Claim Missing Document
Check
Articles

Integrasi Nilai Profil Pancasila (P7) dalam Novel “Pulang” Karya Tere Liye dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas Anshari, Anshari; Nurhusna, Nurhusna; Shafariana, Shafariana
Seminar Nasional LP2M UNM SEMINAR NASIONAL 2025 : PROSIDING EDISI 1
Publisher : Seminar Nasional LP2M UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki potensi besar dalam membentuk karakter siswa melalui kajian sastra, termasuk novel. Salah satu karya sastra yang memiliki nilai-nilai persahabatan yang kuat adalah novel Pulang karya Tere Liye. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji integrasi nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui novel Pulang karya Tere Liye di SMA Makassar. Profil Pelajar Pancasila mencakup nilai-nilai seperti beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi terhadap novel Pulang serta observasi dan wawancara dengan guru dan siswa. Data penelitian ini adalah hasil kuesioner dan hasil wawancara. Sumber data penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa di SMA se-kota Makassar. Data dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi, kuesioner, dan wawancara. Analisis data menggunakan NVivo melalui penyajian data, interpretasi data, dan penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Integrasi nilai Profil Pelajar Pancasila (P7) melalui novel Pulang karya Tere Liye dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas berjalan efektif dalam membentuk karakter dan meningkatkan kompetensi literasi siswa. Nilai mandiri (38%) muncul sebagai dimensi paling dominan, menunjukkan bahwa kisah perjuangan tokoh utama berhasil menumbuhkan kesadaran tanggung jawab dan kemandirian peserta didik. Nilai gotong royong (22%) dan bernalar kritis (17%) juga terimplementasi kuat melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek dan diskusi reflektif, yang mendorong kolaborasi serta kemampuan berpikir analitis siswa. Sementara itu, nilai beriman dan berakhlak mulia (12%), kreatif (7%), dan berkebinekaan global (4%) tetap berperan penting dalam mendukung pembentukan karakter utuh sesuai tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, pembelajaran sastra berbasis nilai-nilai Pancasila tidak hanya memperkaya apresiasi terhadap karya sastra Indonesia, tetapi juga menjadi sarana strategis untuk mewujudkan peserta didik yang berkarakter, berdaya saing, dan berkepribadian sesuai Profil Pelajar Pancasila. Kata Kunci: Nilai, Novel, Profil Pancasila, Tere Liye
MAKNA IMPLISIT DALAM NOVEL LONTARA KARYA WINDY JOANA: ANALISIS IMPLIKATUR Musdalifah, Siti; Anshari, Anshari; Azis, Azis
Wahana Literasi: Journal of Language, Literature, and Linguistics Vol 5, No 1 (2025): Wahana Literasi: Journal of Language, Literature, and Linguistics
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59562/wl.v5i1.77260

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk implikatur dalam novel Lontara karya Windy Joana. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian analisis implikatur. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi literatur seperti pembacaan dan pencatatan secara teliti. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh merupakan bentuk implikatur konvensional dan implikatur konversasional (percakapan). Hasil penelitian ini menunjukkan pada jenis implikatur konvensional ditemukan 16 dalam bentuk narasi. Kemudian Pada jenis implikatur konversasional (percakapan) ditemukan 3 bentuk prinsip kerja sama yaitu, maksim kuantitas berjumlah 4, maksim kualitas berjumlah 1, dan maksim relevansi berjumlah 9. Penggunaan implikatur dalam novel digunakan untuk menyampaikan makna tambahan atau mendalam melalui tuturan atau percakapan tokoh secara tidak langsung. Implikatur dalam novel Lontara karya Windy Joana, mengandung makna Implisit di dalam tuturannya. Keberadaan implikatur ini mendorong minat peneliti untuk mengkaji bentuk implikatur konvensional dan implikatur konversasional (percakapan).Kata kunci: Implikatur, Novel, Implisit.
Analisis Kesantunan Berbahasa Netizen Indonesia di Era Digital pada Aplikasi Twitter (X) Nurinayah, Nurinayah; Anshari, Anshari; Usman, Usman
Nuances of Indonesian Language Vol 6, No 2 (2025)
Publisher : PPJB-SIP (Perkumpulan Pengelola Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pengajarannya).

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/nila.v6i2.1059

Abstract

This study aims to describe the politeness of Indonesian netizens' language in the 2023 comments section of the Twitter (X) accounts @aniesbaswedan, @prabowo, and @ganjarpranowo, based on Leech's politeness scales: cost-benefit scale, optionality scale, indirectness scale, authority scale, and social distance scale. The method employed in this research is a qualitative descriptive approach. Data were collected using library research, observation, and note-taking techniques. The analysis techniques used include (1) Identification, (2) Coding, (3) Classification, (4) Analysis, and (5) Discussion. The findings reveal that Indonesian netizens' digital politeness on social media Twitter (X) in 2023 is still often neglected. Out of 195 utterances analyzed, 91 were deemed polite, while 104 were impolite. On the cost-benefit scale, polite utterances involved support and prayers for the interlocutors, while impolite utterances consisted of demands or orders directed, opinions, suggestions, or feedback delivered in harsh language. On the optionality scale, many impolite utterances occurred due to the absence of options or opportunities given to the interlocutor. On the indirectness scale, numerous impolite utterances were found to insult and belittle the interlocutor. On the authority scale, polite utterances included hopes and support for the interlocutor regarding their positions. In contrast, impolite utterances consisted of harsh criticism of the performance of the interlocutor. On the social distance scale, polite utterances consisted of encouraging words, hopes, and prayers for the interlocutors, while impolite utterances used overly familiar terms that disrespected the interlocutors, slang, and harsh language.