Claim Missing Document
Check
Articles

HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING (HIIT) LEBIH MENINGKATKAN AMBANG ANAEROBIK DARIPADA STEADY STATE TRAINING PADA SISWA ANGGOTA KELOMPOK EKSTRAKURIKULER ATLETIK LARI JARAK PENDEK Indira Vidiari J; I Putu Gede Adiatmika; Luh Made Indah S.H. Adiputra; K Tirtayasa; Made Muliarta; Adiartha Griadhi
Sport and Fitness Journal Volume 5, No.3, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.641 KB) | DOI: 10.24843/spj.2017.v05.i03.p09

Abstract

Anaerobic threshold is the level of oxygen consumption where lactate concentration in blood increasing rapidly and systemic. One of exercises which increase anaerobic threshold is high intensity interval training (HIIT), with training load over anaerobic threshold in a short time and interspersed with active recovery. Another form is steady state training (SST), with training load approaching anaerobic threshold constantly. The purpose of this study to determine differences in the effectiveness of HIIT and SST among students member of short distance running athletic extracurricular groups in Denpasar. This study is pre test and post test experimental group design for 6 weeks and three times a week. Samples included 24 people divided into 2 groups. Group 1 HIIT with the training load of 95% maximum heart rate and Group 2 SST with the training load 80% of maximum heart rate. Measurement of anaerobic threshold by determining Heart Rate Deflection Point (HRDP) according to the Conconi track protocol. The results of the study in both groups obtained subjects 12-16 years old, male, body weight 50-65 kg, height 160-178 cm, and IMT from 16.33 to 22.27 kg / m2. Mean of anaerobic threshold before HIIT training 178.17 ± 2.368 x/minute, while after HIIT increased to 197.83 ± 3.460 x/minute. Mean of anaerobic threshold before SST 177.17 ± 1.586 x/minute, while after SST increased to 185.25 ± 1.288 x/minute. Test of different mean of anaerobic threshold pretest within Group 1 and Group 2 showed that p=0,237 (p>0,05). Test of different mean of increasing anaerobic threshold before and after training in Group 1 and Group 2 using Independent t-Test data test post two groups showed that p = 0.01 (p <0.05). Its concluded HIIT increase anaerobic threshold more than SST among students member of short distance running athletic extracurricular groups in Denpasar. Suggestions for this study are expected coaches able to provide proper training and monitoring methods HRDP evaluation in improving the achievement of athletes.
PELATIHAN PLIOMETRIK DIAGONAL CONE HOP LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN FRONT CONE HOP UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN TENDANGAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMK SMSR UBUD I Made Dwi Ariyuda; I Wayan Weta; I Made Muliarta; Ketut Tirtayasa; I Made Jawi; Putu Adiartha Griadhi
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.2, Mei 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.803 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i02.p09

Abstract

The performance of soccer branch at SMK SMSR Ubud has not shown maximum result. To increase the performance of soccer branch, it was done by plyometric diagonal cone hop training and front cone hop. This research aim to know that plyometric diagonal cone hop training and front cone hop is to increase leg muscle strength and kick velocity, and plyometric diagonal cone hop training is more effective than front cone hop to increase leg muscle strength and kick velocity. The research method is experimental method The Randomized Pre and Post Test Group Design. The samples of research are 30 soccer players at SMK SMSR Ubud and divided into 2 (two) groups. The first group was handled with Plyometric diagonal cone hop training, and the second group was handled with Plyometric front cone hop training. The frequencies of training are 3 times in a week for 6 weeks. Leg muscle strength measured by leg dynamometer and kick velocity measured by meter indicator and video recording. The result of the intergroup t-paired test of this research for the first group before and after training that leg muscle mean is 97,80 ± 19,91 and 140,1 ± 10,01 kgs and kick velocity is 13,21 ± 2,16 and after training 21,86 ± 4,88 m/s with (p< 0,01). While the result for the second group before and after training that leg muscle mean is 98,00 ± 14,56 and after training 126 ± 12,7 kgs and kick velocity is 11,18 ± 1,59 and after training 16,18 ± 2,48 m/s with (p<0,01). Results of increased leg muscle strength and kick velocity between both of groups before and after training tested by independent t-test with p=0,002 & p<0,01 that is means there are significant differentiation. The conclusion is both of this training can be used to increase leg muscle strength and kick velocity. But, Plyometric diagonal cone hop is more effective than front cone hop to increase leg muscle strength and kick velocity.
PELATIHAN TAI CHI DAN PELATIHAN AI CHI SAMA-SAMA MENINGKATKAN PERFORMA DUAL TASK PADA LANSIA Andy Sirada; I Putu Gede Adiatmika; Muhammad Ali Imron; I Putu Adiartha Griadi; I Made Muliarta; Putu Astawa
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 1 (2020): Volume 8, No. 1, Januari 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.241 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i01.p01

Abstract

Pendahuluan: Aktifitas yang dilakukan seseorang dalam kesehariannya tidak lepas dari aktifitas multitasking dimana pada aktifitas tersebut minimal seseorang harus mampu melakukan dua aktifitas sekaligus (dualtask), lansia dengan gangguan kognitif atau tidak mampu melakukan aktifitas ganda atau dualtask mempunyai resiko jatuh yang tinggi. Salah satu tindakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan dualtask pada lansia adalah dengan latihan Tai Chi. Tai Chi dan Ai Chi merupakan dua metode latihan yang terbukti mampu meningkatkan kualitas hidup lansia dimana mengurangi resiko jatuh salah satunya. Tujuan penelitian untuk membuktikan apakah ada perbedaan pelatihan Tai Chi dan pelatihan Ai Chi dalam meningkatkan performa dual task pada lansia. Metode: Penelitian dilakukan selama 6 minggu di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram Lombok dimana sampel penelitian adalah pasien poliklinik fisioterapi yang berusia 60-80 tahun. Penelitian menggunakan rancangan two group pre and post test design dengan jumlah sampel 34 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu Kelompok Ai Chi (n = 17) dan Kelompok Tai Chi (n =17). Performa dual task diukur menggunakan time up and go test (TUG) dual task. Hasil: Nilai performa dualtask pelatihan Tai Chi dan pelatihan Ai Chi meningkat bermakna dengan nilai p<0,05. Nilai performa dual task setelah pelatihan Tai Chi dan pelatihan Ai Chi tidak berbeda bermakna dengan nilai performa dual task p>0,05. Simpulan: Pelatihan Tai Chi dan Pelatihan Ai Chi mempunyai efek yang sama dalam meningkatkan performa dual task pada lansia.
HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING LEBIH BAIK DARIPADA FARTLEK TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2max DAN LACTATE THRESHOLD PADA ATLET BOLA TANGAN KOTA SURABAYA Ainul Ghurri; I Putu Gede Adiatmika; I Putu Adiartha Griadhi; Luh Putu Ratna Sundari; Susy Purnawati; I Made Krisna Dinata
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 3 (2020): Volume 8, No. 3, September 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i03.p01

Abstract

Atlet bola tangan putra Kota Surabaya memiliki daya tahan yang rendah. Hal ini mengakibatkan nilai VO2max dan lactate threshold yang rendah sehingga berpengaruh terhadap kualitas permainan dan prestasi tim, keadaan ini memerlukan intervensi latihan fisik yang tepat. High intensity interval training (HIIT) merupakan latihan dengan waktu singkat menggunakan intensitas tinggi yang diselingi pemulihan aktif. Fartlek training adalah latihan dengan waktu yang konstan dengan beban mendekati batas kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan HIIT lebih baik daripada fartlek training dalam meningkatkan VO2max dan lactate threshold. Jenis penelitian true experimental dengan rancangan pretest and posttest two group desain. Subjek adalah atlet bola tangan Kota Surabaya sebanyak 22 orang yang dibagi dengan diberikan HIIT untuk Kelompok I lalu fartlek training pada Kelompok II, periode latihan 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu latihan. VO2max diukur dengan Cooper VO2max Test dan lactate threshold menggunakan Heart Deflection Point. Hasil penelitian didapatkan rerata VO2max sebelum HIIT 42,38±1,07 ml/kg/menit, sesudah HIIT 45,86±1,10 ml/kg/menit. Rerata VO2max sebelum fartlek 42,33±1,04 ml/kg/menit, sesudah fartlek 44,27±1,66 ml/kg/menit. Rerata lactate threshold sebelum HIIT 176,61±0,99 x/menit, sesudah HIIT 194,69±1,11 x/menit. Rerata lactate threshold sebelum fartlek 176,92±1,08 x/menit, sesudah fartlek menjadi 187,43±1,59 x/menit. Uji beda peningkatan VO2max dan lactate threshold pada Kelompok I dan Kelompok II dengan independent t-test. Hasil menunjukan bahwa ke dua Kelompok p=0,000 (p<0,05). Disimpulkan dua Kelompok ini sama-sama memberi efek peningkatan (p<0,05) dan Kelompok I lebih meningkatkan VO2max dan lactate threshold daripada Kelompok II. Saran untuk pelatih agar melakukan monitoring dan evaluasi serta memberikan pelatihan yang benar agar dapat meningkatkan performa dan peningkatan prestasi atlet.
LATIHAN JALAN TANDEM LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN LANSIA DARIPADA LATIHAN BALANCE STRATEGY I Gusti Ayu Sri Wahyuni Novianti; I Made Jawi; Muthia Munawaroh; I Putu Adiartha Griadhi; Made Muliarta; Muh. Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.834 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p15

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan latihan jalan tandem lebih meningkatkan keseimbangan lansia daripada latihan balance strategy. Metode penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan penelitian Pre and Post Test Two Group Design yang dilakukan pada bulan Januari sampai Februari tahun 2017 dan populasinya adalah lansia di Banjar Umacandi, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi dengan umur 60–74 tahun. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 12 orang pada kelompok 1 dan 2. Pada Kelompok 1 diberikan latihan jalan tandem dan Kelompok 2 diberikan latihan balance strategy. Keseimbangan lansia diukur menggunakan Berg Balance Scale. Hasil penelitian pada Kelompok 1 diperoleh nilai rerata peningkatan keseimbangan sebelum latihan 40,67±4,09 dan setelah latihan 52,50±2,84. Kelompok 2 diperoleh nilai rerata peningkatan keseimbangan sebelum latihan 40,33±3,98 dan setelah latihan 48,83±3,85. Uji beda nilai rerata setelah latihan ditemukan bahwa peningkatan keseimbangan pada Kelompok 1 lebih besar daripada Kelompok 2 dengan dengan persentase sebesar 29% pada Kelompok 1 dan 21% pada Kelompok 2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa latihan jalan tandem lebih efektif dalam meningkatkan keseimbangan daripada latihan balance strategy pada lansia.Kata Kunci: lansia, keseimbangan, jalan tandem, balance strategy
PELATIHAN LUNGES LEBIH BAIK DARIPADA PELATHAN SQUAT DALAM MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN ATLET PUTRA PESERAT EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR Putu Satriya Yudha Permadi; I Nyoman Adiputra; I Putu Adiartha Griadhi; Putu Astawa; Susy Purnawati; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti
Sport and Fitness Journal Vol 9 No 1 (2021): Volume 9, No. 1, Januari 2021
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2021.v09.i01.p10

Abstract

Kekuatan otot tungkai dan keseimbangan merupakan faktor yang menentukan kualitas tendangan dalam pencak silat, maka diperlukan metode pelatihan tentang kekuatan otot tungkai dan keseimbangan melalui gerakan-gerakan yang lebih efektif. Latihan lunges dan squat merupakan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan keseimbangan. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pelatihan lunges lebih baik dari squat dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan keseimbangan atlet putra peserta ekstrakurikuler pencak silat SMA Dwijendra Denpasar. Jenis penelitian true eksperimental dengan rancangan penelitian randomized pre test and post test with control groups design. Subyek dari penelitian ini atlet putra peserta ekstrakurikuler pencak silat SMA Dwijendra Denpasar yang berjumlah 18 orang yang dibagi dalam dua kelompok yang berbeda. Kelompok 1 latihan lunges sedangkan Kelompok 2 latihan squat, latihan diberikan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu. Pengukuran menggunakan alat leg dynamometer untuk mengetahui kekuatan otot tungkai dan standing stork test untuk mengetahui keseimbangan. Hasil rerata pengukuran kekuatan otot tungkai sebelum latihan lunges 177,44±7,69 kg sedangkan setelah latihan lunges 205,44±9,50 kg. Hasil rerata pengukuran kekuatan otot tungkai sebelum latihan squat 172,33±7,84 kg sedangkan setelah latihan squat 187,22±7,32 kg. Hasil rerata pengukuran keseimbangan sebelum latihan lunges 18,11±1,61 detik sedangkan setelah latihan lunges 27,22±1,98 detik. Hasil rerata pengukuran keseimbangan sebelum latihan squat 18,44±1,87detik sedangkan setelah latihan squat 23,11±1,36 detik. Uji beda rerata kekuatan otot tungkai dan keseimbangan pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan uji independent pada post test didapat hasil nilai p=0,00 (p<0,05). Kelompok 1 dan Kelompok 2 sama-sama memberikan peningkatan terhadap kekuatan otot tungkai dan keseimbangan pada atlet putra peserta ekstrakurikuler pencak silat SMA Dwijendra Denpasar, tetapi Kelompok 1 lebih baik dari pada Kelompok 2 dilihat dari rerata post test. Saran dalam penelitian ini diharapkan kepada para pelatih dapat memberikan latihan dengan tepat dan sesuai dengan metode dan prinsip dalam pelatihan agar mampu meningkatkan prestasi atlet. Kata Kunci: Kekuatan Otot Tungkai, Keseimbangan, Lunges, Squat, Pencak Silat
PERBEDAAN KEBUGARAN FISIK DAN ASPEK AFEKTIF SEBAGAI EFEK DARI PELATIHAN KIDS ATHLETICS DAN PERMAINAN TRADISIONAL MEGALA-GALA Yohanes Seran; N. Adiputra; Susy Purnawati; I Made Jawi; Made Muliarta; Putu Adiartha Griadhi
Sport and Fitness Journal Volume 5, No.2, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.455 KB)

Abstract

Background: Lack of physical activity is often caused by a lack of motivation as well as children today are more interested in modern games or online games. Objective: The purpose of this study was to determine differences in physical fitness and affective aspects as the effect of training kids athletics and traditional games Megala-gala on male students of SDN 14 Pemecutan Denpasar. Method: This research uses experimental design, Pre-Post test Control Group Design on 24 students aged 10-12 years. Were selected randomly and were divided into 2 groups. The first group was given training kids athltics and Group II was given the traditional game Megala-gala. Training is given three times a week for 6 weeks. Physical fitness was measured using a test run of 600 meters, while affective measured after training using a questionnaire. Ananlisis use significance level 0, 05. Result: The results of this study indicate that there are significant differences in physical fitness and affective aspects after intervention between groups with p = 0.00, but it also found significant differences in each group with a value of p = 0.00. Group I found a mean baseline of 3.24 ± 0.07 minutes increased to 2.38 ± 0.15 minutes (enchancement 26%) and in Group II preliminary data increased by 3.24 ± 0.11 minutes to 2.98 ± 0.11 minutes (enchancement 8%). On the affective aspects significant differences in; cooperation and responsibility with a value of p <0.05. Conclusion: It was concluded that training kids athletics further improve the physical fitness than the traditional game-Megala-gala but kids athletics training no more effect on the affective aspect than traditional game Megala-gala.
INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITATION TECHNIQUE (INIT) DAN TERAPI ULTRASONIK LEBIH MENURUNKAN DISABILITAS LEHER AKIBAT SINDROMA MIOFASIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS DIBANDINGKAN INTERVENSI MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE (MRT) DAN TERAPI ULTRASONIK Rita Maria; Alex Pangkahila; M. Irfan; Made Jawi; Adiartha Griadhi; Indra Lesmana
Sport and Fitness Journal Volume 5, No.3, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.953 KB) | DOI: 10.24843/spj.2017.v05.i03.p14

Abstract

The long term use of analgesic drugs in patients with myofascial syndrome had a bad effect. So it is very important to find another methods. Upper trapezius muscle myofascial syndrome is a collection of symptoms such as chronic pain with increased sensitivity to pressure, muscle spasms, tenderness, stiffness, limited motion, and weakness of the upper trapezius muscle. The aim of this study was to compare the rate of decline in the neck disability of interventions for Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique (INIT), Myofascial Release Syndrome (MRT), and ultrasound therapy. This research used experimental method with pre-test and post-test group design. This experiment was conducted in RSPI Puri Indah, Jakarta. These samples included 20 people who were divided into two groups of samples, are 10 people in the first group and 10 people in the second group. Samples in the first group had an average age of 30.9 years old with men as much as 4 people and women as much as 6 people. While the second group had an average age of 32.8 years old with men as much as five people and women as many as five people. The results of testing the hypothesis by using test independent sample t-test showed significantly differences between the average after intervention disability first group with mean after intervention disabilities neck second group, with the value of the first group (21.6 ± 4.6)% and the second group (15.6 ± 3.6)% with values p <0.05. It was concluded that the Inhibitation Integrated Neuromuscular Technique (INIT) and ultrasonic therapy was better in reducing the neck disability in the upper trapezius muscle myofascial syndrome, compared to Myofascial Release Syndrome (MRT) and ultrasound therapy. The decline in neck disability will significantly optimize the functional activity of the cervical spine.
EFEK PELATIHAN LARI AKSELERASI DAN PELATIHAN LARI INTERVAL DI PANTAI BERPASIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAEROBIK, POWER OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUELA LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Lilik Evitamala; I Nyoman Adiputra; Luh Putu Ratna Sundari; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra; I Putu Adiartha Griadhi; Susy Purnawati
Sport and Fitness Journal Volume 7, No.3, September 2019
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.129 KB) | DOI: 10.24843/spj.2019.v07.i03.p06

Abstract

100 meters’ run is a short distance that someone has to run with repulsion as fast as possible up to distance 100 meters’. Become a good runner must have anaerobic capability, power of limb muscles. This research aims to find out the improvement of anaerobic capability, power of limb muscles and 100 meters’ running speed from the effect of training of acceleration running and interval running at sandy beach on tenth grade students at SMA Negeri 1 Suela in East Lombok. An experimental study of Pre-Post Test Control Group Design had been conducted on 30 students aged between 16-17 years old who had physical fitness level of medium or moderate. Samples were divided into two groups by using simple random allocation technique. Group I was given the training of acceleration running at sandy beach and group II was given the training of interval running at sandy beach. The average of anaerobic capability, power of limb muscles and 100 meters’ running speed on each group, has p < 0.05. It means that on each group, there is a meaningful and significant improvement change after training. It can be concluded that the training of acceleration running and interval running at sandy beach equally improving anaerobic capability, the power of limb muscles and 100 meters’ running speed.Key words: Acceleration running, interval running, anaerobic capability, power of limb muscles, 100 meters’ running.
PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) PADA WANITA USIA PRODUKTIF PENDERITA ASMA YANG MENGIKUTI LATIHAN ZUMBA DAN YOGA Rahma Cempaka Putri; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; Luh Made Indah Sri Handari; I Putu Adiartha Griadhi
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 2 (2020): Volume 8, No. 2, Mei 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.83 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i02.p11

Abstract

Pendahuluan: Asma merupakan penyakit saluran pernapasan dengan angka prevalensi tinggi di Indonesia dan Provinsi Bali menduduki urutan ke-enam dengan prevalensi asma tertinggi di Indonesia. Penderita asma dianjurkan untuk melakukan latihan fisik untuk meningkatkan kebugaran serta meringankan dan mengurangi frekuensi kekambuhan. Zumba dan Yoga merupakan jenis latihan fisik yang memberikan banyak manfaat terutama pada fungsi paru. Tujuan: Membuktikan adanya perbedaan nilai APE pada wanita usia produktif penderita asma yang mengikuti latihan Zumba dan Yoga. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang yang melibatkan 18 wanita usia produktif penderita asma derajat intermiten atau persisten ringan pada kelompok Zumba dan Yoga. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling yang dilakukan pada tujuh studio senam Zumba dan Yoga di Denpasar selama bulan Juni – Oktober 2019. Data diperoleh dengan lembar pengumpulan data dan pengukuran APE menggunakan Peak Flow Meter. Data dianalisis dengan uji Parametrik T-Tidak Berpasangan untuk membandingkan nilai APE pada wanita penderita asma yang mengikuti latihan Zumba dan Yoga. Hasil: Pada wanita usia produktif penderita asma yang mengikuti latihan Zumba memiliki rata-rata nilai APE sebesar 431,11 L/menit, sedangkan penderita asma yang mengikuti latihan Yoga 398,89 L/menit, dengan p=0,04 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada nilai APE wanita usia produktif penderita asma yang mengikuti latihan Zumba dan Yoga.
Co-Authors A A I Ayesa Febrinia Adyasputri A. A. Parama Swari Khrisna Adela Nathania Agung Istri Dewi Agus Frandes Sariaman Ainul Ghurri Andy Sirada Ari Wibawa Ari Wibawa Arisandy Achmad Aryaning Dwi Antyesti Bagus Komang Satriyasa Bambang Widayanto Bertha Melyana Catherina . Celine Setiawan Cindy Anastasia Okhotan Clarin Hayes Clorinda Chandra Damha Al Banna Dedi Silakarma Dewa Agung Gina Andrini Dewa Nyoman Wirawan Dewa Nyoman Wirawan, Dewa Nyoman Dewi, Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dharshinee Suresh Kumar Dionisius Wora Djuliana, Salsabila Fernanda Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S. Psi. M. Erg Eka Oktafianti Eko Wibowo Felicia Holil Fendy Nugroho Frida Angelina Gde Ngurah Idraguna Pinatih Gede Desy Darmawan Gusti Agung Gede Rama Wintara I Dewa Ayu Inten D. P I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti I Dewa Putu Sutjana I Gd Mediastama I Gede Wahyu Adi Raditya I Gede Widyatmika Pratama I Gusti Agung Ayu Narita Savitri I Gusti Ayu Mega Purwani I Gusti Ayu Surya Nirmala I Ketut Suyasa I Ketut Wedarthana Aditya Prana I Komang Bintang Satria Mahaputra I Made Ari Sastrawan I Made Dhita Prianthara I Made Dwi Apri Pramana I Made Dwi Ariyuda I Made Jawi I Made Krisna Dinata I MADE MULIARTA . I Made Niko Winaya I Nengah Sandi I Nyoman Adi Putra I Nyoman Agus Pradnya Wiguna I Nyoman Ari Suryawan I Nyoman Baktiyasa I Nyoman Sutarsa, I Nyoman I Putu Gde Surya Adhitya I Putu Gede Adiatmika I Putu Meika Semara Putra I Putu Prisa Jaya . I Putu Sutha Nurmawan I Wayan Sugiritama I Wayan Weta Ida Ayu Dewi Wiryanthini Ida Bagus Gede Danny Ananta Ida Bagus Ngurah Ida Bagus Ngurah Ida Sri Iswari Imakulata Magi Loda Indira Juhanna Indira Vidiari J Indira Vidiari J Indira Vidiari Juhanna Indra Lesmana Ireene Hillary Artauli Sinurat J. A. Pangkahila James W H Manik Jawi, Made Joanne Ingrid Robot Jonathan David Rajaratnam Peter K Tirtayasa Kadek Nindia Dwi Pratiwi Putri Ketut Tirtayasa Kevin Kusuman Khaerul Anam Komang Dhyanayuda P. Komang Satrya Wirawan Komang Trisna Bayu Suta Krismawati, Luh Dwi Erna Kusumaningrum, Cornelia Ayu Leandra Erdina Usmany Lia Arista Wijaya Lidia Valentin Lilik Evitamala Luh Made Indah S.H. Adiputra Luh Made Indah Sri Handari Luh Made Indah Sri Handari Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Made Indah Sri Handari Adiputra LUH MADE INDAH SRI HANDARI ADIPUTRA Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Putu Ayu Vitalistyawati Luh Putu Ratna S Luh Putu Ratna Sundari Luh Putu Ratna Sundari M. Ali Imron M. Irfan Made Aditya Yogi Guntara Made Hendra Satria Nugraha Made Krisna Dinata Made Kristira Yanti Made Widnyana Manuela Serrano, Christina Zita Maria Imaculata Date Marta Wangsadinata Wong Md Ayu Puspita Citra Novelia Mezzi Wulandari Arenza Moh Ali Imron Muh Irfan Muh Irfan Muh. Ali Imron Muh. Ali Imron Muh. Irfan Muh. Irfan Muh. Irfan Muhammad Ali Imron Muhammad Ali Imron Muhammad Irfan Muhammad Irfan Muhammad Irfan Munawwarah, Muthiah Muthia Munawaroh Muthiah Munawaroh Mutiah Munawarah N. Adiputra N. Adiputra Ni Kadek Utari Warmadewi Ni Komang Ayu Juni Antari Ni Komang Sri Padmiswari B Ni Luh Nopi Andayani Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati Ni Made Indri Sagita Ni Nyoman Ayu Dewi Ni Putu Ayu Sasmita Sari Ni Wayan Tianing Nila Wahyuni Nilam Sari Nur Basuki Nurpratiwi, Resti Oktovianus Fufu Oktovianus Fufu Pande Made Indra Premana Putu Astawa Putu Ayu Sita Saraswati Putu Dyah Wulandari Putri Putu Dyah Wulandari Putri Putu Gupta Arya Gumilang Putu Rina Indahsari Putu Satriya Yudha Permadi Putu Seriari Ambarini Rahita, Dewa Ayu Agung Mas Berliana Rahma Cempaka Putri Reza Fatchurahman Risna Dea Pramita Rita Maria S Indra Lesmana S. Indra Lesmana S. Indra Lesmana S. Indra Lesmana S. Indra Lesmana Santi Bery Hastuti Sienny Muliaty Sumali Suadnyana, Ida Ayu Astiti Sugijanto - Sugijanto - Susanto, Vennesa Vitari Maureen Susy Purnawati Sutjna, Dewa Putu Tirtayasa, Ari Tjokorda Gde Bagus Mahadewa Triyanto Nugroho Ummaiya, Fadilla Vennesa Vitari Maureen Susanto Virgilya S Wahyu Gunarto Wahyuddin, Wahyuddin Wahyuni Novianti, I Gusti Ayu Sri Yogi haditya Yohanes Seran