Claim Missing Document
Check
Articles

DETEKSI PENURUNAN MUKA TANAH KOTA SEMARANG DENGAN TEKNIK DIFFERENTIAL INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (DINSAR) MENGGUNAKAN SOFTWARE ROI_PAC BERBASIS OPEN SOURCE Saputro, Eko Andik; Kahar, Sutomo; Sasmito, Bandi
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.708 KB)

Abstract

Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah yang terletak di koordinat -6°58’ LS dan +110°25’ BT. Semarang terbentuk dari endapan alluvial yang terdiri dari material berukuran lempung dan pasir. Lapisan pembentuk tersebut berumur muda (sekitar 10.000 tahun) yang memiliki derajat kompaksi rendah sehingga masih memungkinkan tahapan pemadatan dan berpengaruh dengan penurunan muka tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui  penurunan muka tanah di Kota Semarang dengan teknik DInSAR. DInSAR adalah teknologi pencitraan radar kesamping dengan memanfaatkan informasi fase, amplitudo dan panjang gelombang dalam pengolahannya untuk mendapatkan topografi dan deformasi. Metode yang digunakan adalah two-pass interferometric dengan menggunakan 3-arsec (90 m) Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) sebagai Digital Elevation Model (DEM) referensi untuk menghapus unsur fase topografi. Data yang digunakan adalah tiga citra satelit ALOS PALSAR (Level 1.0) dengan akuisisi data Juni 2007 sampai September 2009. Teknik DInSAR ini diproses dengan menggunakan software ROI_PAC berbasis open source. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa laju penurunan muka tanah dengan teknik DInSAR rata-rata sebesar 0.78 cm/tahun hingga 14.13 cm/tahun. Hasil pengolahan DInSAR dibandingkan dengan hasil penurunan muka tanah menggunakan teknik levelling yang menghasilkan nilai standar deviasi sebesar 1.217 cm. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik DInSAR dapat digunakan dalam mendeteksi penurunan muka tanah di kota Semarang.
PEMANTAUAN PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN APLIKASI DIGITAL SHORELINE ANAYSIS SYSTEM (DSAS) STUDI KASUS : PESISIR KABUPATEN DEMAK Istiqomah, Farrah -; Sasmito, Bandi; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.108 KB)

Abstract

ABSTRAK                 Perubahan garis pantai di Kabupaten Demak terjadi disebabkan oleh proses abrasi dan akresi yang terpicu karena aktivitas manusia yang intensif di wilayah pesisir. Hal ini disebabkan juga oleh banjir rob yang sering terjadi di wilayah ini dan pengaruh sifat fisik laut. Abrasi dan akresi terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir Kabupaten Demak sehingga garis pantainya mengalami perubahan yang cukup drastis.Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh sebagai kajian yang cepat untuk mendeteksi perubahan garis pantai Kabupaten Demak dengan menggunakan citra Landsat 7 tahun 2011-2012 dan citra Landsat 8 tahun 2013-2015 sebagai data primer. Informasi garis pantai diperoleh menggunakan metode rationing untuk memisahkan batas air dan darat. Informasi garis pantai tahun 2011 digunakan sebagai titik awal pengamatan perubahan garis pantai atau Baseline dan informasi garis pantai tahun 2012-2015 dihitung laju perubahannya. Perhitungan laju perubahan garis pantai menggunakan perangkat lunak Digital Shoreline Analysis System (DSAS).Hasil penelitian menunjukan terjadi perubahan garis pantai yang signifikan di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak dengan nilai akresi maksimum sebesar 233,994 meter dan abrasi maksimum sebesar 141,037 meter. Prediksi perubahan garis pantai tahun 2016-2020 yang terbesar perubahannya terlihat pada transek A dengan akresi sebesar +280,92 meter dan terkecil pada transek H dengan abrasi sebesar -0,004. Abrasi dan akresi disebabkan oleh kurang terjaganya ekosistem mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Demak yang fungsinya berubah menjadi areal tambak atau pemukiman. Kata Kunci : garis pantai, DSAS, Kabupaten Demak, abrasi, akresi  ABSTRACT                 Shoreline changes in Demak which is caused by abrasion and accretion processes and triggered due to intensive human activities in coastal areas. It is also caused by the tidal flood that often occur in this area and the influence of physical characteristic of the ocean. Abration and accrestion occurs in almost all coastal areas and it happen quite drastic.This research use remote sensing method as a quick study to detect the shoreline changes in Demak with Landsat 7 images in 2011-2012 and Landsat 8 images in 2013-2015 as the primary data. Shorelines information obtained by using rationing method to delineated the water and the land. The 2011 shoreline used as a starting point to calculate the changes between 2012-2015 shorelines. This research use Digital Shoreline Analysis System (DSAS) to calculate the rate-of-changes between the shorelines.The results showing the most significant changes occur in Wedung, Demak with maximum accretions 233.9941 meter and maximum abrations 141.037 meter. The biggest changes at predicton of shoreline changes between 2016-2020 is transect A with accretion +280.92 meter and the lowest is transek H with abration -0.004 meter. Abration and accretion happen because of the lack to maintain the mangrove ecosystem in coastal areas of Demak whose function turned into area of ponds or settlement. Key words: shorelines, DSAS, demak, abration, accretion *)Penulis, Penanggungjawab
ANALISIS PENGARUH KOREKSI ATMOSFER TERHADAP DETEKSI LAND SURFACE TEMPERATURE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 DI KOTA SEMARANG Kalinda, Icha Oktaviana Putri; Sasmito, Bandi; Sukmono, Abdi
Jurnal Geodesi Undip Volume 7, Nomor 3, Tahun 2018
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.764 KB)

Abstract

Atmosfer mampu mempengaruhi perjalanan gelombang elektromagnetik baik dari matahari ke objek maupun dari objek ke sensor yang menyebabkan adanya perbedaan pada nilai radian citra. Radian citra digunakan untuk pengolahan untuk mendapatkan nilai suhu permukaan tanah. Untuk band thermal level koreksi hanya pada konversi nilai piksel menjadi radian spektral. Radian ToA (Top of Atmosphere) merupakan radian yang tertangkap oleh sensor dan diperoleh dari kalibrasi radiometrik sedangkan radian BoA (Bottom of Atmosphere) dilakukan proses koreksi atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kedua radian tersebut guna mengetahui pengaruh penggunaan koreksi atmosfer dalam deteksi nilai LST (Land Surface Temperature). Kota Semarang dipilih sebagai wilayah penelitian karena merupakan salah satu kota dengan fenomena Pula Bahang.Metode koreksi atmosfer untuk koreksi BoA yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode koreksi atmosfer menurut Coll dkk pada tahun 2010 dan metode Single-Channel (SC) menurut Jiménez-Muñoz dan Sobrino,untuk mendapatkan sebaran nilai LST. Membandingkan LST hasil pengolahan dari citra terkoreksi ToA serta BoA terhadap data LST in situ ,berupa data sampel LST dari hasil survei lapangan.Hasil uji hipotesis dan validasi menunjukkan bahwa koreksi atmosfer berpengaruh signifikan terhadap deteksi LST di Kota Semarang. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan citra radian BoA (terkoreksi atmosfer) memiliki nilai deteksi LST lebih mendekati nilai LST in situ, dengan metode koreksi atmosfer terbaik adalah metode Single-Channel (SC) menurut Jiménez-Muñoz dan Sobrino. Hal ini diketahui dari nilai RMSE (Root Mean Squared Error) berturut-turut pada pengolahan 1 dan 2 untuk radian ToA yaitu 10,4◦C; 9,07◦C, radian BoA metode koreksi atmosfer Coll dkk berturut-turut yaitu 3,82◦C; 4,86◦C dan radian BoA metode SC berturut-turut yaitu 3,25◦C dan 4,50◦C. Hasil pengolahan 1 dan 2 LST metode SC diketahui bahwa sebaran nilai deteksi LST Kota Semarang didominasi oleh kelas suhu 30.1◦C-35◦C.
ANALISIS SEBARAN KAWASAN POTENSIAL PANAS BUMI GUNUNG SALAK DENGAN SUHU PERMUKAAN, INDEKS VEGETASI DAN GEOMORFOLOGI Sukendar, Putri Mariasari; Sasmito, Bandi; Wijaya, Arwan Putra
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.612 KB)

Abstract

ABSTRAK Indonesia terletak pada tiga pertemuan lempeng tektonik yang memberikan kontribusi dalam ketersediaan energi panas bumi. Langkah awal kegiatan eksplorasi potensi panas bumi yaitu dengan kajian karakteristik daerah potensi panas bumi. Dalam hal ini kajian karakteristik potensial panas bumi akan dilakukan pada kawasan Gunung Salak, Sukabumi, Jawa Barat.Pada penelitian ini data yang digunakan adalah citra LANDSAT 8 dan GDEM Aster. GDEM Aster digunakan untuk analisis kelurusan dan morfologi wilayah penelitian dengan efek shading cahaya matahari untuk memberikan efek gelap pada morfologi seperti gunung, tebing yang membentuk pola kelurusan struktur. Karena daerah yang memiliki banyak kelurusan merupakan daerah zona lemah dimana pada daerah ini dapat menjadi jalan air menuju permukaan yang menjadi sumber panas di permukaan dari sistem panas bumi yang ada. Dalam penelitian ini kelurusan ditemukan pada morfologi kerucut gunung api. Sedangkan citra LANDSAT 8 digunakan untuk analisis distribusi temperatur permukaan (kanal termal) dan indeks vegetasi dengan metode NDVI (kanal gelombang infamerah). Dilakukan komparasi antara NDVI dan suhu permukaan untuk membedakan nilai temperatur permukaan yang berasal dari aktifitas vulkanik terhadap aktifitas manusia.Hasil dari suhu permukaan menunjukan suhu terendah pada rentang kelas 1 yaitu 6oC sampai 11oC dan suhu tertinggi pada rentang kelas 6 yaitu >35oC Sedangkan untuk hasil dari indeks vegetasi dengan metode NDVI didapatkan hasil nilai terendah pada rentang kelas 1 yaitu 0,09 sampai 0,22 dan tertinggi pada rentang kelas 4 yaitu > 0,48. Dalam penelitian ini dilakukan analisis statistik dengan metode regresi linear untuk mengetahui hubungan antara suhu permukaan dan NDVI. Berdasarkan hasil regresi menunjukan adanya pengaruh antara suhu permukaan dan NDVI dengan ditunjukannya hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,529 atau 52,9%, dan nilai korelasi sebesar -0,727 yang termasuk ke dalam korelasi kuat dengan tanda negatif (-) menunjukan hubungan antara kedua variabel suhu permukaan dan indeks vegetasi berkebalikan arah.Kata Kunci : GDEM Aster, Kelurusan, LANDSAT 8, NDVI, Suhu Permukaan  ABSTRACTIndonesia is located on the intersection of three tectonic plates which contributes to the availability of geothermal energy. Studying characteristics of geothermal potential areas is the first step in the geothermal exploration. Studying the characteristics of geothermal potential conducted at Mount Salak, Sukabumi, West Java. The study was conducted using LANDSAT 8 and GDEM Aster. GDEM Aster used to analyze lineament and geomorphology. The Pattern of lineaments structure is caused by the shadow effect of sunlight that cause the dark effect on geomorphology such as mountain, and cliff. The area has a lot of lineament is weak zone. So, The weak zone could be the way out water flow onto the surface. The water flow out is Colled geothermal manifestations. In this study, lineament was found in the morphology of volcanic cones. LANDSAT 8 used to analyze of surface temperature distribution (thermal channel) and vegetation index. The Vegetation Index used NDVI method (infrared wavelength channel). The results of surface temperature indicated that the lowest temperature is in range of class 1, which is 60C to 110C, and the highest temperature is in the range of class 6, which is >350C. While the results of vegetation index indicated that the lowest value is in the range of class 1, which is 0.09 to 0.22, and the highest value is in class 4, which is > 0.48. The Statistical analysis conducted using the linear regression method. This method conducted to determine the relationship between surface temperature and NDVI.  The results of linear regression indicated the infulence of surface temperature and NDVI. The influence of both is showed by the determination coefficient (R2) of 0.529 or 52.9%. So, the correlation value of -0.727 indicated strong correlation.  The negative sign (-) of correlation value showed the opposite direction relationship between the two variables (surface temperature and vegetation index).Keywords :, GDEM Aster, LANDSAT 8, Lineament, NDVI, Surface Temperature *) Penulis PenanggungJawab
ANALISIS POLA KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA THERMAL VEGETATION INDEX DARI CITRA SATELIT MODIS TERRA Munir, Muchammad Misbachul; Sasmito, Bandi; Haniah, Haniah
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.46 KB)

Abstract

ABSTRAK                Kabupaten Kendal merupakan salah satu daerah yang terkena dampak kekeringan karena kemarau panjang. Ancaman kekeringan akibat pengaruh iklim tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalkan dampaknya jika pola kekeringan di suatu daerah dapat diketahui.Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan aplikasi dari penginderaan jauh yaitu melalui pengolahan dan analisis menggunakan algoritma Thermal Vegetation Index (TVI) yang merupakan rasio antara Land Surface Temperature (LST) dan Enhanced Vegetation Index (EVI) untuk mengkaji sebaran dan pola kekeringan pertanian Kabupaten Kendal tahun 2010-2014 yang kemudian akan dihubungkan dengan karakteristik wilayahnya untuk mengetahui keterkaitannya dengan kekeringan di Kabupaten Kendal.Kejadian kekeringan sangat luas terjadi pada bulan September 2012 dengan luas 17.275,792 ha, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan September 2010 seluas 998,699 ha. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa karakteristik fisik lahan berpengaruh terhadap kejadian kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Kendal. Kata Kunci: EVI, Kekeringan lahan pertanian, LST, MODIS, TVI  ABSTRACT Kendal is one of the areas affected by drought. Threat of drought due to climate influences can not be avoided but the impact can be minimized if the pattern of drought in a region may be known.One way that used by using the application of remote sensing is through the processing and analysis algorithms Thermal Vegetation Index (TVI) which is the ratio between Land Surface Temperature (LST) and Enhanced Vegetation Index (EVI) to assess the distribution and patterns of agricultural drought Kendal in the year 2010-2014 will be connected to the characteristics of the region to determine its relevance to the drought in Kendal.The widest drought occurred in September 2012 with an area of 17275.792 ha, while the lowest drought occurred in September 2010 covering an area of 998.699 ha. Statistical analysis showed that the physical characteristics of the land effect on the incidence of agricultural drought in Kendal. Keywords: Agricultural drought, EVI, LST, MODIS, TVI *) Penulis, Penanggungjawab
APLIKASI ECHOSOUNDER HI-TARGET HD 370 UNTUK PEMERUMAN DI PERAIRAN DANGKAL (STUDI KASUS : PERAIRAN SEMARANG) Kautsar, Muhammad Al; Sasmito, Bandi; Hani'ah, Hani'ah
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.044 KB)

Abstract

Wilayah pantai di kepulauan Indonesia memiliki potensi pembangunan yang sangat bagus. Kawasan laut memiliki dimensi pengembangan yang lebih luas dari daratan karena mempunyai keragaman potensi alam yang dapat dikelola. Kawasan pantai adalah wilayah yang paling berpotensi untuk dikembangkan, sedangkan wilayah tersebut memiliki kedalaman yang dangkal.Untuk perencanaan pembangunan di wilayah perairan, maka dibutuhkan survei hidrografi. Salah satu alat yang digunakan untuk survei hidrografi adalah echosounder. Echosounder menggunakan prinsip akustik untuk merekam kedalaman dasar laut. Terdapat dua tipe echosounder, yaitu Echosounder Multi Beam dan Echosounder Single Beam. Echosounder Hi-Target HD 370 merupakan jenis Single Beam.Berdasarkan pengolahan data hasil, Echosounder Hi-Target HD 370 memiliki akurasi kedalaman yang teliti sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Semakin rapat titik-titik pemeruman, maka akurasi data semakin teliti.Kata Kunci    : Kawasan Pantai, Echosounder, Standar Nasional Indonesia
ANALISIS KONTRIBUTOR DOMINAN TERHADAP FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) DI KOTA MEDAN Nainggolan, Yohana Christie; Sasmito, Bandi; Sukmono, Abdi
Jurnal Geodesi Undip Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.946 KB)

Abstract

ABSTRAKPerkembangan suatu kota dalam berbagai aspek akan meningkatkan produktifitas kota tersebut. Namun perkembangan tersebut menimbulkan konsekuensi  seperti meningkatnya laju pertumbuhan lahan terbangun, angka kepadatan penduduk, urbanisasi, kemacetan, ketidaknyamanan dan sebagainya. Faktor-faktor konsekuensi tersebut juga akan memicu terjadinya fenomena Urban Heat Island (UHI) atau pemanasan pulau perkotaan. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas seberapa  besar nilai pengaruh setiap faktor  dalam memicu fenomena UHI. Penelitian ini berfokus pada faktor ruang terbangun (RTB), kerapatan vegetasi, kepadatan penduduk serta keberadaan kawasan industri. Penelitian dilakukan secara multitemporal, yaitu tahun 2009, 2014 dan 2019 menggunakan citra Landsat 5 dan Landsat 8. Pemilihan citra berdasarkan kemiripan waktu  akuisisi citra dan kesamaan musim di lapangan. Pengolahan  ruang terbangun dilakukan dengan klasifikasi supervised dan kerapatan vegetasi dengan algoritma NDVI. Penelitian juga akan menghasilkan nilai suhu permukaan di tiap tahun.  Hasil pengamatan citra Landsat tahun 2009 hingga 2019 menunjukkan bahwa hampir semua faktor berkembang secara fluktuatif, begitu juga dengan suhu permukaan (Land Surface Temperature). Pada tahun 2009 LST rata-rata  adalah 24,96oC, tahun 2014 LST rata-rata meningkat menjadi 33,32oC dan mengalami penurunan menjadi 30,18oC di tahun 2019. Adapun UHI sangat erat kaitannya dengan LST, dan berdasarkan hasil uji regresi faktor yang memiliki kontribusi paling dominan terhadap UHI adalah RTB dengan kontribusi sebesar 68,83%. Kata Kunci : Citra Satelit Landsat, NDVI, Ruang Terbangun, Suhu Permukaan, Urban heat island ABSTRACTThe development of a city in various aspects will increase the productivity of the city. However, these developments have consequences such as increased growth rates of built space, population density, urbanization, congestion, discomfort and other. These consequences factors will also trigger the phenomenon of Urban Heat Island (UHI) or urban island warming. Therefore, this study will discuss how the value influence each factor in triggering the UHI phenomenon. This research focuses on the built space, vegetation density, population density and industrial estates. The research was conducted multitemporally in 2009, 2014 and 2019 using Landsat 5 and Landsat 8 imagery. Image selection based on the similarity of image acquisition time and seasonality in the field. The processing of built space is done by supervised classification and vegetation density using the NDVI algorithm. The research will also produce surface temperature values each year. Observation of Landsat imagery from 2009 to 2019 shows that almost of all factors develop fluently, as well as surface temperature (Land Surface Temperature). In 2009 the average LST was 24,96oC, in 2014 the average LST increased to 33,3 oC and decreased to 30,18oC in 2019. UHI phenomenon is very closely related to the LST, and based on the results of the regression test the factor that have the most dominant contribution to UHI is built space with a contribution of 68,83%.
ANALISIS DISTRIBUSI TOTAL SUSPENDED MATTER DAN KLOROFIL-A MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS LEVEL 1B RESOLUSI 250 METER DAN 500 METER (Studi Kasus Daerah Pesisir Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Tahun 2012) Dicky H., Muhamad; Sasmito, Bandi; ., Hani'ah; Parwati, Ety; Budhiman, Syarif
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2569.847 KB)

Abstract

TSM (Total Suspended Matter) adalah material tersuspensi berupa zat organik maupun anorganik yang memiliki diameter >1mm yang  berada di permukaan air, sedangkan Klorofil-A adalah kelompok pigmen fotosintesis yang menyerap cahaya biru, dan merah, serta merefleksikan cahaya hijau. Keduanya dengan jumlah yang besar dapat menutupi permukaan air dan membuat air menjadi hangat dan mengurangi kemampuan air untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk kehidupan biota laut dengan kata lain dapat menganggu ekosistem perairan. Dalam pengamatan kualitas air, perlu adanya pengamatan tentang TSM dan Klorofil-A untuk waktu dan tempat yang spesifik, serta berkelanjutan. Data pengideraan jauh dapat menganalisa beberapa parameter dalam cara spasial dan temporal. Akan tetapi masalahnya adalah sulit untuk menemukan algoritma yang sesuai untuk setiap daerah. Dikarenakan setiap daerah memiliki karakteristik yang belum tentu sama. Dengan menggunakan data time series akan lebih baik dalam memonitoring kondisi kualitas air. MODIS adalah  satelit yang memiliki time series harian, jadi sangat bagus untuk pengamatan daerah perairan. Data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Terra-MODIS level 1B resolusi 250 meter dan 500 meter bulan januari sampai september dan di validasi dengan data in situ bulan Agustus 2012. Beberapa model persamaan digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis sebaran konsentrasi TSM dan Klorofil-A. Hasil pengolahan data didapatkan transformasi kromatisiti kanal merah pada MODIS dapat digunakan untuk analisa sebaran koefisien TSM dengan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,484 sedangkan rasio antara kanal NIR dengan Kanal biru dapat digunakan untuk analisa sebaran konsentrasi Klorofil-A dengan koefisien korelasi sebesar (R2) 0,924.
STUDI CLOUD MASKING MENGGUNAKAN BAND QUALITY ASSESSMENT, FUNCTION OF MASK DAN MULTI-TEMPORAL CLOUD MASKING PADA CITRA LANDSAT 8 Sinabutar, Julio Jeremia; Sasmito, Bandi; Sukmono, Abdi
Jurnal Geodesi Undip Volume 9, Nomor 3, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.97 KB)

Abstract

ABSTRAKSalah satu masalah yang paling sering timbul dalam pengolahan citra pasif adalah awan dan bayangan awan. Awan dan bayangannya menjadi kendala utama dalam pengolahan citra pasif karena awan akan menutupi area yang berada dibawahnya dan bayangan awan akan mempengaruhi dari kualitas citra itu sendiri. Citra Landsat 8 adalah salah satu citra pasif yang paling sering digunakan untuk observasi sumber daya alam. Citra Landsat 8 pasti mengandung tutupan awan karena termasuk salah satu citra pasif. Awan dan bayangan pada citra Landsat 8 perlu dilakukan proses cloud masking. Cloud masking adalah proses pendeteksian awan dan bayangannya yang pada tahap selanjutnya akan dilakukan masking. Beberapa algoritma yang digunakan dalam cloud masking pada citra Landsat 8 antara lain band QA (Quality Assessment), Fmask (Function of Mask) dan MCM (Multi-Temporal Cloud Masking). Penelitian ini melakukan perbandingan ketiga metode tersebut pada citra dengan luasan awan < 10% (10 Agustus 2019), 10% < awan < 20% (9 Juli 2019) dan 20% < awan < 30% (27 September 2019) untuk menentukan akurasi awan dan bayangannya setiap metode pada setiap citra yang dipakai. Hasil pada penelitian ini adalah akurasi awan dan bayangannya pada citra dengan awan < 10% dengan metode Band QA, Fmask dan MCM berturut – turut adalah 98%, 98,67% dan 99,33% dan untuk bayangannya berturut – turut adalah 92%, 91% dan 60%. Hasil akurasi awan dan bayangannya pada citra dengan 10% < awan < 20% dengan metode Band QA, Fmask dan MCM berturut – turut adalah 92,67%, 90% dan 100% dan untuk bayangannya berturut – turut adalah 92%, 81% dan 65%. Hasil akurasi awan dan bayangannya pada citra dengan 20% < awan < 30% dengan metode Band QA, Fmask dan MCM berturut – turut adalah 78,67%, 95,33% dan 100% dan untuk bayangannya berturut – turut adalah 60%, 62% dan 59%. Kata Kunci : Band QA, Cloud Masking, Fmask, Landsat 8, Multi-Temporal Cloud Masking ABSTRACTOne of the most common problems in passive image processing is clouds and cloud shadow. Clouds and shadows become the main obstacle in passive image processing because the cloud will cover the area underneath and cloud shadow will affect the quality of the image itself. Landsat 8 Imagery is one of the most commonly used passive images for natural resource observation. Landsat 8 imagery must contain cloud cover because it is one of the passive images. Clouds and shadows in the Landsat 8 image need to be done the cloud masking process. Cloud Masking is a cloud and the shadow detection process which will be masked at a later stage. Some algorithms used in cloud masking on Landsat 8 images include QA (Quality Assessment) band, Fmask (Function of Mask) and MCM (Multi-Temporal Cloud Masking). This study compares these three methods to images with cloud cover <10% (10th August 2019), 10% <cloud <20% (9th July 2019) and 20% <cloud <30% (27th September 2019) to determine cloud accuracy and the shadow of each method in each image used. The results in this study are the accuracy of clouds and shadows on images with clouds <10% with the band QA, Fmask and MCM methods respectively are 98%, 98.67% and 99.33% and for shadows respectively are 92%, 91% and 60%. The results of the accuracy of clouds and shadows on the image with 10% <cloud <20% with the band QA, Fmask and MCM methods are 92.67%, 90% and 100% and for the shadows respectively are 92%, 81% and 65%. The results of the cloud and shadow accuracy in the image with 20% <cloud <30% with the Band QA, Fmask and MCM methods are 78.67%, 95.33% and 100% and for the shadows respectively are 60%, 62 % and 59%.
ANALISIS DAMPAK FREKUENSI KUNJUNGAN WISATAWAN LAWANG SEWU TERHADAP TOTAL ECONOMIC VALUE Bashit, Nurhadi; Subiyanto, Sawitri; Sasmito, Bandi; Sitepu, Selli Angelita
ELIPSOIDA Volume 03, Nomor 01, Tahun 2020
Publisher : ELIPSOIDA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Semarang memiliki banyak bangunan bersejarah seperti Lawang Sewu. Wisata Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Keberadaan Lawang Sewu memberikan peluang masyarakat sekitar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya dalam bidang pariwisata. Lawang Sewu memiliki peluang untuk berkembang dengan meningkatnya frekuensi kunjungan dari wisatawan sehingga peran wisatawan sangatlah penting dalam perkembangan pariwisata Lawang Sewu. Daya tarik objek wisata memberikan peningkatan frekuensi kunjungan dari tahun ke tahun. Frekuensi kunjungan wisatawan dapat dianalisis tentang pengembangan objek wisata berdasarkan frekuensi kunjungan. Pengembangan pariwisata dapat dilihat dengan menggunakan Metode Biaya Perjalanan (TCM) dan Metode Penilaian Kontinjensi (CVM) untuk menentukan nilai WTP (Kesediaan Membayar) untuk melihat pengembangan pariwisata. Metode pengambilan sampel (responden) adalah nonprobability sampling dengan teknik insidental sampling, yaitu untuk responden yang kebetulan ditemukan di lokasi wawancara. Pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda maka perhitungan untuk menentukan nilai penggunaan langsung (DUV) dan untuk menentukan nilai keberadaan (EV) menggunakan perangkat lunak Maple 17. Hasil penelitian ini besaran Consumer Surplus sebesar Rp. 35.169.196,-. Berdasarkan proses perhitungan dan penilaian diperoleh Total Economic Value (TEV) Kawasan Lawang Sewu sebesar Rp. 24.298.525.308.440,- pada tahun 2015, Rp. 30.381.191.942.980,- pada tahun 2016 dan Rp. 34.303.510.184.660,- pada tahun 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan ke Lawang Sewu adalah total biaya, usia, lama kunjungan dan lokasi alternatif. Peningkatan frekuensi kunjungan ke Lawang Sewu menjadikan Total Economic Value meningkat.
Co-Authors ., Hani'ah Abdi Sukmono, Abdi Adiasti Rizqi Hardini Adib Fahrul Arifin Ahmad Faishal Matazah Putra Ahmad Hidayat Ahmad Iqbal Maulana Lubis Akbar Kurniawan Alan Aji Bintang Alfian Putra Setiadarma Almira Delarizka Alvatara Partogi Hutagalung Amirul Hajri An Nisa Tri Rahmawati Andi Trimulyono Andri Suprayogi Andri Yanto Parulian Tamba Anggi Karismawati Anggoro Wahyu Utomo Angkoso Dewantoro Arfina Kusuma Putra Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Ariella Arima Aniendra Armenda Bagas Ramadhony Arnita Ikke Sari Arwan Putra Wijaya Arwan Putra Wijaya Asih, Nevi Tri Lestiyo Aulia Budi Andari Aulia Hafizh Aulia, Fatah Avini Sekha Rasina Ayu Hapsari Aditiyanti Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bambang Sudarsono Bashit, Nurhadi Bekti Noviana Bella Riskyta Arinda Bram Ferdinand Saragih Chusni Ansori David Jefferson Baris Denni Apriliyanto Desvandri Gunawan Devi Irsanti Devi Nilam Sari Deviana Putri Sunarernanda Dian Ika Aryani DIKA NUZUL RACHMAWATI Dimas Bagus Dita Ariani DITHO TANJUNG PRAKOSO Dwi Nugroho Eko Andik Saputro Eko Didik Purwanto, Eko Didik Elsa Regina Rizkitasari Esa Agustin Alawiyah Ety Parwati Fadhlan Hamdi Fajar Dwi Hastono Farrah - Istiqomah, Farrah - Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Fauzi Janu Ammarohman Firman Hadi Firman Hadi Firman Hadi Fitra S Pandia Frandi Barata Simamora Fuad Hari Aditya Gabriel Yedaya Immanuel Ryadi Galih Pratiwi Galuh Fitriarestu Santoso Ghazian Hazazi Gilang Yudistira Hilman Gunita Mustika Hati Hadi, Firman Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hani&#039;ah . Hani&#039;ah Hani&#039;ah Hani'ah, Hani'ah Haniah Haniah Hani’ah Hani’ah Harianto Harianto Harmeydi Akbar Hartomo Haryo Kuncoro Haryo Daruwedho Hasan Mustofa Amirudin, Hasan Mustofa Hayu Rianasari Hestiningsih Hestiningsih Indah Prasasti Indriyanto, Ignatius Wahyu Innong Pratikina Akbaruddin Jaka Gumelar Jerson Otniel Purba Jhonson Paruntungan Matondang Johan Irawan Kalinda, Icha Oktaviana Putri Khofifatul Azizah Kurniantoro, Ridhwan L. M. Sabri Laode M Sabri Latifah Rahmadany LM. Sabri M. Alfarisi Handifa M. Andu Agjy Putra Mamei Saumidin Meiska Firstiara Maudi Miftakhul ‘Ulya Rimadhani Moehammad Awaluddin Moehammad Awwaluddin Mohamad Jorgie Prasetyo Monica Apriliana Pertiwi Monika Maharani, Shang Bhetari Muchammad Misbachul Munir, Muchammad Misbachul Muhamad Dicky H. Muhammad Agam Cakra Donya Muhammad Al Kautsar Muhammad Dimas Aji N. Muhammad Fadhli Auliarahman Muhammad Helmi Muhammad Hudayawan Nur L Muhammad Ilman Fanani Muhammad Luthfi Ramadhan Muhammad Nur Khafidlin Mulawarman, Reza Al Arif Muna, Nailatul Mutiah Nurul Handayani Nainggolan, Yohana Christie Nanang Noviantoro Prasetyo Nandia Meitayusni Nabila Nasrul Arfianto Nevy Dyah Rustikasari Nila Hapsari Nawangwulan Nilasari, Monica NIRTANTO, ILHAAM CAHYA Niswatul Adibah NOFIANA DIAN RAHAYU Noviar Afrizal Wahyuananto Nur Itsnaini Nurfajrin Dhuha Andani Nurhadi Bashit Nurhadi Bashit Nurhadi Bashit Nurul Huda Patriot Ginanjar Satriya Pinastika Nurandani Pitto Yuniar Maharsayanto Pratama Irfan Hidayat Prathanazal, Naufal Maziakiko Prya Adhi Surya Nugraha Putra, Muhammad Adisyah Putri Auliya Putri Mariasari Sukendar, Putri Mariasari Putri, Alifa Salsabilla Raditya Wahyu Utomo Ratih Kumala Dewi Restu Maheswara Ayyar Lamarolla Rina Emelyana Risa Bruri Utami Ryandana Adhiwuryan Bayuaji Sabri, L M Sabri, L.M. Sabri, LM Samuel Samuel Sari, Devi Nilam Sawitri Subiyanto Sawitri Suprayogi Selli Angelita Sitepu Seprila Putri Darlina Setiaji Nanang Handriyanto Sheehan Maladzi, Havi Shofiyatul Qoyimah, Shofiyatul Sinabutar, Julio Jeremia Sindi Rahma Erwanti Sitepu, Selli Angelita Siti Rahayuningsih Sri Purwatik Sutomo Kahar Sutomo Kahar Sutomo Kahar Sutomo Kahar Syafiri Krisna Murti Syarif Budhiman Theresia Niken Kurnianingsih Tika Murni Asih Tistariawan, Adji Chandra Titis Ismayanti Vauzul Rahmat Victor Andreas Tarigan Vira Febianti Wahyu Eko Saputro Wahyu Setianingsih Wenang Triwibowo, Wenang Wili Setiadi Wilma Amiruddin Wiryawan, Ainun Pujo Wisnu Wahyu Wijonarko Yenny Paras Dasuka Yoga Triardhana Yosevel Lyhardo Sidabutar Yudo Prasetyo Yugi Limantara