Sastra mencerminkan nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat tempat karya itu lahir. Artikel ini menganalisis cerpen "Si Padang" karya Harris Effendi Thahar menggunakan pendekatan analisis wacana kritis (AWK) yang dikembangkan oleh Fairclough. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana bahasa dalam cerpen merepresentasikan hubungan kekuasaan, dominasi, dan identitas budaya, khususnya dalam konteks budaya Minangkabau. Metode analisis terdiri dari tiga dimensi: analisis teks, praktik diskursif, dan konteks sosiokultural. Melalui analisis teks, kami menemukan penggunaan bahasa yang menciptakan nuansa emosional dan menunjukkan ketidakadilan yang dialami tokoh utama, Mansur. Praktik diskursif menggambarkan interaksi antara pembaca dan teks, sedangkan dimensi sosiokultural mengungkap pergeseran nilai yang terjadi antara kehidupan di desa dan kota. Perspektif penulis yang netral, positif, dan negatif membentuk narasi yang kompleks, memungkinkan pembaca merenungkan isu-isu sosial yang lebih luas. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa cerpen "Si Padang" tidak hanya merepresentasikan pengalaman individu, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial yang relevan dalam konteks budaya Minangkabau dan masyarakat Indonesia secara umum.