangkap glass eel. Data yang dikumpulkan dari data hasil tangkapan glass eel harian nelayan dikumpulkan selama 12 bulan pada tahun 2015 dan kemudian data dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan mengelompokkan menjadi 4 fase bulan (semi terang, terang bulan, bulan gelap dan semi gelap). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hasil tangkapan pada fase bulan terang berbeda nyata terhadap fase bulan gelap dengan rata-rata hasil tangkapan glass eel di fase bulan terang 6.2 kg dan fase gelap 18.3 kg dan hasil tangkapan pada fase bulan semi terang tidak berbeda nyata dengan fase bulan terang, sedangkan fase semi terang berbeda nyata terhadap fase bulan gelap.
PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN LOBSTER (Panulirus homarus) di TELUK PELABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI Arik Permana; Ronny I Wahju; Deni Achmad Soeboer
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 7 No 2 (2016): NOVEMBER 2016
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.305 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.7.137-144

Abstract

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah potensial penghasil lobster di Indonesia, khususnya di wilayah Teluk Palabuhanratu, lobster yang banyak tertangkap di daerahh ini adalah jenis lobster panulirus homarus dikenal dengan nama lobster Hijau pasir dalam bahasa Indonesia, banyak penelitian yang di lakukan ditempat lain menyatakan bahwa fase bulan memberikan pengaruh dan tidak pengaruh terhadap hasil tangkapan lobster. Maka penelitian ini mengamati pengaruh fase bulan terhadap hasil tangkapan lobster dan pengaruh fase bulan terhadap ukuran, yang berada di wilayah teluk Palabuhanratu. Data yang di kumpulkan merupakan data dari hasil tangkapan yang di kumpulkan pada pengumpul lobster dari mulai bulan Agustus sampai bulan Desember 2015. Fase bulan di bagi kedalam 4 kwadran, fase bulan semi terang (Kwadran I), fase bulan purnama (Kwadran II), fase bulan semi gelap (Kwadran III) dan fase bulan gelap (Kwadran IV) data fase bulan di ambil dari daftar almanak nautika. Ukran lobster yang tertangkap di bagi kedalam 3 ukuran yaitu KK (0.30-0.99 gram/ekor), SPK (100-200 gram/ekor) dan SPB ( 200-up gram/ekor). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil tangkapan lobster P. homarus di teluk Palabuhanratu tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap fase bulan, ini berdasarkan hasil uji statistik dimana nilai P = 0.8917 (P > 0.05). Lobster tertangkap di semua fase bulan dan terbanyak di fase bulan semi terang (kwadran I) sebesar 41.90±11.7 (SE) kg. dimana lobster tersebut banyak tertangkap pada ukuran KK (0.30-0.99 gram/ekor) dan SPK (100-200 gram/ekor), berdasarkan trand hasil tangkapan selama setahun menggambarkan terjadi peningkatan produksi hasil tangkapan lobster pada bulan September sampai bulan Desember, hal ini bersamaan pula dengan di mulainya musim penghujan/musim barat.
KERAGAAN ASPEK TEKNIS UNIT TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN KURAU DI PAMBANG PESISIR KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU Muhammad Natsir Kholis; Ronny I Wahju; Mustaruddin Mustaruddin
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 1 (2017): MEI 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4874.178 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.67-79

Abstract

Ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomi penting di Pambang pesisir Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek teknis dan ekonomi (finansial) dari setiap unit teknologi penangkapan ikan kurau di Pambang pesisir. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2016 di Pambang pesisir Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dengan metode survei. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan finansial dengan menghitung nilai NPV, IRR, PP dan BCR. Hasil analisis aspek teknis menunjukkan karakteristik unit teknologi penangkapan ikan kurau di Pambang Pesisir untuk jaring kurau dan jaring tangsi menggunakan webbing berbahan PA (Polyamide) dan tangsi, mesh size yang digunakan berukuran 2.5 sampai 7 inci dan ukuran kapal berkisar 6 sampai 12m. Sedangkan rawai dan pancing menggunakan tali utama berbahan nilon 110, mata pancing bernomor 6 dan 7, dengan umpan ikan parang-parang, tenggiri, layur, udang dan lomek. Ukuran kapal yang digunakan berkisar 6 sampai 8m. Sedangkan hasil analisis ekonomi (finansial) menunjukkan bahwa seluruh unit teknologi penangkapan ikan kurau di Pambang Pesisir layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV yang positif, nilai IRR melebihi bunga suku bank yang ditetapkan dan BCR >1.
MODIFIKASI KONSTRUKSI TRAMMEL NET: UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN Mihrobi Khalwatu Rihmi; Gondo Puspito; Ronny Irawan Wahju
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 2 (2017): NOVEMBER 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.812 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.169-178

Abstract

Penelitian modifikasi konstruksi trammel net dilakukan dengan melakukan uji coba penangkapan di perairan Lontar, Serang. Tiga konstruksi trammel net yang diujicoba, yaitu trammel net kontrol (TK), trammel net perlakuan 1 (TP1) dan trammel net perlakuan (TP2). TK adalah trammel net yang memiliki 2 lembar jaring lapis luar dan kekendurannya menumpuk di bagian bawah. Selanjutnya TP1 adalah trammel net yang memiliki 1 lembar jaring lapis luar dan membentuk 1 kantong di bagian bawah, sedangkan TP2 memiliki 1 lembar jaring lapis luar dan membentuk 2 kantong. Hasil uji coba menunjukkan ketiga konstruksi trammel net menghasilkan 10 jenis organisme yang sama, yaitu Penaeus merguiensis, Harpiosquilla raphidea, Portunus pelagicus, Argyrosomus amoyensis, Pseudorhombus arsius, Platycephalus indicus, Pomadasys maculatus, Himantura uarnak, Leiognathus equulus, Thryssa hamiltonii. TP2 menangkap 1.165 individu, atau lebih banyak 1.29 kali dibandingkan dengan TP1 (897 individu) dan 2.36 kali dibandingkan dengan TK (493 individu). Hasil uji statistik menggunakan ANOVA dan uji BNT juga menunjukkan bahwa modifikasi konstruksi trammel net terbukti dapat meningkatkan jumlah hasil tangkapan (F39.99: α0.05).
RESPONS PENYU TERHADAP CAHAYA UNTUK MITIGASI BYCATCH DALAM SKALA LABORATORIUM Ronny Irawan Wahju; Mochammad Riyanto; Roza Yusfiandayani; Ganang Dwi Prasetyo
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 2 (2019): NOVEMBER 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3121.631 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.10.161-172

Abstract

Penelitian tentang respons penyu terhadap lampu Light Emitting Diode (LED) warna hijau untuk mengurangi bycatch penyu telah dilakukan dalam skala laboratorium. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis respons tingkah laku penyu terhadap lampu LED hijau pada skala laboratorium. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan melakukan observasi tingkah laku penyu terhadap cahaya hijau dalam kondisi yang terkontrol. Pengujian dilakukan dengan mengamati respons berupa pergerakan dan kecepatan tukik terhadap lampu LED hijau. Spesies penyu yang menjadi objek pada pengamatan ini adalah tukik penyu hijau (Chelonia mydas) sebanyak 11 ekor dengan ukuran panjang karapas CCL 45-50 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyu memiliki kondisi dan tingkat sensitivitas visual dan menunjukkan respons yang sama terhadap setiap perlakuan. Penggunaan Lampu LED hijau memberikan respons penghindaran terhadap penyu. Berdasarkan respons penghindaran tersebut, lampu LED hijau dapat digunakan sebagai alternatif dalam mereduksi bycatch penyu pada kegiatan perikanan gillnet.
ESTIMASI KEGIATAN ALIH MUAT PADA KAPAL RAWAI TUNA BERDASARKAN DATA VMS DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN (Transshipment Activites Estimation in Tuna Longliner Base on VMS Data and Catch Composition) Rahman Hakim Purnama; . Diniah; Ronny I Wahju
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 7 No. 2 (2016): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.388 KB) | DOI: 10.29244/jmf.7.2.179-189

Abstract

ABSTRACTTransshipment in longline fisheries is a common activity  at Nizam Zachman Jakarta  fishing port.  Publication  of  PERMEN  KP  No.  57  of  2014  causing  strong  protests  among  actors  and unloading included in PPS over Nizam Zahman.  The purpose of this research  are  to identify the movement patterns of longline vessels through VMS data  and to  estimate longline target catch by transshipment. This research was applied descriptive method.   Primary data was derived from the VMS tracking data and interviews. Secondary data were obtained from 276 loading and unloading activities longline tuna catches. The results of this study indicated that the movement of the ship only  accommodate  the  catch  can  be  clearly  identified  by  VMS.  Transshipment  activity,  mostly happened  to target catches which  reaching  62% with bigeye tunadominantly  92.61%. On bycatch, there  were three  dominant  species,  that  were  mackerel scad,  mackerel tuna  and southern bluefin tuna. Fresh conditions dominate activity over the load by 89%, ie 46% of the quality of export  whole quality and 43% reject  quality. Fresh condition consists of six species, bigeye tuna (2,408,999 kg), yellowfin tuna (970,186 kg), Swordfish (47,774 Kg), southern bluefin tuna (4,435 kg), marlin (962 kg)  and  albacore  (39  kg).  Transshipment  at  Nizam  Zachman  Jakarta  fishing  port  dominated  by fishing vessel measured 61-100 GT and < 50 days long trip.  It  shows that there was correlation between transshipment activity and fresh tuna industry.Keywords: catch composition, transshipment, tuna longline, VMS dataABSTRAKAlih muat hasil tangkapan dalam perikanan  longline  umum terjadi di PPS Nizam Zachman Jakarta. Terbitnya PERMEN KP No 57 tahun 2014 menimbulkan protes keras di kalangan pelaku alih  muat  termasuk  di  PPS  Nizam  Zahman.   Tujuan  dari  penelitian  ini  yaitu  menganalisis  pola pergerakan  kapal  perikanan  dalam  melakukan  kegiatan  alih  muat  dan  mengestimasi  komposisi hasil  tangkapan  rawai  tuna  melalui  kegiatan  alih  muat.  Penelitian  ini  menggunakan  metode deskriptif.  Data  primer  berasal  dari  data  tracking  VMS  dan  hasil  wawancara.  Data  sekunder diperoleh  dari  276  aktivitas  bongkar  muat  hasil  tangkapan  rawai  tuna.  Hasil  penelitian  ini menunjukkan  bahwa  pergerakan  kapal  yang  hanya  menampung  hasil  tangkapan  dapat teridentifikasi dengan jelas melalui VMS.  Kegiatan alih muat pada rawai tuna dominan terjadi pada hasil  tangkapan  utama  mencapai  62%  dengan  spesies  yang  dominan  yaitu  tuna  mata  besar dengan  prosentase  sebesar  92,61%.  Pada  hasil  tangkapan  sampingan  terdapat  3  spesies dominan yaitu layang, sunglir dan tuna sirip biru selatan. Kondisi segar mendominasi kegiatan alih muat sebesar 89%, yaitu 46% mutu kualitas ekspor utuh dan 43% mutu  reject. Kondisi segar terdiri atas  6  spesies,  yaitu  tuna  mata  besar  (2.408.999  kg),  madidihang  (970.186  kg),  ikan  pedang(47.774 Kg), tuna sirip biru selatan (4.435 kg), setuhuk (962 kg) dan albakora (39 kg). Produksi alih muat  didominasi  oleh  kapal  berukuran  61-100  GT  dan  lama  trip  <50  hari.  Hal  ini  menunjukkan korelasi antara alih muat dengan kegiatan perikanan tuna segar.Kata kunci: komposisi hasil tangkapan, alih muat, rawai tuna, data VMS
LIGHT EMITTING DIODE (LED) HIJAU DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGURANGAN BYCATCH PENYU PADA PERIKANAN GILLNET DI PERAIRAN PALOH (Green Light Emitting Diode (LED) and its Effect on Sea Turtle Bycatch Reduction of Gillnet Fisheries in Paloh Waters) Ganang Dwi Prasetyo; Ronny Irawan Wahju; Roza Yusfiandayani; Mochammad Riyanto
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 8 No. 1 (2017): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.83 KB) | DOI: 10.29244/jmf.8.1.87-99

Abstract

ABSTRACTBycatch problem is a global issue and can be a driver of marine megafauna declines in the world, such as sea turtle, where is the animal's status as endangered species. Green Light Emitting Diode (LED) is known as an innovative technology to reduce sea turtle bycatch without reduce target catch effectively. The use of green LED in order to reduce sea turtle bycatch in gillnet fisheries was carried out in Paloh Coast, West Borneo during August to October 2015. Experiment performed a total of 20 settings with gillnet fleets operate two units simultaneously, ie gillnet control (without LED lights) and gillnet experiment (with LED lights). Turtles caught predominantly were in the juvenile phase as 57.14% and the potential location of capture sea turtle bycatch in station 2 (1˚52' - 1˚56' LU and 109˚14' - 109˚18' BT). The results, showed that the green turtle (Chelonia mydas) were caught of 7 turtles, were captured by control gillnet 6 turtles with an CPUE 0.29 ± 0.03 Turtle/E, while by experimental gillnet 1 turtle with an CPUE by 0,04 ± 0,009 Turtle/E. The used of green LED light was significantly reduce sea turtle bycatch of 85% without decreasing target catch.Keywords: CPUE, green LED light, sea turtle bycatchABSTRAKPermasalahan terkait bycatch merupakan isu utama global yang dapat mengancam penurunan populasi megafauna laut seperti penyu yang telah berstatus endangerd species. Lampu LED merupakan inovasi teknologi untuk mengurangi bycatch penyu tanpa mengurangi hasil tangkapan ikan utama secara efektif. Penggunaan lampu Light Emmitting Diode (LED) hijau untuk mengurangi bycatch penyu pada perikanan jaring insang (gillnet) dilakukan di perairan Paloh, Kalimantan Barat selama bulan Agustus hingga Oktober 2015. Uji coba dilakukan dengan menggunakan 2 unit kapal gillnet yang dioperasikan di setiap stasiun pengamatan secara bersamaan dengan jumlah ulangan sebanyak 20 kali, diantaranya gillnet kontrol (tanpa lampu LED) dan gillnet eksperimen (dengan lampu LED). Penyu yang tertangkap cenderung didominasi oleh fase juvenile sebesar 57,14% dan lokasi potensi tertangkapnya bycatch penyu pada stasiun 2 (1˚52' - 1˚56' LU dan 109˚14' - 109˚18' BT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyu yang tertangkap merupakan penyu hijau (Chelonia mydas) berjumlah 7 ekor, terdiri dari 6 ekor tertangkap pada gillnet kontrol dengan CPUE 0,29 ± 0,03  ekor/E, dan 1 ekor pada gillnet eksperimen dengan CPUE 0,04 ± 0,009 ekor/E. Penggunaan lampu LED hijau memberikan pengaruh secara significant untuk mengurangi bycatch penyu dengan persentase pengurangan sebesar 85% tanpa mengurangi hasil tangkapan ikan utama.Kata kunci:  CPUE, lampu LED hijau, bycatch penyu
KOMPETISI ALAT PENANGKAPAN IKAN SKALA KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGALSARI Lukman Hakim; Eko Sri Wiyono; Ronny Irawan Wahju
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 9 No. 1 (2018): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.364 KB) | DOI: 10.29244/jmf.9.1.111-120

Abstract

The fishermen in Tegalsari Fishing Port have been using vary of fishing gears that is feared could competing in getting catches. This research aims to identify fishing gear types according to fishing gear vessel’s volume, fishing time and frequency in every operation, fishing gears productivity, and fishing gears competition. The subject of this research are four biggest number of fishing gear units in PPP Tegalsari (cantrang, arad, gillnet, and mini purse seine) with fishing vessel volume below 10 GT. Samples were taken with purposive sampling method  and collected through filling out the questionnaires. The fishing gears’s productivity determined by the number of catch per unit effort (CPUE). Furthermore, the  fishing gear competition mapped by classified the matrix of transformed fishing gear’s productivity number into some clusters with hierarchycal cluster analysis (HCA). The results show the dominant fishing gear that local fishermen use are cantrang (5, 6, 10 GT), arad (3, 5, 6, 10 GT), gillnet (6 GT), and mini purse seine (9 GT), the highest average of fishing gear operation time is gillnet (3 hours), and the least is mini purse seine (± 1 hour) and the highest average of fishing setting number is cantrang by 27 times/trip and mini purse seine is the least by 5 times/trip, the highest productivity gained by cantrang (5163 kg/trip) and the least is Gillnet (363 kg/trip), and the most intensive fishing gear competition is between cantrang (5 and 6 GT), arad (3,5, and 6 GT), and gillnet (3 GT).Keywords: Competition, fishing gear, productivityABSTRAKNelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari menggunakan alat tangkap yang beragam. Dikhawatirkan antar alat tangkap saling berkompetisi dalam mendapatkan hasil tangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis  alat  tangkap  berdasarkan  GT kapal, waktu untuk 1 kali  operasi dan frekuensinya dalam satu trip penangkapan ikan, produktivitas  alat  tangkap, dan kompetisi antar alat tangkap. Alat tangkap yang diamati adalah cantrang, arad, gillnet dan mini purse seine yang dioperasikan menggunakan kapal berukuran ≤ 10 GT. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Produktivitas alat tangkap ditentukan berdasarkan nilai CPUE dan kompetisi antar alat tangkap ditentukan menggunakan metode hierachycal cluster analysis. Hasil penelitian menunjukkan: jenis alat tangkap berdasarkan  GT  kapal yakni  cantrang  (5, 6 dan 10 GT), arad (3,  5,  6 dan 10 GT),  gillnet (6 GT), dan mini purse seine (9 GT); waktu untuk 1 kali operasi penangkapan ikan  tertinggi  pada alat  tangkap gillnet (3 jam)  dan  terendah  pada  cantrang dan  mini purse seine (± 1 jam) serta jumlah operasi penangkapan ikan per trip tertinggi pada alat tangkap cantrang (27 kali/trip) dan terendah pada mini purse seine (5 kali/trip); produktivitas tertinggi pada alat tangkap cantrang (5163 kg/trip) dan terendah pada gillnet (363 kg/trip); dan antar alat tangkap yang berkompetisi secara ketat adalah cantrang (5 dan 6 GT), arad (3, 5 dan 6 GT), dan gillnet 6 GT.Kata kunci: Kompetisi, alat penangkapan ikan, produktivitas.
Co-Authors . Diniah Agoes Mardiono Jacoeb Agus Oman Sudrajat Ahmad Zuhril Hisan Akbar, Rafdi Zhafir Aldanita, Ega Am Azbas Taurusman Amanda Chandra Safira Aminah, Ai Siti Apriana Vinasyiam Ari Purbayanto Arik Permana Arlita, Kriswidya Bambang Murdiyanto Budhi HS Iskandar Budi Nugraha Budiman, Muhamad Syarif Budiman, Muhammad Syarif Charles Parningotan Haratua Simanjuntak Dadan Suhendar Damayanti, Fazrin Putri Daniel R. Monintja Daniel Rezki Darmawan Deni A. Soeboer Deni A. Soeboer Deni Achmad Soeboer Dianti, Sari Rama Diniah Diniah Domu Simbolon Dudi Muhammad Wildan Dwi Putra Yuwandana Eko Sri Wiyono Ende Kasma Fahresa Nugraheni Supadminingsih Fatmawati, Riska Firman Maulana, Firman Fis Purwangka Ganang Dwi Prasetyo Gilar Budi Pratama Gillang Fernando Gondo Puspito Hapsari, Rianti Dyah Helman Nur Yusuf Iin Solihin Iis Diatin Indah Ainun Firdaus Irfannur Irfannur Jaliadi . Jamhari Jamhari John Haluan Julius Mose Rahaningmas Karina P Sangara Mara Koo, Kim Jin Lee, Jae Won Listyanto Putri, Adjeng Peni M Syarif Budiman M. Fedi A. Sondita M. Riyanto Mahiswara Mahiswara Mala Nurilmala Meilinda, Desi Mia Setiawati Mihrobi Khalwatu Rihmi Mochammad Riyanto Mochmamad Riyanto Mohammad Mukhlis Kamal Mokhamad Dahri Iskandar Muhammad Fedi Alfiadi Sondita Muhammad Imron Muhammad Natsir Kholis Muhammad Natsir Kholis Muhammad Natsir Kholis Muji Nopriansah Mulyono S. Baskoro Mustaruddin Nimmi Zulbainarni Permana, Arik Pipin Supinah Prihatin Ika Wahyuningrum Purboningrum, Ratna Rahman Hakim Purnama Ramadhan, Muhammad Haykal Ressa S Syahlevi RIDWAN AFFANDI Rizsa Mustika Pertiwi Robert Tambun Robi Komarudin Rosi Rahayu Roza Yusfiandayani Sani, Ndaru Narulita Shafira Bilqis Annida Sugandi Sugandi Sugeng H. Wisudo Sugertiani Sulaeman Martasuganda Sulaeman Martasuganda sumardi sumardi Suparman Sasmita Supartono Supartono Tatag Budiardi Tigor Wahyudi Tri Wiji Nurani Uliyah, Ayu Himatul Ully Wulandari, Ully Viola Azzuhra Haryono Wazir Mawardi Yanti Sinaga Zahirudin Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain