Claim Missing Document
Check
Articles

Perbandingan kadar malondialdehid pada kasus akne vulgaris derajat ringan: Kajian terhadap premenstrual acne flare Karinnia Karinnia; Linda Julianti Wijayadi; Frans Ferdinal; David Limanan
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 2 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v1i2.3835

Abstract

Akne Vulgaris (AV) adalah suatu kelainan multifaktorial pada unit pilosebaseus, ditandai dengan komedo; papul; pustula; kista; dan nodul. Akne vulgaris diklasifikasikan menjadi derajat ringan, sedang, dan berat berdasarkan jumlah dan jenis lesinya. Stres oksidatif (SO) berperan dalam patogenesis AV dan kadarnya meningkat sesuai derajat keparahan AV. Malondialdehid (MDA) yaitu hasil proses degenerasi lemak tak jenuh ganda merupakan petanda SO yang paling sering digunakan. Selama 2/3 siklus menstruasi yaitu pada hari ke-9 sampai hari ke-24, wanita mengalami SO. Hal ini mungkin berkaitan dengan premenstrual acne flare yang paling sering terjadi saat seminggu sebelum menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kadar MDA yang dikaitkan dengan ada tidaknya premenstrual acne flare. Subjek penelitian berusia antara 18-21 tahun dan memiliki AV derajat ringan, dibagi menjadi dua kelompok (n=12/kelompok): kelompok dengan dan tanpa premenstrual acne. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran kadar MDA menggunakan metode Wills ED pada hari ke-1 dan hari ke-21 siklus menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan kadar MDA pada kelompok dengan premenstrual acne flare lebih tinggi daripada kelompok tanpa premenstrual acne flare meskipun tidak bermakna secara statistik. Terdapat hubungan yang signifikan (R2= 0,4161 dan p<0,05) serta hubungan yang tidak signifikan (R2= 0,3065 dan p>0,05) antara kedua kelompok berturut-turut pada hari ke-1 serta hari ke-21 siklus menstruasi. Hal ini menandakan terdapat faktor yang sama yang dapat mempengaruhi kadar MDA pada kedua kelompok subyek penelitian.
Pengaruh hipoksia sistemik kronik terhadap aktivitas spesifik enzim katalase pada darah dan paru tikus Sprague dawley setelah diberi daun ara Ferdian Ferdian; David Limanan; Frans Ferdinal; Eny Yulianti
Tarumanagara Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2020): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v3i1.9726

Abstract

Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat menyebabkan stres oksidatif apabila terjadi ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan. Dalam menyeimbangkan hipoksia, tubuh membutuhkan antioksidan yaitu katalase sebagai antioksidan endogen dan daun ara sebagai antioksidan eksogen. Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh hipoksia sistemik kronik terhadap aktivitas spesifik katalase darah dan organ paru tikus setelah diberi daun ara.  Studi ini merupakan studi eksperimental in vitro terhadap aktivitas spesifik katalase tikus yang dihipoksia sistemik kronik setelah pemberian ekstrak daun ara. Ekstrak daun ara didapatkan dengan metode maserasi dengan pelarut etanol. Tikus Sprague dawley dibagi menjadi 8 kelompok dengan setiap kelompok berisi 4 ekor tikus yang dibagi menjadi 2 kelompok dosis ekstrak daun ara yaitu dosis kental (300 mg/KgBB/hari) dan dosis encer (150 mg/KgBB/hari). Tiap kelompok dosis dibagi lagi menjadi kelompok tidak dihipoksia, kelompok hipoksia (8%O2, 96% N2) 1, 3 dan 7 hari. Aktivitas spesifik katalase diukur dengan metode Mates. Hasil studi ini didapatkan peningkatan aktivitas spesifik katalase paru dan darah pada hari pertama yang disebabkan oleh hipoksia dan penurunan aktivitas spesifik katalase setelah diberikan ekstrak daun ara. Terdapat korelasi antara aktivitas spesifik katalase paru dan darah pada kelompok kental, namun tidak pada kelompok encer. Studi ini menyimpulkan bahwa hipoksia akan menyebabkan stres oksidatif, yang akan direduksi oleh antioksidan endogen maupun eksogen.
PENGARUH DAUN ARA (FICUS AURICULATA) TERHADAP KADAR GLUTATION JANTUNG TIKUS YANG DIINDUKSI HIPOKSIA SISTEMIK KRONIK Michael Chen; David Limanan; Eny Yulianti; Frans Ferdinal
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v6i1.10962

Abstract

Hypoxia can increase ROS and trigger oxidative stress that can affect the heart. The body has an antioxidants defense system to prevent oxidative stress, one of glutathione (GSH). Antioxidants can also come from secondary plant metabolites such as fig leaves (Ficus auriculata). However, there is still very little research on the effect of giving Ficus auriculata on GSH. The aim of this study was to examine the effect of antioxidant fig leaves on GSH rats that induced by chronic systemic hypoxia. This research was in vivo experimental, using Sprague Dawley rats which were divided into 8 groups (n=4), namely four groups were given fig leaf extract (14days) thick dose (300mg/KgBW) and four were given a dilute dose (150mg/KgBW). Extract of fig leaves using maceration method with ethanol. After being given fig leaf extract, the thick and dilute groups were further divided into normoxia, hypoxia (8%O2, 92%N2) 1, 3, and 7 days. At the end of the study, the experimental animals were anesthetized, and the heart are taken. Measurement of GSH levels using the Ellman method. The results showed a significant decrease (Mann-Whitney, p<0.05) levels of GSH in the heart of rats in the thick and dilute dose groups induced by hypoxia for 3 and 7 days when compared to controls. GSH levels were found to be higher in the thick dose group because its action in eliminating free radicals was assisted by antioxidants contained in fig leaf extract. It can be concluded that the administration of fig leaf extract can help GSH work in dealing with free radicals caused by hypoxia. Keywords: Fig leaves (Ficus auriculata); Glutathione (GSH); Hypoxia; Reactive Oxygen Species (ROS); Heart AbstrakHipoksia dapat meningkatkan ROS dan mencetuskan keadaan stres oksidatif yang dapat merusak organ, termasuk jantung. Tubuh memiliki sistem pertahanan antioksidan untuk mencegah stres oksidatif, salah satunya glutation (GSH). Antioksidan juga dapat berasal dari metabolit sekunder tumbuhan seperti daun ara (Ficus auriculata). Akan tetapi masih sangat kurang penelitian mengenai pengaruh pemberian antioksidan eksogen (ekstrak Ficus auriculata) terhadap antioksidan endogen (GSH) ini. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh antioksidan daun ara terhadapat GSH pada tikus yang diinduksi hipoksia sistemik kronik. Penelitian eksperimental in vivo terhadap hewan coba Sprague Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok (n=4), yaitu 4 kelompok yang diberi ekstrak daun ara (14 hari) dosis kental (300 mg/KgBB) dan 4 diberi dosis encer (150 mg/KgBB). Ekstrak daun ara dengan metode maserasi menggunakan etanol. Setelah diberikan ekstrak daun ara, keempat kelompok yang diberi dosis kental dan encer tersebut dibagi lagi menjadi kelompok normoksia, hipoksia (8%O2, 92%N2) 1, 3, dan 7 hari. Diakhir penelitian, hewan coba dianestesi dengan ketamin (75-100mg/kgBB) dan xylazin (5-10mg/kgBB), dan diambil organ jantungnya.  Pengukuran kadar GSH jantung dengan metode Ellman. Hasil penelitian menunjukan penurunan bermakna (Mann-whitney, p<0.05) kadar GSH jantung tikus pada kelompok dosis kental maupun encer yang diinduksi hipoksia 3 dan 7 hari bila dibandingkan kontrol. Kadar GSH didapatkan lebih tinggi pada kelompok dosis kental karena kerjanya dalam mengeliminasi radikal bebas dibantu oleh antioksidan yang terdapat dalam ekstrak daun ara. Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun ara dapat membantu kerja GSH dalam menghadapi radikal bebas akibat hipoksia.
Penapisan Hiperuresemia dan Obesitas Pada Remaja di Jakarta Barat Alexander Halim Santoso; Marcella E. Rumawas; David Limanan; Freddy Ciptono
KREATIF: Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara Vol. 3 No. 2 (2023): Juni : Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/kreatif.v3i2.1522

Abstract

Hyperuricemia is a pathophysiological condition associated with chronic inflammatory diseases such as rheumatoid arthritis, diabetes, and cardiovascular and kidney disease. Hyperuricemia is related to changes in lifestyle. Elevated serum uric acid levels can be a marker for the metabolic syndrome that commonly occurs in adults. Obesity is a complex condition involving biological, developmental, environmental, behavioral and genetic factors. The most common cause of obesity during adolescence is an imbalance in energy balance; i.e. excess caloric intake without appropriate caloric expenditure. Tomang sub-district is a sub-district under the Faculty of Medicine, Tarumanagara University. More than 25% of adults in the Tomang sub-district have hyperuricemia and 60% of the community are obese. So far it is not known how much the prevalence of hyperuricemia and obesity in adolescents in the Tomang Village. The promotion of healthy lifestyles and the prevention of disease are the fundamental principles behind public health and the promotion of public health. Measuring uric acid levels can prevent acute attacks of gout. The purpose of this service is to get an overview of the uric acid levels and obesity of the youth group in Tomang Village, West Jakarta
Uji fitokimia, kapasitas total antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Audina Leonita; Frans Ferdinal; David Limanan; Eny Yulianti
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 1 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i1.22558

Abstract

Antioksidan merupakan molekul yang cukup stabil untuk mendonasikan elektronnya ke radikal bebas dan menetralisirkannya, dengan demikian mengurangi kerusakan yang disebabkannya. Salah satu sumber makanan yang mengandung antioksidan adalah ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fitokimia, kapasitas total antioksidan dan toksisitas terhadap larva udang Artemia Salina dari ekstrak ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) Penelitian dilakukan berdasarkan studi eksperimental laboratorium dengan bioassay. Sampel penelitian yang digunakan adalah ubi jalar, yang akan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol. Hasil ekstraksi dilakukan uji fitokimia, uji kapasitas total antioksidan dengan DPPH, dan uji sitotoksisitas dengan BSLT. Hasil uji fitokimia, didapatkan hasil positif untuk alkaloid, betasianin, cardio glikosida, kumarin, flavonoid, fenolik, kuinon, saponin, steroid, terpenoid, dan tannin. Uji kapasitas total antioksidan ekstrak ubi jalar didapatkan IC50 sebesar 585,46 µg/mL dan tergolong antioksidan lemah. Hasil uji toksisitas terhadap larva udang Artemia Salina didapatkan LC50 sebesar 368,69 µg/mL.
Identifikasi fitokimia dan kapasitas total antioksidan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) serta uji toksisitasnya terhadap larva Artemia salina Leach Gita Manerlin Kasihita Simatupang; David Limanan; Frans Ferdinal; Eny Yulianti
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 1 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i1.24383

Abstract

Tanaman mimba atau Azadirachta indica A. Juss termasuk dalam family Meliaceae yang sejak zaman kuno sudah digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai penyakit manusia dalam rumah tangga. Tanaman ini juga dikenal akan kandungan antioksidannya. Ketidakseimbangan antioksidan dan oksidan dapat menyebabkan kematian sel sehingga terjadi penurunan enzim katalase yang menjadikan stress oksidatif. Oleh sebab itu, dibutuhkan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) sebagai antioksidan eksogen. Studi ini untuk mengetahui peranan daun mimba dengan melakukan uji fitokimia, kapasitas antioksidan dan uji toksisitas. Pada studi ini, daun mimba dikeringkan lalu dijadikan bubuk, kemudian diekstraksi menggunakan metanol dengan menggunakan metode maserasi untuk didapatkan simplisia-metanol. Hasil studi pada uji fitokimia didapatkan daun mimba mengandung alkaloid, antosianin, betasianin, kardioglikosida, kumarin, flavonoid, glikosida, fenolik, kuinon, saponin, steroid, terpenoid dan tannin. Uji kapasitas antioksidan didapati IC50 = 97,241 µg/mL. Uji toksisitas didapatkan LC50 = 123,596 µg/mL. Daun mimba memiliki efek antioksidan kuat dan sitotoksisitas terhadap larva Artemia salina Leach. Daun mimba dapat dijadikan kandidat obat anti kanker.
UJI FITOKIMIA KAPASITAS ANTIOKSIDAN DAN PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BERENUK CRESCENTIA CUJETE TERHADAP KADAR MDA OTAK DAN DARAH TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI HIPOKSIA NORMOBARIK SISTEMIK KRONIS Helmi Rizal Helmi; Grace Madeleine; David Limanan; Eny Yulianti; Frans Ferdinal
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v1i1.12063

Abstract

Hipoksia adalah suatu kondisi ketika konsentrasi oksigen dalam sel rendah. Kondisi ini dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas yang mengarah ke keadaan stres oksidatif yang menghasilkan peroksidasi lipid yang mengakibatkan berbagai kerusakan makromolekul yang dapat merusak otak. Karena itu, tubuh membutuhkan antioksidan untuk mencegah kerusakan tersebut. Salah satu sumber antioksidan eksogen adalah daun Calabash. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas antioksidan serta konstituen fitokimia daun Berenuk dan menentukan pengaruh ekstrak daun Berenuk dalam menurunkan kadar MDA total dalam darah dan otak tikus Sprague-Dawley yang diinduksi oleh sistemik kronis. hipoksia. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Kapasitas antioksidan dievaluasi dengan uji radikal bebas DPPH. 32 tikus Sprague-Dawley dibagi menjadi 4 kelompok (normoksia, hipoksia 3 hari, 7 hari dan 14 hari (O2 8%; N2 92%)). Setiap kelompok kemudian dibagi lagi menjadi 2 subkelompok (diberikan ekstrak daun dan tidak pemberian). Ekstrak diberikan 400 mg / kg berat badan selama 14 hari. Evaluasi kadar MDA di otak dan darah dilakukan dengan menggunakan metode Wills. Kapasitas Antioksidan Berenuk dengan IC50 = 158,46 ?g/mL Semakin lama tikus diinduksi oleh hipoksia sistemik kronis, semakin tinggi kadar MDA dalam darah dan otak. Ada penurunan yang signifikan kadar MDA otak dan darah tikus yang diberi ekstrak daun dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi. Ekstrak Berenuk menurunkan kadar MDA dalam darah dan otak yang disebabkan oleh hipoksia sistemik kronis. Hypoxia is a condition when oxygen concentration in cell is low. This condition can increase free radical formation that leads to oxidative stress state and cause peroxidation of lipid resulting in various macromolecule damages that damage the brain. Thus, the body needs antioxidant to prevent those damage. One of the exogen antioxidant source is calabash leaf. This study aimed to determine the antioxidant capacity as well as the phytochemical constituent of Calabash leaves and determining the effect of Calabash leaves extract in decreasing total MDA levels in the blood and brain of the Sprague-Dawley rats that were induced by chronic systemic hypoxia. Extraction was performed by maceration method using ethanol solvent. Antioxidant capacity was evaluated by DPPH radical scavenging assay. 32 Sprague-Dawley rat were divided into 4 groups (normoxia, 3 days, 7 days and 14 days of hypoxia (O2 8%;N2 92%)). Each group then divided again into 2 subgroups (given leaves extract administration and not). The extract administrated 400 mg/kg body weight for 14 days. The evaluation of MDA levels in the brain and blood was performed by using Wills method. Antioxidant capacity Calabash with IC50 = 158,46 ?g/mL The longer the rats were induced by chronic systemic hypoxia, the higher MDA levels in the blood and brain. There was significant decreases in brain and blood MDA levels of rats given leaf compared with the group that was not given. The calabash leaves preventrise of MDA levels in the blood and brain induced by chronic systemic hypoxia
UJI TOKSISITAS, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KADAR METABOLIT SEKUNDER DAUN KEMANGI (Ocimum X africanum lour) Timotius Timotius; David Limanan; Frans Ferdinal
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v1i2.15308

Abstract

High pollutant level has caused an increase in disease that is correlated to Reactive Oxygen Species through a condition that is oxidative stress. Oxidative stress can be stabilized with antioxidants by stabilizing active and unstable radicals to become inactive and stable. Basil leaves (Ocimum x africanum lour) are known to posses antioxidant composition. The aim of this study is to determine the antioxidant ability and toxicity level of basil leaves. The research was conducted through an in vitro experimental study design and bioassays. Extraction of this research was carried out by maceration method using methanol as solvent. The tests were carried out in the form of antioxidant capacity tests using the 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl method, toxicity tests using the brine shrimph lethality test method on Basil Leaf extract. In basil leaf extract, the antioxidant capacity test obtained IC50 of 174.04 ?g/mL, phenolic level test was 10872,92 mg/mL, alkaloid level test was 8.15 ?g/mL, toxicity test obtained LC50 of 158.36 ?g/mL. This study concludes that basil leaves contain antioxidants not as much as vitamin C however basil leaves do not have an effect that triggers an increase in stomach acid, so it has potential as an alternative antioxidant for a patient with stomach acid disorder, in addition, basil leaves also have cytotoxicity activity that is possible to be used as anti-carsinogen.
GAMBARAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN POLA TIDUR PADA DEWASA MUDA SELAMA PANDEMI COVID-19 Susy Olivia Lontoh; David Limanan
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v2i1.18411

Abstract

Situasi pandemi berkepanjangan berdampak terhadap pola tidur dan aktivitas fisik. Parameter tidur serta hubungan antara tingkat aktivitas fisik dan tidur masih perlu diteliti terutama selama pandemi.  Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik, kualitas tidur dan pengaruh tingkat aktivitas fisik terhadap kualitas tidur terutama pada dewasa muda. Desian penelitian ini adalah  analitik menggunakan pendekatan potong lintang dengan variabel bebas aktivitas fisik dan pola tidur sebagai variabel tergantung. Pengambilan responden dilakukan dengan cara nonrandom jenis consecutive sampling, sebanyak 91 responden dengan kriteria inklusi adalah dewasa berusia 20-65 tahun, kondisi sehat, bersedia berpartisipasi menjadi responden penelitian serta   mengisi kuisioner serta  secara lengkap. Penelitian dilakukan melalui online dengan kuisioner melalui G-Form yang linknya dibagikan  kepada responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dari periode  Februari sampai Maret 2022. Tingkat aktivitas fisik menggunakan kuisioner indeks Baecke dan  kuisioner PSQI untuk menilai kualitas tidur. Data penelitian terkait aktivitas fisik dan kualitas tidur terdiri dari data univariat yaitu karakteristik responden dan uji statistik Pearson Chi Square untuk  hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur. Hasil penelitian ini  terdiri dari 51 (56,1%) orang perempuan dan 40 (43,9%) orang laki-laki. Rerata usia responden adalah 24 tahun dengan rentang usia 18-49 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan 51 (55,4%) orang dengan tingkat pendidikan S1 dan 31 (33,7%) tingkat pendidikan SMA. Berdasarkan pekerjaan didapatkan 65 (71.4%) orang bekerja pada ojek online, magang dan freelance  sedangkan ibu rumahtangga sebanyak 2 (2.2%) orang dan  karyawan 17 (18.5%) orang. Berdasarkan tingkat penghasilan didapatkan 62(68,1%) orang berpenghasilan kurang dari Rp. 4.416.186,-. Responden dengan aktivitas fisik ringan  sebanyak 47 (51.7%) orang dan 44 (48,3%) orang dengan aktivitas fisik sedang. Berdasarkan kualitas tidur maka responden dengan kualitas tidur buruk sebanyak 76 (83,5%) orang dan kualitas tidur baik sebanyak 15(16,5%) orang. Hasil hubungan yang tidak bermakna antara aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan nilai p-value adalah 0,0887 dan  nilai OR sebesar 0.92 memiliki makna bahwa reponden dengan aktivitas fisik ringan berpeluang mendapatkan kualitas tidur buruk sebesar 0.92 kali dibandingkan responden yang aktivitas sedang Kesimpulan Hasil responden dengan aktivitas fisik ringan  sebanyak 47 (51.7%) orang dan 44 (48,3%) orang dengan aktivitas fisik sedang dan  kualitas tidur responden dengan kualitas tidur buruk sebanyak 76 (83,5%) orang dan kualitas tidur baik sebanyak 15(16,5%) orang serta tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur
EKSTRAK BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA): UJI FITOKIMIA, TOTAL ANTIOKSIDAN, DAN KADAR FENOLIK TOTAL Angela Aprilia Adinda; David Limanan; Frans Ferdinal
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 3 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i3.16215

Abstract

Reactive Oxygen Species (ROS) dapat dihasilkan dari dalam tubuh maupun faktor lingkungan. Kerusakan jaringan di dalam tubuh disebabkan oleh ketidakseimbangan antioksidan di dalam tubuh akibat paparan ROS yang melebihi batas sehingga menimbulkan stres oksidatif. Untuk mengatasi stres oksidatif diperlukan penambahan antioksidan eksogen. Tanaman herbal merupakan salah satu sumber antioksidan eksogen. Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) merupakan sumber antioksidan eksogen yang memiliki banyak manfaat. Selain bermanfaat dalam bidang kesehatan terutama dalam menangani hipertensi, bunga rosella juga dikenal dengan warnanya yang indah dan rasanya yang masam sehingga banyak dipergunakan untuk pewarna alami dan dijadikan sebagai bahan dasar olahan makanan. Mengetahui kandungan fitokimia, kapasitas total antioksidan dengan metode FRAP, DPPH. ABTS, serta kadar fenolik total bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah tujuan dari penelitian ini yang dilakukan di Lab Biokimia dan Biologi Molekuler, Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanagara. Pada uji fitokimia ekstrak bunga rosella terdapat positif pada senyawa terpenoid, antosianin, kumarin, tanin, saponin, kuinon, flavonoid, kardioglokosida, glikosida, fenolik, dan alkaloid. Serta negatif pada steroid dan betasianin. Pada penelitian kapasitas total antioksidan bunga rosella dengan metode DPPH, ABTS, dan FRAP ditemukan IC50 secara berurut sebesar 78,656 µg/mL, 20,788 µg/mL, dan 12,057 µg/mL hal ini menandakan bahwa bunga rosella termasuk dalam golongan dengan antioksidan yang sangat kuat dan kadar fenolik total di dapatkan sebesar 2086,32 ?g/mL. Dapat disimpulkan bahwa bunga rosella memiliki potensi sebagai antioksidan.
Co-Authors Alexander Halim Santoso Alexander Halim Santoso Alexander Halim Santoso Alphanto, Alfred H Alya Dwiana Andrea Bianca Castafiore Kusuma Angela Aprilia Adinda Annisaa Nurrahma Ardyati Ardhita Felicia Tanuhariono Asyraf, Muhammad Zain Alwi Audina Leonita Clareta Vero Patricia Widya Darma, Timothy Halomoan E Efrany E Yulianti Edbert, Bruce Edwin Destra Eny Yulianti Eny Yulianti Eny Yulianti Eny Yulianti Eny Yulianti Eny Yulianti Eny Yulianti, Eny Erics Efrany Ezra, Pasuarja Jeranding F Wandy Farell Christian Gunaidi Fariz Azril Khaidar Akhmad Felicia Tanuhariono, Ardhita Ferdian Ferdian Frans Ferdinal Frans Ferdinal Frans Ferdinal Frans Ferdinal Frans Ferdinal Fransiska Iriani Dewi Freddy Ciptono Gita Manerlin Kasihita Simatupang Grace Madeleine Halomoan Darma, Timothy Helmi Rizal Helmi Heri Yanto Putra Ivany Lius Pangestu Jap, Ayleen Jeffrey Saputra Kawi Jessica Geselda Salim Julianty, Eny Karinnia Karinnia Kevin Arya Lim Lulu Lina Azzahrotin Fairuza M Lirendra Marcella E. Rumawas Marcella E. Rumawas Marcella, Agnes Marcellino Marcellino Maria Christina Dwiyanti Meilani Kumala Michael Chen Muhammad Fikri Dzakwan Natasha Olivia Christian Nawaika Shafira Putri Ngestinuari Salim NO Christian R Benettan Rizky Putri Agustina Rudianti, Selly Herlia Rumengan, Peterjohn Andrew Benhard Saerang, Stefanus Handy Salim, Melanie Santoso, Alexander Sari Mariyati Dewi Nataprawira Sentosa, Belinda Setiady, Brandon Alexander Shafira Putri, Nawaika Sidarta, Erick Stanislas Kotska Marvel Mayello Teguh Stephanie Amadea Susy Olivia Susy Olivia Susy Olivia Lontoh Susy Olivia Lontoh Tantowi, Ferdy Teguh, Stanislas Tenggono Son, Hadinata Timotius Timotius Tjie Haming Setiadi Triyana Sari Triyana Sari Wijayadi, Linda Julianti Yesan Suci Paramitha