Supervisi pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pendekatan inspektif-evaluatif yang menimbulkan tekanan psikologis pada guru dan menghambat pengembangan profesional berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan menganalisis penerapan prinsip komunikasi terapeutik dalam supervisi pendidikan dan dampaknya terhadap terciptanya lingkungan kerja yang positif. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi pustaka melalui kajian sistematis terhadap literatur akademik yang dipublikasikan tahun 2021-2025 untuk artikel dan buku-buku di 10 tahun terakhir yang diperoleh dari berbagai basis data seperti Google Scholar, ERIC, ProQuest, dan portal jurnal nasional terakreditasi. Analisis data dilakukan dengan teknik content analysis tematik untuk mengidentifikasi, mengkategorisasi, dan mensintesis tema-tema utama terkait komunikasi terapeutik dalam supervisi. Hasil penelitian mengidentifikasi lima prinsip inti komunikasi terapeutik yang dapat dioperasionalisasikan dalam tahapan supervisi klinis: empati, mendengarkan aktif, kejujuran terapeutik, penerimaan tanpa syarat, dan konkretisasi masalah. Penelitian menemukan tiga mekanisme psikologis bagaimana komunikasi terapeutik memfasilitasi psychological safety: pengurangan ancaman perseptual, pembangunan kepercayaan interpersonal, dan normalisasi kegagalan sebagai pembelajaran. Temuan menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik mentransformasi dinamika supervisi dari hierarkis-defensif menjadi kolaboratif-konstruktif, dengan supervisor mampu memberikan feedback jujur namun tetap supportive melalui diferensiasi evaluasi perilaku dari evaluasi personal. Faktor pendukung implementasi meliputi kompetensi emotional intelligence supervisor, alokasi waktu memadai, dan budaya organisasi yang developmental, sementara hambatan utama adalah beban kerja berlebihan, keterbatasan kompetensi komunikasi, dan budaya hierarkis. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan model supervisi komunikatif-terapeutik yang mengintegrasikan person-centered theory dengan clinical supervision cycle, memperkaya literatur supervisi pendidikan dengan dimensi humanistik dari disiplin psikologi konseling, serta menawarkan kerangka operasional untuk transformasi praktik supervisi menuju pendekatan yang lebih humanis dan berorientasi pengembangan profesional berkelanjutan.