Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search
Journal : Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia (JOKLI)

Penatalaksanaan Adenoma Pleomorfik Kelenjar Liur Minor Palatum Rizki Saputra; Sukri Rahman; Yenita Yenita
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v1i1.9

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Adenoma pleomorfik merupakan neoplasma yang paling sering di temukan pada kelenjar liur mayor terutama pada kelenjar liur parotis, sementara pada kelenjar liur minor paling sering ditemukan pada kelenjar liur di palatum. Adenoma Pleomorfik merupakan tumor jinak campuran yang terdiri dari komponen sel epitel, mioepitel dan mesenkim yang tersusun dalam beberapa variasi komponen. Diagnosis tumor ini dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan patologi anatomi. Penatalaksanaan kasus adenoma pleomorfik dengan eksisi tumor secara keseluruhan serta dilakukan follow up untuk mendeteksi kekambuhannya. Laporan kasus: Seorang pasien laki-laki umur 54 tahun dengan benjolan pada palatum sejak 10 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pada pasien ini dilakukan reseksi tumor tanpa rekonstruksi defek sebagai penatalaksanaannya. Histopatologi mengkonfirmasi diagnosis sebagai adenoma pleomorfik. Kesimpulan: Adenoma pleomorfik merupakan tumor jinak tersering pada kelenjar liur, insiden tersering pada kelenjar liur mayor namun jarang ditemukan pada kenjar liur minor. Kata kunci: adenoma pleomorfik, kelenjar liur, tumor palatum
Penatalaksanaan Adenoma Pleomorfik Septum Nasal Danuwirya, Muhammad Reko; Rahman, Sukri; Asri, Aswiyanti
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v2i1.18

Abstract

Pendahuluan: Tumor kelenjar liur minor pada sinonasal relatif jarang, dilaporkan hanya 4% sampai 8% dari semua tumor sinonasal. Adenoma Pleomorfik adalah tumor jinak campuran yang terdiri dari komponen sel epitel, mioepitel dan mesenkim yang tersusun dalam beberapa variasi komponen. Diagnosis tumor ini dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan histopatologi. Penatalaksanaan kasus adenoma pleomorfik adalah dengan eksisi per endoskopi serta perlu dilakukan follow up untuk mendeteksi kekambuhan dan kemungkinan transformasi menjadi keganasan. Laporan kasus: Dilaporkan seorang pasien perempuan umur 46 tahun dengan hidung tersumbat sebelah kiri sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pada pasien ini dilakukan eksisi per endoskopi dan diikuti dengan pemeriksaan histopatologi sebagai penatalaksanaan dan konfirmasi diagnosis. Kesimpulan: Tumor jinak di kavum nasal dapat berupa adenoma pleomorfik. Penatalaksanaan eksisi per endoskopi pada adenoma pleomorfik kavum nasal yang berasal dari septum memberikan hasil yang memuaskan.
Hubungan Alel Human Leukocyte Antigen A*11 dengan Kejadian Karsinoma Nasofaring pada Etnik Minangkabau di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tri Yuspitasari, Jenny; Rahman, Sukri; Hafiz, Al
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v2i1.19

Abstract

Latar Belakang : Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan sel skuamosa nasofaring yang etiologi dan epidemiologinya dipengaruhi oleh etnik di dunia. Etiologi KNF bersifat multifaktorial yaitu interaksi antara infeksi virus Epstein-Barr (EBV), faktor lingkungan dan faktor genetik. Human Leukocyte Antigen (HLA) merupakan alel yang berperan penting dalam presentasi antigen virus yang menentukan dampak respon imun terhadap infeksi EBV. HLA bersifat polimorfisme dan sangat bervariasi pada etnik yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya hubungan antara alel HLA dengan kejadian KNF. HLA-A*11 diduga berhubungan dengan insiden KNF yang rendah karena kemampuan alel tersebut memicu sistem imun dalam melawan virus. Tujuan : Mengetahui hubungan antara HLA-A*11 dengan kejadian KNF pada etnik Minangkabau di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode : Penelitian analitik dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional), dilakukan terhadap 18 pasien KNF etnik Minangkabau dan 18 orang sehat etnik Minangkabau sebagai kontrol. Pada responden dilakukan pemeriksaan molekuler untuk melihat ekspresi HLA-A*11 dengan metode PCR-SSP (Polymerase Chain Reaction-Sequence Spesific Primer). Data dianalisis secara statistik dengan program komputer dan dinyatakan bermakna jika p <0.05. Hasil : Pada penelitian ini frekuensi HLA-A*11 ditemukan lebih banyak pada pasien kontrol (77,8%) dibandingkan dengan pasien KNF (66,7%), akan tetapi secara statistik tidak bermakna (p>0.05) Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan Alel HLA-A*11 dengan kejadian karsinoma nasofaring pada etnik Minangkabau.
Perbedaan Alel Human Leucocyte Antigen A*02 antara Pasien Karsinoma Nasofaring dengan Kontrol pada Etnik Minangkabau Debby Apri Grecwin; Sukri Rahman; Al Hafiz; Eti Yerizel; Hafni Bachtiar
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v1i1.20

Abstract

Pendahuluan: Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari sel epitel nasofaring dengan pola epidemiologi yang unik. Etiologi keganasan ini merupakan interaksi kompleks antara faktor genetik, infeksi laten virus Epstein-Barr (VEB) dan paparan terhadap karsinogen lingkungan. Secara genetik, terdapat gen human leucocyte antigen (HLA) yang berperan pada patogenesis KNF. Gen ini dikelompokkan menjadi kelas I dan kelas II yang bersifat sangat polimorfik. Kerentanan genetik terhadap KNF pada populasi dengan risiko tinggi berhubungan dengan gen HLA kelas I. Beberapa penelitian menyatakan bahwa alel HLA-A*02 berhubungan dengan kejadian KNF. Tujuan: Mengetahui perbedaan alel HLA-A*02 antara pasien KNF dengan kontrol pada etnik Minangkabau. Metode: Penelitian analitik dengan menggunakan disain potong lintang dilakukan terhadap 16 pasien KNF etnik Minangkabau dan 16 orang sehat etnik Minangkabau sebagai kontrol. Pemeriksaan molekuler dilakukan pada responden untuk melihat ekspresi HLA-A*02 dengan metode polymerase chain reaction-sequence spesific primer(PCR-SSP). Data dianalisis secara statistik dengan program komputer dan dinyatakan bermakna jika p < 0,05. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 6 orang pasien KNF dan 3 orang kontrol dengan HLA-A*02 positif. Secara statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna alel HLA-A*02 antara pasien KNF dengan kontrol pada etnik Minangkabau. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan alel HLA-A*02 antara pasien KNF dengan kontrol etnik Minangkabau.
Gambaran Terapi dan Respon Terapi Karsinoma Nasofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang Raina Maghri Jodie; Sukri Rahman; Aladin Aladin
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v1i1.26

Abstract

Pendahuluan: Terapi KNF terdiri atas radioterapi, kemoterapi, maupun kombinasi keduanya. Penilaian terhadap perubahan ukuran tumor menjadi hal yang penting dalam evaluasi klinis terapi kanker. Terdapat kriteria respon tumor yang telah distandarisasi, salah satunya yaitu kriteria WHO. Respon terapi dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu complete response (CR), partial response (PR), progressive disease (PD), dan stable disease (SD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terapi dan respon terapi karsinoma nasofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang mengambil data dari bagian rekam medik dan poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari 2018 – Desember 2020. Hasil: Hasil didapatkan 28 pasien KNF yang telah selesai menjalani seluruh rangkaian terapi. Dari 28 pasien, 67,8% adalah laki-laki. Kelompok usia paling banyak terdapat pada rentang usia 50-59 tahun (35,7%), berasal dari suku Minang (93%) dengan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA (78,5%). Sebagian besar pasien didiagnosis dengan stadium IV (57,2%) dengan jenis KNF WHO tipe 3 (82,2%). Pilihan terapi yang paling banyak diberikan pada pasien KNF yaitu kemoterapi neoadjuvan yang dilanjutkan dengan radioterapi (64,3%). Kesimpulan: Hasil respon terapi dari semua pasien KNF yang telah menjalani rangkaian pengobatan adalah CR (46,4%), PR (46,4%), PD (7,2%), dan tidak terdapat pasien dengan SD.
Gambaran Perluasan Karsinoma Nasofaring Stadium Lanjut Berdasarkan CT Scan di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2019-2020 Arrahman, Salsabilah; Rahman, Sukri; Handayani, Tuti
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v2i1.27

Abstract

Karsinoma nasofaring merupakan salah satu keganasan dengan prevalensi terbanyak yang terjadi di Indonesia. Pasien dengan karsinoma nasofaring seringkali datang sudah dalam keadaan stadium lanjut (T3/T4), hal ini disebabkan karena gejala dan tanda keganasan ini pada stadium awal sangat sulit dideteksi. Penyakit ini dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dibutuhkan untuk menentukan staging. Pemeriksaan radiologi yang umum dilakukan pada kasus ini adalah dengan pemeriksaan CT scan nasofaring. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, didapatkan informasi tentang keberadaan tumor dan daerah perluasan tumor yang masing-masing perluasannya memiliki prognosis yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian mengenai gambaran perluasan karsinoma nasofaring stadium lanjut berdasarkan CT scan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis hasil CT scan pada rekam medis pasien. Hasil penelitian didapatkan distribusi perluasan karsinoma nasofaring ke jaringan sekitar terbanyak pada stadium T3 adalah infiltrasi ke sinus paranasal sfenoid (28,6%) dan distribusi perluasan karsinoma nasofaring ke jaringan sekitar terbanyak pada stadium T4 adalah ekstensi ke intrakranial (83,8%).
Gambaran Hasil Biopsi Aspirasi Jarum Halus Massa Di Leher pada Pasien RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2019-2020 M. Adib Farhan; Sukri Rahman; Aswiyanti Asri
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v1i1.28

Abstract

Pendahuluan: Massa di leher merupakan salah satu permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Massa di leher dapat dijumpai di semua kelompok umur mulai dari anak anak hingga dewasa yang dapat berasal dari kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, kelenjar saliva dan lain-lain. Salah satu metode diagnostik yang sangat  bermanfaat untuk mengevaluasi dan menegakkan diagnosis massa di leher  adalah pemeriksaan biopsy aspirasi jarum halus (BAJAH). Pemeriksaan  BAJAH sederhana, akurat, cepat, dan ekonomis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode total  sampling dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi hasil BAJAH massa di leher pada pasien RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2019 – 2020.  Hasil: Dari hasil penelitian ini jumlah sampel adalah 229 sampel. Hasil  penelitian ini didapatkan massa di leher paling banyak terjadi pada usia >40  tahun yaitu 110 kasus (48%) dan lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu  131 kasus (57,2%). Massa di leher paling banyak berasal dari kelenjar getah  bening yaitu sebanyak 170 kasus (74,2%), kemudian tiroid sebanyak 36  kasus (15,7%), kelenjar liur 14 kasus (6,3%), dan lain-lain 9 kasus (4,1%). Massa di leher paling banyak ditemukan pada lokasi anterior leher yaitu  sebanyak 218 kasus (95,2%) dan berupa massa soliter 161 kasus (70,3%).  Etiologi massa di leher yang paling banyak ditemukan merupakan infeksi/inflamasi 119 kasus (49,8%), neoplasma ganas 77 kasus (33,6%), dan neoplasma jinak yaitu 33 kasus (16,6%). Jenis sitopatologi massa di leher yang paling banyak ditemukan yaitu limfadenitis granulomatosa yaitu  sebanyak 47 kasus (20,5%). Kesimpulan: Sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa massa di leher paling banyak terjadi berasal dari kelenjar getah bening dengan jenis sitopatologi terbanyak adalah limfadenitis granulomatosa.  
Gambaran Klinis dan Terapi Pasien Karsinoma Laring di Departemen THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 2017-2021 Putri, Rahmi Novira; Rahman, Sukri; Ilmiawati, Cimi
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v2i1.39

Abstract

Pendahuluan: Karsinoma laring adalah suatu tumor ganas yang berasal dari sel epitel laring. Faktor risiko utama yang berperan dalam perkembangan penyakit karsinoma laring adalah merokok dan alkohol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis dan terapi pasien karsinoma laring di departemen THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2017-2021. Desain penelitian ini adalah deskriptif retrospektif yang menggunakan data rekam medis pasien karsinoma laring dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling yang berjumlah 41 orang. Data pasien kemudian diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa kasus pasien karsinoma laring terbanyak terjadi pada tahun 2017 dan 2018 (31,7%), rerata usia 64 tahun dengan kelompok usia terbanyak 51-60 tahun dan 61-70 tahun (31,7%), lebih banyak pada laki-laki (97,6%), dan mayoritas faktor risiko merokok (95,1%) namun tidak memiliki tiwayat alkohol (92,7%). Keluhan utama tersering suara serak (51,2%). Gejala klinis yang muncul terdiri dari suara serak (73,2%), sesak nafas (65,9%), batuk (56,1%), dan sulit menelan (43,9%). Lokasi paling banyak ditemukan glotis (73,2%), stadium yang sering ditemukan stadium IVA (57,9%), dan tipe histopatologi terbanyak karsinoma sel skuamosa (100%). Jenis terapi yang paling sering diberikan kemoterapi (46,3%). Dapat disimpulkan bahwa pasien karsinoma laring memiliki faktor risiko yang umum dan karakteristik klinik yang tipikal serta sebagian besar datang dalam stadium lanjut. Oleh karena itu diperlukan upaya promotif dan preventif yang lebih agresif terhadap penyakit ini
Profil Pasien COVID-19 dengan Gangguan Penghidu di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 1 Januari - 31 Desember 2021 Khotimah, Rifqoh; Rahman, Sukri; Tofrizal, Tofrizal
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v2i1.40

Abstract

Pendahuluan: Coronavirus disease 2019 atau COVID-19 merupakan wabah penyakit yang mudah menular dan menimbulkan beragam gejala. Gejala tersebut termasuk gangguan penghidu yaitu perubahan dalam kemampuan penghidu yang baru-baru ini dirasakan pasien COVID-19 dan dijadikan salah satu gejala COVID-19 yang patut diwaspadai oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien COVID-19 dengan gangguan penghidu di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan jumlah sampel 73 pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat inap. Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan Juli – Oktober 2022. Data diambil dari rekam medis dengan metode simple random sampling. Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan bahwa gangguan penghidu (58,9%) banyak terjadi pada pasien COVID-19. Rentang usia >65 tahun (23,3%) merupakan usia terbanyak dan lebih banyak dialami oleh perempuan (46,5%). Hasil D-dimer yang didapatkan mengalami peningkatan yang tinggi (74,4%) dan pasien banyak yang tidak memiliki komorbiditas (55,8%). Hasil rawatan (outcome) terbanyak yakni sembuh atau perbaikan (76,7%). Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien COVID-19 banyak yang mengalami gangguan penghidu dengan rentang usia >65 tahun. Proporsi jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda. pasien merupakan perempuan. Kadar D-dimer ditemukan mengalami peningkatan dan banyak pasien yang tidak memiliki komorbiditas serta hasil rawatan terbanyak adalah pasien yang sembuh atau perbaikan.
Karakteristik Klinis dan Tatalaksana Pasien Karsinoma Nasofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang Yolanda, Meuthia; Rahman, Sukri; Susanti, Restu
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 3 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v3i1.47

Abstract

Karsinoma nasofaring merupakan salah satu kanker kepala leher yang paling sering ditemukan di Indonesia. Karsinoma nasofaring sering terlambat terdiagnosis karena gejala klinis yang tidak khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik klinis dan tatalaksana pasien karsinoma nasofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018 – 2022. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan retrospektif menggunakan data sekunder rekam medis pasien karsinoma nasofaring tahun 2018 – 2022 dengan teknik pengambilan sampel pengambilan sampel total . Pada periode ini tercatat 285 pasien yang pertama kali terdiagnosis karsinoma nasofaring yang belum mendapatkan tatalaksana dan terdapat 250 data pasien karsinoma nasofaring yang memenuhi kriteria inklusi yang kemudian diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pada penelitian ini diperoleh bahwa kejadian karsinoma nasofaring paling banyak ditemukan pada rentang usia 36 – 45 tahun dan 46 – 55 tahun, dengan kejadian lebih sering ditemukan pada laki – laki (66,4%). Keluhan utama yang paling sering dikeluhkan pasien adalah benjolan di leher (58,4%). Gejala klinis yang paling banyak dikeluhkan pasien diantaranya benjolan di leher (76,4%), sumbatan hidung (60%), dan telinga terasa penuh (53,6%). Kebanyakan pasien baru terdiagnosis pada stadium IVA (70,4%) dengan gambaran histopatologi terbanyak adalah karsinoma tidak berdiferensiasi (76,8%). Pada sebagian besar pasien ditemukan metastasis regional dengan lokasi terbanyak pada KGB leher level II (58%), sedangkan metastasis jauh hanya ditemukan pada 1,6% pasien yaitu metastasis tulang. Tatalaksana yang paling banyak diterima pasien adalah kemoterapi neoadjuvan dan dilanjutkan dengan radioterapi.
Co-Authors Ade Asyari Ade Chandra Ade Chandra Adnani, Syahredi Syaiful Adrian Erindra Afriwardi Afriwardi Ahmad, Baihaqi Al Hafiz Al Hafiz Al Hafiz Al Hafiz Aladin Aladin Almurdi Almurdi Amellya Sucieta Arif Fahmi Arrahman, Salsabilah Astri Sentyaningrum Aswiyanti Asri Aswiyanti Asri Bambang hermani Beni Indra, Beni Bestari J Budiman Bestari Jaka Budiman Bestari Jaka Budiman Cahyono, Arie Cimi Ilmiawati, Cimi Danuwirya, Muhammad Reko Debby Apri Grecwin Debby Apri Grecwin Deddy Saputra Delva Swanda Desmawati Desmawati Dolly Irfandy Effy Huriyati Efrida Efrida Efrida Eka Nofita Elmatris Elmatris Erlina Rustam Ermayanti, Sabrina Eti Yerizel Eva Decroli Fachzi Fitri Febri Arius Sari Firdawati, Firdawati Fitra Dwita, Lorensia Grecwin, Debby Apri Gusti Revilla Hadjat, Fachri Hafni Bachtiar Hafni Bachtiar Hafni Bachtiar Hakikah, Tika Hanifatryevi Hanifatryevi Hasmiwati Hera Novianti Heru Kurniawan Anwar Kurniawan Anwar Hirowati Ali, Hirowati Histawara Subroto Histawara Subroto I Nyoman Adi Putra Ilmiawati, Ilmiawati Irwan Triansyah Irwandanon Irwandanon Jacky Munilson Jacky Munilson Javandi, Muhammad Rayhan Abiyyu Jenny Tri Yuspita Sari Karsa, Nadya Dwi Khotimah, Rifqoh Lili Irawati Lorensia Fitra Dwita M. Abduh Firdaus M. Adib Farhan Malinda Meinapuri Masnadi, Nice Rachmawati Mayetti Mayetti Megawati, Melsi Melita Husna Melsi Megawati Mohamad Reza Muina Muina Nadhifa Naura Reyani Nadya Dwi Karsa Nadya Dwi Karsa Nirza Warto Novialdi . Novianti, Hera Nur Afrainin Syah Nur Indrawaty Lipoeto Nuzulia Irawati Pamelia Mayorita Prima Astuti Handayani Putri Rahmawati Putri, Rahmi Novira Rahmadona Rahmadona Rahman, Rifna Alya Raina Maghri Jodie Restu Susanti Rizanda Machmud Rizki Saputra Rizki Saputra Roslaili Rasyid Rossy Rosalinda Salmiah Agus Sari, Jenny Tri Yuspita Selfi Renita Rusjdi Shofi Faiza Siti Nurhajjah Syahredi Syaiful Adnani Syamel Muhammad Tofrizal Tri Yuspitasari, Jenny Udiana Wahyu Deviantari Widayat Alviandi Yan Edward yandika, kevin rayhan Yayan Akhyar Yenita . Yolanda, Meuthia Yolazenia Yolazenia Yuliarni Syafrita Yusri, Elfira Yuwono Yuwono