Claim Missing Document
Check
Articles

SINYAL INTRASEL PEMICU REORGANISASI SITOSKELETON SEL MAST PADA REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I Jatmiko, Safari Wahyu
Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/bioeksperimen.v2i1.1631

Abstract

Sel mast mempunyai peranan yang penting dalam terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I. Degranulasi sel mast diyakini mendasari peran sel mast dalam memunculkan reaksi tersebut. Proses degranulasi sel mast terjadi karena berpindahnya granula sel mast dari sitoplasma menuju ke membran sel dan memuntahkan isi granula ke lingkungan sekitarnya. Proses transport ini sangat ditentukan oleh reorganisasi  sitoskeleton yang terdiri atas mikrotubulus, aktin mikrofilamen, dan intermediate filament. Reorganisasi sitoskeleton diawali dengan aktifasi sel mast oleh ikatan antara alergen dengan IgE yang menempel pada FcεR. Aktfasi sel mast diperkuat dengan adanya ikatan antara c-Kit pada permukaan membran sel mast dengan c-Kit ligan. Aktifasi ini menimbulkan serangkaian proses intrasel yang memicu inisiasi reorganisasi.
KORELASI UMUR DENGAN KADAR HEMATOKRIT, JUMLAH LEUKOSIT, DAN TROMBOSIT PASIEN INFEKSI VIRUS DENGUE Jatmiko, Safari Wahyu
Biomedika Vol 10, No 2 (2018): Biomedika Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v10i2.7024

Abstract

ABSTRAKInfeksi virus dengue (IVD) masih menjadi masalah di negara tropis dan sub tropis. Gejala IVD dan perubahan parameter hematologi seperti jumlah leukosit, trombosit dan kadar hematokrit. pada umumnya lebih berat pada pasien infeksi sekunder dengue virus (DENV)  dengan serotipe yang berbeda. Risiko infeksi sekunder DENV meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini menimbulkan landasan teori terhadap hipotesis bahwa semakin bertambah usia maka perubahan parameter hematologi semakin berat. Untuk menjawab hal tersebut dilakukan penelitian terhadap pasien IVD yang berusia dibawah 14 tahun dan memenuhi kriteria diagnostik WHO 2009. Diagnosis dikonfirmasi dengan IgG dan IgM antidengue. Hasil yang didapat adalah terdapat korelasi antara usia dengan kadar hematokrit dengan r = 0,248 dan p = 0,027 namun tidak ada korelasi antara usia dengan jumlah leukosit dengan r = 0,008 p = 0,943 dan trombosit  dengan r -0,01 p = 0,929. Semakin bertambah usia maka semakin berat peningkatan kadar hematokrit pada anak penderita IVD.Kata kunci: Umur, Hematokrit, Leukosit, Trombosit, Infeksi Virus Dengue ABSTRACTDengue virus infection (IVD) is still a problem in tropical and sub-tropical countries. Symptoms of IVD and changes in hematological parameters such as the number of leukocytes, platelets and hematocrit levels are generally more severe in secondary DENV infections with different serotypes. The risk of secondary DENV infection increases with age. This raises the theoretical basis of the hypothesis that the older the worsening changes in hematologic parameters. To address this, a study of IVD patients under 14 years old and meeting the 2009 WHO diagnostic criteria is done. The diagnosis is confirmed by IgG and IgM antidengue. The result are correlation between age with hematocrit level with r = 0,248 and p = 0,027 but no correlation between age with leukocyte count with r = 0,008 p = 0,943 and platelet with r -0,01 p = 0,929. It can be concluded that the more aged the more severe the increase in hematocrit levels in children with IVD.Keywords: Age,  Hematocrit, Leukocyte, Platelet, Dengue Virus Infection
IMUNITAS ALAMIAH: EOSINOPHIL EXTRACELLULAR TRAPS (EET) Jatmiko, Safari Wahyu
Biomedika Vol 5, No 1 (2013): Biomedika Februari 2013
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v5i1.272

Abstract

Eosinophils play a role in the defense against viruses, bacteria, fungi and parasites, as well as be involved in the pathogenesis of allergic and autoimmune diseases. The role of eosinophils in the defense against bacterial run by enzymes found in the granules such as MBP, ECP, EPO, and EDN, and spending EET. EET formation is determined by the presence of free radicals and intracellular calcium. The antimicrobial function of EET played by Histon.Keywords: eosinophil , Eosinophils extracellular traps
PERAN BASOFIL DALAM IMUNITAS TERHADAP CACING Jatmiko, Safari Wahyu
Biomedika Vol 4, No 1 (2012): Biomedika Februari 2012
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v4i1.260

Abstract

Basophils are polymorphonuclear leukocytes that play an important role in immunity. Basophils can be activated by antibodies and other molecules. Basophils are able to recognize antigens of worms and give some responses. Basophils involvement in immunity againt worms are played by migratingto the worm infected tissue, trigger eosinophilia and eosinophil migration into the tissue, activating mast cells, triggering the formation of AAM, directing Th cell polarization toward Th2 cells, and triggers immunoglobulin class switching to produce IgE.Keywords:Basophil, Helminthiasis
HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA WANITA USIA REPRODUKTIF Rahmawati, Azhim; Siryaningsih, Retno; Jatmiko, Safari Wahyu
Biomedika Vol 6, No 2 (2014): Biomedika Agustus 2014
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v6i2.279

Abstract

Premenstrual syndrome (PMS) is a cycle disorder which is commonly occured during the luteal phase of the menstrual cycle and will dissapear at the time of menstruation. Ninety percent of women on reproductive ages experience symptomps of PMS and 10% of them experience severe premenstrual symptomps that cuse physical disturbance, medical care necessity, even worst death. Hypertension is a risk factor for a PMS. The aim of this research is to find out a conection between PMS and hypertension. This research was designated using analytic observational with cross sectional approach. We used purposive sampling to get sample. Based on sample formula, we got 104 respondents which is consist of 52 women with hypertension and 52 women normotensive. To obtain data, we used shortened premenstrual syndrome assesment form (SPAF). Data collected were analyzed by chi square test. The result showed that the value of p = 0.00 (p<0.005). This result indicated that there is a conection between hypertension and PMS occurence in reproductive age. The probability of hypertension women to get PMS is 6.75.Keywords: Hypertension, Premenstrual Syndrome, reproductive age
Eosinofil Sel Penyaji Antigen Jatmiko, Safari Wahyu
Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi Vol 1, No 1: Maret 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/bioeksperimen.v1i1.312

Abstract

Sel eosinofil merupakan jenis sel lekosit yang terlibat dalam berbagai patogenesis penyakit. Sel eosinofil pada awalnya dikenal sebagai sel efektor  dari sistem imunitas alamiah. Akan tetapi, kemampuan sel eosinofil dalam memfagositosis patogen menimbulkan dugaan bahwa sel eosinofil ikut berperan sebagai sel penyaji antigen. Hal ini dianalogikan dengan sel makrofag dan sel dendritik yang bisa memfagositosis dan menyajikan antigen sebagai hasil dari degradasi patogen yang difagositosis. Untuk menjawab permasalahan ini, penulis melakukan penelusuran artikel tentang eosinofil sebagai sel penyaji antigen melalui US National Library of Medicine National Institute of Healthdengan kata kunci eoshinophil dan antigen presenting cell. Hasil penelusuran adalah ditemukannya 10 artikel yang relevan dengan topik. Hasil dari sintesis kesepuluh jurnal tersebut adalah sel eosinofil mampu berperan sebagai sel penyaji antigen yang profesional (professionalantigenpresentng cell)
Jalur Sinyal TGF-β Berperan Dalam Self Renewal, Diferensiasi, Dan Proliferasi Stem Cell Aisyah, Riandini; Jatmiko, Safari Wahyu
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 15, No 1 (2019): JUNI 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.036 KB) | DOI: 10.22219/sm.Vol15.SMUMM1.8002

Abstract

Keseimbangan proses seluler diperlukan untuk menjaga homeostasis suatu jaringan. Transforming Growth Factor-β (TGF-β) merupakan sitokin multifungsional yang berperan penting dalam regulasi beberapa proses seluler termasuk self renewal dan diferensiasi sel. Sifat pleiotropik TGF-β berimplikasi pada munculnya suatu proses patologis apabila terjadi deregulasi pada jalur pengaktifannya sehingga TGF-β juga berperan dalam meregulasi homeostasis . Jalur sinyal TGF-β berperan dominan pada diferensiasi sel dengan mengatur ekspresi gen-gen yang berfungsi dalam proses proliferasi sel dan perbaikan jaringan. Proses perkembangan stem cell yang meliputi self renewal dan diferensiasi sel dipengaruhi oleh faktor intrinsik yang terdiri dari epigenetik dan faktor transkripsi utama, sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh terdiri dari inhibitor dan jalur sinyal.  TGF-β  berperan dalam mengaktifkan sinyal proliferasi sel.
IgM-RF pada Anak Terinfeksi Virus Dengue Tidak Berkorelasi dengan Jumlah Trombosit dan Hematokrit Jatmiko, Safari Wahyu; Suromo, Lisyani; Dharmana, Edi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 4 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.04.4

Abstract

Banyak teori diajukan untuk menjelaskan patogenesis trombositopenia dan hemokonsentrasi pada Infeksi Virus Dengue (IVD), termasuk teori autoimun. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah Rheumatoid Factor (RF) yang biasa ditemukan pada pasien autoimun juga ditemukan dan berhubungan dengan perubahan jumlah trombosit dan nilai hematokrit pada pasien IVD. Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan hubungan RF dengan jumlah trombosit dan nilai hematokrit pada anak terinfeksi virus dengue. Desain penelitian menggunakan analisis korelatif dengan pendekatan belah lintang dilakukan terhadap 40 pasien yang mengalami demam minimal 4 hari dan memenuhi kriteria diagnostik IVD menurut WHO 2009, usia di bawah 14 tahun, dan diagnosis dikonfirmasi dengan antibodi antidengue. Pasien dengan riwayat penyakit autoimun dan riwayat immunocompromised dikeluarkan dari penelitian. Sampel diambil secara konsekutif. Darah rutin diperiksa penggunakan hematology analyzer sedangkan RF diperiksa dengan metode aglutinasi lateks. Data diolah dengan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan pasien dengan RF (+) sebanyak 62,5%. Hasil uji korelasi RF dan jumlah trombosit menunjukkan nilai r=0,151 dengan p=0,354 sedangkan hasil uji korelasi RF dan nilai hematokrit nilai r=0,3 dengan p=0,06. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kadar RF serum dengan jumlah trombosit pada pasien IVD dan antara kadar RF serum dengan nilai hematokrit pada pasien IVD, walaupun ada kecenderungan peningkatan kadar RF serum diiringi dengan kenaikan nilai hematokrit.
PERBEDAAN PARAMETER HEMATOLOGI PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB) DENGAN DAN TANPA INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) Hanif, Aulia; Jatmiko, Safari Wahyu; Dewi, Listiana Masyita; Lestari, Nining
Biomedika Vol 12, No 2 (2020): Biomedika Agustus 2020
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v12i2.10290

Abstract

ABSTRAKTuberkulosis (TB) merupakan infeksi oportunistik yang paling sering pada infeksi HIV dan yang paling banyak menyebabkan kematian. Tuberkulosis meningkatkan progresivitas infeksi HIV. Pada pasien TB HIV dan TB non HIV dapat ditemukan berbagai variasi kelainan hematologi seperti leukopenia, trombositopenia dan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan parameter hematologi pada pasien TB HIV dan TB non HIV. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Subjek penelitian adalah pasien TB HIV dan TB non HIV di Surakarta pada bulan Januari 2017- Oktober 2019. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan total 60 sampel, terdiri dari 20 pasien TB HIV dan 40 TB non HIV. Pada uji T tidak berpasangan didapatkan perbedaan antara rerata jumlah leukosit, trombosit dan hemoglobin pada pasien TB HIV dan TB non HIV dengan nilai p masing-masing 0,001; 0,005;dan 0,003. Kami menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna jumlah leukosit, trombosit dan hemogobin antara pasien TB HIV dan TB non HIV.Kata Kunci: Tuberkulosis, HIV, Leukosit, Trombosit, Hemoglobin ABSTRACTTuberculosis(TB) is the most frequent opportunistic infection in HIV infection and the highest cause of death. Tuberculosis raises progressivity of HIV infection. In TB HIV and TB non HIV patients can be found a wide variety of hematological disorders such as leukopenia, thrombocytopenia and anemia. This study aimed to determine differences in hematological parameters of TB HIV and TB non-HIV. This research is an analytical observational research with a case control approach. The subject of research is TB HIV patient and TB non-HIV at Surakarta in January 2017-October 2019. Sampling uses consecutive sampling techniques with a total of 60 samples, consisting of 20 TB HIV patients and 40 TB non-HIV.The result of independent T test, there is the difference between the number of leukocytes, platelets and hemoglobin in TB HIV and TB non-HIV TB patients with a value of p is 0.001; 0,005; and 0.003. We concluded there were differences in the number of leukocytes, platelets and hemogobin between TB HIV and TB non-HIV. Keywords: Tuberculosis, HIV, Leukocytes, Platelets, Hemoglobin
Peran Mucosal-associated Invariant T-Cells dalam Imunitas terhadap Salmonella typhi Jatmiko, Safari Wahyu
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 12 (2015): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.7 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i12.931

Abstract

Demam tifoid masih menjadi masalah di negara-negara berpenghasilan rendah. Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang penularannya terjadi secara fekal oral. Bakteri yang berhasil melewati asam lambung akan menempel kepada sel M dan epitel usus. Invasi ini direspon oleh berbagai sel seperti sel neutrofil, sel makrofag, sel T dan sel B. Sel MAIT sebagai bagian dari sel T yang terletak di mukosa usus mempunyai peran penting dalam usaha eliminasi Salmonella typhi. Sel MAIT mempunyai TCR Vα7.2 yang bisa mengenali produk antara sintesa riboflavin Salmonella typhi yang terikat oleh MR1. Sel MAIT diaktifkan dengan adanya ikatan antara TCR dengan ligannya, ikatan antara molekul asesori CD80 atau CD86 dengan CD28, dan ikatan antara IL-12 dan 18 dengan IL-12R dan IL-18R. Sel MAIT yang aktif mengeliminasi bakteri dengan cara mengeluarkan sitokin, perforin, dan granzim.Typhoid fever is still a problem in low-income countries. Typhoid fever is caused by fecal oral transmission of Salmonella typhi bacteria. Bacteria survived from gastric acid will be attached to M cells and intestinal epithelial cell. This invasion was responded by various cells such as neutrophils cells, macrophages, T cells and B cells. MAIT cell as part of the T cells located in the intestinal mucosa have an important role in the elimination of Salmonella typhi. MAIT cells have Vα7.2 TCR that recognize MR1-bound intermediate product of riboflavin synthesis of Salmonella typhi. MAIT cell is activated by bond between the TCR and ligand, bond between accessory molecule CD28 and CD80 or CD86, and bond between IL-12 and IL-18 with IL-12R and IL-18R. Active MAIT cells eliminate bacteria by secreting cytokines, perforin, and granzyme. 
Co-Authors Affifah, Fathiyya Noor Agustina, Dinda Dwi Ahmad Alrizaldi Alfajri, Asri Alim, Fika Nurul Anam, Ilham Hafizha Maulana Anggitaratri, Zakia Novi Anika Candrasari Annas Syahirul Nugraha Annas Syahirul Nugraha, Annas Syahirul Annisa Maulidia Aprida Putri Aqmarina, Nadia Wdihi Arif Pristianto Arkan Adi Widiya Arkan Adi Widiya, Arkan Adi Aryanto Asfarina, Fatin Aulia Hanif Azenta, Moch. Tabriz Azhim Rahmawati Azhim Rahmawati, Azhim Brilliantama, Fandy Akbar Devi Usdiana Rosyidah Dodik Nursanto Edi Dharmana Em Sutrisna Erika Diana Risanti Faizah, Ishmah Nur Fauzi, Favian Arriella Shabri Ikmal Fitka Romanda Fitri, Alifah Aulia Graffico Eryza Oldiara Haliza, Sheli Nur Hanif, Aulia Hasna Zahro Iftikhonsa Iin Novita Nurhidayati Mahmuda Kamila, Aulida Azkia Kania, Yulia Intan Komalasari, Dwi Rosella Kumala, Aswa Arsa Lestari, Nining Listiana Masyita Dewi Lisyani Suromo, Lisyani Mapa, Anna Rochim Marsya, Vitania Maulida, Amira Hasna Muhammad Adha Muhammad Alim Abdulmajid Hidayatulloh Nadia Wdihi Aqmarina Nida Faradisa Fauziyah Nining Lestari Nur Mahmudah Nurhaliza, Sheli Pambudi, Nasrurrofiq Risvana Bayu Pintakasari Widyaningtyas Prasetyo, Andri Sugeng Puspitasari, Metana Putri, Aprida Retno Sintowati - Retno Siryaningsih Retno Siryaningsih, Retno Riandini Aisyah Rochmadina Suci Bestari Rohman, Raihan Fadzlur Salsabiela, Salwa Salsabila, Nabila Mutia Sholeh, Muhammad Dzikru Irfan Sigit Widyatmoko Sri Wahyuni Sulistiyo, Azka Hafiy Supraba, Intan Pratiwi Suryani, Latifah Syahida, Safira Tara , Irmanawati Audhina Nirmala Tri Agustina, Tri Utami, Aurelia Ratna Utami, Indari Wafiq, Muhammad Azzim Wibowo, Haryo Kunto Widyaningtyas, Pintakasari Yunitama, Alifa Agil Dhillu Zulfah, Khairina