Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

MANAJEMEN SESAK PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN EFUSI PLEURA: CASE REPORT Sastianingsih, Siska; Sari, Eka Afrima; Pebrianti, Sandra
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah Vol. 3 No. 2 (2024): SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah, February 2024
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/sentri.v3i2.2297

Abstract

Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi dimana terjadinya kegagalan pada jantung kanan dan kiri. CHF ditandai dengan adanya kelebihan cairan atau perfusi jaringan salah satunya adalah efusi pleura. Efusi pleura diakibatkan karena adanya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler paru, hal tersebut membuat aliran oksigen ke jaringan tubuh menjadi berkurang dan menyebabkan tubuh mengalami desaturasi yang ditandai dengan menurunnya tingkat saturasi oksigen dalam tubuh dan timbul sesak sebagai respon tubuh. Pasien dalam penelitian ini berusia 43 tahun dan merupakan ibu rumah tangga. Pasien datang dengan keluhan sesak ditandai dengan frekuensi napas 24x/menit dan penurunan saturasi 94%. Kondisi sesak napas yang tidak teratasi dapat menimbulkan gangguan kenyamanan pada pasien dan mengganggu aktivitas sehari-hari, selain itu pasien mempunyai riwayat hipertensi yang tidak terkontrol yang menjadi salah satu faktor risiko terjadinya CHF. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran intervensi manajemen sesak pada pasien CHF dengan efusi pleura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah case report melalui proses asuhan keperawatan secara komprehensif untuk manajemen sesak. Adapun intervensi yang dilakukan untuk mengatasi sesak adalah dengan pemantauan status pernapasan, pemberian posisi semifowler dan lateral kanan serta kolaborasi pemberian terapi oksigen. Evaluasi didapatkan frekuensi napas dalam rentang normal dan reguler, terdapat peningkatan saturasi oksigen, tidak terdapat penggunaan otot napas tambahan, pasien mengatakan sesak berkurang dan terdapat penurunan skala sesak dari skala 4 menjadi skala 2. Pada pasien ini, manajemen sesak berupa pemantauan status pernapasan, pemberian posisi semifowler dan lateral kanan serta kolaborasi pemberian oksigen dapat mengurangi sesak pada pasien CHF dengan efusi pleura.
PURSED LIP BREATHING DAPAT MENURUNKAN SESAK PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN EFUSI PLEURA: CASE REPORT Rojabani, Daila Dahlia; Sari, Eka Afrima; Platini, Hesti
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah Vol. 3 No. 2 (2024): SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah, February 2024
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/sentri.v3i2.2298

Abstract

Chronic Kidney Desease (CKD) adalah kegagalan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus yang terus menerus lebih dari tiga bulan. Pasien dengan CKD dapat mengalami berbagai komplikasi. Salah satu komplikasi pernafasan yang dapat terjadi namun jarang yaitu efusi pleura dengan insidensi 9.3% atau 10 dari 107 pasien. Manifestasi dari efusi pleura yaitu sesak napas. Pasien mengalami CKD stage 5 disertai efusi pleura dengan keluhan sesak skala 4 yang dirasakan terus menerus sejak 3 hari yang lalu, hasil pemeriksaan fisik suara lapang paru kanan ronkhi, hasil rontgen thorax adanya efusi pleura kanan, edema paru dan kardiomegali. Salah satu upaya dalam menurunkan gejala sesak ini yaitu memberikan intervensi pursed lip breathing. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan intervensi pursed lip breathing dalam menurunkan sesak pada pasien CKD dengan efusi pleura. Metode yang digunakan yaitu case report pada salah satu pasien CKD dengan efusi pleura yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit daerah wilayah Jawa Barat. Pasien diberikan intervensi pursed lip breathing sebanyak 1 sesi per hari yang dilakukan selama 4 hari. Setelah dilakukan intervensi keluhan sesak menurun dari skala 4 menjadi skala 2, SpO2 dalam rentang 96-97% dengan oksigen 3 lpm dari sebelumnya 95%, frekuensi napas menurun dari 24 x/menit menjadi 20 x/menit. Intervensi pursed lip breathing pada pasien ini dapat mengurangi sesak, meningkatkan saturasi dan menurunkan frekuensi napas dalam batas normal. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dalam menurunkan sesak pada pasien CKD dengan efusi pleura.
Cognitive Disorders in Post-Stroke Patients Pratiwi, Sri Hartati; Sari, Eka Afrima; Mirwanti, Ristina
Majalah Kesehatan Indonesia Vol. 5 No. 1: April 2024
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/makein.2024203

Abstract

Blood circulation disorders in post-stroke patients can cause cognitive disorders. Cognitive disorders in post-stroke patients can include memory impairment, difficulty speaking, difficulty understanding things, difficulty communicating, and mood disorders. The presence of cognitive disorders in stroke patients can worsen the patient's post-stroke condition, requiring longer treatment time. This study aimed to identify the level of cognitive disorders in post-stroke patients. This research is a descriptive study to identify dementia in post-stroke patients. The sampling technique was accidental sampling for two weeks at the Neurology Polytechnic and Stroke Clinic at one of the hospitals in Bandung, totaling 83 people. The questionnaire used in this research was the Mini-Mental State Examination (MMSE). The collected data is analyzed and presented using frequency and percentage distributions. The results of this study showed that the majority of post-stroke patients (72.3%) did not experience dementia or did not experience cognitive impairment, 15.66% experienced mild cognitive impairment, and 12.04% experienced severe cognitive impairment. From the results of this study, it can be concluded that some post-stroke patients do not experience cognitive impairment, but some post-stroke patients experience severe cognitive impairment. Cognitive impairment in stroke patients can worsen the patient's condition and increase the length of treatment time. Based on the results of this research, health workers especially nurses, are expected to be able to carry out early assessments and provide particular interventions for post-stroke patients aimed at preventing the worsening of dementia and improving the patient's cognitive abilities. The intervention can be in the form of education, psychological support, and social support in the form of counseling during rehabilitation.
Pencegahan Kekambuhan Asma dan Pengelolaan Cushing Syndrome: Studi Kasus Tsauroh, Salsabila Fiqrotu; Kurniawan, Titis; Sari, Eka Afrima
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 3 (2024): Volume 4 Nomor 3 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i3.14076

Abstract

ABSTRACT Iatrogenic cushing syndrome is a complication for asthma patients due to long-term use of steroid drugs. This risk is increasingly higher as the recurrence rate in increases asthma patients (poor asthma control). Asthma management has been shown to be effective in reducing asthma recurrence, there’s limited literature how to manage asthma in patients with cushing’s syndrome. This study aims to explain how to implement management and prevention of asthma recurrence in cushing syndrome patients undergoing treatment at one of regional general hospitals in the West Java. This case study uses a descriptive design described narratively. A woman (56) was admitted to the adult internal medicine room with weakness, breathlessness and itching. The face looks round (moonface), there’s fat on the shoulder (buffalo hump), lines (striae) appear on abdomen. Patients has history of asthma since kid. Family said patient had been taking corticosteroid medication for± 10 years. Patient claimed unaware about managing asthma. Asthma Control Test score before intervention was given 11 (not controlled). During treatment, patient and their families receive nursing intervention, pharmacology therapy, education and discussion about asthma management and how to prevent asthma recurrence that can reduce of using corticosteroid. At the end of intervention, patient and their family expressed better knowledge about asthma management. Symptoms of weakness, breathlessness, and itching had subsided by the end of treatment period. Patient had started asthma management after being discharged from hospital, but the smoke-free home had not been implemented optimally so patient relapsed once on the fourth day of discharged from hospital. Asthma management education is an effective strategy in prevention and management of cushing syndrome in asthma patients, however management will not be optimal without family support and those closest to them. Education provided during treatment needs to be followed up during the post-treatment period through regular follow up to ensure that programmed treatment can run as it should  Keywords: Asthma, Asthma Management, Case Study, Cushing Syndrome  ABSTRAK Iatrogenic cushing syndrome adalah salah satu komplikasi bagi pasien asma akibat penggunaan obat steroid jangka panjang. Resiko ini semakin tinggi seiring tingginya angka kekambuhan pasien asma (asma kontrol buruk). Manajemen asma telah terbukti efektif dalam mengurangi kekambuhan asma, sedikit literatur mendiskusikan bagaimana manajemen asma pada pasien dengan cushing syndrome. Case study ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana implementasi pengelolaan dan pencegahan kekambuhan asma pada pasien cushing syndrome yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit umum daerah di wilayah Jawa Barat. Studi kasus ini menggunakan desain deskriptif dan diuraikan secara naratif. Seorang perempuan (56 thn) dirawat di ruang penyakit dalam dewasa dengan keluhan lemas, sesak, dan gatal. Wajah tampak bulat (moonface), pada daerah bahu terdapat penumpukan lemak (buffalo hump), tampak guratan garis (striae) pada abdomen. Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil. Keluarga mengatakan bahwa pasien mengkonsumsi obat kortikosteroid ketika asma kambuh selama ± 10 tahun. Pasien mengatakan belum mengetahui terkait mengelola asma yang baik agar tidak kambuh. Skor Asthma Control Test sebelum diberikan intervensi adalah 11 (tidak terkontrol). Selama dirawat pasien dan keluarga diberikan intevernsi keperawatan, terapi farmakologi dan menerima edukasi dan diskusi mengenai manajemen asma yang baik dan cara pencegahan kekambuhan asma sehingga dapat mengurangi penggunaan obat kortikosteroid. Diakhir masa perawatan, pasien dan keluarga menyatakan paham mengenai manajemen asma. Keluhan lemas sudah tidak ada, sesak dan gatal berkurang. Setelah pulang dari rumah sakit, keluarga mengatakan telah mengurangi faktor pencetus kekambuhan asma pada pasien, namun rumah bebas asap rokok belum dilakukan secara maksimal oleh keluarga sehingga pasien kambuh satu kali di hari keempat pulang rawat. Edukasi manajemen asma merupakan strategi yang efektif dalam pencegahan dan pengelolaan cushing syndrome pada pasien asma, namun meski dimikian pengelolaan tidak akan maksimal tanpa dukungan keluarga dan orang terdekat. Edukasi yang diberikan selama dirawat perlu untuk ditindak lanjuti selama masa pasca rawat melalui follow up secara berkala untuk menjamin perawatan yang diprogramkan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kata Kunci: Asma, Cushing Syndrome, Manajemen Asma, Studi Kasus
Hipervolemia dan Keletihan pada Pasien Chronic Kidney Disease Stage 5: Sebuah Studi Kasus Sari, Yuyun Kartika; Sari, Eka Afrima; Pratiwi, Sri Hartati
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 9 (2023): Volume 3 Nomor 9 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i9.10878

Abstract

ABSTRACT Chronic kidney disease leads to a progressive decline in kidney function. A decrease in kidney function leads to water and sodium retention, which subsequently causes hypervolemia. Mr. N came with complaints of shortness of breath to the hospital; the patient has undergone hemodialysis five times. In the process of examination, the presence of peripheral edema, pulmonary edema, and shortness of breath was found to be characterized by rapid and shallow breathing. According to the case, there was a problem of hypervolemia and fatigue in Mr. N. The aim of this study is to explore the application of nursing care in patients with chronic kidney disease stage 5 with hyperbolemia and fatigue. The method used is a case study descriptive of nursing care provision systematically starting from the examination, determination of diagnosis, planning, implementation, and evaluation of nurse care. The course was carried out for three days in a collaborative and independent manner. General interventions performed include hypervolemia management consisting of fluid restriction; edema and jugular venous pressure monitoring; interdialytic weight gain calculation; fluid intake and output control; monitoring of urea and creatinine levels; as well as co-administration of furosemide and hemodialysis. General interventions to overcome fatigue performed by giving semi-fowler positions; deep breathing relaxation; oxygen therapy; transfusion packed red cells, and relaxation foot massage. After the evaluation results were obtained for the problem of hypervolemia showed a decrease in the level of edema in the leg from degree 2 to degree 1, decreased jugular venous pressure, reduced blood pressure, interdialytic weight gain of 3.2%, improvement in the values of urea and creatinine, and a glomerular filtration rate post-hemodialysis of 8.28 ml/min/1.73 m2. As for the problem of fatigue, fatigue decreased from a score of 35 to 29, sickness decreased from a scale of 4 to 3, and breathing frequency was within the normal boundaries, so it can be concluded that the problems of nursing hyperbolemia and fatigue are partially overcome. Keywords: Chronic Kidney Disease, Hypervolemia, Fatigue  ABSTRAK Chronic Kidney Disease mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif. Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan retensi air dan natrium yang selanjutnya menimbulkan hipervolemia. Tn.N datang dengan keluhan sesak nafas ke RS, pasien telah menjalani hemodialisis sebanyak 5 kali. Pada proses pengkajian ditemukan adanya edema perifer, edema paru, serta sesak nafas yang ditandai pernafasan cepat dan dangkal. Berdasarkan kasus ditemukan adanya masalah hipervolemia dan keletihan pada Tn.N. Tujuan penelitian ini untuk mengekplorasi penerapan asuhan keperawatan pada pasien chronic kidney disease stage 5 dengan masalah keperawatan hipervolemia dan keletihan. Metode yang digunakan yaitu dengan studi kasus deskriptif pemberian asuhan keperawatan secara sistematis diawali dari pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Intervensi dilakukan selama 3 hari secara kolaborasi dan mandiri. Intervensi generalis dilakukan meliputi manajemen hipervolemia yang terdiri atas pembatasan cairan, pemantauan edema dan jugular venous pressure, perhitungan interdialytic weight gain, pemantauan intake dan output cairan, pemantauan kadar ureum dan kreatinin, serta kolaborasi pemberian furosemide, dan tindakan hemodialisis. Adapun intervensi generalis untuk mengatasi keletihan dilakukan dengan pemberian posisi semi fowler, relaksasi nafas dalam, terapi oksigen, transfusi packed red cells, dan relaksasi pijat kaki. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan hasil untuk masalah hipervolemia, terdapat penurunan tingkat edema pada kaki dari derajat 2 menjadi derajat 1, penurunan jugular venous pressure, penurunan tekanan darah, interdialytic weight gain 3,2%, perbaikan pada nilai ureum dan kreatinin dengan glomerular filtration rate post-hemodialisis 8,28 ml/min/1,73m2. Adapun untuk masalah keletihan, kelelahan berkurang dari skor 35 menjadi 29, sesak berkurang dari skala 4 menjadi 3, frekuensi nafas dalam batas normal, sehingga dapat disimpulkan masalah keperawatan hipervolemia dan keletihan teratasi sebagian. Kata Kunci: Chronic Kidney Disease, Hipervolemia, Keletihan
Hubungan Kesiapan dengan Frekuensi Penggunaan Evidence-Based Practice dalam Laporan Kasus pada Mahasiswa Praktik Profesi Ners Setiani, Haniifah; Sari, Eka Afrima; Harun, Hasniatisari; Kurniawan, Titis; Nursiswati, Nursiswati
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 3 (2024): Volume 4 Nomor 3 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i3.13926

Abstract

ABSTRACT Evidence-Based Practice (EBP) is an important aspect for students to become professional nurses. In implementing EBP, self-assessment regarding readiness is needed to evaluate themselves in using EBP. One factor that influences the use of EBP is students' readiness to use EBP. Having a strong belief in readiness to use EBP results in higher implementation of EBP use in practice.This research aims to see whether students' better readiness in using EBP is in line with the high frequency of EBP use, uses a correlative descriptive research design using the Chi-Square test, the sample was 102 students from the 45th professional nursing program at the Faculty of Nursing, Padjadjaran University by using the total sampling technique. The instrument for assessing readiness uses Upton's (2006) EBPQ questionnaire. Assessment of the frequency of EBP use by calculating the number of EBP uses in each case report. The results of this study show that 80.4% of respondents are ready, and respondents use EBP at a high frequency, 38.2%. This study shows a significant relationship between readiness and the frequency of EBP use in case reports with a p-value 0.012. This research finds that having a strong belief in readiness to use EBP results in higher levels of implementation. Therefore, habituation in applying EBP is necessary in order to become a professional nurse Keywords: Evidence-Based Practice, Frequency of Use, Readiness  ABSTRAK Evidence-Based Practice (EBP) merupakan salah satu aspek penting agar mahasiswa kelak menjadi perawat yang profesional. Dalam menerapkan EBP, dibutuhkan self-assessment mengenai kesiapan agar mahasiswa dapat mengevaluasi diri untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam penggunaan EBP. Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan EBP pada mahasiswa adalah keyakinan mahasiswa dalam kesiapan penggunaan EBP. Memiliki keyakinan yang kuat dalam kesiapan penggunaan EBP menghasilkan implementasi penggunaan EBP dalam praktik yang lebih tinggi  Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah dengan semakin baiknya kesiapan mahasiswa dalam penggunaan EBP sejalan dengan tingkat frekuensi penggunaan EBP yang tinggi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelatif menggunakan uji Chi-Square. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa program profesi Ners angkatan 45 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 102 mahasiswa. Instrumen dalam menilai kesiapan menggunakan kuesioner EBPQ milik Upton (2006). Penilaian frekuensi penggunaan EBP dengan menghitung jumlah penggunaan EBP dalam masing-masing laporan kasus.Hasil penelitian ini gambaran kesiapan 80,4% siap, dan responden menggunakan frekuensi EBP yang tinggi yaitu sebanyak 38,2%. Studi ini menghasilkan ada hubungan yang signifikan antara kesiapan dengan frekuensi penggunaan EBP pada laporan kasus dengan p-value 0,012. Temuan pada penelitian ini adalah memiliki keyakinan yang kuat dalam kesiapan penggunaan EBP menghasilkan implementasi penggunaan EBP dalam praktik yang lebih tinggi sehingga pembiasaan dalam menerapkan EBP perlu dilakukan agar menjadi perawat yang profesional. Kata Kunci: Evidence-Based Practice,  Frekuensi Penggunaan, Kesiapan
Topik dan Metode Pencarian Sumber Pada Laporan Evidence-Based Practice Mahasiswa Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah: Studi Dokumen Fadillah, Jasmine Fasya; Sari, Eka Afrima; Harun, Hasniatisari; Kurniawan, Titis; Nursiswati, Nursiswati
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 3 (2024): Volume 4 Nomor 3 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i3.13978

Abstract

ABSTRACT Evidence-Based Practice (EBP) is one of the important aspects in creating competent nurses. In realizing this, in the nursing education program at the bachelors level, students need to practice in honing the ability to make and report EBP reports. From the results of previous studies, further research is needed that looks at concrete evidence in the form of document studies of EBP work made by students compared to just conducting surveys with questionnaires. So that the institution has a strong foundation in the development of the next EBP curriculum. The purpose of this study is to determine the description of topics and methods of searching for EBP sources chosen during the practice of the undergraduate students in Medical Surgical Nursing unit. This research uses a quantitative descriptive research plan by looking at the overview of the topic and the method of searching for EBP resources used from the results of the document study of the EBP report of PPN students. The sample of this study was 32 EBP reports of nursing professional program students from a nursing education institution in West Java using the total sampling technique. Data analysis on the three variables in this research uses the frequency distribution method which looks at the percentage in each category that exists in each variable. Result Of the 32 EBP reports obtained, it was found that the topic most raised by the undergraduate students in the EBP report based on Problem / Person (P) items was about stroke as many as 6 reports (18.75%). If based on the Intervention item (I), the most raised topic is interventions that can overcome diagnoses related to activity and rest as many as 10 reports (31,25%) and based on the Outcomes (O) item the most raised topic is about the outcome of patient hemodynamic status as many as 6 reports (18.75%). From the study of this document, it was also found that most respondents (62.5%) have used the EBP source search method well. Students' ability to explore the topic of the EBP report and the EBP source search method used is well applied by most students. It is hoped that these results can be a reference for educational institutions regarding the next teaching methods that will be developed related to EBP learning, especially at the KMB station. Keywords: Evidence-Based Practice, Undergraduate Nursing Program, Document Study  ABSTRAK Evidence-Based Practice (EBP) merupakan salah satu aspek penting dalam menciptakan perawat yang kompeten. Dalam mewujudkan hal tersebut, pada program pendidikan keperawatan jenjang profesi Ners, mahasiswa perlu berlatih dalam mengasah kemampuan membuat dan melaporkan laporan EBP. Dari hasil studi terdahulu, diperlukan penelitian lanjutan yang melihat bukti konkrit berupa studi dokumen hasil pengerjaan EBP yang dibuat oleh mahasiswa dibandingkan hanya dengan melakukan survey dengan kuesioner, sehingga institusi memiliki landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum EBP selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran topik dan metode pencarian sumber EBP yang dipilih selama praktik Program Profesi Ners (PPN) stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dengan melihat gambaran topik dan metode pencarian sumber EBP yang digunakan dari hasil studi dokumen laporan EBP mahasiswa PPN. Sampel penelitian ini adalah laporan EBP mahasiswa PPN di sebuah institusi pendidikan di Jawa Barat dengan jumlah sampel sebanyak 32 laporan dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis data pada ketiga variabel dalam penelitian ini menggunakan metode distribusi frekuensi yang melihat persentase dalam setiap kategori yang ada pada setiap variabel. Dari 32 laporan EBP yang didapatkan, menunjukkan bahwa topik yang paling banyak diangkat oleh mahasiswa PPN dalam laporan EBP berdasarkan item Problem/Person (P) adalah mengenai penyakit stroke sebanyak 6 laporan (18,75%). Jika berdasarkan item Intervention (I), topik yang paling banyak diangkat adalah intervensi yang dapat mengatasi diagnosis terkait aktivitas dan istirahat sebanyak 10 laporan (31,25%) dan berdasarkan item Outcomes (O) topik yang paling banyak diangkat adalah mengenai luaran status hemodinamik pasien sebanyak 6 laporan (18,75%). Dari studi dokumen ini juga didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden (62,5%) sudah menggunakan metode pencarian sumber EBP dengan baik.Kemampuan dalam mengeksplorasi topik laporan EBP dan metode pencarian sumber EBP yang digunakan sudah baik diterapkan oleh sebagian besar mahasiswa. Diharapkan hasil tersebut dapat menjadi acuan bagi institusi pendidikan mengenai metode ajar selanjutnya yang akan dikembangkan terkait pembelajaran EBP terutama pada stase KMB. Kata Kunci: Evidence-Based Practice, Program Profesi Ners, Studi Dokumen.
Intervensi Pursed-Lip Breathing dan Posisi High Fowler untuk Mengatasi Gejala Sesak Napas pada Pasien dengan Coronary Artery Disease: Sebuah Studi Kasus Aulia, Hannifa Dwi; Pratiwi, Sri Hartati; Sari, Eka Afrima
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 9 (2023): Volume 3 Nomor 9 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i9.10894

Abstract

ABSTRACT Coronary artery disease (CAD) is a pathological process characterized by the accumulation of atherosclerotic plaques in the arteries, both obstructive and non-obstructive. CAD often causes chest pain and shortness of breath. However, patients with symptoms of tightness have 4 times higher mortality compared to patients without chest pain. Pursed-lip breathing intervention and a high fowler position can be done to reduce the shortness of breath experienced by CAD patients. The purpose of this study was to determine the effect of pursed-lip breathing nursing intervention and high fowler position on shortness of breath felt by patients with coronary artery disease. This research method was carried out with a case study approach that used a case about coronary artery disease with complaints of shortness of breath in one of the patient in a hospital in Indonesia.  The results of the study obtained were patients complaining of shortness of breath on a scale of 7 out of 10, respiration rate (RR) is 25 breath per minute, SpO2 value of 100% with oxygen 5L/minute, and heard ronkhi lung sounds. Thus, patients are given nursing intervention in the form of pursed-lip breathing and high fowler positions. The results obtained during the three days of treatment were shortness of breath on a scale of 2 out of 10, respiration rate is 18 breath per minute, SpO2 value of 95% without the oxygen therapy, and ronkhi sound is absent. The conclusion is that pursed-lip breathing intervention and high fowler position are effective in patients who experience shortness of breath. Therefore, pursed-lip breathing interventions and high fowler positions can be applied to patients with coronary artery disease who experience symptoms of shortness of breath. Keywords: Pursed-Lip Breathing, High Fowler, Coronary Artery Disease  ABSTRAK Penyakit arteri koroner atau coronary artery disease (CAD) atau penyakit jantung koroner (PJK) adalah proses patologis yang ditandai dengan akumulasi plak aterosklerotik di arteri, baik obstruktif maupun non-obstruktif. PJK sering kali menimbulkan  nyeri pada dada dan sesak napas. Namun, pasien dengan gejala sesak memiliki mortalitas empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa gejala sesak. Intervensi pursed-lip breathing dan posisi high fowler dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sesak yang dialami pasien PJK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi keperawatan pursed-lip breathing dan posisi high fowler terhadap gejala sesak yang dirasakan oleh pasien dengan penyakit jantung koroner. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan sebuah kasus tentang coronary artery disease dengan keluhan sesak napas pada salah satu pasien di rumah sakit yang ada di Indonesia.  Hasil pengkajian yang didapatkan yaitu pasien mengeluh sesak napas skala 7 dari 10, respiration rate (RR) 25x/menit, saturasi oksigen 100% dengan oksigen 5L/menit, dan terdengar suara ronkhi. Sehingga, pasien diberikan intervensi keperawatan berupa pursed-lip breathing dan posisi high fowler. Hasil yang didapatkan selama tiga hari perawatan, yaitu keluhan sesak napas skala 2 dari 10, respiration rate menjadi 18x/menit, saturasi oksigen 95% tanpa bantuan terapi oksigen. Intervensi pursed-lip breathing dan posisi high fowler efektif diterapkan pada pasien yang mengalami sesak napas. Maka dari itu, intervensi pursed-lip breathing dan posisi high fowler dapat diterapkan pada pasien dengan coronary artery disease yang mengalami gejala sesak napas. Kata Kunci: Pursed-Lip Breathing, High Fowler, Penyakit Jantung Koroner
Kecemasan Kematian Pada Pasien Stroke Hamjah, Apip; Praptiwi, Atlastieka; Afrima Sari, Eka
Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah Vol. 6 No. 1 (2019): Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.086 KB) | DOI: 10.33867/jka.v6i1.95

Abstract

Pengalaman memiliki penyakit stroke dan datangnya serangan stroke menyebabkan munculnya kecemasan berlebihan yang mengarah pada kecemasan kematian. Kecemasan kematian dapat memengaruhi kualitas hidup pasien pasca stroke menjadi kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan kematian pada pasien pasca stroke. Rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif melibatkan 51 pasien pasca stroke yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Death Anxiety Scale (DAS) yang diadaptasi untuk pasien pasca stroke. Data dianalisis dengan statistik deskriptif (frekuensi dan persentasi). Hasil penelitian menunjukkan hampir 80% pasien pasca stroke mengalami kecemasan kematian tingkat tinggi (n=39). Umumnya lebih dari setengah responden yang mengalami kecemasan kematian tingkat tinggi memasuki lanjut usia. Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukan pengelolaan kecemasan kematian pada pasien pasca stroke diantaranya dengan adanya dukungan keluarga, terapi spiritualitas, konseling kelompok, SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dan pemberian pendidikan kesehatan terkait penyakit stroke.