Claim Missing Document
Check
Articles

Evaluation Behavior of Highland Vegetable Farmers on West Bandung Regency To Use Good Pesticide Practices Rasiska, Siska; Sudarjat, Sudarjat; Dono, Danar; Suganda, Tarkus; Setiawan, Iwan
CROPSAVER Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cropsaver.v8i1.62005

Abstract

Synthetic pesticides are one of the pest control substances most widely used by highland vegetable farmers, including insecticides and fungicides. This research aims to evaluate the use of pesticides by highland vegetable farmers in Lembang and Cisarua Districts, West Bandung Regency. The methods used in this research are surveys and observations. Interviews using questionnaires were conducted with 90 highland vegetable farmers, in-depth interviews with extension workers and exporter institutions. Secondary data was obtained from the horticultural crop agriculture service and the Agriculture, Fisheries, and Forestry Extension Center. These data were analyzed descriptively regarding the knowledge, awareness, and skills of highland vegetable farmers in using pesticides. The results of the research show that highland vegetable farmers in Lembang and Cisarua Districts, West Bandung Regency, know the information on labels, especially dosage, target pests, method of application, and type of plant, also know the function of pesticides, dangers, prohibitions on disposing of pesticide waste, and the reasons. Farmers know the SOP for pesticide use from promotional materials, and direct training, as well as from extension workers. Farmers buy and use their own pesticides at agricultural shops, considering the target organisms and efficacy based on information from fellow farmers. Farmers mix two types of pesticides with water as a solvent,  put it first in a bucket, and stir with a stirrer. Pesticides are applied at 10.00-15.00 until they are finished, then wash the hands. Pesticides are stored in a locked place, such as a warehouse, and out of reach of children, and the packaging is burned. Farmers need to be given counseling and training on the correct SOPs, starting from preparation to handling spray equipment and waste.
Uji Keefektifan Serbuk Kulit Buah Kopi Robusta dalam Mengendalikan Nematoda Bengkak Akar (Meloidogyne spp.) dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat Suganda, Tarkus; Kholifah, Sisca Noor; Hidayat, Yusup
Agrikultura Vol 36, No 2 (2025): Agustus, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i2.65412

Abstract

Penyakit bengkak akar pada tanaman tomat oleh infeksi nematode Meloidogyne spp. merupakan salah satu penyakit utama yang sangat merugikan di seluruh dunia.  Tanaman tomat yang terinfeksi, pertumbuhannya kerdil, produksinya rendah, klorosis, mudah layu dan rentan terhadap infeksi oleh patogen lain.  Pengendalian penyakit ini sangat mengandalkan nematisida sintetik, yang walaupun efektif tetapi banyak menimbulkan berbagai masalah. Pencarian nematisida berbahan nabati menjadi alternatif yang banyak diteliti. Salah satu bahan nabati yang memiliki kandungan bahan aktif bersifat nematisidal adalah kulit buah kopi. Pengujian keefektifan kulit buah kopi sebagai nematisida nabati belum banyak dilakukan, terutama kulit buah kopi Robusta, jenis kopi yang paling banyak ditanam, paling banyak menghasilkan limbah kulit kopi karena belum banyak dimanfaatkan. Dalam penelitian ini empat dosis serbuk kulit buah kopi Robusta (50 g; 100 g; 150 g, dan 200 g dicampurkan dengan 2 kg tanah terpasteurisasi sebagai media tanam di dalam polybag. Varietas tomat yang digunakan adalah var. Ratna. Nematisida karbofuran dosis anjuran 2 g digunakan sebagai pembanding dan perlakuan kontrol sebagai tanpa perlakuan. Perlakuan percobaan di rumah kaca ditata dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 6 ulangan. Setiap polybag diinokulasi dengan 2000 juvenil II. Penanaman tanaman tomat dilakukan dua kali, penanaman II dilakukan setelah tanaman tomat penamaman I dicabut pada 35 HST. Pada Pengamatan I diamati jumlah gall akar dan tinggi tanaman, sedangkan pada Pengamatan II diamati jumlah gall, jumlah larva dalam 100 ml tanah, dan tinggi tanaman. Hasil pengujian menunjukkan bahwa serbuk kulit buah kopi Robusta efektif sebagai nematisida dalam menekan jumlah gall akar, jumlah larva pada 100 ml tanah, dan meningkatkan tinggi tanaman.  Tidak terlihat ada gejala toksik pada tanaman oleh dosis serbuk kulit buah kopi Robusta yang diuji.
Strategi Pengendalian Terpadu Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung: Penyuluhan Terhadap Kelompok Tani Widara Cigasong Majalengka Suganda, Tarkus; Susanto, Agus; Yulia, Endah; Hersanti, Hersanti; Widiantini, Fitri; Natawigena, Wahyu Daradjat
Agrikultura Masyarakat Tani Vol 2, No 3 (2025): Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrimasta.v2i3.65476

Abstract

Penyakit bulai yang disebabkan oleh oomiset Peronosclerospora spp. merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman jagung. Di Majalengka, pada musim tanam 2021/2022 serangannya mencapai sekitar 20% pertanaman jagung, dengan kehilangan hasil diperkirakan mencapai 40% pada lahan yang tidak dilakukan pengendalian. Untuk mengendalikan penyakit bulai diperlukan strategi pengendalian terpadu, yang menurut laporan Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) setempat, para petani masih kurang mendapatkan informasi tentang strategi pengendalian penyakit bulai yang benar. Satu kegiatan penyuluhan tentang strategi pengendalian terpadu telah dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2025 di Balai Desa Cigasong Majalengka. Kegiatan penyuluhan dilakukan dalam dua tahap, dimulai dengan pemaparan materi dan diskusi, kemudian dilanjutkan dengan kunjungan dan demonstrasi pengendalian di lapangan.  Hasil diskusi menunjukkan bahwa pengetahuan petani Kelompok Tani Widara tentang pengendalian penyakit bulai masih belum benar. Demonstrasi cara penanganan penyakit bulai di lapangan mendapat apresiasi dari petani dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam praktik budidaya tanaman jagung yang benar untuk mengendalikan penyakit bulai.  Booklet panduan penanganan penyakit bulai yang dibagikan kepada petani, diharapkan menjadi pedoman berkelanjutan
Antagonisme jamur rizosfer tanaman karet terhadap Rigidoporus microporus secara in vitro dan in planta Yulia, Endah; Rahayu, Aldi; Suganda, Tarkus
Jurnal AGRO Vol. 9 No. 1 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/17824

Abstract

Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus merupakan penyakit penting pada tanaman karet. Pengendalian penyakit JAP umumnya menggunakan fungisida sintetik yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan berbiaya mahal. Salah satu cara pengendalian penyakit tular tanah yang lebih murah dan efisien adalah pemanfaatan mikroorganisme antagonis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji antagonisme jamur rizosfer tanaman karet (JRK) terhadap R. microporus. Penelitian dilaksanakan dari November 2021 hingga Februari 2022 menggunakan metode survei di Perkebunan Karet Rakyat (PKR) Sakambangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat serta metode eksperimental di Laboratorium Fitopatologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Rancangan Acak Lengkap digunakan untuk dua uji antagonisme yaitu dual culture (in vitro) berupa perlakuan 17 isolat JRK dan kontrol R. microporus serta uji potongan akar (in planta) berupa perlakuan 8 isolat JRK dan dua kontrol dengan tiga kali ulangan. Dari hasil penelitian diperoleh 17 isolat jamur termasuk genus Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Gliocladium, Paecilomyces, Acremonium dan Cladosporium, serta empat isolat tidak teridentifikasi. Semua isolat menghambat pertumbuhan R. microporus pada uji in vitro dan kolonisasi pada uji in planta dengan penghambatan tertinggi masing-masing 86,07% dan 85,33%. Trichoderma sp., Aspergillus sp. dan Penicillium sp. merupakan jamur antagonis potensial untuk mengendalikan R. microporus asal PKR Sakambangan.ABSTRACTWhite root rot disease (WRRD) incited by Rigidoporus microporus is an important disease in rubber plants. WRRD is commonly controlled using synthetic fungicide, nevertheless it is expensive and harmful to environment. One way to control soil-borne diseases that is considered cheaper, efficient and safer is by using antagonistic microorganisms. This study aimed to examine the antagonism of rubber plant rhizosphere fungi (RRF) against R. microporus. The research was carried out from November 2021 to February 2022. Research used survey method at a rubber plantation in Sakambangan, Garut Regency, West Java, and experimental method at the Phytopathology Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. A Completely Randomized Design was used for the two antagonism tests, namely dual culture (in vitro) of 17 RRF isolates and R. microporus as control treatment while a rubber root piece test (in planta) was used for testing 8 RRF isolates and two control treatments with three replications. The results derived 17 fungal isolates in the genera of Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Gliocladium, Paecilomyces, Acremonium, Cladosporium, and four unidentified. All isolates inhibited the growth (86.07%) and colonization (85.33%) of R. microporus. Trichoderma sp., Aspergillus sp. and Penicillium sp. are potential antagonists against R. microporus of Sakambangan rubber plantation origin.
Percobaan Lapangan Aplikasi Campuran Minyak Mimba (Azadirachta indica) dan Jarak (Ricinus communis) terhadap Kutu Daun (Aphis Glycines) pada Tanaman Kedelai Jabbar, Muhammad Aqshal Azizil; Dono, Danar; Suganda, Tarkus
Agrikultura Masyarakat Tani Vol 1, No 2 (2024): Maret
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrimasta.v1i2.53521

Abstract

Kedelai (Glycines max) merupakan tanaman pangan nasional yang kebutuhannya terus meningkat setiap tahunnya. Produktivitas kedelai pada tahun 2020 masih sebesar 15.69 ku/ha sedangkan target produktivitas kedelai pada tahun 2020 yaitu 16.58 ku/ha. Serangan hama merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas kedelai, hama yang menyerang antara lain yaitu kutu daun (Aphis glycines). Aplikasi insektisida nabati merupakan salah satu alternatif untuk mengendalikan hama kutu daun. Tanaman yang memiliki potensi sebagai insektisida nabati yaitu mimba dan jarak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui campuran minyak mimba dan jarak dalam meningkatkan keefektifan dan mendapatkan konsentrasi yang efektif dalam mengendalikan hama kutu daun. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, pada bulan Juni hingga Oktober 2023. Bahan yang digunakan formulasi insektisida minyak mimba, jarak dan campurannya, serta insektisida sintetik, dan tanaman kedelai varietas gepak kuning. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas delapan perlakuan dan tiga ulangan. Delapan perlakuan termasuk kontrol, minyak mimba konsentrasi 1%, minyak jarak konsentrasi 1%, campuran minyak mimba dan jarak (1:1) dengan beberapa konsentrasi yaitu 0,5%; 0,75%; 1,0% dan 1,25%, dan insektisida sipermetrin 0.4%. Hasil penelitian menunjukkan formulasi insektisida campuran minyak mimba dan jarak serta minyak tunggalnya memiliki keefektifan yang sama dalam mengendalikan kutu daun. Formulasi insektisida campuran minyak mimba dan jarak pada konsentrasi 0.5%; 0.75%; 1.0% dan 1.25% efektif dalam mengendalikan A. glycines dan menekan kerusakan daun. Formulasi insektisida tunggal dan campurannya tidak menimbulkan efek negatif terhadap Polyrhachis dives dan Harmonia octomaculata. Oleh karena itu insektisida campuran minyak mimba dan jarak dapat digunakan oleh petani untuk mengendalikan hama tersebut pada pertanaman kedelainya.
In-Vitro Antifungal Test of Methanol Extract of Butterfly Pea (Clitoria ternatea L.) Seeds Against Colletotrichum sp. the incitant of anthracnose of Red Chilli Suganda, Tarkus; Amanda, Lauren Thalita; Maharani, Yani
CROPSAVER Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cropsaver.v6i2.48350

Abstract

Colletotrichum sp. the incitant of anthracnose, is very detrimental disease in chili plants. Anthracnose control relies on synthetic fungicides that can have a negative impact on the environment and human health, so more environmentally friendly control alternatives are needed. The butterfly pea plant (Clitoria ternatea L.) is often used as a traditional medicine because it contains functional compounds that are antifungal and antibacterial. This study aimed to test the antifungal effect of the methanol extract of butterfly pea seeds against Colletotrichum sp. of chili plants. The research was carried out from February to April 2023 at the Phytopathology Laboratory of the Department of Pests and Plant Diseases, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The research method used was an experimental method with poison food techniques in a Completely Randomized Design consisted of 5 treatments with 5 replications. The treatment concentrations of extract used consisted of 1%, 2%, 3%, control, and fungicide mancozeb 0.2% as a comparison. The results showed that the methanol extract of butterfly pea seeds provided the highest inhibition of colony growth (34%) at a concentration of 3%. Inhibition of conidia production of 28.8% was shown at a concentration of 1% but no inhibition at concentrations of 2% and 3%. Methanol extract from butterfly pea seeds could not inhibit the germination of conidia of the fungus Colletotrichum sp. but the germinated conidia become aborted and fail to develop as miselia. The effectiveness of the methanol extract of butterfly pea seeds is still lower than the mancozeb fungicide.
Co-Authors A.M. Kalay Aep Wawan Irawan Agung Karuniawan Agus Susanto Ai Siti Santriyani Amalia Murnihati Noerrizki Amanda, Lauren Thalita Andang Purnama Andhita Nadhirah Avissa Ayuningdiyas Azhhar Hadyarrahman Bari, Ichsan Nurul Budi Irawan Ceppy Nasahi Danar Dono Danar Dono Danar Dono Debby Ustari Dinda Y Wulandari Dinda Yulindar Wulandari Endah Rismawati Endah Yulia Endah Yulia Endah Yulia Yulia Fahmi, Rahmad Bahaudin Fitri Widiantini Gabbi Andria Dwitia Putri Harlino Nandha Prayudha Helmi Kurniawan Helmi Kurniawan Hersanti - Indah Nita Chrysilla Simarmata Ineu Sulastrini Iwan Setiawan Jabbar, Muhammad Aqshal Azizil Jutti Levita Kaltsum, Rumaisha Thifaaliyah Keliat, Chrisnasari Yanti Khairul Zen Kholifah, Sisca Noor Lindung Tri Puspasari Luciana Djaya, Luciana Martua Suhunan Sianipar Maulana, Ghifari Aditya Murdaningsih H. K. Neneng Sri Widayani Nenet Susniahti Noladhi Wicaksana Noor Istifadah Pini Komalasari Puspa Radityo Putri Putri Ardhya Anindita Rahayu, Aldi Rangga Irawan Prasetyo Reginawanti Hindersah Ridwan Setiamihardja RIKA MELIANSYAH Risma Yuniah Nur’haqi Rizky Ramdhani Rizqullah, Ahmad Fauzan Rohmah, Nanda Dea Nikmatu Sadeli Natasasmita Satriyo Restu Adhi SIska Rasiska, SIska Sofia Kholifatu Wahda Sri Hartati Sudarjat Sudarjat Sudarjat Sudarjat Syarif Hidayat Syarif Hidayat Toto Sunarto Tresna Kusuma Putri Trixie A. Ulimaz Trixie Almira Ulimaz Tualar Simarmata Tualar Simarmata Vergel Concibido Vergel Concibido Vergel Concibido Vergel Concibido Vira Kusuma Dewi Virda Aziza Virda Aziza Wahyu Daradjat Natawigena Wahyu Daradjat Natawigena, Wahyu Daradjat Wawan Kurniawan Yadi Supriyadi Yani Maharani, Yani Yulia, Endah Yulia Yunira, Alma Yusup Hidayat Yusup Hidayat