p-Index From 2020 - 2025
5.029
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Ilmu Pendidikan Psikologika : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Jurnal Pendidikan Sains Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan IPTEK Journal of Proceedings Series Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Fakultas Teknik Harmonia: Journal of Research and Education Lentera, Jurnal Studi Perempuan Buletin Palawija Jurnal Psikologi El Tarbawi EduChemia: Jurnal Kimia dan Pendidikan Gadjah Mada Journal of Psychology Jurnal Dimensi Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Smart Medical Journal SENTIA 2017 JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurnal Pembelajaran Sains Antivirus : Jurnal Ilmiah Teknik Informatika Jurnal Teknik Mesin dan Pembelajaran Paramasastra: Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Buletin Palawija Journal of Electrical Power Control and Automation (JEPCA) SKANIKA: Sistem Komputer dan Teknik Informatika Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Kandang : Jurnal Peternakan Prosiding Seminar Nasional Sisfotek (Sistem Informasi dan Teknologi Informasi) Daiwi Widya : Jurnal Pendidikan FKIP Unipas Bulletin of Indonesian Islamic Studies JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KEBUDAYAAN DAN AGAMA Jurnal Kabar Masyarakat Jurnal Ilmiah Research and Development Student Journal of Arabic Education, Linguistics, and Literature Studies JURNAL RUMPUN MANAJEMEN DAN EKONOMI Harmoni Pendidikan: Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia Bergerak: Jurnal Hasil Kegiatan Pengabdian Masyarakat Karakter: Jurnal Riset Ilmu Pendidikan Islam International Journal of Computer Technology and Science Hikmah: Jurnal Studi Pendidikan Agama Islam
Claim Missing Document
Check
Articles

PENYIMPANGAN PENGGUNAAN RAGAM BAHASA PRIA OLEH PENUTUR WANITA SEBAGAI BENTUK REFLEKSI KONDISI PERTENTANGAN JIWA TERHADAP PERBEDAAN GENDER Subandi,
Lentera, Jurnal Studi Perempuan Vol 2, No 2 (2006)
Publisher : Lentera, Jurnal Studi Perempuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

SENDRATARI LANGENDRIYAN ABIMANYU GUSUR (Langendriyan dance drama the death of Abimanyu) Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.701

Abstract

Sendratari Langendriyan Abimanyu Gugur merupakan komposisi tari garapan  baru. Tokoh Abimanyu dalam pewayangan Jawa merupakan tokoh Senopati  Pandawa yang gugur di tengah perang Bharatayuda karena dikeroyok oleh  prajurit Kurawa yang dipimpin Jayadrata. Dalam Sendratari Langendriyan pada  malam Seminar Internasional Indiginasi llmu dan Seni di STSI Surakarta  merupakan kolaborasi antara Padneswara Jakarta pimpinan Retno Maruti dan sen/man STSI Surakarta. dengan garap Bedayan. Corak garapan baru terdapat da/am bentuk sajian tari, seniman penyaji, ide gagasan yang ingin dituangkan dan  karawitan iringan tannya. Sendratari yang lebih banyak dikenal da/am bentuk  Sendratari Ramayana digarap mengambil lakon versi Mahabharata. Sajian tari  yang berupa gerak digarap dengan dialog yang menggunakan tetembangan.  Bentuk sajian Bedaya yang biasanya untuk kepentingan keraton yang lebih bersifat  magis dan simbolis digunakan untuk menggarap lakon dalam wayang.Sendratari Langendriyan Abimanyu Gugur digarap dengan garap Bedayan, ini  berarti jumlah penari setiap kelompok sembilan orang dan ditarikan pada saat  tertentu, tata rias dan tata busana semua penari relatif seragam, tata has wajah  tidak mencerminkan ekspresi karakter tokoh tertentu, gerak tarinya relatif sama,  perbedaan gerak pada perubahan simbol karakter yang dibawakan, dialog dengan  menggunakan tetembangan/vokal, karawitan iringan tari disusun sesuai dengan  suasana lakon. Kesan yang diperoleh adalah mistis dan simbolis.Kata kunci: Bedaya, Sendratari Langendriyan, garap baru.
ASPEK HISTORIS WIRAWANITA DALAM BUDAYA JAWA (The Historical Aspect of Womens Bravery in Javanese Culture) Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v2i2.848

Abstract

Seiring perjalanan waktu , sejarah peradaban manusia mencatat berbagaiperisiwa penting dalam hidup manusia. Pada budaya Jawa pria dan wanitamengalami siklus dalam memimpin masyarakat. Wanita bukan lagidipandang sebagai lambang kesuburan. Wira wanita menunjukkan buktisejarah bahwa kepemimpinan wanita pernah terjadi di lingkungan budayaJawa. Berbagai prasasti yang tertinggal, arca dalam candi-candi, legende,karya sastra dan babat merupakan peningalan yang berharga agarmendapatkan makna baru dalam peradaban sekarang.Kata Kunci: Sejarah, Wirawanita, Budaya Jawa, Makna Baru
Lakon Anoman Duta Garap Padat: Sebuah Penelitian Singkat (The Condensed Creativity of Anoman Duta : A Short Study) Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 6, No 3 (2005)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v6i3.813

Abstract

Anoman Duta merupakan lakon wayang yang bersumber dari salah satu episode dalamRamayana versi pedalangan Jawa. Berbagai bentuk seni pertunjukan wayang digarapoleh para seniman tradisi untuk melestarikan nilainilai luhur yang terkandungdidalamnya. Lakon Anoman Duta dipergelarkan dalam bentuk seni pertunjukan wayangkulit Purwo oleh seniman dalang biasanya memakan durasi waktu sekitar enam jam. Padapementasan yang berujud Sendratari, Lakon Anoman Duta digarap ringkas dengandurasi waktu sekitar dua jam. Bentuk pertunjukan dengan konsep padat digarap dalamwaktu sekitar 30 menit. Lakon Anoman Duta digarap padat dalam pengertian konsep,isi dan ekspresi estetis oleh Padepokan Sarotama di Surakarta. Penghilangan berbagairagam gerak yang diulangulang, catur yang tidak perlu dengan iringan musik tradisi yangmenyatu menunjukkan lakon Anoman Duta dengan garap padat tetap berbobot dan lebihmenarik serta memberikan kepuasan baru bagi para penikmat seni yang relatifmemerlukan waktu terbatas untuk dapat melihat secara keseluruhan isi dan makna yangdisajikan dalam pertunjukan. Dengan bentuk pertunjukan Anoman Duta garap padatpelestarian seni tradisi melalui garap lakon berlangsung dengan berbagai variasi.Kata kunci: Wayang, Anoman Duta, Garap Padat
Akulturasi Psikologis para Self-Initiated Expatriate Sari, Ginda Rahmita; Subandi, -
Gadjah Mada Journal of Psychology Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Gadjah Mada Journal of Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1.795 KB)

Abstract

Expatriation has become a phenomenon that can be found in many parts of the world as entering globalization era. Expatriation has been done not only by employees that were assigned by their company but also by individuals who choose to develop their capabilities by having cross cultures experiences and become a self-initiated expatriate. The aim of this study was to find meaning and process of self-initiated expatriate psychological acculturation in Yogyakarta. This study used phenomenological qualitative approach to comprehend meaning of self-initiated expatriate psychological acculturation in Yogyakarta. Data was gathered through in-depth interviews with six self-initiated expatriates that has built a new life in Yogyakarta with their spouse. The research findings showed that respondents chose to be self-initiated expatriates in Yogyakarta to seize an opportunity of a better living in Yogyakarta. In acculturation process, they develop two kinds of coping, adopting new culture and maintaining original culture. They combined both cultures values in their selves that caused changes in their cognitive, behavior and attitude and became an integrated self as a result. Further findings showed that coping variation was selected by considering their condition, situation, needs and interests.Keywords: self-initiated expatriate, culture, psychological acculturation
BARATAYUDA SULUHAN GATUTKACA GUGUR SEBAGAI PAHLAWAN : KAJIAN DARI ASPEK ETIS DAN ESTETIS Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v10i2.58

Abstract

Puppet show is part of Indonesian culture that teaches good conducts. In Javanese puppet world, Mahabarata story has many times been transformed in puppet plays. Baratayuda Suluhan is one of the episodes of great battle between Kurawa against Pandawa in Kurusetra battlefield, in which Gatutkaca plays role as the commander in chief. The show of Baratayuda series took place in Taman Budaya Jawa Tengah of Surakarta on every Friday Kliwon eves, Javanese date, that has been lasting for almost two years. The shows are based on the puppet maters’ (dalang) point of views so that, sometimes, they seem not in the right order and tend to follow the dalangs’ tastes. Suluhan play is often known as the Dead of Gatutkaca. After the death of Bisma, the knights of Kurawa obeyed Darmayuda’s rule no more. The rule was about war ethics. The battle between Kurawa and Pandawa occurred heroically, severely, cruelly and ruthlessly. They fought nights and days. The most important thing for the commander in chief was how to defeat the enemy and how to kill even when they broke the rule of war. They never stopped fighting. Baratayuda Suluhan is performed at night by usingtorch or suluh as the lamp. Gatutkaca died as a hero. There are ethics values that can be generated from the battle of Baratayuda Suluhan as the moral values. All characters dying in the battle have ethics judgments according to the perspective of Javanese supporting puppet show. Kata kunci: pertunjukan wayang, etika , Baratayuda, pahlawan, sanggit
Lakon Anoman Duta Garap Padat: Sebuah Penelitian Singkat (The Condensed Creativity of Anoman Duta : A Short Study) Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 6, No 3 (2005)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v6i3.813

Abstract

Anoman Duta merupakan lakon wayang yang bersumber dari salah satu episode dalamRamayana versi pedalangan Jawa. Berbagai bentuk seni pertunjukan wayang digarapoleh para seniman tradisi untuk melestarikan nilainilai luhur yang terkandungdidalamnya. Lakon Anoman Duta dipergelarkan dalam bentuk seni pertunjukan wayangkulit Purwo oleh seniman dalang biasanya memakan durasi waktu sekitar enam jam. Padapementasan yang berujud Sendratari, Lakon Anoman Duta digarap ringkas dengandurasi waktu sekitar dua jam. Bentuk pertunjukan dengan konsep padat digarap dalamwaktu sekitar 30 menit. Lakon Anoman Duta digarap padat dalam pengertian konsep,isi dan ekspresi estetis oleh Padepokan Sarotama di Surakarta. Penghilangan berbagairagam gerak yang diulangulang, catur yang tidak perlu dengan iringan musik tradisi yangmenyatu menunjukkan lakon Anoman Duta dengan garap padat tetap berbobot dan lebihmenarik serta memberikan kepuasan baru bagi para penikmat seni yang relatifmemerlukan waktu terbatas untuk dapat melihat secara keseluruhan isi dan makna yangdisajikan dalam pertunjukan. Dengan bentuk pertunjukan Anoman Duta garap padatpelestarian seni tradisi melalui garap lakon berlangsung dengan berbagai variasi.Kata kunci: Wayang, Anoman Duta, Garap Padat
SENDRATARI LANGENDRIYAN ABIMANYU GUSUR (Langendriyan dance drama the death of Abimanyu) Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.701

Abstract

Sendratari Langendriyan Abimanyu Gugur merupakan komposisi tari garapan  baru. Tokoh Abimanyu dalam pewayangan Jawa merupakan tokoh Senopati  Pandawa yang gugur di tengah perang Bharatayuda karena dikeroyok oleh  prajurit Kurawa yang dipimpin Jayadrata. Dalam Sendratari Langendriyan pada  malam Seminar Internasional Indiginasi llmu dan Seni di STSI Surakarta  merupakan kolaborasi antara Padneswara Jakarta pimpinan Retno Maruti dan sen/man STSI Surakarta. dengan garap Bedayan. Corak garapan baru terdapat da/am bentuk sajian tari, seniman penyaji, ide gagasan yang ingin dituangkan dan  karawitan iringan tannya. Sendratari yang lebih banyak dikenal da/am bentuk  Sendratari Ramayana digarap mengambil lakon versi Mahabharata. Sajian tari  yang berupa gerak digarap dengan dialog yang menggunakan tetembangan.  Bentuk sajian Bedaya yang biasanya untuk kepentingan keraton yang lebih bersifat  magis dan simbolis digunakan untuk menggarap lakon dalam wayang.Sendratari Langendriyan Abimanyu Gugur digarap dengan garap Bedayan, ini  berarti jumlah penari setiap kelompok sembilan orang dan ditarikan pada saat  tertentu, tata rias dan tata busana semua penari relatif seragam, tata has wajah  tidak mencerminkan ekspresi karakter tokoh tertentu, gerak tarinya relatif sama,  perbedaan gerak pada perubahan simbol karakter yang dibawakan, dialog dengan  menggunakan tetembangan/vokal, karawitan iringan tari disusun sesuai dengan  suasana lakon. Kesan yang diperoleh adalah mistis dan simbolis.Kata kunci: Bedaya, Sendratari Langendriyan, garap baru.
BARATAYUDA SULUHAN GATUTKACA GUGUR SEBAGAI PAHLAWAN : KAJIAN DARI ASPEK ETIS DAN ESTETIS Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v10i2.58

Abstract

Puppet show is part of Indonesian culture that teaches good conducts. In Javanese puppet world, Mahabarata story has many times been transformed in puppet plays. Baratayuda Suluhan is one of the episodes of great battle between Kurawa against Pandawa in Kurusetra battlefield, in which Gatutkaca plays role as the commander in chief. The show of Baratayuda series took place in Taman Budaya Jawa Tengah of Surakarta on every Friday Kliwon eves, Javanese date, that has been lasting for almost two years. The shows are based on the puppet maters’ (dalang) point of views so that, sometimes, they seem not in the right order and tend to follow the dalangs’ tastes. Suluhan play is often known as the Dead of Gatutkaca. After the death of Bisma, the knights of Kurawa obeyed Darmayuda’s rule no more. The rule was about war ethics. The battle between Kurawa and Pandawa occurred heroically, severely, cruelly and ruthlessly. They fought nights and days. The most important thing for the commander in chief was how to defeat the enemy and how to kill even when they broke the rule of war. They never stopped fighting. Baratayuda Suluhan is performed at night by usingtorch or suluh as the lamp. Gatutkaca died as a hero. There are ethics values that can be generated from the battle of Baratayuda Suluhan as the moral values. All characters dying in the battle have ethics judgments according to the perspective of Javanese supporting puppet show. Kata kunci: pertunjukan wayang, etika , Baratayuda, pahlawan, sanggit
ASPEK HISTORIS WIRAWANITA DALAM BUDAYA JAWA (The Historical Aspect of Women's Bravery in Javanese Culture) Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v2i2.848

Abstract

Seiring perjalanan waktu , sejarah peradaban manusia mencatat berbagaiperisiwa penting dalam hidup manusia. Pada budaya Jawa pria dan wanitamengalami siklus dalam memimpin masyarakat. Wanita bukan lagidipandang sebagai lambang kesuburan. Wira wanita menunjukkan buktisejarah bahwa kepemimpinan wanita pernah terjadi di lingkungan budayaJawa. Berbagai prasasti yang tertinggal, arca dalam candi-candi, legende,karya sastra dan babat merupakan peningalan yang berharga agarmendapatkan makna baru dalam peradaban sekarang.Kata Kunci: Sejarah, Wirawanita, Budaya Jawa, Makna Baru
Co-Authors - Haryanto Abdul Haris Achmad Aditya Ashadul Ushud Afrina E.S. Br. Sagala AGUS SETIAWAN Agus Sonjaya Ahmad Fauzan Aldila Candra Kusumaningrum Ali Muhtarom Alifa Syamantha Putri Aman Santoso Amran Jaenudin Anas Cahyo Nugroho Anik Widarti Anita Diana Anita Diana Anjamputra A. Embisa Annisa Nur Fathiyah Antonius Handoko, Antonius Ardian Trio Wicaksono Aryasanti, Agnes Assyifa Wahidatul Sholeha Aulia Akhrian Syahidi Barly Vallendito Billynda Fatwa Puspita Sari Binti Arifah Nurhasanah Budi Santoso Radjit Chandra Wijayanti Ciptono Ciptono Darsono Sigit Deni Ainur Rokhim Dhea Tamara Diah Zuyyina Rahma Dian Anubhakti Dian Arianto Dian Irdasari Djalal Rosyidi Edy Susanto Endang Budiasih Erliana Ginting Fathimah Az-Zahroo Fauziatul Fajaroh Ferry Budi Prasetya Finny Ligery Gandhi Sutjahjo Gartika Nurani Erawan Gaudensiana Seko Taboy Ginda Rahmita Sari, Ginda Rahmita Gindara Dwi Hendrawati Grace Gata, Grace Guntur Cahaya Kesuma Habiddin Hari Wujoso Hayuni Retno Widarti Herni Widiyah Nasrul Hilya Ulinnaja I Putu Ardika Yana ita novita Joko Warsito Jumrotul Laili Mukaromah Lies Tyan Diniswari Lilik Eka Radiati Linda Ayu Lestari M Satrio Rofi Fadhil M Suyanto Mafidatun Ni’mah Michael Seno Rahardanto Mira Dwi Santika Moya A.D. Martiningtyas Mufti Mufti MUFTI MUFTI, MUFTI Muhamad Agus Mushodiq Muhana Sofiati Utami Muntholib Munzil Nabilah Afifah Nadia Ihsana Ferhat Nadia Rizky Putri Hapsari Nanda Fitriana Lukya Nandha Rahayu Nasir Saleh Neila Ramdhani Nelia Afriyeni Nida Ui Hasanat Niken Kitaka Sari Nova Abda Nugraha Novia Prihastyanti Nurul Zikrina OS Hartanto Osi Kusuma Sari Parlan . Patricia Meta Puspitasari Paundra Raditya Khoidori Prasetyono Eko P Pristy Nandya Putri Putri Arum Nilawati R Budi Sarwono Ragil Sugeng Dewantoro Ririn Andini Riska Agusti Dermawan Ristinawati, Ira Rizky Fajar Rosalina Anindita Ayuningtyas Rosi Adi Rudi Permadi rusita rusita Salsabila Lailatul Asyrifa Salsabila Sisda Elzahra Sandi Limbanadi Sarita Matulu Siti Marfuah, Siti Siti Roudhotul Jannah Sri Langgeng Ratnasari Suhadi Ibnu Suhadi Ibnu Suharto Suharto Surjani Wonorahardjo Sustriana Saragih Syafriudin Syafriudin Syifa Aulia Assabilla T. Munzir Tina Afiatin Umi Trisnaningsih Very Julianto Warkini Warkini Widyo Winarso Wiharto, Yudi Yayan Arief Sutendo Yehezkiel Mulia Hutahayan YOSEP ASPAT ALAMSYAH Yova Tri Yolanda Yudhi Utomo Yuski Sudana Yusuf Abdullah Zakiyah Zakiyah