Claim Missing Document
Check
Articles

Kepadatan Populasi dan Pola Distribusi Keong Mas (Pomaceae canaliculta L.) pada Ekosistem Sawah di Kecamatan Jatinangor Vira Kusuma Dewi; Rizky Ramdhani; Tarkus Suganda; Lindung Tri Puspasari; Rika Meliansyah
Soilrens Vol 20, No 2 (2022)
Publisher : Dept Ilmu Tanah & Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/soilrens.v20i2.45272

Abstract

Golden snail (Pomacea canaliculata L.) one of a keypests in rice cultivation in Indonesia. There are three species of golden snails in Indonesia, these are P.canaliculata L., P. insularum D., and P. paludosa S. The purpose of this research was to determine the population density and distribution pattern of golden snails (P. canaliculata) at Jatinangor rice fields. The research was conducted from June 2020 to August 2020 with purposive sampling method on 24 rice fields in 12 villages, specifically Hegarmanah, Cibeusi, Cikeruh, Cipacing, Sayang, Cileles, Cilayung, Cisempur, Cintamulya, Jatimukti, Mekargalih, and Jatiroke in Jatinangor, Sumedang and golden snails identification was conducted at the laboratory. The sample was taken by using purposive sampling method. Each rice fields used as a sampling location has a size 10 m x 5 m with 2 rice fields were determined for sampling in each village. Therefore, total research location was 24 rice fields. Two lands were taken from one village with a distance of ± 1 km between the fields. This is done to get a comparison of environmental conditions. The results showed that the density of snails in the rice fields of Jatinangor was categorized rare with an average density of 3.33 individuals/m². The difference in the density of snails in each area in Jatinangor was caused by differences in the age/phase of rice plants and control techniques. Furthermore, distribution pattern of the golden snail at the rice fields of Jatinangor has a clumped pattern for all locations
Uji Keefektifan Ekstrak Air Biji Adas dalam Menekan Pertumbuhan Koloni, Produksi, dan Perkecambahan Konidia Jamur Alternaria solani, Penyebab Penyakit Bercak Coklat pada Tanaman Tomat Suganda, Tarkus; Fahmi, Rahmad Bahaudin; Hidayat, Yusup
Agrikultura Vol 33, No 2 (2022): Agustus, 2022
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v33i2.38940

Abstract

Penyakit bercak coklat pada tanaman tomat, yang disebabkan oleh Alternaria solani merupakan penyakit penting yang dapat menimbulkan kehilangan hasil yang cukup merugikan. Penyakit ini biasanya dikendalikan menggunakan fungisida sintetik, namun jika penggunaannya tidak bijak, fungisida sintetik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Oleh karena itu perlu ditemukan pengendalian yang efektif namun ramah lingkungan. Biji adas telah dilaporkan memiliki efek antifungal karena memiliki zat metabolit sekunder seperti flavonoid, tannin, terpenoid, alkaloid dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak air biji adas dalam menekan pertumbuhan koloni, produksi dan perkecambahan konidia A. solani secara in-vitro. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2021 sampai Januari 2022 di Laboratorium Fitopatologi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, menggunakan metode umpan beracun. Konsentrasi ekstrak air biji adas yang digunakan adalah 0,5%, 1,0%, 3,0%, 5,0% dan 0,0% (tanpa ekstrak) sebagai kontrol.  Perlakuan ditata menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diulang lima kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak air biji adas mampu menghambat jamur A. solani.  Konsentrasi 5,0% menunjukkan persentase penekanan tertinggi, terhadap pertumbuhan koloni A. solani sebesar 61,67%; terhadap produksi konidia sebesar 81,21%, dan terhadap perkecambahan konidia sebesar 70,93%.
Ekstrak Air Biji Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Efektif Menekan Jamur Colletotrichum sp., Penyebab Penyakit Antraknosa Cabai dalam Uji In-Vitro Suganda, Tarkus; Rizqullah, Ahmad Fauzan; Widiantini, Fitri
Agrikultura Vol 34, No 2 (2023): Agustus, 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v34i2.48575

Abstract

Antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp., merupakan penyakit yang sangat merugikan pada tanaman cabai.  Mengingat pentingnya nilai ekonomi tanaman cabai, maka untuk mengendalikan penyakit antraknosa, fungisida sintetik digunakan secara intensif sehingga dapat menyebabkan berbagai dampak yang merugikan. Untuk mengurangi dampak negatif dari aplikasi fungisida sintetik, pestisida nabati menjadi salah satu pilihan. Tanaman adas (Foeniculum vulgare) yang dilaporkan memiliki efek antifungal telah diuji coba secara in-vitro terhadap pertumbuhan koloni, produksi, dan perkecambahan konidia jamur Coletotrichum sp. isolat cabai di Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dari bulan Februari - April 2023. Empat konsentrasi ekstrak air biji adas (w/v), yaitu 2,5%, 5,0%, 7,5% dan 10% dengan kontrol tanpa ekstrak dan pembanding fungisida propineb 0,14% telah diuji coba dalam suatu percobaan experimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat ulangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak air biji adas dapat menghambat pertumbuhan koloni, produksi konidia, dan perkecambahan konidia jamur Colletotrichum sp. Ekstrak air biji adas konsentrasi 10% memiliki daya hambat paling tinggi terhadap pertumbuhan koloni dengan daya hambat 63,3% (kuat), produksi konidia dengan daya hambat 76,5% (sangat kuat) dan perkecambahan konidia dengan daya hambat 58,5% (kuat) berdasarkan kriteria Antifungal Activity (AFA).
Kemampuan Air Rendaman Limbah Media Jamur Tiram dan Serbuk Gergaji untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Cokelat pada Tanaman Tomat Istifadah, Noor; Rohmah, Nanda Dea Nikmatu; Suganda, Tarkus
Agrikultura Vol 33, No 2 (2022): Agustus, 2022
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v33i2.40460

Abstract

Penyakit bercak cokelat yang disebabkan oleh Alternaria solani Sorr. merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman tomat. Limbah jamur konsumsi dan serbuk gergaji merupakan limbah organik yang berpotensi untuk mengendalikan penyakit tanaman. Artikel ini membahas hasil penelitian yang mengevaluasi kemampuan air rendaman limbah jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan serbuk gergaji kayu albasia (Albizia chinensis ) untuk menghambat pertumbuhan A. solani secara in vitro dan menekan penyakit bercak cokelat pada daun tomat. Percobaan in vitro menggunakan rancangan acak lengkap dengan metoda poisonous food dan perlakuan berupa air rendaman limbah jamur tiram dan serbuk gergaji (steril dan non steril), fungisida (klorotalonil) serta kontrol. Percobaan pada tanaman tomat menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan serupa dengan percobaan in vitro, namun tanpa perlakuan air rendaman limbah steril. Hasil percobaan in vitro menunjukkan bahwa air rendaman limbah jamur tiram dan serbuk gergaji non-steril dapat menghambat pertumbuhan A. solani sebesar 69,3%-80,8%. Air rendaman non-steril limbah jamur tiram dan serbuk gergaji juga dapat menekan perkembangan bercak cokelat pada daun tomat sebesar 87,2% dan 62,1%.
Uji Ekstrak Metanol Biji Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni serta Produksi dan Perkecambahan Konidia Jamur Fusarium oxysporum f. sp. cepae Suganda, Tarkus; Kaltsum, Rumaisha Thifaaliyah; puspasari, Lindung Tri; Yulia, Endah
Agrikultura Vol 35, No 1 (2024): April, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i1.53887

Abstract

Fusarium oxysporum f. sp. cepae (FOC) adalah patogen penyebab penyakit moler pada bawang merah, dan termasuk salah satu patogen yang sulit untuk dikendalikan. Pengendalian menggunakan pestisida sintetik tidak dianjurkan karena mampu membahayakan ekosistem. Salah satu alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk pengendalian adalah dengan menggunakan pestisida nabati. Tanaman kembang telang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pestisida nabati, terutama bagian bijinya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan ekstrak metanol biji kembang telang dalam menghambat pertumbuhan koloni, produksi konidia, serta perkecambahan konidia FOC. Percobaan dilakukan di Laboratorium Fitopatologi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai dengan September 2023. Percobaan dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 6 konsentrasi ekstrak (0,1; 1; 2; 3; 4; 5%) dengan 4 ulangan. Pengujian terhadap penghambatan pertumbuhan koloni dilakukan menggunakan metode makanan beracun (poison food), sementara pengujian terhadap penghambatan produksi konidia dilakukan dengan menghitung kerapatan konidia setelah aplikasi ekstrak, dan pengujian terhadap penghambatan perkecambahan dilakukan dengan menghitung jumlah konidia yang berkecambah pada campuran agar-konidia yang telah diaplikasikan ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji kembang telang mampu menghambat pertumbuhan koloni dan perkecambahan konidia FOC, namun tidak mampu menghambat produksi konidianya. Penghambatan tertinggi terhadap pertumbuhan koloni ditunjukkan oleh konsentrasi 3-5% dengan persentase penghambatan 18,5-25,4%, sementara penghambatan tertinggi terhadap perkecambahan konidia ditunjukkan oleh konsentrasi 5%, dengan persentase penghambatan 18,1%.
Potensi Minyak Atsiri Biji Adas dalam Menginduksi Resistensi Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum acutatum J. H. Simmonds) Fahmi, Rahmad Bahaudin; Suganda, Tarkus; Yulia, Endah
Agrikultura Vol 35, No 2 (2024): Agustus, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i2.54580

Abstract

Induksi resistensi adalah strategi untuk meningkatkan ketahanan tanaman dengan mengaktifkan mekanisme pertahanan tanaman sehingga dapat mencegah infeksi patogen dari awal pertumbuhan tanaman. Minyak atsiri biji adas adalah salah satu agen penginduksi resistensi yang dapat meningkatkan ketahanan tanaman. Kandungan senyawa utama dalam minyak atsiri biji adas dilaporkan dapat merangsang produksi metabolit sekunder seperti fenolik dan flavonoid yang memiliki sifat antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan minyak atsiri biji adas sebagai agen penginduksi resistensi pada tanaman cabai, menelusuri cara aplikasi yang optimal guna menekan penyakit antraknosa serta mengidentifikasi perbedaan kandungan metabolit sekunder seperti fenolik dan flavonoid pada daun cabai setelah diinduksi. Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2023 hingga Maret 2024 di Laboratorium Fitopatologi dan rumah kaca Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, serta Laboratorium Aplikasi Kimia dan Pelayanan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan dan lima ulangan yaitu kontrol tidak diinokulasi, kontrol yang diinokulasi, perendaman benih, penyemprotan bibit, kombinasi perendaman benih dan penyemprotan bibit serta fungisida M-Bion 1/48 MZ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi antara perendaman benih dan penyemprotan bibit dengan minyak atsiri biji adas efektif meningkatkan ketahanan tanaman cabai terhadap penyakit antraknosa. Perlakuan kombinasi berhasil mengurangi perkembangan total penyakit antraknosa (AUDPC) pada daun cabai sebesar 29,75% dan menekan penyakit antraknosa pada buah cabai sebesar 45,75%. Hasil juga menunjukkan kandungan total fenolik dan flavonoid tertinggi pada perlakuan kombinasi antara perendaman benih dan pemyemprotan bibit dengan minyak atsiri biji adas masing-masing sebesar 0,87% dan 0,56%. Dengan demikian, perlakuan induksi resistensi menggunakan minyak atsiri biji adas memiliki potensi signifikan dalam pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabai.
Antagonisme jamur rizosfer tanaman karet terhadap Rigidoporus microporus secara in vitro dan in planta Yulia, Endah; Rahayu, Aldi; Suganda, Tarkus
Jurnal AGRO Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/17824

Abstract

Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus merupakan penyakit penting pada tanaman karet. Pengendalian penyakit JAP umumnya menggunakan fungisida sintetik yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan berbiaya mahal. Salah satu cara pengendalian penyakit tular tanah yang lebih murah dan efisien adalah pemanfaatan mikroorganisme antagonis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji antagonisme jamur rizosfer tanaman karet (JRK) terhadap R. microporus. Penelitian dilaksanakan dari November 2021 hingga Februari 2022 menggunakan metode survei di Perkebunan Karet Rakyat (PKR) Sakambangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat serta metode eksperimental di Laboratorium Fitopatologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Rancangan Acak Lengkap digunakan untuk dua uji antagonisme yaitu dual culture (in vitro) berupa perlakuan 17 isolat JRK dan kontrol R. microporus serta uji potongan akar (in planta) berupa perlakuan 8 isolat JRK dan dua kontrol dengan tiga kali ulangan. Dari hasil penelitian diperoleh 17 isolat jamur termasuk genus Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Gliocladium, Paecilomyces, Acremonium dan Cladosporium, serta empat isolat tidak teridentifikasi. Semua isolat menghambat pertumbuhan R. microporus pada uji in vitro dan kolonisasi pada uji in planta dengan penghambatan tertinggi masing-masing 86,07% dan 85,33%. Trichoderma sp., Aspergillus sp. dan Penicillium sp. merupakan jamur antagonis potensial untuk mengendalikan R. microporus asal PKR Sakambangan.ABSTRACTWhite root rot disease (WRRD) incited by Rigidoporus microporus is an important disease in rubber plants. WRRD is commonly controlled using synthetic fungicide, nevertheless it is expensive and harmful to environment. One way to control soil-borne diseases that is considered cheaper, efficient and safer is by using antagonistic microorganisms. This study aimed to examine the antagonism of rubber plant rhizosphere fungi (RRF) against R. microporus. The research was carried out from November 2021 to February 2022. Research used survey method at a rubber plantation in Sakambangan, Garut Regency, West Java, and experimental method at the Phytopathology Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. A Completely Randomized Design was used for the two antagonism tests, namely dual culture (in vitro) of 17 RRF isolates and R. microporus as control treatment while a rubber root piece test (in planta) was used for testing 8 RRF isolates and two control treatments with three replications. The results derived 17 fungal isolates in the genera of Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Gliocladium, Paecilomyces, Acremonium, Cladosporium, and four unidentified. All isolates inhibited the growth (86.07%) and colonization (85.33%) of R. microporus. Trichoderma sp., Aspergillus sp. and Penicillium sp. are potential antagonists against R. microporus of Sakambangan rubber plantation origin.
Inventory and Disease Incidence in 38 Accessions of Taro Plants (Colocasia esculenta L.) in Jatinangor, Sumedang Regency, West Java Yulia, Endah; Yunira, Alma; Hidayat, Syarif; Djaya, Luciana; Widiantini, Fitri; Suganda, Tarkus; Karuniawan, Agung
CROPSAVER Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cropsaver.v7i2.58942

Abstract

Taro is an important agricultural commodity with considerable prospects for international market competition. However, its cultivation faces several challenges, particularly pathogen infections that can lead to substantial yield losses. Conducting a disease inventory in taro plants is essential for effective disease management and serves as a preliminary step in developing resistant taro varieties. This study aimed to document diseases affecting 38 accessions of taro plants. The research was conducted from August to October 2021 at the Ciparanje Jatinangor Experimental Field and the Phytopathology Laboratory within the Department of Plant Pests and Diseases at the Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, located in Sumedang Regency. The methodology employed both qualitative and quantitative descriptive approaches. Data collection involved observing the incidence and severity of diseases, as well as identifying the pathogens responsible for the diseases. A total of 292 taro plants were examined during this study. The diseases identified included brown leaf spot (Cladosporium colocasiae), shot hole (Phoma sp.), orange leaf spot (Neojohnstonia colocasiae), white leaf spot (putative Pseudocercospora colocasiae), and leaf blight (Phytophthora colocasiae), along with other symptoms suspected to be caused by root pathogens and viruses.The most prevalent disease observed at the experimental site was brown spot disease, while leaf blight was identified as the most damaging. The incidence of leaf spot and leaf blight reached 100% across nearly all accessions of taro planted at the research site, with the highest severity of disease recorded at 49.65%.
Eksplorasi Jamur Entomopatogen sebagai Agen Biokontrol Lalat Buah Bactrocera spp. pada Berbagai Varietas Jeruk di Kabupaten Garut Keliat, Chrisnasari Yanti; Susanto, Agus; Maharani, Yani; Suganda, Tarkus
Agrikultura Vol 36, No 1 (2025): April, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i1.60842

Abstract

Bactrocera spp. merupakan salah satu hama utama pada buah jeruk yang menyebabkan kerugian hasil yang signifikan. Pengendalian ramah lingkungan diperlukan untuk mengatasi kerugian akibat serangannya. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi keberadaan jamur entomopatogen yang menginfeksi Bactrocera spp. serta menganalisis indeks keanekaragaman, kekayaan, kemerataan, dan dominansi entomopatogen pada tiga varietas jeruk di Kabupaten Garut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni hingga Oktober 2024 di tiga lokasi, jeruk Siam di Desa Neglasari, jeruk Keprok Terigas di Desa Kadungora, dan jeruk Lemon di Desa Sukatani. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sistematis pada area seluas 2500 m², dengan lima titik sampling yang ditentukan secara diagonal. Sampel tanah diambil dari 20 pohon pada kedalaman 0–10 cm dan disimpan dalam kondisi gelap pada suhu 4°C sebelum dianalisis. Metode yang digunakan yaitu umpan serangga menggunakan larva Tenebrio molitor. Jamur yang menyelubungi tubuh larva yang terinfeksi diisolasi dan diidentifikasi. Pada varietas Lemon didapatkan 7 isolat (4 B. bassiana, 3 M. anisopliae), varietas Siam 4 isolat (3 B. bassiana, 1 M. anisopliae), dan varietas Terigas 3 isolat (2 B. bassiana, 1 M. anisopliae). Penemuan jamur entomopatogen ini menunjukkan potensi keberadaan agen hayati untuk pengendalian Bactrocera spp. Indeks keanekaragaman (H’) rendah (0,56-0,68), indeks kekayaan (DMg) rendah (0,51-0,91), indeks kemerataan (E) tinggi (0,81-0,99), dan indeks dominansi (C) sedang (0,51-0,63). Meskipun indeks keanekaragaman dan kekayaan rendah, namun tingginya nilai kemerataan menunjukkan distribusi yang merata di dalam habitatnya. Penelitian ini menjadi dasar strategi konservasi, pengelolaan hayati, dan pemilihan isolat unggul untuk pengendalian Bactrocera spp. pada berbagai varietas jeruk.
Sensitivitas Fusarium oxysporum f.sp. cepae Isolat Kabupaten Garut terhadap Beberapa Jenis Fungisida pada Konsentrasi Subletal serta Virulensinya pada Dua Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Maulana, Ghifari Aditya; Yulia, Endah; Suganda, Tarkus
Agrikultura Vol 36, No 1 (2025): April, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i1.60439

Abstract

Penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae (FOC) merupakan salah satu penyakit paling merugikan pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Petani umumnya mengandalkan fungisida sintetis dengan bahan aktif yang terbatas dan sering kali digunakan dalam dosis tidak sesuai anjuran, sehingga berpotensi menurunkan keefektifan pengendalian serta memicu resistensi patogen. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sensitivitas tiga isolat FOC asal Kabupaten Garut (Suc1, Byb2, Smr3) terhadap berbagai bahan aktif fungisida dalam konsentrasi subletal, serta menguji virulensi ketiganya terhadap dua varietas bawang merah, yaitu Tuk-tuk dan Sumenep. Penelitian dilaksanakan pada Januari hingga November 2024. Uji sensitivitas dilakukan menggunakan metode poisoned food dengan empat taraf konsentrasi (1/2X, X, 3/4X, dan 2X; X = 1/10 konsentrasi anjuran) untuk mengukur penghambatan pertumbuhan koloni dan kerapatan konidia. Uji virulensi dilakukan tujuh minggu setelah tanam dengan mengamati intensitas penyakit, tinggi tanaman, dan bobot basah tanaman. Hasil menunjukkan bahwa seluruh isolat FOC masih sensitif terhadap semua jenis fungisida pada konsentrasi anjuran. Bahan aktif prokloraz + propikonazol menunjukkan keefektifan tertinggi dengan penghambatan koloni sebesar 93,33%. Azoksistrobin + difenokonazol efektif terhadap isolat Suc1 dan Smr3, namun kurang efektif terhadap Byb2 (maksimal 68,15%). Sementara itu, fungisida berbahan aktif tunggal klorotalonil, propineb, dan mankozeb menunjukkan penghambatan di bawah 50%. Virulensi FOC tetap tinggi dengan intensitas penyakit di atas 50% pada kedua varietas. Perlakuan dengan mankozeb menghasilkan intensitas penyakit tertinggi pada varietas Tuk-tuk (92,3%) dan klorotalonil pada varietas Sumenep (88,3%). Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun fungisida mampu menekan pertumbuhan FOC, patogen masih dapat menyebabkan penyakit serius pada tanaman bawang merah.
Co-Authors A.M. Kalay Aep Wawan Irawan Agung Karuniawan Agus Susanto Ai Siti Santriyani Amalia Murnihati Noerrizki Amanda, Lauren Thalita Andang Purnama Andhita Nadhirah Avissa Ayuningdiyas Azhhar Hadyarrahman Bari, Ichsan Nurul Budi Irawan Ceppy Nasahi Danar Dono Danar Dono Danar Dono Debby Ustari Dinda Y Wulandari Dinda Yulindar Wulandari Endah Rismawati Endah Yulia Endah Yulia Endah Yulia Yulia Fahmi, Rahmad Bahaudin Fitri Widiantini Gabbi Andria Dwitia Putri Harlino Nandha Prayudha Helmi Kurniawan Helmi Kurniawan Hersanti - Indah Nita Chrysilla Simarmata Ineu Sulastrini Iwan Setiawan Jabbar, Muhammad Aqshal Azizil Jutti Levita Kaltsum, Rumaisha Thifaaliyah Keliat, Chrisnasari Yanti Khairul Zen Kholifah, Sisca Noor Lindung Tri Puspasari Luciana Djaya, Luciana Martua Suhunan Sianipar Maulana, Ghifari Aditya Murdaningsih H. K. Neneng Sri Widayani Nenet Susniahti Noladhi Wicaksana Noor Istifadah Pini Komalasari Puspa Radityo Putri Putri Ardhya Anindita Rahayu, Aldi Rangga Irawan Prasetyo Reginawanti Hindersah Ridwan Setiamihardja RIKA MELIANSYAH Risma Yuniah Nur’haqi Rizky Ramdhani Rizqullah, Ahmad Fauzan Rohmah, Nanda Dea Nikmatu Sadeli Natasasmita Satriyo Restu Adhi SIska Rasiska, SIska Sofia Kholifatu Wahda Sri Hartati Sudarjat Sudarjat Sudarjat Sudarjat Syarif Hidayat Syarif Hidayat Toto Sunarto Tresna Kusuma Putri Trixie A. Ulimaz Trixie Almira Ulimaz Tualar Simarmata Tualar Simarmata Vergel Concibido Vergel Concibido Vergel Concibido Vergel Concibido Vira Kusuma Dewi Virda Aziza Virda Aziza Wahyu Daradjat Natawigena Wahyu Daradjat Natawigena, Wahyu Daradjat Wawan Kurniawan Yadi Supriyadi Yani Maharani, Yani Yulia, Endah Yulia Yunira, Alma Yusup Hidayat Yusup Hidayat