Claim Missing Document
Check
Articles

JARINGAN PERNIAGAAN HITU SEBAGAI BANDAR REMPAH DAN KAJIAN POTENSI PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM KURIKULUM MERDEKA UNTUK JENJANG SMK Ersanda, Privera Ajeng; Wahyudi, Deny Yudo
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0330v6i2p264-285

Abstract

Abstract: This study discusses the Hitu spice trade network and studies the potential for learning history in the Independent Curriculum for the SMK level. The writing of this study uses the literature study method by conducting an assessment of various literature in the form of articles, books, scientific journals, and previous studies that is relevant to the topic to be studied. The result of writing this study is that the Maluku Islands have been known as a trade network in the archipelago. The growth of the Hitu spice trading network is related to the creation of interaction and connectivity with local and foreign traders. Having a strategic location, Ambon Island is a place for boats and ships to stop as well as a spice trading market. This is because the Ambon coastal area connects ports or ports in the Maluku Islands which form a local network for trading activities with the main commodities being cloves and nutmeg. With the increasing number of Hitu, this led to the formation of a kingdom known as the Tanah Hitu Kingdom and was formed by the Four Primes. The arrival of the Portuguese to Hitu initially did not have a bad influence, but over time there were differences in interests which led to the Portuguese being expelled from Hitu. Then at the end of the 16th century the arrival of the Portuguese was followed by the Dutch and in 1605 succeeded in subduing the Portuguese and controlling Ambon. In an effort to achieve the learning objectives in the Independent Curriculum, vocational school history subject teachers are required to be able to design learning by utilizing various media and learning models that support the implementation of the Independent Curriculum, namely digital-based learning media and project-based learning models. Thus, the purpose of writing this study was to design an innovative and creative history lesson, and it is hoped that it will create future generations who are educated and able to compete globally in order to advance the quality of education in Indonesia. Abstrak: Kajian ini membahas mengenai jaringan perniagaan rempah Hitu dan kajian potensi pembelajaran sejarah dalam Kurikulum Merdeka untuk jenjang SMK. Penulisan kajian ini menggunakan metode studi pustaka dengan melakukan pengkajian terhadap berbagai literatur baik berupa artikel, buku, jurnal ilmiah, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang akan dikaji. Hasil dari penulisan kajian ini adalah Kepulauan Maluku telah dikenal sebagai jaringan perniagaan di Nusantara. Tumbuhnya jaringan perniagaan rempah Hitu berkaitan dengan terciptanya interaksi dan konektivitas dengan para pedagang lokal dan asing. Memiliki letak yang strategis, Pulau Ambon menjadi tempat singgah perahu dan kapal sekaligus pasar perniagaan rempah. Hal tersebut karena wilayah pesisir Ambon menghubungkan pelabuhan atau bandar di Kepulauan Maluku yang membentuk jaringan lokal bagi aktivitas perniagaan dengan komoditi utama cengkeh dan pala. Dengan semakin ramainya Hitu, maka mendorong terbentuknya suatu kerajaan   yang dikenal dengan Kerajaan Tanah Hitu dan dibentuk oleh Empat Perdana. Kedatangan Portugis ke Hitu pada  awalnya tidak memunculkan pengaruh buruk, namun seiring berjalannya waktu terdapat perbedaan kepentingan yang membuat Portugis terusir dari Hitu. Kemudian pada akhir abad ke 16 kedatangan Portugis disusul oleh Belanda dan pada tahun 1605 berhasil menundukkan Portugis serta menguasai Ambon. Sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka, guru mata pelajaran sejarah SMK dituntut harus mampu mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan model pembelajaran yang menunjang penerapan Kurikulum Merdeka yakni media pembelajaran berbasis digital dan model pembelajaran berbasis projek. Sehingga, tujuan penulisan kajian ini dilakukan untuk mendesain pembelajaran sejarah yang inovatif dan kreatif, serta diharapkan dapat mewujudkan penerus bangsa yang terdidik dan mampu  bersaing secara global guna memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
Nilai-nilai kearifan lokal wayang topeng malangan sebagai sumber pembelajaran sejarah Mahfud, Muhammad Hasmal; Wahyudi, Deny Yudo
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v3i22023p225-233

Abstract

Local wisdom is considered a solution to the nation's moral problems, which have been eroded by the negative side of globalism. Wayang Topeng Malangan is one of Malang's unique local wisdoms and has potential as a source of learning history, especially in Malang. The goal of this research was to look into local values in Malangan Mask Wayang art to use as a source for learning history in school. This research method uses qualitative methods and data collection through literature and interviews. The result is that the local wisdom of Wayang Topeng Malangan contains values in the form of religious values, moral values, and aesthetic values. The use of the Malangan Mask Puppet as a source for learning history in class can be used as an apperception for learning Hindu-Buddhist history in phase E or grade 10 high school in the form of apperception photos, pictures, and apperception videos and texts.Kearifan lokal dinilai sebagai solusi bagi permasalahan moral bangsa yang tergerus sisi negatif globalisme. Wayang Topeng Malangan salah satu kearifan lokal khas Malang dengan potensi sebagai sumber belajar sejarah khususnya di Malang. Tujuan penelitian ini untuk menggali nilai-nilai lokal dalam kesenian Wayang Topeng Malangan untuk digunakan sebagai sumber belajar sejarah di kelas. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan data dengan kepustakaan dan wawancara. Hasilnya kearifan lokal Wayang Topeng Malangan mengandung nilai-nilai berupa nilai religius, nilai moral, dan nilai estetika. Penggunaan Wayang Topeng Malangan sebagai sumber belajar sejarah dikelas dapat digunakan sebagai apersepsi pembelajaran sejarah Hindu Budha di fase E atau kelas 10 SMA berupa apersepsi foto atau gambar dan apersepsi video dan naskah.
INSKRIPSI PADA RELIEF PARTAYAJÑA DI CANDI JAGO Galeswangi, Rakai Hino; Wahyudi, Deny Yudo; Putra, Candra Kurnia
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 1 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i12022p163-181

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang inskripsi yang terdapat pada Candi Jago yang berlokasi diwilayah Malang, Jawa Timur. Inskripsi yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini tepatnya terletak pada bagian relief Partayajña. Secara spesifik, inskripsi tersebut berada pada panil yang menceritakan Arjuna sedang berada  di tepi pantai atau telaga yang terdapat batu karang berbentuk gajah tempat tinggal para penyair. Ditulisnya inskripsi pada bagian tersebut tentunya memiliki maksud tertentu yang perlu untuk dikaji, sebab inskrispsi tersebut hanya terdapat pada satu bagian panil pada relief Partayajña saja. Pengkajian inskripsi ini untuk mengetahui maksud ditulisnya dan hubungan inskripsi dengan relief Partayajña Candi Jago. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan kajian arkeologi-sejarah. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa inskripsi tersebut terbaca sebagai “i pahat”  yang diartikan “pahatan, ukiran, patung”, fungsinya sebagai penegas gambar gajah dan situasi sekitarnya, serta adanya hubungan antara inskripsi “i pahat” dengan relief Partayajña adegan perjalanan Arjuna ketika berada di pantai atau telaga, yaitu menunjuk kepada sebuah karang berbentuk gajah, dan juga sebagai simbol tempat tinggal para penyair. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya.
Potensi Prasasti Canggu Sebagai Sumber Belajar Sejarah Maritim Kerajaan Majapahit Kelas X SMA Tyas, Novita Dwi Wahyuneng; Wahyudi , Deny Yudo
Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 7 No 3 (2024)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/cetta.v7i3.3372

Abstract

This research aims to determine and analyze the potential content of the Canggu Inscription to be used as an alternative learning resource for high school students, as well as to determine the opportunities and relevance of using the Canggu Inscription as a historical learning resource. In this research, the library research method was used. With the help of a content analysis approach, using the library study stages. In this writing, we utilize literature studies originating from several journal articles, books, official websites that are relevant and appropriate to the topic discussed. This study will also provide alternative additional material related to the Canggu Inscription, including a description of the contents of the Canggu Inscription, life in government, economics, religion, as well as patterns of diplomatic relations and trade bureaucracy that occurred at that time, which is linked to the content of learning outcomes so that it will can be used as an alternative learning resource for students, especially at class X high school level.
ANALISIS POTENSI PRASASTI SEBAGAI SUMBER SEJARAH MASA HINDU BUDDHA DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS SEJARAH KEBENCANAAN PADA KELAS X SMA Ikhrom, Anisa Musyaroful; Wahyudi, Deny Yudo
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia Vol 7, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0330v7i1p105-120

Abstract

Abstract: Indonesia is located in a disaster-prone area. It has been recorded that since the Hindu-Buddhist era, disasters have also occurred. Curriculum requirements also require learning related to the environment. There is a need to learn the history of disasters to increase awareness of disasters. Learning using inscriptions as a source is necessary because it records various events regarding disasters and their mitigation. This research uses a descriptive qualitative method which emphasizes the analysis of historical phenomena seen from descriptive data. The data source used by the author is data found around the area where the inscription was found. The sources used are the Harinjing, Rukam, Warungahan, and Katiden I and II inscriptions. The results of this research, the inscription also mentions mitigation in its efforts to preserve the environment. The inscriptions that mention disasters are the Harinjing (flood), Rukam (mountain eruption), Warungahan (earthquake), and Katiden I and II (forest fire) inscriptions. Disaster history learning can be done using content and context aspects. The aim of the history subject, point 6, is to develop moral, humanitarian and environmental values as the basis for developing environmental historical contexts in learning. There are problems related to disasters and this is in accordance with the needs of history learning objectives, so inscriptions are included in the potential as a historical source that is included in class X high school learning because the material is related to Hindu- Buddhist. Abstrak: Indonesia terletak pada wilayah daerah rawan bencana. Tercatat sejak masa Hindu-Buddha, bencana juga sudah ada. Kebutuhan kurikulum juga menuntuk pembelajaran terkait lingkungan. Perlunya pembelajaran sejarah kebencanaan untuk meningkatkan kewaspadaan akan bencana. Pembelajaran dengan menggunakan prasasti sebagai sumber diperlukan karena mencatat berbagai peristiwa mengenai bencana dan mitigasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dimana menekankan pada analisis fenomena sejarah dilihat dari data deskriptif. Sumber data yang digunakan penulis adalah data temuan ditemukan di sekitar wilayah penemuan prasasti. Sumber yang digunakan yaitu Prasasti Harinjing, Rukam, Warungahan, dan Katiden I dan II. Hasil dari penelitian ini prasasti juga menyebutkan terkait mitigasi dalam upayanya menjaga kelestarian lingkungan. Adapun prasasti yang menyebutkan tentang bencana yaitu Prasasti Harinjing (banjir), Rukam (gunung meletus), Warungahan (gempa bumi), serta Katiden I dan II (kebakaran hutan). Tujuan mata-pelajaran sejarah poin ke 6 berbunyi menumbuhkembangkan nilai-nilai moral, kemanusiaan, dan lingkungan hidup menjadi dasar pengembangan konteks sejarah lingkungan dalam pembelajaran. Adanya masalah terkait bencana dan hal tersebut sesuai dengan kebutuhan tujuan pembelajaran sejarah, maka prasasti masuk dalam potensi sebagai sumber sejarah yang masuk pada pembelajaran kelas X SMA karena materi terkait Hindu-Buddha.
Tradisi Sanggring (Desa Gumeno Gresik) Sebagai Materi Penanaman Budaya Lokal Peserta Didik Febriani, Shovi Wiranata; Wahyudi, Deny Yudo; Sayono, Joko; Utami, Indah Wahyu Puji
Jurnal Artefak Vol 11, No 2 (2024): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ja.v11i2.12993

Abstract

Keanekaragaman budaya di masyarakat memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda. Gresik dengan segala keanekaragaman masyarakatnya, berakulturasi dengan budaya lokal yang ada. Tradisi Sanggring di Desa Gumeno Kecamatan Manyar Gresik menjadi budaya lokal yang dilaksanakan masyarakat. Sejarah dan keunikan tradisi tersebut, membuat tradisi tersebut dapat terjaga dan menjadi kebiasaan sampai saat ini. Dari keunikan tradisi Sanggring, guru dapat menjadikannya sebagai salah satu materi pembelajaran sejarah. Tepatnya pada materi sejarah lokal masyarakat pada Kurikulum Merdeka. Tujuan penulisan artikel adalah untuk mengetahui sejarah dan perkembangan tradisi Sanggring, serta tradisi Sanggring sebagai materi penanaman budaya lokal. Penggunaan metode sejarah dan studi pustaka digunakan dalam penulisan artikel untuk mengkaji dan mengeksplorasi pembahasan tradisi Sanggring. Tradisi Sanggring menjadi hasil budaya dari Kerajaan Giri, masa Sunan Dalem. Pengintegrasian materi budaya lokal dalam Kurikulum Merdeka dapat disesuaikan, salah satunya dengan penggunaan sumber-sumber sejarah. Peserta didik dapat belajar, mengenal, dan memahami budaya lokal di lingkungannya.
Digitalisasi Laboratorium Sejarah Berbasis Videografi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Inovatif Sulistyo, Wahyu Djoko; Indah Wahyu Puji Utami; Deny Yudo Wahyudi; Syafa Nabila Kurnia Wahyuda
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 13 No 2 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jwl.v13i2.85228

Abstract

Laboratorium sebagai bagian dari lingkungan belajar memiliki peran penting dalam mendukung proses pembelajaran. Namun, pengelolaan yang kurang optimal sering kali menghambat fungsinya dalam menciptakan pengalaman belajar yang kondusif dan inovatif. Pengabdian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan digitalisasi laboratorium sejarah melalui videografi yang terintegrasi dengan platform digital lainnya, sehingga menciptakan sumber belajar yang inovatif, mudah diakses, dan relevan dengan kebutuhan pendidikan di era Society 5.0. Pengabdian ini menerapkan metode Research and Development (R&D). Subjek pengabdian meliputi 120 siswa dan 10 guru, sementara subjek uji coba terdiri dari 60 siswa yang dipilih secara acak. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara terstruktur, dengan instrumen yang telah divalidasi. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa pengelolaan laboratorium yang baik berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan pemahaman siswa dan efektivitas pembelajaran, sejalan dengan tujuan utama pengabdian. Simpulan dari pengabdian ini adalah bahwa laboratorium berperan penting dalam mendukung pembelajaran interaktif dan kontekstual. Implikasi dari pengabdian ini mencakup rekomendasi untuk meningkatkan pengelolaan laboratorium sebagai upaya memperkaya sumber belajar.  
THE YELLOW WAR IN LASEM IN THE XVIII CENTURY: PERANG KUNING DI LASEM ABAD XVIII Daya Negri Wijaya; Deny Yudo Wahyudi; Ulfatun Nafi'ah; Muhammad 'Afwan Mufti
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 8 No 2 (2024): SANTHET: (JURNAL SEJARAH, PENDIDIKAN DAN HUMANIORA) 
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v8i2.4592

Abstract

Penelitian ini mengkaji Perang Kuning yang terjadi di Lasem pada abad XVII, suatu konflik yang signifikan dalam konteks sejarah lokal dan nasional Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah, studi ini mengumpulkan sumber-sumber primer dan sekunder, termasuk catatan kolonial, dokumen sejarah, dan tradisi lisan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penyebab, jalannya, dan dampak dari perang tersebut terhadap masyarakat Lasem dan struktur kekuasaan pada masa itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perang Kuning dipicu oleh ketegangan antara penguasa lokal dan kekuatan kolonial Belanda, serta faktor internal seperti persaingan antar kelompok masyarakat. Konflik ini tidak hanya mempengaruhi aspek politik, tetapi juga membawa perubahan sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Lasem. Dengan memahami dinamika perang ini, kita dapat melihat bagaimana peristiwa tersebut membentuk identitas dan resistensi masyarakat lokal terhadap dominasi kolonial.
Penguatan Cultural Awareness Guru Sejarah Se-Jawa Timur Melalui Kursus Silang Budaya Nusantara Wahyudi, Deny Yudo; Jati, Slamet Sujud Purnawan; Wijaya, Daya Negri; Utari, Shela Dwi; Laili, Vita Sabrina Azda; Ananda, Labuda Shofiya
MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial Vol 9, No 1 (2025)
Publisher : Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/mkd.v9i1.10788

Abstract

In addition to competence as an educator, cultural understanding and cultural awareness are also important for a history teacher to have. History teachers have an obligation to provide multicultural perspectives to their students. Indonesia, a country that consists of various ethnicities, cultures, and religions, requires history teachers to fulfil this obligation. Therefore, teachers must have a strong foundation and teach how these cultures live and coexist. Through the implementation of the cross-cultural course, this research aims to improve teachers' professional competence, foster, and strengthen their cultural awareness, and broaden their understanding of cross-cultural history materials. This study used a quantitative method with a one-group pretest-posttest design involving giving a pretest before socialization (treatment) and then conducting a posttest afterwards. In our treatment We involved lecturers from the Department of History, Universitas Negeri Malang, as well as the East Java history teachers. In this study, we measured cultural awareness using a questionnaire. Furthermore, we used t-test on SPSS 26 application to calculate validity, reliability, and analysis test. The results of this service showed that the cultural awareness of East Java history teachers increased after attending the training. In addition, the creation of infographic learning media has equipped the teachers with new skills.
Lasem in the 13th-18th Centuries Global Cultural Crossroad Wijaya, Daya Negri; Wahyudi, Deny Yudo; Pratama, Andhika Yudha; Wulandari, Prisca Kiki; Maulidah, Alvin; Fadilla, Firza Azzam
HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Vol 13, No 2 (2025): HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/hj.v13i2.11309

Abstract

Lasem, a small town on the north coast of Java, has long been recognized as a meeting point for various global cultures, especially since the heyday of the Nusantara's maritime trade. This article explores Lasem's role as a cultural crossroads between Chinese, Javanese, Arabs and Europeans, which is visible in various aspects of community life, such as art, language, cuisine and local traditions. Through a historical and ethnographic approach, the research highlights how cultural interaction and assimilation in Lasem shaped a unique local identity, while contributing to wider cultural dynamics in Indonesia. The article also discusses the challenges Lasem faces in maintaining its cultural heritage amidst modernization and globalization, as well as the efforts of local communities in preserving their rich history and culture. The results of this research are expected to contribute to a deeper understanding of cultural crossovers and their impact on local identity formation in the Southeast Asian region.