Claim Missing Document
Check
Articles

Perilaku Petani Rumput Laut dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Kasus di Desa Laea Boasing Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara) Wa Ode Sifatu; Kuswarini Sulandjari
Jurnal Agrimanex: Agribusiness, Rural Management, and Development Extension Vol. 1 No. 1 (2020): September
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35706/agrimanex.v1i1.4749

Abstract

Petani, termasuk pada budidaya rumput laut, biasa mengalami gagal panen akibat perubahan iklim. Namun tidak terdapat aturan untuk melindungi petani karena masalah iklim diatur melalui Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang tidak pernah bersinggungan dengan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami perilaku petani pada budidaya rumput laut dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Teori untuk membaca data adalah pemikiran Bourdieu tentang capital. Hasil, petani berpedoman pada pengetahuan leluhur melalui kondisi daun pepohonan tertentu menentukan terjadinya perubahan iklim. Terdapat dua jenis musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Keduanya dapat mematikan tanaman rumput laut. Petani mengatasinya dengan memindahkan tanaman, yaitu: pada musim penghujan dan terdapat banjir, tanaman dipindahkan ke wilayah yang jauh dari muara sungai. Sedangkan pada musim kemarau tanaman dipindahkan ke wilayah muara sungai. Pengetahuan memindahkan tanaman merupakan kearifan lokal yang berkembang selama bertani rumput laut. Petani yang memiliki dua wilayah sekaligus di muara dan jauh dari muara biasanya tidak mengalami gagal panen terbantu oleh kearifan lokalnya. Pemerintah perlu hadir untuk pemilihan bibit, pencegahan penyakit tanaman, mengawasi interval masa panen, pengelolaan pascapanen, dan pemasaran hasil panen yang memberdayakan.
FENOMENA PENGEMIS ANAK DI KOTA KENDARI La Taslim La Taslim; Wa Ode Sifatu
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol. 7 No. 2 (2023): Volume. 7 Nomor 2. Desember 2023
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this research is to describe the children of beggars in Kendari City, and to find out and describe the causes of children becoming beggars in Kendari City. The theory used in this study is Oscar Lewi's (1988) cultural theory, that poverty that occurs in society is not solely due to the economy, but rather the existence of deficiencies in one's culture and psychology so as to form a culture that is passed down from generation to generation through socialization.The method used in this qualitative descriptive research is trying to reveal why there are still many child beggars in Kendari City who take to the streets to beg, and how child beggars socialize with their families and neighbors. Data collection techniques were carried out in several ways, namely by using observation methods and in-depth interviews which aim to obtain accurate data, observation of participation by observing child beggars and their relationships with other beggars and their families. Based on the research results obtained in this study, the factors that cause the existence of these child beggars are parents' income that is not sufficient to meet their needs, jobs that are easy to do and strategic location selection. In addition, there is family socialization and peer socialization.
Poghiraha Adhara (Perkelahian Kuda) pada Masyarakat Muna La Ode Usman; Wa Ode Sifatu; Rahmat Sewa Suraya
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 6 No 1 (2023): Volume 6 No 1, Juni 2023
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v6i1.1203

Abstract

The purpose of this study is (1) to find out or analyze how the Muna people's oral form towards horses in West Muna Regency (2) what is the meaning of horse fighting in the Muna community in West Muna Regency. The method used in this study is qualitative research. Data collection was carried out using observation techniques (observation) in-depth interviews and documentation. The technique of determining informants in this study was carried out purposively. Data analysis techniques are as follows: data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of this study indicate that (1) The oral form of the Muna people in Latugho Village in the Pogiraha Adhara Tradition (Horse Fighting) in West Muna Regency. (2) The meaning of horse fighting in the Muna community in West Muna Regency contains moral messages about the courage of a man to maintain his dignity if his property rights are violated by others. In preparation, we as horse handlers must also understand what horses must participate in the arena, because it is not only about the existence of horses but also a high self-esteem value of the horse handler himself. In horse fighting, there is a special technique in defeating the opponent's horse, and that is why before being shown in the arena, a horse trainer usually trains the parts of the horse that can quickly defeat its opponent, including training the back legs as support when facing, training the front legs to push and also injure until the most fatal part is using its mouth to bite its opponent, usually the parts of the body that make the opponent give up quickly are the neck and also the genitals of the opponent's horse.
Pemberdayaan Kelompok Lansia Dalam Mengolah Sampah Plastik Rumah Tangga Menjadi Paving Block Di Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe Aso, La; Sifatu, Wa Ode; Marhadi, Akhmad; Suyuti, Nasruddin; Laxmi, Laxmi; Muh. Zulfikar, La Ode
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal Vol 10, No 1 (2024): January 2024
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/aksara.10.1.35-42.2024

Abstract

Desa Toli-toli merupakan pusat lalu lintas masyarakat dari Kota Kendari ke berbagai destinasi wisata alam, seperti pantai Toronipa, Air terjun Wonua Momahe, Pantai Batu Gong, dan sebagainya. Untuk itu perlu pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga dengan pemberdayaan kelompok LANSIA dan di Sulawesi Tenggara (Sultra) LANSIA belum menjadi perhatian. Melalui kegiatan pengabdian ini, masyarakat dan pemerintah setempat diberikan pemahaman dan praktik mengolah sampah rumah tangga menjadi Paving Blok berbahan plastik yang tertolak oleh pemulung sampah lainnya. Metode pelaksanaannya ; praktek atau penerapannya yang berupa contoh yang langsung dipraktikkan. Solusi yang ditemukan warga dari kelompok LANSIA dan Aparat Desa Toli-toli sangat bersemangat dan antusias telah mendapatkan pelatihan mengenai cara mengolah sampah plastik menjadi Paving Block. Target luaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini antara lain anggota kelompok LANSIA memiliki pemahaman yang baik mengenai bahaya sampah plastik juga berserahkan di lingkungan mereka. Metode yang dipakai dalam pencapaian tujuan tersebut adalah: 1) penyuluhan mengenai bahaya sampah plastik bagi kehidupan di Bumi, 2) pemberian contoh cara pembuatan Paving Blok dari plastik.
VARIASI BENTUK DAN MOTIF GAMBAR CADAS GUA METANDUNO DAN GUA LIANG KOBORI Rasyidu, Muhammad; Dirman, Laode; syahrun, Syahrun; Suyuti, Nasruddin; laxmi, Laxmi; Sifatu, Wa ode; la aso, La Aso
Jurnal Penelitian Budaya Vol 9, No 1 (2024):
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpeb.v9i1.47855

Abstract

Munculnya seni cadas terutama pada gua metanduno dan liang kobori disebabkan kecenderungan manusia untuk memilih gua dan tempat khusus sebagai tempat tinggal karena kebutuhan akan tempat tinggal yang lebih aman, pada panil–panil di gua tersebut memiliki variasi gambar bervariasi gambar abstrak gambar manusia, benda budaya dan gambar motif binatang Tujuan Penelitian ini adalah: Menganalisis variasi bentuk dan motif gambar cadas pada kawasan situs Metanduno dan Liang Kobori,. Jenis penelitian ini adalah kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, lapangan (observasi), wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara melalui tiga tahap yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa terdapat variasi motif bentuk kuda sebanyak 40 gambar pada gua metanduno, dengan variasi gambar berpenunggang, berpenunggang dengan senjata atau memegang sesuatu, dan juga motif kuda tidak berpenunggang, berdasarkan jenis warna bahan 15 berwarna merah kehitaman dan 25 berwarna motif berwarna jenis kuning kecoklatan, gua kobori terdapat 12 gambar kuda, variasi bentuk dengan penunggang. Motif manusia di gua Metanduno 114 motif variasi bentuk menaiki perahu, dan kuda, dan juga motif individu manusia, gua kobori untuk motif manusia terdapat 59 gambar dengan variasi warna coklat kekuningan 7 motif dan hitam 1 motif dan merah kehitama 51. Motif Perahu pada gua metanduno gambar perahu ada 24 gambar motif, mendominasi variasi warna dominan warna coklat kekuningan, variasi warna coklat kemerahan dengan bentuk tanpa layar dan pada gua kobori terdapat 3 motif dengan variasi bentuk menggunakan layar dan dayung
Peningkatan Pengetahuan Ibu-Ibu Peserta Posyandu Anak Tentang Stunting di Kelurahan Lalodati Kecamatan Puuwatu Kota Kendari Sifatu, Wa Ode; Laxmi, Laxmi; Hasniah, Hasniah; Hartini, Hartini; Rahman, Hidayah; Indrawan, Indrawan
Jurnal Budiman: Pembangunan dan Pengabdian Masyarakat Nusantara Vol. 1 No. 2 (2023): November 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35706/budiman.v1i2.11135

Abstract

Mengatasi stunting pada anak-anak telah diupayakan oleh pemerintah, mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah desa. Pemerintah Sulawesi Tenggara (Sultra) menangani stunting dengan berbagai pertemuan para pejabat di hotel, pemberian bantuan tunai dari Dana Desa berupa makanan siap saji seperti biskuit, susu, dan sebagainya, namun relatif belum bermakna dalam upaya penurunan angka stunting. Hal itu disebabkan oleh rendahnya kemampuan para kader mengenai apa itu stunting/ tubuh pendek/ kurang gizi, baik kalangan pemerintah maupun masyarakat sasaran. Tujuan artikel ini adalah menawarkan cara lain penurunan angka stunting dengan mengajak ibu-ibu peserta posyandu anak di Kelurahan Lalodati dengan mengkonsumsi daun kelor yang dimasukkan dalam bubur menado. Adapun metode pelaksanaan, semua ibu-ibu yang hadir di posyandu diberikan pretest dan postest mengenai stunting dan tanggung jawab orang tua dalam penurunan angka stunting. Penyuluhan berlangsung baik, lancar, dan mendapat respon positif. Melalui penyuluhan, terjadi transfer pengetahuan, sikap, dan keterampilan baru bagi peserta yang berbeda dibandingkan dengan setelah diberikan postest. Diharapkan pemerintah Kota Kendari dapat meningkatkan kemampuan petugas penurunan stunting di tingkat kelurahan. Selain itu, penyuluhan ini dapat ditindaklanjuti dengan jenis pengabdian masyarakat lain, seperti: pelatihan mengelola dan memanen daun kelor dan inovasi bahan-bahan pangan lokal yang selama ini dianggap tidak bergengsi dan tergantikan oleh produk pangan dari pabrik.
MAKNA PENAMAAN SAJIAN RITUAL KABASA DARI PERSPEKTIF GASTROLINGUISTIK Lindayani, Lilik Rita; Rasiah, Rasiah; Azi, Rahmawati; Sifatu, Wa Ode; syahrun, syahrun; La Sawali, La Sawali
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article is about Munanese (an ethnic group in Southeast Sulawesi) traditional dish kabasa as a form of referential support to the gastrodiplomacy trend. Kabasa is a part of the haroa ritual that features a range of dishes with various ingredients, which is strongly connected to various aspects of the community such as social position, psychology, and environment. In this study, a combination between linguistics as language science and gastronomy which examines food within its culture is considered effective for investigating the semantics of the naming pattern of kabasa dishes in order to document this unique culinary tradition and introduce new concepts in Indonesian gastronomy, particularly that of Southeast Sulawesi. Using the qualitative descriptive method and macrolinguistic approach, this study shows that kabasa naming pattern consists of three semantic levels. Meanwhile, more comprehensive gastrolinguistic analysis on the data suggests that the meanings of the names can be found based on (1) the food ingredients, which are tied to the region’s geographical features and (2) the semantic convention of kabasa itself, which shows an associative relationship between an object, its name, and environmental aspects as contextual clues.
Penyuluhan Pencegahan Stunting Bagi Balita Melalui Pemanfaatan Pangan Lokal Aso, La; Sifatu, Wa Ode; Rulia, Wa Ode; Alamsyah
Amal Ilmiah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2024): Edisi November 2024
Publisher : FKIP Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/amalilmiah.v6i1.326

Abstract

Generasi penerus bangsa harus sehat sehingga akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan pangan lokal bergizi tinggi dalam mencegah stunting. Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini mencakup ceramah dan diskusi interaktif. Sasaran utama adalah ibu-ibu rumah tangga, kader posyandu, kader KB, dan pengurus Dasawisma  yang berperan dalam mengatur pola makan Balita. Pengabdian ini berhasil meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang dan pemanfaatan pangan lokal dengan harga terjangkau bila dibandingkan dengan makanan olahan pabrik. Indikator keberhasilan penyuluhan dievaluasi dengan membandingkan pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan. Hasil penyuluhan ini menunjukkan keberhasilan karena tingkat pengetahuan peserta meningkat menjadi cukup baik. Sebagai kesimpulan, penyuluhan ini berhasil meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat di Kelurahan Kambu mengenai stunting, pentingnya gizi seimbang bagi tumbuh kembang anak dan pemanfaatan pangan lokal sebagai upaya pencegahan stunting.
BOM IKAN DAN NELAYAN BAGAN Rimang Rimang; Wa Ode Sifatu
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 5 No 2 (2021): Volume 5, Nomor 2, Desember 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v5i2.1270

Abstract

Penelitian ini melihat nelayan menyembunyikan informasi keberadaan bom ikan kepada Polisi dan mereka yang tidak berkepentingan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan cara menyembunyikan informasi, proses memperoleh bahan baku, cara menggunakan bom sebagai pelengkap alat tangkap. Penelitian ini menggunakan metode etnografi. Fokus penelitian adalah nelayan pengguna bom sebagai alat bantu tangkap di Desa Labuan Beropa Kabupaten Konawe Selatan. Data yang dibutuhkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian, pengguna memahami bom membahayakan keberlanjutan ekosistem laut dan jiwa manusia, namun telah menjadi candu karena menguntungkan secara ekonomi semasa. Nelayan telah memiliki tuntunan dan pengetahuan tentang cara agar pengguna bom terhindar dari bahaya saat bom diledakkan. Nelayan bagan mempersepsikan bahwa ekonomi nelayan dapat meningkat jika menggunakan bom sebagai alat bantu. Nelayan bagan masih menggunakan bom ikan sebagai alat bantu penangkapan, bom ikan merusak ekosistem perairan dan dapat membahayakan jiwa penggunanya. Implikasi teoritis: Teori Geertz (1973) tentang From the native of view bekerja pada nelayan bagan pengguna bom ikan. Etos, pandangan dunia menuntun mereka agar terhindar dari marabahaya. Rekomendasi: diharapkan pemerintah dan instansi terkait melakukan pendekatan secara persuasif dan duduk bersama untuk mencari solusi sebagai jalan keluar.
MAKNA TUTURAN DAN PERILAKU SARA MASJID AL-MUNAJAT DALAM PELAKSANAAN SHOLAT JUM’AT La Ode Muhammad Fakri Fauzaan; Wa Ode Sifatu
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6, Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1442

Abstract

Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui dan mendeskripsikan tata cara pelaksaan sholat Jum’at Masjid Agung Al-Munajat yang tetap dipertahankan oleh Sara Masjid Muna serta untuk mengetahui makna tuturan danm makna perilaku pelaksaan sholat Jum’at yang dilakukan oleh Sara Masjid Al-Munajat. Penelitian Ini menggunakan teori Simbol oleh Victor Turner untuk menjelaskan makna ritual dan teori Struktur dan Fungsi oleh Radcliffe Brown untuk menjelaskan fungsi ritual dengan menggunakan metode penelitian etnografi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan Sholat Jum’at yang dilakukan oleh sara masjid Al-Munajat di desa Unit Pemukiman Kotano Wuna terdapat dua makna yaitu : (1). Makna tuturan yang terdapat pada prosesi pelaksanaan Sholat Jum’at yang dilakukan oleh sara masjid Al-Munajat di desa Unit Pemukiman Kotano Wuna yakni, a). Pembacaan Sholawat yang dilakukan oleh Modhino Ghoera dan Khatib. b). Khutbah Jum’at. c). Qunut. d). Pembacaan doa menghadap ketiga arah. (2). Makna perilaku yang terdapat pada prosesi pelaksanaan Sholat Jum’at yang dilakukan oleh sara masjid Al-Munajat di desa Unit Pemukiman Kotano Wuna yakni, a). Jubah Putih yang dipakai oleh sara masjid. b). Empat orang Muadzin. c). Pemegang tongkat dari Modhino Ghoera. d). Khatibino yang khutbah Jum’at
Co-Authors Abd. Rasyid Syamsuri Abdul Alim Aco, La Ode Akhmad Marhadi Alamsyah Aldri Frinaldi Amiludin, Hasrianti Amiludin Annisa annisa Arfini Arfini Ashmarita, - Aso, La Azi, Rahmawati Banara banara Basri, La Ode Ali Dewi ANGGRAENI Dirman, Laode Elvianus Koodoh, Erens Hartini Hartini Hartini Hartini Hartini Hartini Hartini Hartini Hartini Hartini Hartini Hasniah Hasniah Hasniah Hasniah Hasniah Hasniah Ical Ical Idrawan, Idrawan Indrawan Indrawan Israwati Israwati Jalil, Abdul Jasman Jasman Julada, Wa Ode La Ahmad Syarif La Ahmad Syarif la aso, La Aso La Janu La Janu La Janu La Janu La Ode Aco La Ode Muhammad Fakri Fauzaan La Ode Usman La Sawali, La Sawali La Taslim La Taslim La Taslim Laobu, Alyan Laxmi Laxmi Laxmi, Laxmi Lilik Rita Lindayani Marling Marling Ms. Rasiah, Ms. Muh. Danil Muh. Zulfikar, La Ode Muhammad, Alamsyah Mursin . Mursin, Mursin Nur Atia Setiawati Nurdin Anton Nurhani nurhani Nurhani Nurhani Nurhidayah Rahman NURLIANA NURLIANA Pebrianto Pebrianto Raemon . Raemon, Raemon Rahmat Sewa Suraya Rahmi Rahmi Rasyidu, Muhammad Ratna Supiyah, Ratna Rifain As At All Halili Rimang Rimang Rismawati Rismawati Risnawati Risnawati RR. Ella Evrita Hestiandari Rulia, Wa Ode Ruslin Ruslin Ruwiyah Ruwiyah Sulandjari, Kuswarini Sunardin, Sunardin Suyuti, Nasruddin Suyyuti, Nasruddin Syahrun, Syahrun Syamsuddin . Syamsuddin, Andi Tiar Meniti Wa Ode Winesty S Wa Ode Winesty Sofyani Wa Ode Winesty Sofyani Wa Ode Winesty Sofyani Wa Ode Winesty Sofyani Zainab Jasrub Zainal Zainal Zainal Zainal