Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH JARAK KISI PADA TED TIPE SUPER SHOOTER TERHADAP HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN TRAWL UDANG Mahiswara Mahiswara; Ronny l. Wahju; Daniel R. Monintja
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4966.881 KB) | DOI: 10.15578/jppi.10.4.2004.11-19

Abstract

Trawl merupakan alat tangkap udang yang efektif. Permasalahan utama pada perikanan trawl udang adalah banyaknya hasil tangkapan sampingan (HTS) yang tidak dimanfaatkan, dan dibuang kembali ke laut. Buangan ini memiliki dampak buruk terhadap sumber daya dan lingkungan. Super Shoofer Tuftle Excluder Device (IED,) merupakan salah satu perangkat yang digunakan untuk menurunkan HTS pada trawl udang. Penelitian dengan metode uji coba penangkapan telah dilaksanakan di perairan utara Jawa untuk mengetafui pengaruh penggunaan super shooter fED terhadap HTS
ESTIMASI KEDALAMAN MATA PANCING TUNA LONGLINE DI SAMUDERA HINDIA: METODE YOSHIHARA DAN MINILOG Budi Nugraha; Ronny Irawan Wahju; Muhammad Fedi Alfiadi Sondita; Zulkarnain Zulkarnain
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 3 (2010): (September 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1138.643 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.3.2010.195-203

Abstract

Penyebaran tuna secara vertikal (berdasarkan atas kedalaman perairan) sangat dipengaruhi oleh suhu dan swimming layer. Informasi mengenai penyebaran tuna baik secara horisontal maupun vertikal sangat penting guna menunjang keberhasilan operasi penangkapan tuna. Penelitian mengenai kedalaman mata pancing tuna longline telah dilakukan di Samudera Hindia pada bulan Juli sampai Agustus 2005. Data kedalaman mata pancing diestimasi dengan menggunakan metode Yoshihara dan hasil pengukuran minilog. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi kedalaman mata pancing tuna longline dengan menggunakan metode Yoshihara dan minilog dan membandingkan perhitungan kedua metode tersebut serta mengetahui kedalaman renang tuna. Hasil perhitungan metode Yoshihara diperoleh kedalaman mata pancing terdalam diperoleh pada setting kesembilan pada pancing nomor 10 yaitu 359,1-379,1 m dan kedalaman terendah terdapat pada pancing nomor 1 setting kedelapan dan 10 yaitu 101,1 121,1 m. Kedalaman pancing terdalam yang diperoleh dari hasil pengukuran minilog terdapat pada pancing nomor 10 yaitu 339,8 414,6 m dengan suhu 9,2-11,7°C, sedangkan kedalaman pancing terendah terdapat pada pancing nomor 1 yaitu 110,3-151,1 m dengan suhu 20,6-25,4°C. Selisih kedalaman mata pancing yang terendah antara hasil perhitungan metode Yoshihara dengan minilog terdapat pada pancing nomor 2 yaitu 8,0 m, sedangkan selisih yang tertinggi terdapat pada pancing nomor 7 yaitu 81,8 m. Bigeye tuna tertangkap pada kedalaman 250-450 m dengan suhu 9-16°C, yellowfin tuna tertangkap sekitar kedalaman 200 m dengan suhu sekitar 17°C dan albacore tertangkap sekitar kedalaman 150 m dengan suhu sekitar 20°C. Vertical tuna distribution (based on depth of water) is strongly influenced by temperature and swimming layer. Information on the distribution of tuna either horizontally or vertically is very important to the success of tuna fishing operations. Research on deep tuna longline was carried out in Indian Ocean during July until August 2005. The data of hook depth was estimated using Yoshihara’s method and result of measurement minilog. The objectives of the research are to estimate depth of hook on operation of tuna longline using by Yoshihara method and minilog and to compare the calculation Yoshihara method with the result of measurement minilog also to know the swimming layer of tuna. Yoshihara method of calculation results obtained by the depth of the deepest hook is 359.1-379.1 m and the lowest depth is 101.1-121.1 m. The deepest hook obtained from the minilog measurement results is 339.8-414.6 m with temperature range from 9.2-11.7°C, while the lowest depth there is in 110.3-151.1 m with temperature range 20.6-25.4°C. Difference between hook depth of the lowest among the results of the calculation Yoshihara methods and minilog is 8.0 m, whereas the highest difference is 81.8 m. Bigeye tuna caught at depths of 250-450 m with range temperature of 9-16°C, yellowfin tuna caught around depth of 200 m with temperature around 17°C and albacore caught around depth of 150 m with temperature around 20°C.
ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN IKAN POTENSIAL DI PULAU ENGGANO, BENGKULU UTARA Ully Wulandari; Domu Simbolon; Ronny Irawan Wahju
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.524 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.4.2017.253-260

Abstract

Pulau Enggano adalah salah satu pulau terdepan yang ada di Provinsi Bengkulu yang belum tereksplorasi secara maksimal, sehingga perlu dilakukan kajian untuk menggali potensi perikanan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah penangkapan ikan (DPI) di perairan Pulau Enggano. Penelitian ini dilakukan dengan melihat tiga aspek yaitu produktivitas, jumlah spesies hasil tangkapan dan ukuran ikan yang dominan yang layak tertangkap. Penentuan DPI dilakukan dengan menggunakan metode skoring terhadap tiga kriteria tersebut pada enam daerah penangkapan ikan (DPI) nelayan lokal. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa produktivitas total penangkapan gillnet adalah 1198.075 kg, sementara rawai adalah 1331.28 kg. Produktivitas rata-rata gillnet adalah 171.15 kg/trip, sementara rawai 190,18 kg/trip. Persentase ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan-ikan yang berukuran layak tangkap sebesar 75-100%. Daerah penangkapan ikan yang potensial berada di Teluk Kiowa, Tanjung Kahoabi, Pulau Satu dan Tanjung Labuho dan tidak potensial untuk penangkapan ikan adalah Teluk Labuho dan Pulau Dua.Enggano Island is one of the foremost islands in Bengkulu Province that has not been maximaly explored, and research needs to be done to explore the potential of fisheries. This research aims to determine the potential fishing ground in Enggano Island. This research was conducted by looking at three aspects: productivity, the number of species caught and size of the dominant fish caught. Determination of fishing ground was performed using the scoring method against the three criteria within the six fishing ground. The results show that the total productivity of gillnet was 1,198,075 kg, while the rawai was 1331.28 kg. The average productivity of gillnet is 171.15 kg/trip, while the rawai is 190.18 kg/trip. The percentage of fish caught was dominated by appropriate size of 75-100%. The potential fishing grounds was in the Kiowa Bay, Kahoabi Cape, Pulau Satu, and Labuho Cape and the less potential fishing ground was Labuho Gulf and Pulau Dua. 
DISTRIBUSI UKURAN IKAN MADIDIHANG, CAKALANG DAN LAYANG YANG TERTANGKAP DENGAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN PACITAN JAWA TIMUR Helman Nur Yusuf; Ronny Irawan Wahju; Budhi HS Iskandar; Deni A. Soeboer
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 2, No 1 (2019): JKPT Juni 2019
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.856 KB) | DOI: 10.15578/jkpt.v2i1.7391

Abstract

Ikan pelagis yang tertangkap pukat cincin dengan ukuran mata jaring 3,81 cm dan 4,46 cm memperlihatkan sebaran dan ukuran jenis ikan yang berbeda. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman renang dan sebaran ukuran ikan madidihang, cakalang dan layang yang tertangkap pukat cincin di perairan Pacitan. Penelitian dilakukan selama 2 trip pada bulan Oktober dan Desember 2013. Analisa data yang digunakan adalah selektivitas celah pelolosan pada pukat cincin mengunakan model Holt. Hasil penelitian diperoleh rata-rata ikan yang tertangkap pada ukuran mata jaring  3,81 cm sebesar 33,74 untuk ikan madidihang 33,74 cm, cakalang 49,5 cm dan layang 23,5 cm. Sedangkan pada ukuran mata jaring 4,46 cm untuk madidihang 37,34 cm, cakalang 52 cm dan layang 29,5 cm. persamaan regresi antara ikan madidihang Y =0,697x – 2,477 nilai ã2 = 0,933, ikan cakalang = 0,611x – 2,758 nilai ã2 = 0,922 dan ikan layang Y = 1,358x – 4,241 nilai ã2 = 0,954. Terdapat selektivitas optimum yang berbeda pada ukuran mata jaring 3,81 cm dan 4,36 cm yang tertangkap.
STUDI PENDAHULUAN: RESPON TINGKAH LAKU KEPITING TAPAL KUDA (Tachypleus gigas) TERHADAP LAMPU LED HIJAU Fahresa Nugraheni Supadminingsih; Mochmamad Riyanto; Ronny Irawan Wahju
Leuit (Journal of Local Food Security) Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Unggulan Iptek Ketahanan Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37818/leuit.v2i1.10778

Abstract

The trilobite larva of horseshoe crab were tested to the light color, where the response of adult horseshoe crabs to green LED lights is unknown. This study aimed to observe the behavioral response of adult horseshoe crab towards green LED lights. The method used in this study was an experimental laboratory with 22 individuals T.gigas with a total length ±34 cm in certain criteria such as having hard carapace, no shell damage, no molting, and not in the spawning phase. The experiment was carried out in 82 repetitions in artificial ponds and observed under infrared camera. The data was collected by number of responses, time, and patterns. The results showed that 77% horseshoe crabs gave a positive response to light and 23% gave a positive response to dark areas. Horseshoe crab pattern to light response is divided into Straight to Light (41), Side to light (9), Ligth to dark (13) and Straight to dark (12), Side to dark (5) and dark to light (2). The fastest direct straight response is that LED lights that attract horseshoe crabs move quickly and respond immediately Straight to Light with is 18.66 sec/m. This study shows that the adult stage have positive phototaxis and attract to green LED lights by giving faster time with direct response patterns.
SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN TEPAT GUNA DI PULAU ENGGANO, PROVINSI BENGKULU Ully Wulandari; Domu Simbolon; Ronny I Wahju
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 1 No. 1 (2017): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.34 KB) | DOI: 10.29244/core.1.1.21-36

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi dan menentukan unit penangkapan ikan yang tepat guna di Perairan Pulau Enggano Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan di Desa Kahyapu yang merupakan desa penghasil ikan terbesar di Pulau Enggano. Nelayan lokal menggunakan alat tangkap tradisional, namun hasil tangkapan yang diperoleh tetap maksimal. Hal tersebut mengindikasikan adanya potensi yang bisa digali lebih dalam untuk kesejahteraan masyarakat di pulau terluar dan terpencil di Provinsi Bengkulu. Pulau Enggano juga telah dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) oleh Pemerintah Bengkulu Utara. Hal inilah yang menjadi latar belakang  penelitian, supaya aktivitas ekonomi masyarakat dari kegiatan perikanan tangkap dan upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah Bengkulu Utara dapat berjalan tanpa tumpang tindih. Penelitian dilakukan dengan melakukan Multiple Criteria Analysis (MCA) terhadap aspek biologi, teknologi, sosial dan ekonomi dari dua jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Desa Kahyapu, yaitu gillnet dan rawai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit penangkapan ikan tepat guna yang memiliki urutan prioritas utama adalah rawai yang unggul dalam ke-empat aspek pengamatan. Rawai secara finansial dan benefit memberikan nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan gillnet. Hasil analisis MCA untuk standarisasi B/C ratio dari alat tangkap rawai adalah 0,49 sedangkan gillnet adalah 0,34. Nilai R/C ratio alat tangkap rawai yang telah distandarisasi menggunakan analisis MCA adalah 0,51 sedangkan gillnet adalah 0,33.Kata kunci:gillnet, multi kriteria analisis, pulau enggano, rawai, seleksi unit penangkapan ikan
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN UKURAN LOBSTER DENGAN JARING INSANG DI PERAIRAN KABUPATEN ACEH JAYA Irfannur -; Ronny Irawan Wahju; Mochammad Riyanto
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 1 No. 2 (2017): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.318 KB) | DOI: 10.29244/core.1.2.211-223

Abstract

Kabupaten Aceh Jaya memiliki potensi perikanan lobster yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi komoditi unggulan perikanan. Terdapat 6 spesies lobster yang bernilai ekonomis tinggi di perairan Aceh Jayayaitu Panulirus homarus, P. longipes, P. ornatus, P. penicillatus, P. polyphagus dan P. versicolor.Tujuan penelitian adalahmenganalisis komposisi jenis dan distribusi ukuran hasil tangkapan lobster di perairan Aceh Jaya, mengetahui hubungan panjang dan berat lobster dikaitkan dengan panjang karapas pertama kali matang gonad (CLM) dan aturan yang ada, dan mengestimasi produktivitas penangkapan lobster dengan jaring insang (gillnet) di perairan Aceh Jaya. Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapang di lokasi pendaratandan tempat pengumpulan lobster padabulan Januari-Febuari tahun 2016 di Kabupaten Aceh Jaya. Komposisi hasil tangkapan gillnet lobster didominasi oleh P. penicillatussebanyak 31.41%, diikuti oleh P. homarus sebanyak 27.92%, P. longipes sebanyak 22.17%,P. versicolor sebanyak 11.97% dan P. ornatus sebanyak 4.68%. Pola hubungan panjang dan berat ke lima jenis lobster yang tertangkap bersifat allometrik negatif. Hasil tangkapan lobster yang layak tangkap berkisar antara 56.66 – 100%, jika dibandingkan dengan PERMEN-KP No 56 tahun 2016 dengan ukuran legal tangkap diatas 8 cm sebesar60.00 – 90,00%. Produktivitas penangkapan lobster menggunakan gillnet terjadi pada bulan April sebesar 2.440 kg/trip dan terendah pada bulan Januari sebesar 1.330 kg/trip.Kata kunci: jaring insang, lobster, panulirus, produktivitas penangkapan.
STRUKTUR UKURAN DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN KURAU DI PULAU BENGKALIS Muhammad Natsir Kholis; Ronny Irawan Wahju; Mustaruddin .; Jaliadi .
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 2 No. 2 (2018): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.396 KB) | DOI: 10.29244/core.2.2.197-208

Abstract

Pengelolaan perikanan kurau perlu memperhatikan aspek biologi untuk keberlanjutan usaha penangkapan, mengingat produksinya terus menurun dan tingginya harga ikan kurau dipasaran.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran struktur ukuran, persentase ikan layak tangkap serta hubungan panjang dan berat ikan kurau yang tertangkap oleh beberapa alat tangkap di perairan pulau Bengkalis.  Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli-September 2016 di Pambang Pesisir Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dengan metode experimental fishing.  Metode analisis yang digunakan yaitu hubungan panjang dan berat serta frekuensi sebaran panjang.  Hasil analisis menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan kurau bersifat allometrik negatif, dengan kisaran ukuran yang tertangkap pada alat tangkap jaring insang dominan berada pada 31,7-42,7 cm pada bulan Juli dan September serta kisaran 61,7-72,7 cm pada bulan Agustus.  Sedangkan ukuran ikan kurau yang tertangkap pada rawai dan pancing dominan berada pada kisaran 31,7-42,7 cm pada bulan Juli dan September serta kisaran 36,7-47,7 cm pada bulan Agustus.  Persentase ikan kurau layak tangkap pada jaring insang yaitu untuk jantan 100% layak tangkap dan 72% layak tangkap untuk betina.  Sedangkan ikan kurau yang layak tangkap pada rawai dan pancing  untuk jantan 90% dan 44% layak tangkap untuk betina.Kata kunci: Hubungan panjang dan berat, ikan kurau, Pulau Bengkalis, ukuran layak tangkap.
Measurement of Intensity and Penetration of Light Underwater and TL (Turbular Lamp) LED (Light Emitting Diode) Lamp in Floating Bag Ronny I Wahju; M. Riyanto; Suparman Sasmita; Ressa S Syahlevi; Fis Purwangka
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 3 No. 2 (2019): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.824 KB) | DOI: 10.29244/core.3.2.145-153

Abstract

Penelitian pengukuran sebaran intensitas pada lampu TL dan lampu LED bawah air pada bagan rakit telah dilakukan di perairan Palabuhanratu. Tujuan penelitian mengukur iluminasi dan sebaran cahaya lampu LED 60 watt, TL 390 dan 585 watt serta mengidentifikasi hasil tangkapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan mengikuti kegiatan langsung operasi penangkapan ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penetrasi cahaya lampu LED 60 watt mampu menembus perairan hingga kedalaman 9 meter. Nilai tertinggi terdapat pada titik 0, kedalaman 1 meter dengan nilai 2,5x10-4 watt/cm2 dan titik terendah terdapat pada titik 1 pada kedalaman 9 meter dengan nilai 3E-005 watt/cm2. Penetrasi cahaya kedua lampu TL yaitu TL 390 dan 585 watt hanya mampu menembus air hingga kedalaman 3-4 meter. Pengukuran lampu TL 390 watt didapatkan nilai tertinggi pada titik 0 di kedalaman 0 meter dengan nilai 0,358 watt/cm2. Pengukuran lampu TL 585 watt didapatkan nilai tertinggi pada titik 0 di kedalaman 1 meter dengan nilai 0.819 watt/cm2. Hasil tangkapan LED didominasi oleh ikan petek sebesar 94%, lampu TL 390 dan TL 585 watt didominasi ikan teri (Stolephorus sp) sebesar 55% dan 49%. Kata kunci: bagan rakit, lampu LED, lampu TL
Modification Collapsible Pot on Blue Swimming Crab (Portunus sp.) Fisheries in Northern Pemalang Waters, Central Java Zulkarnain Zulkarnain; Ronny Irawan Wahju; Tigor Wahyudi; Fis Purwangka; Dwi Putra Yuwandana
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 3 No. 2 (2019): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.733 KB) | DOI: 10.29244/core.3.2.155-167

Abstract

This research uses collapsible pots from the modified of collapsible pots belong local fishermen who have two doors becomes single door (as treatments), but its have measure four times bigger than fisherman’s collapsible pot. The aim of this study is to compare the catch composition of blue swimming crab such as the quantity, carapace length and weight, catch worthiness and productivity of modification collapsible pots compare with the fisherman's collapsible pot as a control. This study used 2 treatments, 15 pairs of collapsible pots in each treatment and 20 repetitions. The results showed that the control collapsible pots have caught of blue swimming crab 159 individuals and weighing 19.1 kg, while the modification collapsible pots have 128 individuals and weighing 15.06 kg. Modification collapsible pots have catch worthiness 97% more catchability compared to 84% of control collapsible pot. Results of the statistical tests shows that the blue swimming crabs catch have no significant effect in weight (kg) but its have a significant effect on the number (individual). The total value of productivity that control collapsible pot is greater than modification collapsible pot. Key words: blue swimming crab, modification collapsible pot, productivity
Co-Authors . Diniah Agoes Mardiono Jacoeb Agus Oman Sudrajat Ahmad Zuhril Hisan Akbar, Rafdi Zhafir Aldanita, Ega Am Azbas Taurusman Amanda Chandra Safira Aminah, Ai Siti Apriana Vinasyiam Ari Purbayanto Arik Permana Arlita, Kriswidya Bambang Murdiyanto Budhi HS Iskandar Budi Nugraha Budiman, Muhamad Syarif Budiman, Muhammad Syarif Charles Parningotan Haratua Simanjuntak Dadan Suhendar Damayanti, Fazrin Putri Daniel R. Monintja Daniel Rezki Darmawan Deni A. Soeboer Deni A. Soeboer Deni Achmad Soeboer Dianti, Sari Rama Diniah Diniah Domu Simbolon Dudi Muhammad Wildan Dwi Putra Yuwandana Eko Sri Wiyono Ende Kasma Fahresa Nugraheni Supadminingsih Fatmawati, Riska Firman Maulana, Firman Fis Purwangka Ganang Dwi Prasetyo Gilar Budi Pratama Gillang Fernando Gondo Puspito Hapsari, Rianti Dyah Helman Nur Yusuf Iin Solihin Iis Diatin Indah Ainun Firdaus Irfannur Irfannur Jaliadi . Jamhari Jamhari John Haluan Julius Mose Rahaningmas Karina P Sangara Mara Koo, Kim Jin Lee, Jae Won Listyanto Putri, Adjeng Peni M Syarif Budiman M. Fedi A. Sondita M. Riyanto Mahiswara Mahiswara Mala Nurilmala Meilinda, Desi Mia Setiawati Mihrobi Khalwatu Rihmi Mochammad Riyanto Mochmamad Riyanto Mohammad Mukhlis Kamal Mokhamad Dahri Iskandar Muhammad Fedi Alfiadi Sondita Muhammad Imron Muhammad Natsir Kholis Muhammad Natsir Kholis Muhammad Natsir Kholis Muji Nopriansah Mulyono S. Baskoro Mustaruddin Nimmi Zulbainarni Permana, Arik Pipin Supinah Prihatin Ika Wahyuningrum Purboningrum, Ratna Rahman Hakim Purnama Ramadhan, Muhammad Haykal Ressa S Syahlevi RIDWAN AFFANDI Rizsa Mustika Pertiwi Robert Tambun Robi Komarudin Rosi Rahayu Roza Yusfiandayani Sani, Ndaru Narulita Shafira Bilqis Annida Sugandi Sugandi Sugeng H. Wisudo Sugertiani Sulaeman Martasuganda Sulaeman Martasuganda sumardi sumardi Suparman Sasmita Supartono Supartono Tatag Budiardi Tigor Wahyudi Tri Wiji Nurani Uliyah, Ayu Himatul Ully Wulandari, Ully Viola Azzuhra Haryono Wazir Mawardi Yanti Sinaga Zahirudin Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain