Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN PIL BESI DENGAN PENAMBAHAN VITAMIN TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB DAN FERITIN SERUM PADA WANITA REMAJA M. Saidin; Sukati Saidin
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 20 (1997)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2363.

Abstract

Prevalensi anemia pada wanita usia remaja di Indonesia masih cukup tinggi. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang selama ini dilakukan lebih ditujukan terhadap kelompok ibu hamil. Upaya pencegahan anemia secara dini pada wanita remaja sebagai calon ibu belum banyak mendapat perhatian. Penelitian terdahulu mengungkapkan prevalensi anemia pada siswi beberapa SMA di wilayah Kabupaten Bogor (tahun 1991) berkisar antara 23.0% - 34.7%, sedangkan di Kabupaten Bandung (tahun 1996) sekisar 41.0%. Dalam rangka upaya penanggulangan masalah anemia pada kelompok wanita remaja telah dilakukan penelitian “Efektifitas Supplementasi Pil Besi Satu Kali Seminggu Dalam Penanggulangan Masalah Anemia Pada Kelompok Wanita Remaja”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian pil besi tanpa dan dengan penambahan vitamin A atau vitamin C terhadap perubahan kadar Hb dan feritin serum. Sebanyak 175 siswi Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) Majalaya dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok pariwisata negeri Cimahi, Kabupaten Bandung berpartisipasi sebagai sampel, dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Seluruh kelompok sampel pada awal penelitian lebih dahulu diberi obat cacing merek Vermos dosis tunggal 500 mg membendazol. Selanjutnya kelompok I sebanyak 49 siswi diberi minum satu pil besi (sulfas ferosus, 60 mg Fe), kelompok II sebanyak 46 siswi diberi satu pil besi ditambah vitamin A (12.000 SI), kelompok III sebanyak 40 siswi diberi satu pil besi ditambah vitamin C (150 mg) per orang per minggu. Kelompk IV (kontrol) sebanyak 40 siswi hanya mendapat obat cacing pada awal penelitian. Pil besi baru diberikan setelah waktu penelitian berakhir. Setelah intervensi berlangsung selama 13 minggu, dilakukan evaluasi. Terjadi kenaikan kadar Hb pada kelompok I, II dan III masing-masing sebesar 0.39 g/dl, 0.45 g/dl dan 0.68 g/dl, sedangkan pada kelompok IV terjadi penurunan kadar Hb sebesar 0.26 g/dl. Kenaikan kadar Hb pada kelompok I, II dan III lebih tinggi secara bermakna  daripada kelompok I (p<0.05). Hal yang serupa juga terjadi pada kenaikan nilai Ht. Terjadi kenaikan kadar feritin serum pada keempat kelompok sampel, tetapi kenaikannya tidak bermakna (p>0.05). Dari data yang ditemukan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa supplementasi satu butir pil besi (60 mg Fe) ditambah dengan vitamin C 150 mg per minggu menunjukkan pengaruh yang paling efektif menaikkan kadar Hb, tetapi belum dapat meningkatkan cadangan tubuh secara nyata.
EFEKTIVITAS SUPLEMENTASI PIL BESI DUA KALI SEMINGGU DAN SATU KALI SEHARI PADA IBU HAMIL M. Saidin; Sukati Saidin; Sri Martuti
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 20 (1997)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2364.

Abstract

Telah dilakukan penelitian ujicoba penyederhaan suplementasi pil besi dua kali seminggu pada ibu hamil dibandingkan dengan supplementasi pil besi setiap hari dengan dosis yang sama. Penelitian dilakukan di 16 desa, 8 desa di Propinsi Jawa Barat dan 8 desa di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara rabdom dibagi menjadi 2 wilayah penelitian yaitu 8 desa pelakuan dan 8 desa kontrol. Di wilayah perlakuan ibu hamil memperoleh supplementasi pil besi 2 x seminggu dan wilayah kontrol ibu hamil memperoleh supplementasi seperti biasa yaitu minum setiap hari. Subjek penelitian adalah ibu hamil dengan umur kehamilan 3-6 bulan. Di wilayah perlakuan diperoleh ibu hamil sebanyak 129 orang dan di wilayah kontrol diperoleh 132 orang. Dosis pil besi yang diberikan adalah pil besi fero sulfat dengan kandungan besi 60 mg dan 0.25 mg asam folat. Supplementasi pil besi diberikan selama 3 bulan (14 minggu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) jumlah pil besi yang diminum ibu hamil di wilayah perlakuan sebanyak 22 pil dan wilayah kontrol 51 pil, 2) supplementasi pil besi dua kali seminggu dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil sebesar 0.4±0.628 g/dl dan dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil (khusus yang anemia) sebesar 0.5±0.802 g/dl 3) supplementasi pil besi setiap hari dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil sebesar 0.5±0.561 g/dl dan dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil (khusus yang anemia) sebesar 0.6±0.541 g/dl, 4) supplementasi pil besi dua kali seminggu dan setiap hari selama 14 minggu belum dapat meningkatkan cadangan besi dalam tubuh, dan 5) dilihat dari kenaikan kadar Hb ibu hamil supplementasi pil besi dua kali seminggu sama efektifnya dengan supplementasi pil besi setiap hari. 
PENINGKATAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI LINGKUNGAN KELUARGA PEKERJA WANITA M. Saidin; Sukati Sukati; Sri Muljati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2336.

Abstract

A study of nutritional improvement in children under five years old of working women families was conducted in the subdistrict of Kali Wungu, district of Kudus, Central Java. A total of 83 preschool children (19-55 months old) with mild under nutrition was divided into two groups. The first was intervention group received food supplement containing 300 kcal of energy and 5 g of protein, three times a week for the duration of 14 weeks. The second was control group, did not receive any food supplement. Baseline data collection included identity, body weight and height, haemoglobine, haematocrit, serum ferritin, food consumption of the children and socioeconomic status of the household and was conducted in both groups before starting with the supplementary feeding. Just after baseline data collection, both groups received deworming (combantrin syrup). Multivitamins were given every day for tire first ten days and another ten days in the middle of the intervention. While iron pill (Ferro sulphate) 30 mg was given weekly. The evaluation were conducted after 1-1 weeks of intervention. The results of the study revealed that: 1) the energy intake of daily food consumption of both groups of children was lower than Recomended Dietary Allowances (61% RDA),· 2) the average energy intake originating from the portion of the food supplement consumed was only 225 Kcal (75% of the total energy provided); 3) supplementary feeding three times per week for 14 weeks together with providing a medicine package consisting of deworming (combantrin), multivitamins (provit) and iron pill increases nutritional status based on weight for age by 2.7%; 4) supplementary feeding three times per week for 14 weeks together with medicine package raises Hb levels 0.61 g/dl; 5) the medicine package only, without supplementary feeding increases Hb levels 0.21 g/dl (control group); 6) supplementary feeding activities for children of working women families could be managed by caders as volunteers under supervision of the village's midwive. Keywords: food supplement, nutritional improvement, working women families
KETERSEDIAAN HAYATI ZAT BESI, KANDUNGAN ZAT PEMICU DAN PENGHAMBAT PENYERAPAN ZAT BESI DALAM MAKANAN IBU HAMIL M. Saidin; Almasyhuri Almasyhuri; Sukati Saidin
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2347.

Abstract

The iron content, iron bioavailability (in vitro method), enhancers and inhibitors of iron absorption were investigated in three different staple foods of diets in the district of Boyolali, Central Java. The results revealed that the average iron content of the diets based on rice, corn and cassava were 18.8 mg, 17.8 mg and 19.9 mg, respectively or equal to 34.3%, 32.0% and 35.0% of Recommended Dietary Allowances (RDA) for Indonesia. The average vitamin C content of the diets based on rice, corn and cassava were 21.9 mg (31.3% RDA), 21.1 mg (30.1% RDA) and 17.3 mg (24.7% RDA), respectively. The average of protein content of the diets based on rice, corn and cassava were 47.1 g (78.5% RDA), 50.0 g (83.3% RDA) and 31.1 g (51.8% RDA), respectively. The average content of tannic acid and phytic acid as inhibitors of iron absorption in the diets based on rice, corn and cassava were (1154 mg and 261.5 mg); (980 mg and 342.7 mg) and (838 mg and 341.5 mg), respectively. An addition of 100 mg of vitamin C or papaya fruit (250 mg) into the diets, increased iron bioavailability up to 54.2%. Keywords: iron bioavailability, enhancer agent, inhibitor agent, in vitro.
PENYERAPAN FERRO SULFAS YANG DIMINUM BERSAMAAN DENGAN MENU MAKANAN POKOK BERAS, JAGUNG SERTA SINGKONG DENGAN VITAMIN C ATAU PEPAYA: SUATU UJI PENYERAPAN SECARA IN-VITRO Almasyhuri Almasyhuri; M. Saidin; Sukati Sukati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2349.

Abstract

Iron tablets containing ferrous sulphate have long been used for the control of iron deficiency anaemia, but the prevalence of anaemia especially among pregnant women is still high. Iron tablets are usually consumed before or after meal. The composition of the meal may affect iron absorption from iron tablets. The objective of this study was to find out the amount of iron absorbed from iron tablets consumed with rice, maize or cassava suplemented with vitamin C or papaya. The results of this study showed that iron absorption is higher if iron tablet is consumed before meal. Vitamin C and papaya increase iron absorption by 10%. Keywords: ferrous sulphate, vitamin C, papaya, iron absorption.
EFEKTIFITAS FORTIFIKASI MIE INSTAN DENGAN ZAT BESI DAN VITAMIN A TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB DAN FERITIN SERUM IBU HAMIL M. Saidin; Mahmud Yusuf; Moecherdiyantiningsih Moecherdiyantiningsih; Sukati Sukati; Komala Komala
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 18 (1995)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2219.

Abstract

Telah dilakukan penelitian "Dampak Fortifikasi Mie Instan Dengan Zat besi dan Vitamin A terhadap Status Besi dan Status Vitamin A Anak Balita dan Ibu Hamil". Penelitian dilakukan di 5 desa wilayah kerja Puskesmas Cijedil, Kecamatan Cugenang dan 5 desa wilayah kerja Puskesmas Kademangan Mande, Kabupaten Cianjur. Rancangan penelitian adalah "Kuasi Eksperimental". Subyek penelitian adalah ibu hamil trimester I dan II (Umur kehamilan 3-6 bulan). Besar sampel ibu hamil adalah 185 orang, terdiri dari kelompok perlakuan (95 orang) dan kelompok pembanding (90 orang). Kelompok perlakuan mendapat mie instan yang telah difortifikasi dengan zat besi sebesar 10 mg dan vitamin A 2500 I.U. per 100 g. Sedangkan kelompok pembanding mendapatkan mie instan yang biasa dipasarkan mengandung zat besi sebesar 3 mg dan vitami A 1500 I.U. per 100 g. Pemberian mie instan tiga kali seminggu, berlangsung selama 14 minggu, diselenggarakan di pos-pos pemasakan/Posyandu, sisa mie yang tidak dimakan ditimbang dan dicatat. Rataan berat mie instan yang dikonsumsi ibu hamil sebesar 35 gr per hari, dapat memberikan sumbangan zat besi sebesar 3.5 mg dan vitamin A 875 I.U. pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok pembanding memberikan sumbangan zat besi sebesar 1.05 mg dan vitamin A 525 I.U. Terjadi kenaikan kadar Hb secara bermakna (p<0.05) pada ibu hamil kelompok perlakuan sebesar 0.47 g/dl (dari 11.3 ± 1.14 g/dl menjadi 11.8 ± 1.04 g/dl). Pada kelompok pembanding terjadi penurunan nilai Hb sebesar 0.07 g/dl, tetapi tidak nyata. Prevalensi anemia ibu-ibu hamil kelompok perlakuan setelah intervensi turun dari 48.5% menjadi 43.3%, sedangkan pada kelompok pembanding naik dari 46.7% menjadi 56.8%. Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna (p<0.05) antara penurunan prevalensi anemia pada kelompok perlakuan dan kenaikan prevalensi anemia pada kelompok pembanding. Terjadi penurunan kadar feritin serum secara bermakna (p<0.05) pada ibu-ibu hamil kelompok pembanding (4.4 ug/l). Pada ibu-ibu kelompok perlakuan terjadi sedikit kenaikan kadar feritin dalam serum sebesar 0.43 ug/l. Ada perbedaan yang nyata (p<0.05) antara kenaikan feritin kelompok perlakuan dan penurunan kadar feritin kelompok pembanding. Fortifikasi zat besi dan vitamin A pada mie instan dengan dosis 10 mg dan 2500 I.U. per 100 gram mie memberikan dampak positif terhadap kadar Hb dan dapat mempertahankan cadangan besi untuk konpensasi kebutuhan selama hamil.
DAMPAK FORTIFIKASI MIE INSTAN DENGAN VITAMIN A DAN ZAT BESI TERHADAP STATUS VITAMIN A DAN STATUS BESI ANAK BALITA Sukati Sukati; Moecherdiyatiningsih Moecherdiyatiningsih; Sri Murni Prastowo; Komala Komala; M. Saidin
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 18 (1995)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2221.

Abstract

Telah dilakukan penelitian "Dampak Fortifikasi Mie Instan Dengan Vitamin A dan Zat Besi terhadap Status Vitamin A Anak Balita dan Ibu Hamil". Penelitian dilakukan di 5 desa wilayah Puskesmas Cijedil Kecamatan Cugenang dan 5 desa di wilayah kerja Puskesmas Kademangan Kecamatan Mande di Kabupaten Cianjur. Rancangan penelitian adalah "Kuasi Eksperimental". Subjek penelitian adalah anak balita berumur 1-5 tahun. Jumlah sampel adalah 199 anak balita. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Kelompok perlakuan mendapat mie instan yang telah difortifikasi dengan vitamin A sebesar 2500 IU dan zat besi 10 mg per 100 g. Sedangkan kelompok pembanding mendapatkan mie instan yang biasa dipasarkan mengandung vitamin A sebesar 1500 IU dan zat besi 3 mg/100 g. Pemberian mie instan berlangsung selama 14 minggu. Distribusi mie instan diselenggarakan di pos-pos pemasakan atau Posyandu dan dimakan di tempat. Hasil penelitian menunjukkan rataan berat mie yang dapat dihabiskan anak balita sebesar 30 gr, memberi sumbangan vitamin A sebesar 750 IU dan zat besi 3 mg pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok pembanding memberikan sumbangan vitamin A sebesar 450 IU dan zat besi sebesar 0.9 mg. Setelah intervensi berlangsung selama 14 minggu terjadi kenaikan vitamin A serum anak balita kelompok perlakuan dan pembanding, masing-masing sebesar 3.3±0.435 ug/dl dan 1.0±0.369 ug/dl, ada perbedaan nyata kenaikan kadar vitamin A pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok pembanding (p<0.05). Terjadi penurunan jumlah anak balita dengan status vitamin A rendah dan kurang (ug/dl) pada kelompok perlakuan dari 44.9% (sebelum intervensi) menjadi 22.1% (sesudah intervensi). Sedangkan pada kelompok pembanding dari 43.1% menjadi 34.8%, perbedaan penurunan antara kelompok perlakuan dan pembanding tidak nyata (p>0.05). Rataan kadar Hb anak balita kelompok perlakuan mengalami kenaikan secara nyata (p<0.05) sebesar 0.31 g/dl (dari 11.3±1.05 g/dl menjadi 11.6±0.95 g/dl). Sedangkan pada kelompok pembanding terjadi sedikit penurunan rataan nilai Hb sebesar 0.10 g/dl. Kenaikan kadar Hb kelompok perlakuan dan pembanding terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05). Prevalensi anemia gizi anak balita pada kelompok perlakuan turun sebesar 10.9%, dan pada kelompok pembanding terjadi kenaikan sebesar 1.0%. namun demikian kenaikan dan penurunan tersebut tidak berbeda nyata. Terjadi kenaikan kadar feritin serum anak balita kelompok perlakuan dan pembanding, masing-masing sebesar 1.8 ug/L dan 0.1 ug/L. Secara statistik perbedaan tersebut tidak nyata (p>0.05). Fortifikasi vitamin A dan zat besi pada mie instan dengan dosis 2500 IU dan 10 mg untuk anak balita mempunyai dampak positif terhadap kenaikan kadar Hb dan kadar vitamin A anak balita. Sedangkan terhadap prevalensi anemia dan cadangan zat besi belum tampak jelas. 
KADAR IMMUNOGLOBULIN KOLOSTRUM DAN DARAH IBU DALAM HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI IBU M. Saidin; Sukarti Sukarti; Mucherdiyantiningsih Mucherdiyantiningsih; Muhilal Muhilal
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 17 (1994)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1940.

Abstract

Telah dilakukan penelitian Kadar immunoglobulin kolostrum dan darah dalam hubungannya dengan status gizi dan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada 114 ibu hamil trimester III di 5 desa dalam wilayah kabupaten Bogor. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I terdirl dari 30 ibu hamil berstatus gizi baik yang mendapatkan imunisasi lengkap menurut catatan dari Puskesmas; Kelompok II, 28 ibu hamil bersatus gizi kurang yang mendapatkan imunisasi TT lengkap; Kelompok III, 28 ibu hamiJ berstatus gizi baik yang mendapatkan imunisasi TT tidak lengkap dan Kelompok IV, 28 ibu hamil berstatus gizi kurang yang mendapatkan imunisasi TT tidak lengkap. Hasil analisis data sosial ekonomi (pendidikan ibu dan KK, keadaan perumahan dan kesehatan lingkungan), haemoglobin, tekanan darah, data konsumsi zat gizi dan energi antar keempat kelompok sampel tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Rata-rata kadar IgG serum kelompok I (1254 ± 265,1 ug/dl) lebih tinggi secara nyata (p < 0,05) daripada kelompok II (1010 ± 398,6 ug/dl) dan kelompok IV (1097 ± 315,6 ug/dl). Meskipun rata-rata kadar IgG serum kelompok IV lebih tinggi daripada kelompok II, tetapi perbedaannya tidak nyata (p> 0,05). Rata-rata kadar IgA kolostrum kelompok I (1475 ± 294,3 mg/L) lebih tinggi secara nyata (p < 0,05) daripada kelompok II (1324 ± 252,1 mg/L) dan kelompok IV (1275 ± 365,6 mg/L). Demikian juga rata-rata kadar IgA kolostrum kelompok III (1465 ± 322,4 mg/L) lebih tinggi secara nyata (p < 0,05) daripada kelompok IV. Dari temuan yang dikemukakan di atas memberikan petunjuk adanya kontribusi status gizi baik, dalam meningkatkan respon tubuh membentuk IgG serum dan IgA kolostrum pada ibu-ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT.
PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FOLAT, VITAMIN B12 DAN B6 PADA PIL BESI TERHADAP KADAR HOMOCYSTEIN PLASMA IBU HAMIL ANEMIA Effendi Rustan; M. Saidin; Yuniar Rosmalina; Dewi Permaesih; Fitrah Emawati; Endi Ridwan; Muhilal Muhilal
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 24 (2001)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1505.

Abstract

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FOLAT, VITAMIN B12 DAN B6 PADA PIL BESI TERHADAP KADAR HOMOCYSTEIN PLASMA IBU HAMIL ANEMIA
EFEKTIVITAS PEMBERIAN KAPSUL IODIUM DOSIS TINGGI TERHADAP STATUS IODIUM WANITA USIA SUBUR (WUS) YANG MENGKONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER SIANIDA TINGGI M. Saidin; Sukati S.; Suryati K.; Dhoni Kristanto; Samsudin Samsudin
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 27 No. 1 (2004)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v27i1.1407.

Abstract

THE EFFECTIVENESS OF ORAL HIGH DOSE IODINE SUPPLEMENTATION TO IODINE STATUS OF CHILDBEARING AGE WOMEN CONSUMING OF FOOD HIGH IN CYANIDE CONTENT.Background: It was reported by Iodine Deficiency Disorder Research Institute of Ministry of Health that prevalence of childbearing age women (CBAW) with abnormal of serum Thyroid Stimulating Hormone (TSH) value in Magelang district was around 23%, while Urine Iodine Excretion (UIE) considered normal (112 πg/L). The average of cyanide content of daily food consumed was 29.4 mg/day. These findings indicated that there was a relationship between cyanide consumed and Iodine Deficiency Disorder (IDD). As one of goitrogenic agents, cyanide inhibited Iodide (I) entering into thyroid cells, further more disturbed process of thyroid hormone (T4 and TSH) synthesis. Objectives: To investigate the effect of the supplementation of high dose Iodine by oral (capsules) to iodine status of childbearing age women consuming foods high cyanide in IDD endemic area. Methods: The  study design was "intervention with quasi experiment trial". The study sites covered two sub-district, namely Srumbung and Salam sub-district of Magelang district of Central Java. A total of 80 CBAW (19-45 years old) consuming high intake of cyanide were randomly taken as treatment group and another 80 CBAW with low intake of cyanide as control group. Data collection was conducted before and after supplementation of iodine capsules (200 mg). Each subject received two capsules and was evaluated 6 months later. Data collected were cyanide content of daily food consumed, serum TSH, urine thiocyanate and urine iodine excretion as well. Results: The baseline data showed that no significant difference In the UIE between group I (CBAW high intake of cyanide) (99 ng/L) and group II, those of consuming low intake of cyanide (103.5 ng/L). After one month intervention the UIE of both groups increased significantly, group I = 311 ng/L and group II = 339 ng/L. After 6 months intervention the UIE of both groups still considered high, group I= 291 ng/L and group II = 315 ng/L. The proportion of CBAW with low status of iodine (based on TSH value > 5 nJ/L) for group I decreased to 6.3%, while for group II no changes. The effectiveness of high dose iodine supplementation to iodine status of CBAW with high intake of cyanide was slightly lower than those with low intake of cyanide (70 vs 100). Conclusions: Neither difference effect of high dose iodine supplementation to iodine status of childbearing age women with high intake of cyanide nor to those with low intake of cyanide. Keywords: effectiveness, high dose, supplementation, iodine status, childbearing age women, cyanide, Urine Iodine Excretion, thyroid hormone.