Articles
Penggunaan Media Congklak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pembagian Bilangan Cacah di SD
Jurinih Jurinih;
Yusuf Suryana;
Nana Ganda
COLLASE (Creative of Learning Students Elementary Education) Vol 5, No 6 (2022)
Publisher : IKIP Siliwangi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22460/collase.v5i6.12267
Penelitian ini berlatar belakang karena peneliti ingin mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar matematika tentang konsep pembagian bilangan cacah di kelas II SDN 1 Pagerageung, namun masih sebagian dari peserta didik yang belum dapat meningkatkan hasil belajarnya. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana keefektifan media congklak terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi pembagian bilangan cacah, selain itu media ini juga dapat memudahkan peserta didik menyelesaikan permasalahan terkait pembagian bilangan cacah yang mereka anggap rumit. Cara kerja media congklak ini sangat sederhana, untuk menyelesaikan soal pembagian, peserta didik hanya perlu memasukan biji congklak kedalam lobang sesuai dengan soal yang diberikan oleh guru dan menghitung berapa banyaknya biji pada seluruh lobang. Pemnfaatan media congklak ini dalam proses pembelajaran matematika dikelas dapat menghilangkan kesan matematika yang rumit dan sulit dimengerti. Karena dengan memanfaatkan media ini peserta didik dapat secara langsung menggali pengetahuan dan keterampilan dalam berhitung, membuat materi yang abstrak menjadi kongkret, serta peserta didik senang belajar karena disamping itu juga mereka dapat bermain. Sehingga peserta didik jadi lebih muda dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dan disetiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakkan, observasi dan juga refleksi. Siklus berhenti ketika target keberhasilan telah tercapai. Instrument penggumpulan data yang di gunakan yaitu : Lembar tes hasil belajar, lembar observasi guru, lembar observasi peserta didik, dan wawancara dengan guru kelas II. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya. Peningkatan tersebut di tunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siklus I dengan nilai rata-rata 79% dan siklus II terjadi peningkatan dengan memperoleh nilai rata-rata 90%. Maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan media congklak dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika tentang konsep pembagian bilangan cacah pada kelas II SDN 1 Pagerageung.
Analisis Konsep Penjumlahan Dua Bilangan Cacah Melalui Permainan Ular tangga Untuk Siswa SD Kelas 1
Sri Mulyani;
Epin Nuraeni L;
Yusuf Suryana;
Ika Fitri A
COLLASE (Creative of Learning Students Elementary Education) Vol 5, No 5 (2022)
Publisher : IKIP Siliwangi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22460/collase.v5i5.12147
Matematika merupakan ilmu yang melekat pada kehidupan sehari-hari dimana, pada pelajaran matematika terdapat penjumlahan serta pengurangan bilangan bulat. Dengan mahir berhitung serta memahami konsep penjumlahan serta pengurangan bilangan bulat akan memudahkan siswa dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Untuk menjaga pembejaran dengan menyenangkan tentunya dibutuhkan media pembelajaran yang mendukung dimana, siswa senantiasa belajar dengan kreatif dan memahami konsep-konsep dengan mudah. Menurut Afandi R (2015) menyatakan bahwa salah satu media pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif adalah permaianan. Dengan media permbelajaran berbasis permaianan siswa dapat berpikir aktif dan kreatif. Media pembalajaran ini merupakan alat bantu untuk memudahkan penyampaian guru dalam menjelaskan mengenai konsep matematia dengan cara yang interakrif. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa media pembelajaran tentunya sangat membantu untuk guru dalam menjelaskan konsep matematika pernyataan ini didukung oleh teori perkembangan kognitif anak, menurut Piaget (1961) pada anak usia (7 sampai 14 tahun)termasuk kedalam tahapan operasional konkret. Dimana, siswa pada usia tersebut menggunakan logikanya tetapi dengan dukungan hal-hal konkret. Menurut peneliti media pembelajaran berbasis permainan dapat digunakan untuk siswa Sekolah Dasar mengingat media permaianan dalam proses pembelajaran menimbulkan interaksi dan pemikiran yang aktif bagi siswa. Menurut A. F. Pakpahan dkk (2020) dalam bukunya yang berjdudul pengembangan media pembelajaran menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan saluran pesan yang digunakan sebagai sarana komunikasi pada kegiatan belajar mengajar. Pesan yang dimaksud merupakan suatu informasi berupa materi pebelajaran dimana, keberadaaan media sebagai sarana agar penyampaian materi dan informasi bisa diterima dengan mudah oleh siswa.
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SPADE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DI SEKOLAH DASAR
Azis Muslim;
Epon Nur’aeni L;
Yusuf Suryana;
Muhammad Rijal Wahid Muharram
Attadib: Journal of Elementary Education Vol 6, No 2 (2022): Attadib: Journal of Elementary Education
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32507/attadib.v6i2.1345
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penggunaan model pembelajaran SPADE dalam peningkatan hasil belajar matematika peserta didik pada materi perkalian dan pembagian di sekolah dasar. Dilatarbelakangi oleh kesulitan peserta didik terhadap proses belajar matematika materi perkalian dan pembagian. Pembelajaran yang telah dilaksanakan belum mencapai hasi sesuai harapan. Ditunjukkan dengan masih rendahnya hasil belajar peserta didik pada materi perkalian dan pembagian. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan pengumpulan data menggunakan instrumen tes (pretest dan posttest). Sampel dalam penelitian ini peserta didik kelas II SDN 1 Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya dengan teknik saturation sampling. Kelas IIA sebagai kelompok eksperimen dan kelas IIB sebagai kelompok kontrol. Hasil analisis data pretest-posttest diolah menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t menghasilkan skor signifikansi 0,026 dengan taraf signifikan sebesar 5% dan diperoleh skor thitung = 2,313 dengan taraf signifikansi 5% menghasilkan ttabel = 1,687. Dengan demikian, disimpulkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran SPADE dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi perkalian dan pembagian serta lebih baik daripada penggunaan model konvensional di Sekolah Dasar.
Pengembangan Perencanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Higher Order Thinking Skill di Sekolah Dasar
Prima Silmi Selvyanti;
Yusuf Suryana;
Oyon Haki Pranata
PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 7, No 4 (2020): PEDADIDAKTIKA
Publisher : Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (738.713 KB)
|
DOI: 10.17509/pedadidaktika.v7i4.30135
Perencanaan pembelajaran adalah salah satu tujuan untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien, oleh karena itu setiap satuan pendidikan harus menyusun perencanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Perencanaan pembelajaran dalam bidang studi matematika di beberapa daerah Kabupaten Tasikmalaya sudah mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi namun belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran matematika hanya dapat mengembangkan keterampilan berpikir rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perencanaan pembelajaran matematika yang dibuat oleh guru dan menghasilkan produk perencanaan pembelajaran matematika berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di sekolah dasar, agar pembelajaran matematika menekankan keterampilan berpikir tingkat tinggi sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan Design Based Research (DBR) dengan menggunakan tahapan penelitian menurut Reeves, yaitu : 1)identifikasi dan analisis masalah oleh peneliti dan praktisi secara kolaboratif; 2)mengembangkan solusi yang didasarkan pada patokan teori, design principle yang ada dan inovasi teknologi; 3)melakukan proses berulang untuk menguji dan memperbaiki solusi secara praktis; 4)refleksi untuk menghasilkan design principle serta meningkatkan implementasi dan solusi secara praktisi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan observasi, wawancara, studi dokumentasi dan kuesioner. Lokasi penelitian di dua sekolah dasar di Kabupaten Tasikmalaya
Pengaruh Interactive Learning terhadap Minat Belajar Siswa pada Penjumlahan Operasi Hitung Bilangan Bulat
Annisa Dahlia;
Oyon Haki Pranata;
Yusuf Suryana
PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 7, No 4 (2020): PEDADIDAKTIKA
Publisher : Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (934 KB)
|
DOI: 10.17509/pedadidaktika.v7i4.30129
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Interactive Learning Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Penjumlahan Operasi Hitung Bilangan Bulat”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil studi pendahuluan peneliti yang dilakukan di Sekolah Dasar. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar dalam matematika khususnya mengenai penjumlahan bilangan bulat masih kurang dipahami oleh siswa karena kurang maksimalnya penggunaan media tentang pengurangan bilangan bulat, sehingga tidak adanya minat siswa untuk belajar matematika. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah pengaruh minat belajar siswa dalam penjumlahan operasi hitung bilangan bulat melalui interactive learning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pre-eksperimen dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket dan observasi. Sampel penelitian adalah 31 siswa kelas IV SDN Kamulyan Manonjaya, Tasikmalaya. Berdasarkan analisis, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pra perlakuan = 7,8065 dan rata-rata pasca perlakuan = 8,0968 dengan n1 = 31 dan n2 = 31 diperoleh thitung = 1,966. Dengan α = 5% diperoleh ttabel = 1,695. Berdasarkan tabel diperoleh 0,047 0,05, melalui perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh data thitung ttabel dan p-value α , maka dapat disimpulkan penolakan terhadap H0. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil angket paska perlakuan lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata hasil angket pra perlakuan, maka dapat dikatakan bahwa interactive learning efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa pada penjumlahan operasi hitung bilangan bulat. Hal ini menunjukan bahwa minat belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis interactive learning.
Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Operasi Hitung Campuran
Sri Wulandari;
Oyon Haki Pranata;
Yusuf Suryana
PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 5, No 3 (2018): PEDADIDAKTIKA
Publisher : Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (851.928 KB)
|
DOI: 10.17509/pedadidaktika.v5i3.12642
Pemecahan masalah merupakan bagian dari pembelajaran matematika yang sangat penting untuk mendorong siswa mampu memecahkan masalah matematika. Salah satu pembelajaran matematika yang mendorong siswa mampu memecahkan permasalahan adalah dengan pemberian soal cerita. Namun masih banyak siswa sekolah dasar yang kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita karena kurangnya pemahaman seperti bagaimana cara menyelesaikan soal sehingga soal yang diberikan tidak bisa dijawab dan menjadi masalah bagi siswa itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siwa dalam memecahkan masalah dan mengetahui apakah terdapat perbedaan sebelum diberi perlakuan startegi pemecahan masalah dan setelah diberi perlakuan strategi pemecahan masalah, serta mencari pengaruh strategi pemecahan masalah. Metode penelitian yang dilaksanakan adalah metode Eksperimen dengan bentuk desain Pre Eksperiment One-Group Pretest-Posttest Design. Strategi pemecahan masalah berdasarkan teori Polya yang memiliki empat langkah penyelesaian yaitu memahami masalah, melakukan rencana penyelesaian, menyelesaikan penyelesaian dan memeriksa kembali. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran sebelum diberi perlakuan strategi pemecahan masalah masih sangat rendah, dan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran setelah diberi perlakuan strategi pemecahan masalah adalah tinggi sehingga terdapat pengaruh strategi pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran
Desain Didaktis Volume Kubus dan Balok untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Hari Ahmad Zulfikar;
Yusuf Suryana;
Dindin Abdul Muiz Lidinillah
PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 5, No 1 (2018): PEDADIDAKTIKA
Publisher : Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (698.862 KB)
|
DOI: 10.17509/pedadidaktika.v5i1.7205
Penelitian ini didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai pemecahan masalah volume kubus dan balok. Pemahaman konsep volume kubus dan balok tidak dimiliki oleh siswa secara utuh karena adanya hambatan belajar terkait keterbatasan konteks yang dialami siswa pada saat pertama kali mempelajari konsep volume kubus dan balok. Konsep tersebut menjadi pondasi dalam pemecahan masalah berkaitan dengan volume kubus dan balok, agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat tercapai. Sehingga hambatan belajar yang dialami oleh siswa harus mendapatkan antisipasi dari guru melalui proses pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Peneliti merancang dan menyusun sebuah desain didaktis yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Desain didaktis tersebut dirancang dan disusun untuk mengatasi atau meminimalisir hambatan belajar yang dialami oleh siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Didactical Design Research (DDR) yang terdiri dari tiga tahapan. Tiga tahapan tersebut yaitu, analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Hypothetical Learning Trajectory (HLT) dan Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP), analisis metapedadidaktik, dan analisis retrospektif yang mengaitkan antara hasil analisis situasi didaktis dengan hasil analisis metapedadidaktik. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik triangulasi data (observasi, wawancara dan dokumentasi). Proses pengembangan desain didaktis berupa bahan ajar dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Setiamulya. Desain didaktis dikembangkan berbasis pemecahan masalah berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis yang pilih oleh peneliti, yaitu memfokuskan pertanyaan, mendefinisikan istilah dan pertimbangan dalam tiga dimensi (bentuk, strategi, dan isi), serta membuat dan menentukan pertimbangan nilai. Penelitian ini menghasilkan data mengenai hambatan belajar yang dialami oleh siswa, desain didaktis yang dapat meminimalisir hambatan belajar yang dialami oleh siswa, dan implementasi desain didaktis dalam proses pembelajaran.
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated Reading Composition untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Cerita Matematika
Nurtika Risyida;
Yusuf Suryana;
Hodidjah Hodidjah
PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 5, No 4 (2018): PEDADIDAKTIKA
Publisher : Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (486.267 KB)
|
DOI: 10.17509/pedadidaktika.v5i4.12559
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa di Sekolah Dasar dalam pembelajaran matematika soal cerita. Hal ini dimungkinkan kurang maksimalnya variasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yaitu model cooperative learning tipe CIRC. Tujuan penelitian ini secara umum untuk mendeskripsikan penerapan model cooperative learning tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam soal cerita matematika, sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan dan di kembangkan pada proses pembelajaran di sekolah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V-A dan V-B SDN Sambongpermai Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Sampel dalam penelitian ini beberapa siswa kelas V-A dan V-B yang dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan (purposive) yaitu 27 siswa kelas V-B sebagai kelas eksperimen dan 27 siswa V-A sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari soal uraian, lembar observasi dan lembar angket. Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis, disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah soal cerita matematika dengan menerapkan pembelajaran model cooperative learning tipe CIRC lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah soal cerita matematika tanpa menerapkan model cooperative learning tipe CIRC. Hal ini ditunjukan dengan hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil posttest siswa kelas eksperimen 83,37 kelas kontrol 68,96, dan kualitas peningkatan (n-gain) kelas eksperimen 0,71 (tinggi) lebih besar dari kelas kontrol 0,41(sedang).