Claim Missing Document
Check
Articles

MANAGEMEN FISIOTERAPI PADA KASUS LESI SARAF OKULOMOTOR UNILATERAL: A CASE REPORT Maranti, Zemba Riski; Perdana, Suryo Saputra
JURNAL PROFESIONAL FISIOTERAPI Vol. 3 No. 1 (2024): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/fisioterapi.v3i1.3125

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Lesi saraf okulomotor atau neuropati okulomotor adalah kondisi mata akibat kerusakan saraf kranial ketiga atau cabangnya yang mana dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot yang diinervasi yang menghasilkan gerakan bola mata yang berkurang ke beberapa arah dan ketidakmampuan kelopak mata untuk membuka (ptosis). Fisioterapi adalah salah satu profesi klinis yang bertugas membantu individu pulih dari gangguan saraf dengan menggunakan metode berbasis neuroplastisitas. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas pemberian program fisioterapi berupa gabungan dari beberapa intervensi seperti pemberian infrared, Electrical Stimulation menggunakan arus faradik, dan eye exercise pada pasien dengan kondisi lesi saraf okulomotor unilateral. Metode: Penelitian ini menggunakan Single-subject research yang dilakukan kepada seorang wanita berusia 50 tahun dengan diagnosa lesi saraf okulomotor unilateral. Hasil : Baseline dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrument pengukuran mistar untuk mengukur celah kelopak mata dan pursuit test untuk mengetahui kemampuan pergerakan bola mata. Kesimpulan: Terdapat peningkatan yang positif pada kemampuan kelopak mata dan kemampuan pergerakan bola mata setelah diberikan intervensi fisioterapi selama 4 minggu. Kata kunci : lesi saraf okulomotor, ptosis, electrical stimulation, eye exercise. ABSTRACT Introduction: An oculomotor nerve lesion or oculomotor neuropathy is an eye condition resulting from damage to the third cranial nerve or its branches which can cause a decrease in the strength of the innervated muscles resulting in reduced eyeball movement in several directions and inability of the eyelids to open (ptosis). Physiotherapy is a clinical profession whose job is to help individuals recover from nervous disorders by using methods based on neuroplasticity.Objective: to determine the effectiveness of a physiotherapy program in the form of a combination of several interventions such as giving infrared, Electrical Stimulation using faradic currents, and eye exercise in patients with unilateral oculomotor nerve lesions.Method: This study used a single-subject research conducted on a 50 year old woman with a diagnosis of unilateral oculomotor nerve lesion. Results: Baseline and evaluation were carried out using a ruler measuring instrument to measure the eyelid gap and a pursuit test to determine the ability to move of the eyeball Conclusion: There was a positive increase in the ability of the eyelids and the ability to move the eyeball after being given physiotherapy intervention for 4 weeks. Keyword : oculomotor nerve, ptosis, electrical stimulation, eye exercise.
Breathing Exercise dan Mobilisasi Bertahap terhadap Kemampuan Fungsional Pada Pasien Pasca Operasi Double Valve Replacemant: Case Report Ariyanti, Amalia Carissa; Perdana, Suryo Saputra; Gani, Purnomo; Sari, Diani Qomaradewi Indah
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Double valve replacement merupakan sebuah prosedur pembedahan yang bertujuan untuk mengganti dua katub yaitu katub mitral dan aorta. Periode pasca pembedahan dapat menyebabkan komplikasi oleh karena ketidakaktifan fisik sehingga menyebabkan penurunan kemampuan fungsional. Breathing exercise dan mobilisasi bertahap telah terbukti dapat membantu pasien dalam meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Case Presentation: Pasien berusia 53 tahun dengan diagnosa medis post-op DVR e.c possible significant stenosis pada bioprostetic mitral valve (RIW MVR 2011), CHF-RHD (MS, moderate AS, moderate to severe AR, mod-severe TR) dan AF NVR mengalami gangguan respirasi dan penurunan mobilitas fisik. Management and Outcome: Case Report yang dilakukan selama 3 hari pada pasien pasca operasi Double Valve Replacement (DVR) dengan pemberian latihan breathing exercise, active exercise, stretching, serta mobilisasi bertahap dan dilakukan evaluasi setiap akhir pertemuan. Discussion: Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen pengukuran vital sign, NRS, skala borg, medline, serta ICU Mobility scale menunjukkan setelah pemberian terapi yang dilakukan 3 kali mendapatkan hasil adanya penurunan nyeri, sesak, serta peningkatan ekspansi thoraks dan peningkatan kemampuan fungsional. Conclusion: Metode Latihan berupa breathing exercise dan mobilisasi bertahap dapat memberikan pengaruh pada aspek kemampuan aktifitas dan fungsional pada pasien pasca operasi double valve replacement.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Post Atrial Septal Defect Closure: Studi Kasus Amirotuzakiyah, Maryam; Perdana, Suryo Saputra; Setiawan, Purnomo Gani; Sari, Diani Qomaradewi Indah
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction Atrial Septal Defect (ASD) adalah kondisi kelainan jantung bawaan yaitu kecacatan septum atrium yang umum terjadi pada kasus kelainan jantung bawaan. Ciri unik ASD adalah perkembangan klinisnya yang lambat dengan sebagian besar saat usia anak dan remaja bebas gejala, sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis. Prosedur bedah jantung menyebabkan adanya nyeri pada bekas incisi, adanya komplikasi paru dan imobilisasi pada pasien dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kondisi komplikasi lainnya seperti penurunan aktivitas fungsional, penurunan kekuatan otot, penurunan sangkar thoraks, dan peningkatan sputum. Latihan mobilisasi bertahap dan active exercise diperlukan untuk mencegah munculnya komplikasi tersebut. Case Presentation: Pasien berusia 31 tahun dengan diagnosis medis post Atrial Septal Defect Closure (ATV Repair a.i A ASD II 4 cm, High flow Low resistance, L to R shunt, TR severe) dengan keluhan adanya nyeri bekas incisi dan imobilisasi. Pasien post operasi hari pertama dengan kondisi supine lying dengan alat dan selang terpasang ditubuhnya. Terdapat nyeri tekan, gerak dan diam, adanya penurunan sangkar thoraks, dan penurunan aktivitas fungsional. Management and Outcome: Studi kasus yang dilakukan selama 3 hari adalah breathing exercise, active exercise, dan mobilisasi bertahap serta dilakukan evaluasi setiap akhir pertemuan. Discussion: Intervensi fisioterapi yang diberikan pada kasus post ASD Closure adalah breathing exercise, active exercise, latihan batuk efektif, dan mobilisasi bertahap yang bertujuan untuk mengurangi nyeri bekas incisi, mengeluarkan sputum, peningkatan sangkar thoraks, memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot serta peningkatan kemampuan fungsional.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post ORIF Fraktur Ankle dan Split Thickness Skin Graft (STSG) Alfarisyi, Dimas Arif; Perdana, Suryo Saputra; Paramita, Made Pradnya
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Skin graft merupakan tindakan yang sering dilakukan pada kasus dermatology seperti menutup luka lebar yang sulit untuk sembuh, munculnya kondisi tersebut biasanya diikuti jugan dengan cedera lainya seperti fraktur, dalam kasus ini fraktur yang terjadi adalah fraktur ankle. Fraktur ankle menjadi salah satu kasus fraktur terbanyak pertahunya dan dapat menimbulkan penurunan kemampuan fungsional bagi penderitanya. Kedua kasus tersebut dapat menimbulkan kontraktur, nyeri, dan penurunan kemampuan fungsional, maka peran fisioterapi sangat dibutuh kan dalam fase rehabilitasi. Presentasi kasus : pasien dengan usia 44 tahun mengalami kecelakaan dan mengalami fraktur pada metatarsal 5 dan calcaneus dextra serta Degloving injury yang kemamudian dilakukan penanganan berupa ORIF dan STSG. Pasien mengeluhkan masih adanya nyeri, kekakuan dan bengkak pada area ankle dextra. Hasil dan pembahasan: Dari hasil evaluasi nyeri dengan Numeric Rating Scale (NRS), evaluasi kekuatan otot dengan Manual Muscle Test (MMT), evaluasi LGS dengan Goniometer, evaluasi oedema dengan midline, dan evaluasi aktifitas fungsional dengan Foot and Akle Disability Index (FADI) didapatkan penurunan nyeri tekan dan oedema, peningkatan LGS, dan kemampuan fungsional Kesimpulan : Program fisioterapi dengan TENS, ankle Pumping, dan PNF dapat mengurangi nyeri, oedema dan peningkatkan LGS dan kemampuan fungsional.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Post Anterior Cruciate Ligament Recontruction (ACLR): Studi Kasus Wijayandari, Nawang Galih; Perdana, Suryo Saputra; Saputro, Sigit
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Anterior Cruciate Ligament (ACL) merupakan suatu ligamen yang memiliki fungsi sebagai penstabil tibia saat berpindah ke arah anterior serta saat lutut melakukan rotasi. Robekan ACL yang melebihi 50 % atau robekan total dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut sehingga direkomendasikan untuk menjalani operasi rekontruksi ACL yang selanjutnya pasien post ACLR membutuhkan rehabilitasi. Presentasi kasus: pasien dengan diagnosa post ACLR dengan keluhan utama nyeri dan keterbatasan gerak pada lutut kiri. Manajemen dan hasil: pasien diberikan latihan fase 1 berupa heel slide, quariceps setting, hamstring setting, dan ankle theraband serta kompres es sebelum dan setelah latihan. Evaluasi yang diukur oleh peneliti berupa evaluasi nyeri menggunakan NRS, evaluasi kekuatan otot menggunakan MMT, evaluasi LGS menggunakan goniometer, evaluasi odem menggunakan meterline, dan evaluasi kemampuan fungsional menggunakan lyshom index. Diskusi: Program rehabilitasi post rekonstruksi ACL berupa serangkaian program yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi lutut dalam keadaan normal. Peregangan yang dilakukan selama latihan akan merangsang tendon sehingga menimbulkan efek relaksasi, kontraksi, dan peregangan yang akan memperbaiki gangguan fleksibilitas otot dan akan meningkat kekuatan otot. Kesimpulan: Pemberian latihan dan kompres es sebelum dan sesudah melakukan latihan yang dilakukan sebanyak 3x terhadap Tn. WP di Klinik Ibest Solo didapatkan hasil penurunan nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, mengurangi odem, dan meningkatkan kemampuan fungsional.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penderita Pneumothorax: Case Report Study Abimayu, Ryan Juniano; Perdana, Suryo Saputra; Utami, Multasih Nita
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction Pneumothorax adalah suatu kondisi dimana terdapat udara dirongga pleura. Pneumotoraks terjadi 2% - 6,3% per 100.000 penduduk pertahun dengan laki-laki lebih banyak dibandingkan Perempuan. Pneumothoraks dibagi menjadi dua, spontan yaitu terjadi tanpa adanya trauma atau sebab lainnya, dan traumatic yang terjadi karena adanya trauma langsung atau tidak langsung terhadap dada, termasuk didalamnua adalah penumothoraks iatrogenic. Pneumothorax dibagi menjadi primer dan sekunder. Pneumothoraks spontan primer terjadi tanpa adanya penyakit paru sebelumnya. Sedangkan pneumothoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru yang sudah diderita pasien Case Presentation: Pasien laki-laki yang bernama Tn. AS berusia 29 tahun masuk ke ruang rawat inap RSUD Dungus madiun dan pada tanggal 27 Desember 2023 bertemu dengan fisioterapi, pasien memiliki diagnose penumothoraks spontan Management and Outcome: Intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah nebulizer yang berisi obat fluticasone propionate 2 ml, pursed lip breathing, breathing control. Evaluasi yang dilaksanakan yaitu saturasi oksigen, ekspansi sangkar thoraks, dan pemeriksaan kemampuan fungsional menggunakan mMRC Discussion: Program fisioterapi yang diberikan selama 4 kali pertemuan adalah nebulizer dengan obat fluticasone propionate 2 ml memiliki mekanisme kerja sebagai anti inflamasi dan imunosupresan yang dapat membantu tercapainya tujuan terapi dan berupaya meminimalisir dampak gejala, meningkatkan tingkat aktivitas fisik dan mengurangi risiko, pursed lip breathing bertujuan untuk meningkatkan oksigenasi, meningkatkan volume paru, memperlancar jalannya pernafasan, breathing control bertujuan untuk pengaturan nafas agar irama pola nafas teratur serta memaksimalkan kinerja otot bantu pernafasan Conclusion: Program fisioterapi yang diberikan selama 4 kali pertemuan adalah nebulizer dengan pemberian oban fluticasone propionate 2ml, pursed lip breathing, breathing control didapatkan bahwa setelah menjalani program fisioterapi pasien mengalami sedikit perubahan sehingga pola pernapasan pasien sedikit lebih baik.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus post Orif Open Fracture os Humerus Sinistra 1/3 Cranial ad Contractionum: A Case Report Akbar, Alifa; Perdana, Suryo Saputra; Yanuar, Reza Arshad
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Fisioterapi adalah salah satu ilmu dibidang kesehatan yang berhubungan dengan fungsi gerak tubuh. Bentuk pengobatan fisioterapi bermacam-macam bisa menggunakan latihan olahraga khusus, penguluran otot dan bermacam macam teknik serta alat khusus. Nyeri karena bekas incisi setelah operasi pasti akan dirasakan oleh pasien, sehingga perlu dilakukan penanganan medis setelahnya, seperti fisioterapi. Case Presentation: pasien dengan diagnosa oleh dokter Open fracture os Humerus sinistra 1/3 cranial ad contractionum dan Open fracture os radius sinistra 1/3 distal ad contractionum dilakukan operasi pemasangan plat and screw di humerus dan pemasangan wire di radial. Keluhan utama pasien yaitu pada lengan atas dan pergelangan tangan sebelah kiri terasa nyeri ketika digunakan untuk melakukan aktivitas sehari hari seperti mengambil benda yang ada diatas kepala dan menggenggam sesuatu. Management and Outcome: Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas alat Infra red dan beberapa latihan seperti active exercise, pasif exercise serta contract relax. Evaluasi yang diukur oleh peneliti meliputi evaluasi nyeri, kekuatan otot, LGS, odem dan kemampuan fungsional. Pengukuran evaluasi dilakukan diawal pertemuan untuk sesi pertama dan diakhir pertemuan untuk sesi kedua sampai ke empat. Discussion: Pada pasien post op frakture dirasa sangat diperlukan mobilisasi dini seperti pasif exercise untuk mencegah terjadinya komplikasi post op seperti kekakuan, atrofi otot maupun perlengketan sendi synovial. Conclusion: Pemberian modalitas IR yang digabungkan dengan latihan contract relax, active serta pasif exercise yang dilakukan sebanyak 4x terhadap Ny. R di RSUD Salatiga dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, menambah fleksibilitas / LGS, mengurangi odem dan meningkatkan kemampuan fungsional.
Program Fisioterapi pada Keluhan Ischialgia: Case Report Study Maulidya, M; Perdana, Suryo Saputra; Utami, Dyah Wahyu
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Ischialgia ialah peradangan nervus ischiadicus di karenakan penjepitan pada nervus ischiadicus sehingga terjadi nyeri yang menjalar sepanjang tungkai. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari pemberian Infrared (IR), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Strengthening exercise dan Stretching pada kondisi Ischialgia. Hasil: Pemberian intervensi fisioterapi berupa pemberian Infrared (IR), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Strengthening exercise dan Stretching dapat memberikan hasil berupa peningkatan pada kemampuan fungsional dan kekuatan otot serta penurunan pada nyeri. Kesimpulan: Program fisioterapi yang diberikan pada kasus ischialgia sebanyak 6 kali yang dilakukan 2 kali seminggu selama 3 minggu didapatkan hasil peningkatan pada kemampuan fungsional dan kekuatan otot serta penurunan pada nyeri.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): Case Report Study Pratamasiwi, Afrilia Saras; Perdana, Suryo Saputra; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara paru dan dapat disebabkan oleh paparan zat berbahaya ditandai dengan gejala pernafasan yang persisten dan keterbatasan aliran udara yang bersifat progresif serta tidak sepenuhnya reversibel. Selain disfungsi pernapasan, disfungsi otot dan gangguan keseimbangan juga terlihat pada individu dengan PPOK. Case Presentation: Pasien dengan diagnose dokter mengalami PPOK mengeluhkan sesak nafas yang sudah dirasakan sejak 2018 dan disertai batuk berdahak. Sesak nafas memberat Ketika bangun tidur di pagi hari serta Ketika beraktivitas pasien merasakan cepat Lelah. Pasien juga merupakan perokok berat sejak masih muda tetapi pasien sekarang ini sudah berhenti untuk merokok. Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit serupa hanya saja pasien berada di lingkungan keluarga yang terdapat perokok aktif. Management and Outcome: intervensi fisioterapi yang diberikan pada penelitian ini adalah dengan pemberian pursed lip breathing dan thoracic expansion exercise. Evaluasi yang dinilai meliputi kapasitas paru, ekspansi sangkar thorax, dan aktivitas fungsional. Discussion: Program fisioterapi untuk kasus PPOK pada tiga kali pertemuan bertujuan untuk peningkatan kapasitas paru – paru dan kemampuan fungsional. Dengan pursed lip breathing penderita dapat meredakan sesak napas, menurunkan kerja pernapasan, dan meningkatkan pertukaran gas. Pemberian thoracic expansion exercise menyebabkan adanya gerakan dinding dada dengan inspirasi maksimal lalu mengeluarkan udara sebanyak mungkin. Conclusion: Setelah pasien diberikan tiga kali terapi di Rumah Sakit Respira Yogyakarta diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan pada ekspansi thoraks di setiap pertemuan dan peningkatan kapasitas paru.
Intervensi Fisioterapi pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome: A Case Report Azzahra, Farikha Syifau; Perdana, Suryo Saputra; Yunanto, Sri
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah penekanan pada saraf neuropati perifer yang mengakibatkan terjepitnya saraf medianus pada jalurnya di terowongan karpal yang terletak di pergelangan tangan. Intervensi fisioterapi berupa modalitas alat dan exercise menjadi pilihan yang tepat untuk mengurangi gejala yang muncul pada penderita CTS dan membantu mengembalikan aktivitas fungsional yang terganggu. Case Presentation: Pasien dengan diagnose medis berupa Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Dengan keluhan nyeri, keterbatasan gerak pada pergelangan tangan, dan penurunan aktivitas fungsional yang melibatkan pergelangan dan jari-jari tangan. Management and Outcome: Pengukuran dan evaluasi yang dinilai meliputi nyeri menggunakan NRS, lingkup gerak sendi dan kemampuan fungsional menggunakan Wrist Hand Disability Index (WHDI). Discussion: Pada pasien CTS diperlukan intervensi yang dapat menurunkan nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional. Conclusion: Pemberian modalitas alat berupa ultrasound dan Electrical stimulation yang dikombinasikan dengan tendon gliding exercise dan active ROM exercise pada Ny. U sebanyak 3x sesi terapi didapatkan hasil berupa penurunan nyeri, peningkatan LGS, dan kemampuan aktivitas fungsional.
Co-Authors Abimayu, Ryan Juniano Adnan Faris Naufal Agus Setiyawan Akbar, Alifa Alfarisyi, Dimas Arif Amalia Nur Azizah Amalia Nur Azizah Amalia Nur Azizah Amaliyah Hana Safitri Amirotuzakiyah, Maryam Anggraeni, Nadya Anggraini, Nadya Aquariza, Eliska Elok Arianti, Bella Arif Pristianto Ariyanti, Amalia Carissa Ashrifah, Ayuni Aulia Setia Ningsih Ayu, Yunidar Niken Az-Zahra, Fadhilah Azzahra, Farikha Syifau Chaiyawat, Pakaratee Debbita, Nurraya Martha Dedi Prasetyo Dewangga, Mahendra Wahyu Dhiva Luhtirani Yanitamara Dwi Rosella Komala Sari Dwi Rossela Komalasari Efendi, Elif Nur Fadila, Dhira Rahma Farhan Sufi Hibatul Azizi Gani, Purnomo Gina Fazrina Halim Mardiato Hapsari Cahyaningrum Herman, Dedy Heru Purnomo Irfan, Naufal Kadek Agustini Aryani Kasumbung, Muhammad Tasa Kingkinnarti Komalasari, Dwi Rosella Kurniady, Devi Arhamevia Kusdiana, Faris Rahman Maranti, Zemba Riski Martopo, Nur Agung Maulidya, M Miftakhul Nur Ilmi Muhammad Naufal Anas Muhammad Raihan Maulidan Musyafa, Zafaf Nabila Nabila Nabila, Nabila Nazihah, Zulvy Nevgy Hamama Aziefa Norazmi, Ihsan Nur Agung Martopo Nurma, Hanifah Dwi Pangestu, Gesang Gede Paramita, Made Pradnya Pradipta, Alvian Willy Prasetijo, Dedy Herman Pratamasiwi, Afrilia Saras Prayitno, P Putri, Adelia Kurnia Putri, Thesa Arsita Qanitah, Talitha Rezky Guna Putra Rofi'atin Rofi'atin Rosidah, Nikmatur Sabina Afifatuzzahra Safitri, Amaliyah Hana Safitri, Khusnul Saharudin, Adinda Afifah Saputro, Sigit Sari, Diani Qomaradewi Indah Septiani, Icha Setiawan, Purnomo Gani Silaen, Nevada Bulandari Sobariyah, Ana Maratus Sri Yunanto Totok Budi Santoso Umi Budi Rahayu Utami, Dyah Wahyu Utami, Multasih Nita W Wahyuni, W Widyawati, Erinda Anggar Tri Wijayandari, Nawang Galih Wijayanti, Wahyu Kusuma Yanuar, Reza Arshad Yunita Rahayu Pratiwi Yusria Apriliani Zakaria, Ricky Fauzi Zemba Riski Maranti Zhulfahmi, Moch. Rizki