Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Analisis Kesesuaian Kawasan untuk Pengembangan Marikultur di Kabupaten Pulau Morotai Taher, Muhammad Nur; Aris, Muhammad; Wahidin, Nurhalis; Abdullah, Taufiq
Akuatiklestari Vol 8 No 1 (2024): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v8i1.6978

Abstract

Indonesia memiliki perairan yang luas dengan potensi besar untuk pengembangan marikultur. Kabupaten Pulau Morotai adalah salah satu wilayah strategis untuk pengembangan marikultur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lahan untuk pengembangan marikultur berbasis keramba jaring apung (KJA) di Kabupaten Pulau Morotai. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Galo-Galo dan Pulau Loleba. Pengambilan data dilakukan pada enam stasiun di Pulau Galo-Galo dan empat stasiun di Pulau Loleba. Parameter kualitas air yang diamati meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Data parameter fisik kualitas air yang diamati adalah keterlindungan, kedalaman, kecerahan air, kecepatan arus, suhu perairan, dan salinitas. Data parameter kimia kualitas air yang diamati adalah pH air, DO, TAN, nitrit, nitrat, dan fosfat. Sementara data parameter biologi yang diamati adalah kelimpahan plankton. Analisis data kesesuaian lahan dilakukan menggunakan GIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan tersebut memiliki karakteristik terlindung dengan kedalaman berkisar antara 15-23 meter, kecepatan arus 0,20-0,50 m/s, kecerahan lebih dari 5 meter, suhu 24,30-30,70oC, dan salinitas 26-29 ppt. Parameter kimia menunjukkan nilai DO antara 3,10-5,50 mg/L, pH 7, TAN 0,004-0,078 mg/L, nitrit 0,008-0,062 mg/L, nitrat 0,002-0,052 mg/L, dan fosfat 0,007-0,017 mg/L. Parameter biologi menunjukkan kelimpahan plankton di perairan Pulau Galo – Galo adalah 4,1×109 sel/L dan Pulau Loleba 8,5×109 sel/L. Analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa 1000 Ha lahan termasuk kategori sangat sesuai (S1) dan 1000 Ha lainnya termasuk kategori sesuai (S2). Kesimpulan penelitian ini adalah kawasan Pulau Galo-Galo dan Loleba memiliki potensi besar untuk pengembangan marikultur berbasis KJA karena kondisi kualitas air yang optimal dan kesesuaian lahan yang mendukung.
Perekonomian pada Masa Khalifah Umar Bin Khattab: Kebijakan Ekonomi dalam Mengelola Baitul Mal Aris, Muhammad; Mukhlis, Mukhlis; Permana, Febrian; Saputra, Randa Fajar; Alpizar, Alpizar; Herlinda, Herlinda
At-Tajdid : Journal of Islamic Studies Vol 4, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Pacsasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/at-tajdid.v4i2.27422

Abstract

The aim of writing this article is to find out and explain the economic policy during the time of Caliph Umar bin Khattab which can be used as a reference for alternative solutions to economic problems in Indonesia. The method used is library research by collecting data regarding the economic policies of Caliph Umar bin Khattab through data searches from the internet and print, in the form of articles and books. The results of the research are; the increase and rapid development of the people's economy during the time of Caliph Umar bin Khattab as it was, 1. Military Service Organisation. This organisation is responsible for distributing relief funds to people involved in warfare. The amount of the grant is determined by the number of family dependents of each recipient. 2. Judiciary and Executive Department. This department is responsible for paying the salaries of judges and executive officials. The amount of this salary is determined by two things: the amount of salary received must be sufficient to meet the needs of the family so as to avoid the practice of bribery and the amount of salary given must be the same and even if there is a difference, it is still within reasonable limits. 3. Islamic Education and Development Institution. This institution distributes financial assistance for propagators and developers of Islamic teachings and their families, such as teachers and preachers. 4. Social Security Institution. The aim of this department was that no one in the country should be deprived of the necessities of life. All those who were sick, aged, disabled, orphaned, widowed or for any other reason unable to earn their own living were given financial assistance on an annual basis from the Bait al-Mal.TRANSLATE with x EnglishArabicHebrewPolishBulgarianHindiPortugueseCatalanHmong DawRomanianChinese SimplifiedHungarianRussianChinese TraditionalIndonesianSlovakCzechItalianSlovenianDanishJapaneseSpanishDutchKlingonSwedishEnglishKoreanThaiEstonianLatvianTurkishFinnishLithuanianUkrainianFrenchMalayUrduGermanMalteseVietnameseGreekNorwegianWelshHaitian CreolePersian //  TRANSLATE with COPY THE URL BELOW Back EMBED THE SNIPPET BELOW IN YOUR SITE Enable collaborative features and customize widget: Bing Webmaster PortalBack//
The Impact of Village-Owned Enterprise (BUMDes) Management on Village Economic Development in Botto Village Takkalalla District Wajo Regency Aris, Muhammad
PUBLICUS : JURNAL ADMINISTRASI PUBLIK Vol 3 No 1 (2025): PUBLICUS: JURNAL ADMINISTRASI PUBLIK
Publisher : Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UNPATTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/publicusvol3iss1p78-86

Abstract

This study aims to determine the impact of the management of Village-Owned Enterprises (BUMDes) on the economic development of the village in Botto Village, Takkalalla District, Wajo Regency. The management of BUMDes is expected to enhance the village economy through efficient management in accordance with established standards. This research employs a quantitative method with a census approach, where all BUMDes managers in Botto Village are used as samples. The research findings indicate that the management of BUMDes in Botto Village is categorized as very good and has a positive impact on the economic development of the village. This is evident from the dimensions of BUMDes management, which include cooperative, participatory, emancipatory, transparent, accountable, and sustainable, all of which are classified as good. Similarly, the village's economic development, which includes agricultural sector growth, national integration, and economic justice, is categorized as very good. This study provides an overview that good BUMDes management can improve village economy through various existing potential sectors.
Penerapan Bahasa Indonesia Sebagai Alat Komunikasi Pembinaan Atlet di Bidang Olahraga Pencak Silat Aris, Muhammad; Safitri Octaviani, Wulan; Nur Faizulhak, Fauzi; Fadli Aliyah, Dede; Ramadani, Aditya; Abdillah Fattah, Gilang; Whilky Rizkyanfi, Mochamad
Jumper: Jurnal Mahasiswa Pendidikan Olahraga Vol 5 No 3 (2025): Jumper: Jurnal Mahasiswa Pendidikan Olahraga
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Olahraga dan Kesehatan Bina Guna

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55081/jumper.v5i3.3212

Abstract

Penelitian ini mengkaji peran bahasa Indonesia dalam mengatasi tantangan komunikasi di antara atlet pencak silat yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa daerah. Sebagai negara kepulauan dengan keberagaman suku dan bahasa, Indonesia menghadapi tantangan komunikasi dalam berbagai konteks, terutama dalam pelatihan olahraga. Melalui pendekatan kajian pustaka dengan model tinjauan naratif, penelitian ini mengidentifikasi pentingnya penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pelatihan pencak silat untuk menyatukan atlet dari berbagai daerah. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional, tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi yang menyatukan beragam budaya, tetapi juga memperkuat solidaritas tim dan mempermudah pemahaman instruksi pelatih dengan lebih jelas. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia juga berperan dalam mempercepat proses pembelajaran dan penguasaan teknik, serta menciptakan lingkungan pelatihan yang kondusif dan mendukung.
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL EKSTRAK KULIT BUAH LONTAR (Borassus flabellifer) TERHADAP Staphylococcus aureus Adriana, Andi Nur Ilmi; Aris, Muhammad; Kolabani, Matias Nataniel; Asril, Asril
Journal Pharmacy and Application of Computer Sciences Vol. 3 No. 1: Februari: 2025: JOPACS
Publisher : Arlisaka Madani Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59823/jopacs.v3i1.73

Abstract

Kulit sangat rentan terkena infeksi ataupun penyakit kulit lain yang salah satunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Penyebaran bakteri Staphylococcus aureus paling sering ditularkan dari tangan ke tangan. Sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus  diperlukan sediaan antiseptik yang dapat mencegah infeksi dan praktis dalam penggunaannya. Pada penelitian ini telah dilakukan uji aktivitas sediaan gel ekstrak kulit buah lontar (Borassus Flabellifer) dengan konsentrasi 5%, 7% dan 9% b/v. bakteri uji yang digunakan Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji sediaan gel kulit buah lontatr dengan konsentrasi 5%, 7%, dan 9% b/v memenuhi hasil uji evaluasi organoleptik, homogenitas, dan uji pH. Hasil analisis Anova menunjukkan bahwa formulasi sediaan gel ekstrak kulit lontar 9% b/v konsentrasi 9% b/v paling efektif memiliki daya hambat terhadap Staphylococcus aurus.
The effect of molasses, tapioca and sago flour on biofloc system and volume of growth performance in whiteleg shrimp Litopenaeus vannamei Tamrin, Tamrin; Aris, Muhammad; Muntahar, Waisya Ade; Abdullah, Taufiq
Depik Vol 14, No 1 (2025): MARCH 2025
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.14.1.41060

Abstract

Despite the high commercial success the whiteleg shrimp industry has achieved, challenges related to water quality and disease remain major issues. One approach to address these problems is Biofloc Technology (BFT). Carbon sources have been one of the factors influencing the characteristics of BFT. Some organic carbon sources used include molasses, tapioca flour, and sago flour. This study aimed to evaluate and compare the use of molasses, tapioca flour, and sago flour as organic carbon sources in BFT. It focused on examining, their impact on floc density and the growth performance of whiteleg shrimp. The study was conducted from November to December 2023 using a completely randomized design with treatments including a control, molasses, tapioca flour, and sago flour, each with three replicates. Parameters measured included biofloc volume, weight gain, average daily growth, survival rate, and feed conversion ratio. The results showed that BFV treatments with molasses, tapioca flour, and sago flour had significant differences compared to the control group. Sago flour provided a significant increase in BFV. The growth performance of whiteleg shrimp in treatments with molasses, tapioca flour, and sago flour improved and showed significant differences compared to the control. The application of BFT using molasses, tapioca flour, and sago flour as organic carbon sources significantly enhanced the biofloc volume, growth performance, feed conversion ratio, and survival rate of whiteleg shrimp. Among the tested carbon sources, sago flour demonstrated the highest biofloc volume and the most significant improvement in shrimp growth and feed efficiency.Keywords:Biofloc technologyMolassesSago flourTapioca flourWhiteleg shrimp
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Akebay Tamrin, Tamrin; Aris, Muhammad; Rovina Andriani
Lebah Vol. 18 No. 3 (2025): May: Pengabdian
Publisher : IHSA Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/lebah.v18i3.320

Abstract

Pengawasan berbasis masyarakat merupakan strategi krusial dalam menjaga kelestarian sumber daya kelautan, khususnya di wilayah pesisir yang rawan terhadap aktivitas ilegal seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak atau alat tangkap terlarang. Di Desa Maitara, Kota Tidore Kepulauan, Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Akebay memainkan peran penting sebagai garda terdepan dalam pengawasan lokal. Namun demikian, mereka masih menghadapi berbagai tantangan, terutama keterbatasan kapasitas teknis, minimnya pemahaman regulasi, serta kurangnya akses terhadap teknologi modern. Menjawab kebutuhan tersebut, diselenggarakan kegiatan pelatihan penguatan kapasitas Pokmaswas melalui pendekatan partisipatif dan berbasis kebutuhan nyata di lapangan. Materi pelatihan mencakup teknik dasar pengawasan laut, pemahaman hukum kelautan dan perikanan, strategi advokasi komunitas, serta pemanfaatan teknologi drone sebagai alat bantu pemantauan kawasan pesisir. Narasumber yang dihadirkan berasal dari lembaga pengawasan resmi seperti DKP dan Polairud, serta komunitas penggiat drone. Hasil pelatihan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman anggota terhadap peran strategis mereka. Meski masih terkendala peralatan dan sistem pelaporan, tingginya antusiasme peserta terhadap penggunaan drone menandakan kesiapan mereka untuk mengadopsi pendekatan inovatif. Kegiatan ini menjadi langkah awal untuk memperkuat kelembagaan Pokmaswas secara berkelanjutan menuju sistem pengawasan pesisir yang adaptif, kolaboratif, dan berbasis teknologi
The effect of molasses, tapioca and sago flour on biofloc system and volume of growth performance in whiteleg shrimp Litopenaeus vannamei Tamrin, Tamrin; Aris, Muhammad; Muntahar, Waisya Ade; Abdullah, Taufiq
Depik Vol 14, No 1 (2025): MARCH 2025
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.14.1.41060

Abstract

Despite the high commercial success the whiteleg shrimp industry has achieved, challenges related to water quality and disease remain major issues. One approach to address these problems is Biofloc Technology (BFT). Carbon sources have been one of the factors influencing the characteristics of BFT. Some organic carbon sources used include molasses, tapioca flour, and sago flour. This study aimed to evaluate and compare the use of molasses, tapioca flour, and sago flour as organic carbon sources in BFT. It focused on examining, their impact on floc density and the growth performance of whiteleg shrimp. The study was conducted from November to December 2023 using a completely randomized design with treatments including a control, molasses, tapioca flour, and sago flour, each with three replicates. Parameters measured included biofloc volume, weight gain, average daily growth, survival rate, and feed conversion ratio. The results showed that BFV treatments with molasses, tapioca flour, and sago flour had significant differences compared to the control group. Sago flour provided a significant increase in BFV. The growth performance of whiteleg shrimp in treatments with molasses, tapioca flour, and sago flour improved and showed significant differences compared to the control. The application of BFT using molasses, tapioca flour, and sago flour as organic carbon sources significantly enhanced the biofloc volume, growth performance, feed conversion ratio, and survival rate of whiteleg shrimp. Among the tested carbon sources, sago flour demonstrated the highest biofloc volume and the most significant improvement in shrimp growth and feed efficiency.Keywords:Biofloc technologyMolassesSago flourTapioca flourWhiteleg shrimp
Analisis Kesesuaian Kawasan untuk Pengembangan Marikultur di Kabupaten Pulau Morotai Taher, Muhammad Nur; Aris, Muhammad; Wahidin, Nurhalis; Abdullah, Taufiq
Akuatiklestari Vol 8 No 1 (2024): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v8i1.7212

Abstract

Indonesia memiliki perairan yang luas dengan potensi besar untuk pengembangan marikultur. Kabupaten Pulau Morotai adalah salah satu wilayah strategis untuk pengembangan marikultur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lahan untuk pengembangan marikultur berbasis keramba jaring apung (KJA) di Kabupaten Pulau Morotai. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Galo-Galo dan Pulau Loleba. Pengambilan data dilakukan pada enam stasiun di Pulau Galo-Galo dan empat stasiun di Pulau Loleba. Parameter kualitas air yang diamati meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Data parameter fisik kualitas air yang diamati adalah keterlindungan, kedalaman, kecerahan air, kecepatan arus, suhu perairan, dan salinitas. Data parameter kimia kualitas air yang diamati adalah pH air, DO, TAN, nitrit, nitrat, dan fosfat. Sementara data parameter biologi yang diamati adalah kelimpahan plankton. Analisis data kesesuaian lahan dilakukan menggunakan GIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan tersebut memiliki karakteristik terlindung dengan kedalaman berkisar antara 15-23 meter, kecepatan arus 0,20-0,50 m/s, kecerahan lebih dari 5 meter, suhu 24,30-30,70 ℃, dan salinitas 26-29 ppt. Parameter kimia menunjukkan nilai DO antara 3,10-5,50 mg/L, pH 7, TAN 0,004-0,078 mg/L, nitrit 0,008-0,062 mg/L, nitrat 0,002-0,052 mg/L, dan fosfat 0,007-0,017 mg/L. Parameter biologi menunjukkan kelimpahan plankton di perairan Pulau Galo – Galo adalah 4,1×109 sel/L dan Pulau Loleba 8,5×109 sel/L. Analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa 1000 Ha lahan termasuk kategori sangat sesuai (S1) dan 1000 Ha lainnya termasuk kategori sesuai (S2). Kesimpulan penelitian ini adalah kawasan Pulau Galo-Galo dan Loleba memiliki potensi besar untuk pengembangan marikultur berbasis KJA karena kondisi kualitas air yang optimal dan kesesuaian lahan yang mendukung.
REVITALISASI TRADISI TUDANG SIPULUNG DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS MUSYAWARAH RKP DESA Aris, Muhammad
Jurnal Mediasosian : Jurnal Ilmu Sosial dan Administrasi Negara Vol 9 No 1 (2025): April 2025
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/mediasosian.v9i1.6393

Abstract

Dalam menyusun perencanaan pembangunan di tingkat desa, pemerintah desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuhi efektivitas musyawarah Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) dalam menyusun prioritas usulan pembangunan di Kabupaten Wajo serta strategi yang dilakukan dalam meningkatkan efektivitas musyawarah RKP Desa tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Teknik analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, penyajian data, serta menarik kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa musyawarah RKP Desa sudah cukup efektif dalam menyusun prioritas usulan pembangunan di Kabupaten Wajo, meskipun masih terdapat kendala terkait partipasi masyarakat yang masih perlu ditingkatkan. Strategi yang efektif untuk meningkatkan efektivitas musyawarah RKP Desa adalah melakukan pertemuan di tingkat bawah dengan kelompok masyarakat melalui kearifan lokal tudang sipulung.