Claim Missing Document
Check
Articles

MB PROGRAM BIMBINGAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR fitri aulia; Marfu’atun .; Muhammad Deni Siregar
Bahasa Indonesia Vol 15 No 01 (2018): Sarwahita : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.306 KB) | DOI: 10.21009/sarwahita.151.05

Abstract

The purpose of the present research were disaster mitigation guidance to children who are victims of floods in Selebung, Keruak, East Lombok, NTB. As a form of active contribution of the Guidance and Counseling Study Program in responding to floods that have been experienced by the Selebung community in December 2017. The problems found were anxiety and trauma after flood natural disasters. The solution offered is to carry out post earthquake flood guidance and counseling activities and flood disaster mitigation guidance. The method used: (a) needs analysis, with 3 activities, namely: 1) participant observation, 2) direct interview, 3) games. (b) confirm the target of the activity and establish a good cooperative relationship. (c) implementation of activities (d) monitoring and evaluation. First, implementation have been carried out, it can be concluded as follows: 4, assessment activities. Second, information services about flooding through video screening are coupled with discussion and giving feedback. Third, Painting Therapy. Fourth, Play Therapy. Of the six assessment criteria regarding developments that have been carried out through observation assessment, the average of these activities runs optimally. With an average score of 95.0% - 100%. Only around 2.5% - 5.0% of participants did not provide the maximum response during therapy.
ART THERAPY BENCANA SEBAGAI UPAYA PENANGANAN TRAUMA ANAK PASCA GEMPA LOMBOK Fitri Aulia
Bahasa Indonesia Vol 16 No 02 (2019): Sarwahita : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.861 KB) | DOI: 10.21009/sarwahita.162.03

Abstract

This activity aims to treat psychologically the victims of earthquakes in Lombok which occurred in mid-2018. The targets were chosen based on the location of the earthquake affected in severe status, namely in SDN 1 Sembalun. Children become important victims to be given care so as not to experience prolonged trauma. Art Therapy is the right method to be applied to children. The disaster art therapy carried out in this activity is, (1) Free drawing on the clouds. (2) Drawing feelings. (3) Free writing techniques. (4) Free storytelling techniques. Based on the results of the evaluation of activities it was found that children became calmer. It is expected that through this activity elementary teachers are able to have skills in overcoming students' anxiety and trauma in the event of aftershocks. First, post-earthquake trauma in children is easy to return to if aftershocks occur. Secondly, a continuous psychological assistance program is needed from all teachers and the community. Third, it is necessary to improve physical facilities and play environments in the community and schools.
Kategorisasi Tingkat Kemandirian Belajar Siswa Madrasah Aliyah Zaen Wal; fitri aulia
Educatio Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/edc.v14i1.1407

Abstract

The purpose of this study was to determine the level of student learning independence, based on high, low and high categorization. Data is obtained based on the results of filling in the independence questionnaire. Research uses a quantitative approach with survey methods. The data measurement tool uses a scale questionnaire. Based on aspects of independence. Participants in this study were 18th grade students of the Putra Rajak MA MA totaling 18 students. Based on the results of the analysis obtained a score of 25 which if included in the rank formula, then vulnerable 11.1 25.7 is in the "low" category. Based on the analysis, it can be seen that the level of student learning independence is in the low level category, that is, from 18 participants who were sampled in the study, 85% (12 participants) were included in the low category. The high category is 15% (6 participants), while the low result is 0%.
TERAPI BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN SOSIAL ANAK AUTIS DI RUMAH MENTARI PRINGSEWU LAMPUNG Umi Aisyah; Siti Aminah; Fitri Aulia
JKP (Jurnal Konseling Pendidikan) Vol 5 No 1 (2021): JKP (Jurnal Konseling Pendidikan)
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/jkp.v5i1.3722

Abstract

Mengembangkan ketrampilan sosial anak autis sangat penting dilakukan untuk menunjang ketrampilan akademik dan interaksi social. Keterampilan sosial ini dapat dikembangkan melalui pengajaran dan pelatihan secara spesifik dan intens salah satunya menggunakan terapi bermain. Terapi bermain sendiri merupakan usaha pemberian bantuan kepada anak guna meningkatkan keterampilan sosialnya melalui berbagai permainan. Terapi bermain yang dilaksanakan di Rumah Mentari Pringsewu meliputi tiga tahapan yakni pertama tahap awal yang berisi persiapan ruangan persiapan anak dan persiapan imbalan, kedua pelaksanaan terapi yakni kontak mata,instruksi, respon, prompt dan imbalan, serta tahap ketiga yakni tahap akhir dengan mencatat perkembangan anak di buku penghubung dan mengevaluasinya setiap seminggu sekali. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terapi bermain sangat membantu proses pengembangan keterampilan sosial anak autis dari yang sebelumnya anak kurang kontak mata dengan orang lain, respon lambat, tidak melakukan instruksi, menyendiri dan tidak mampu bersosialisasi dengan teman sebaya namun saat ini sudah kini anak sudah dapat berinteraksi dengan teman sebaya, responsif, kontak mata sudah terlihat dan mau melakukan intruksi 
PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN MINDFULLNESS PADA SISWA KELAS XII DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH Dewi Yulianti; Fitri Aulia; Marfuatun Marfuatun; Musifuddin Musifuddin; Baiq Mahyatun; Takiuddin Takiuddin; Desi Ariska
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 11 (2023): Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v6i11.3968-3976

Abstract

Mindfullness dimaknai sebagai kesadaran. Mindfulness akan membantu siswa lebih sadar akan keadaan sekitar serta mampu menerima emosi secara terbuka.. Kondisi ini perlu ditingkatkan agar siswa mampu menyadari tanggung jawabnya sebagai seorang siswa, salah satu tanggung jawab sebagai seorang siswa adalah menentukan pilihan karir di sesuaikan dengan bakat serta minatnya. Dengan meningkatnya Mindfullness pada diri  siswa tentunya mereka dapat secara sadar dan penuh rasa tanggung jawab untuk dapat menentukan serta memilih arah karirnya. Layanan bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang diberikan kepada sejumlah siswa dalam satu kelas. Dengan fungsi utama pencegahan, pemahaman dan pemberian informasi. Sasaran program adalah siswa kelas XII di beberapa sekolah yang berasal dari Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Tengah. Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu (1) perancangan program layanan dalam bentuk dokumen rencana pelaksanaan layanan (RPL), (2) pengisian skala mindfulness, (3) pemberian layanan bimbingan klasikal dengan materi ABCD yang sudah disiapkan, (4) evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan klasikal. Adapun hasil yang diperoleh yaitu mindfulness siswa ditemukan berbeda-beda di setiap sekolah sasaran, ada yang masuk kategori sedang, dan tinggi. Layanan bimbingan klasikal tergolong dalam kategori efektif dalam meningkatkan mindfulness siswa. Adapun factor pendukung keberhasilan adalah (1) sikap terbuka dan aktif dari siswa, (2) komitmen untuk mncapai cita-cita (3) motivasi untuk bisa mencapai kesukessan di masa depan
LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REBT SEBAGAI UPAYA MENGURANGI KECANDUAN BERMAIN GAME ONLINE REMAJA Marfuatun Marfuatun; Sony Robyanto; Fitri Aulia
Ristekdik : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 9, No 1 (2024): RISTEKDIK: JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING - JANUARI-MARET 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/ristekdik.2024.v9i1.98-104

Abstract

Kecanduan game online dapat dikenali dari sejauh mana seseorang bermain game online secara berlebihan yang dapat berdampak negatif pada pemain tersebut. Kecanduan bermain game online dapat memiliki konsekuensi negatif pada berbagai aspek, termasuk dimensi sosial, psikologis, dan fisik, remaja yang terjerat dalam kecanduan game online mungkin mengalami penurunan interaksi sosial dengan keluarga dan teman-teman, serta menghadapi masalah dalam kehidupan nyata, seperti kecenderungan untuk menghabiskan banyak waktu dalam permainan dan kesulitan dalam mengendalikan waktu mereka. Tujuan dalam penelitian ini yaitu 1. mengukur efektivitas konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam mengurangi kecanduan bermain game online; 2. mempelajari perilaku remaja di dusun segeleng yang memiliki kecanduan bermain game online. Jenis penelitian yang diterapkan dalam studi ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan Quasi-Experimental. Desain penelitian ini mengadopsi rancangan One Group Pre-test and Post-Test. Hasil penelitian Rata-rata skor perilaku remaja yang kecanduan bermain game online sebelum mengikuti layanan konseling kelompok (hasil pretest) adalah 50.6000, dan setelah mengikuti layanan tersebut, skor rata-rata berkurang menjadi 35.6000. Hasil signifikansi (2-tailed) adalah 0,001, lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku remaja yang kecanduan bermain game online mengalami penurunan setelah menerima layanan konseling kelompok. Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok untuk mengurangi perilaku kecanduan bermain game online pada remaja di Dusun Segeleng efektif
THE ROLE OF TONGKE-TONGKE VILLAGE GOVERNMENT IN IMPROVING SERVICE QUALITY AT THE VILLAGE OFFICE Aulia, Fitri; Hidayat, Rahmat; Yusri
Jurnal Ilmiah Administrasita' Vol. 15 No. 1 (2024): EDISI JUNI 2024
Publisher : Program Studi Administrasi Publik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47030/administrasita.v15i1.626

Abstract

Public services are a series of activities in order to fulfill service needs in accordance with those in the laws and regulations for every citizen and resident, or administrative services formed based on the law The existence of the Tongke - Tongke Village Office is expected to be able to provide the maximum to the people who come. However, the Tongke - Tongke Village Office has been maximized in providing public services to the community. This research aims to find out things descriptively about public services, which are located at the Tongke Village Office - Tongke Sinjai Regency. The results showed that the quality of public services was maximized. In the form of sufficient professionalism of employees in carrying out their duties. as well as existing facilities and infrastructure that are sufficient to support existing public services at the Tongke Village Office - Tongke, the existing services are quite good, therefore there is still a need for improvement by paying attention to the qualifications of employees in providing services. In terms of tangible (physical evidence), reliability (reliability), responsiveness (responsiveness), assurance (assurance), empathy (empathy). In addition, this research was conducted through literature studies or literature studies, in this study checking between libraries and paying attention to supervisory comments was carried out in order to maintain the immutability of the evaluation process, prevent and eliminate misinformation. So with the hope of improving the quality of public services that will be felt by the community. From this it will become a place of public service that has good performance by the community.
IMPLEMENTASI TEORI KARIR DONALD SUPER PADA KARIR YOUTUBER DAN PEGIAT MEDIA DI ERA MILENIAL (STUDI KASUS MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS HAMZANWADI) Aulia, Fitri; Yulianti, Dewi
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol. 19 No. 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/hisbah.2022.192-05

Abstract

Career choices in the millennial era have patterns that are identical to the world of technology, such as content creators, YouTubers, media activists and gamers. The guidance and counseling profession is also not a barrier for students to pursue careers in the world of technology. Based on the findings, there are two students who are pursuing careers such as YouTubers and media activists with 55.7 million subscribers and hundreds of media and video works. This research uses case study method. Data was collected by means of interviews, observation, documentation studies. Based on the results of the study, it was found that (1) these two students became YouTubers and media activists according to their potential, interests and talents. This is what is meant by the positive Self concept meant by Donald Super. Where the positive self-concept seems to be the driving force to form career patterns throughout their lives. This is manifested in totality in every work produced. (2) these two students are in the exploratory stage (15-25 years). Where they have been able to understand a profession with an interest in the talent they have. Although there is potential to develop in other directions. Keywords: youtuber, media activist, Donald Super’s Career Theory
Perlunya Generasi Muda Terlibat dalam Kehidupan Bermasyarakat Aulia, Fitri; Safitri, Sani
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 8 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/titian.v8i1.31985

Abstract

Artikel ini membahas tentang perlunya generasi muda terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui  betapa perlunya generasi muda terlibat dalam kehidupan bermasyarakat sehingga mereka bisa menghadapi berbagai tantangan yang datang dalam hidupnya. Metode penelitian adalah penulis melakukan analisis secara deskriptif dari berbagai sumber kemudian melakukan analisis yang lebih mendalam terkait tema yang akan dibuat. Masalah penelitian adalah penulis tidak melakukan penelitian lapangan secara langsung sehingga tidak mendapatkan data yang dapat dicantumkan hanya saja melainkan melakukan analisis. Hasil pembahasan yang di dapat adalah sangat perlu bagi generasi muda untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat karena dengan bergaul, bersosialisasi dapat menambah pengalaman, wawasan dalam hidupnya. Selain itu jika sedari kecil sampai menuju dewasa sudah terbiasa ikut dalam kegiatan di masyarakat misalnya gotong royong, hajatan nikahan dapat membuat mereka menjadi pribadi yang percaya diri dan terus berfikir maju. Dengan terlibatnya generasi muda dalam kehidupan bermasyarakat maka akan tertanam dalam dirinya bahwa manusia hidup pasti membutuhkan peran orang lain baik itu orang tua, keluarga, teman, maupun msyarakat, sehingga mereka sadar betapa pentingnya untuk ikut kegiatan yang ada dalam kehidupan masyarakat dan sangat penting budaya untuk saling menghargai berbagai pendapat, perbedaan supaya konflik dalam kehidupan masyarakat dapat terhindarkan, dan kehidupan menjadi aman, dan sejahtera , penuh kasih sayang. Abstract This article discusses the need for the younger generation to be involved in social life. The purpose of this article is to find out how necessary it is for the younger generation to be involved in social life so that they can face the various challenges that come in their lives. The research method is that the author carries out descriptive analysis from various sources and then carries out a more in-depth analysis regarding the theme to be created. The research problem is that the author did not conduct field research directly so he did not get data that could be included, but instead carried out analysis. The results of the discussion obtained are that it is very necessary for the younger generation to be involved in social life because by socializing, socializing can add experience and insight to their lives. Apart from that, if from childhood to adulthood they are used to taking part in activities in the community, for example mutual cooperation, wedding celebrations, this can make them become confident individuals and continue to think forward. By involving the younger generation in social life, it will be ingrained in them that living humans definitely need the role of other people, be it parents, family, friends or the community, so that they realize how important it is to take part in activities in community life and that it is very important for culture to mutual respect for various opinions, differences so that conflict in people's lives can be avoided, and life becomes safe and prosperous, full of love.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK REMAJA PEREMPUAN DENGAN KONSUMSI TTD BERDASARKAN DATA PBL MAHASISWA DI KECAMATAN KELEKAR, GELUMBANG DAN LEMBAK Jasmine, Annisah Biancika; Lisa, Mona; Ambarwati, Dyah; Novitasari, Prihatini Dini; Muharramah, Disa Hijratul; Pulungan, Rafiah Maharani; Aulia, Fitri; Harwanto, Fatria; Yusri, Yusri; Erman, Ery
Mitra Raflesia (Journal of Health Science) Vol 16, No 2 (2024)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51712/mitraraflesia.v16i2.463

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Angka konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di Indonesia menunjukkan tingkat yang sangat rendah, terutama di kalangan remaja putri. Berdasarkan data Riskesdas 2018, meskipun 76,2% remaja putri mendapatkan akses TTD, hanya 1,4% yang mengonsumsi lebih dari 52 butir selama periode yang dianjurkan. Secara keseluruhan, rendahnya konsumsi TTD di kalangan remaja putri mencerminkan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai konsumsi TTD pada remaja putri dan edukasi kesehatan serta dukungan sosial untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap program suplementasi ini.Metode: Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder berupa data PBL mahasiswa fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya tahun 2024 di Kecamatan Kelekar, Gelumbang dan Lembak terhadap 96 remaja Perempuan dengan pendekatan potong lintang yang dipilih menggunakan teknik Total Sampling. Data kemudian dianalisis meng­gunakan analisi univariat dan analisis bivariat menggunakan SPSS versi 27. Analisis univariat bertujuan untuk menganalisis karakteristik variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yakni variabel karakteristik remaja dengan variabel konsumsi TTD.Hasil: Berdasarkan hasil uji bivariat mengenai korelasi karakteristik responden dan status konsumsi TTD didapatkan bahwa analisis Chi-Square menunjukkan bahwa umur (p=0,344), Pendidikan (p=0,334), status haid (p=0.051) dan usia MENARS (p=0.382) pada remaja Perempuan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi TTD. Mayoritas total remaja yang tidak mengkonsumsi TTD dengan frekuensi sebesar 78 orang (81.2%).Pembahasan: Meskipun ada rekomendasi untuk meningkatkan konsumsi TTD pada saat menstruasi, banyak remaja putri yang tidak teratur dalam mengonsumsinya. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, efek samping yang dirasakan, atau ketidaknyamanan saat mengonsumsi tablet. Selain itu, Banyak faktor lain yang mempengaruhi keputusan remaja putri untuk mengonsumsi TTD, termasuk pengetahuan tentang manfaatnya, dukungan dari keluarga dan teman, serta persepsi pribadi terhadap kesehatan mereka.Kesimpulan: Sebagian besar remaja Perempuan (81.2%) tidak mengkonsumsi TTD. Tidak terdapat hubungan antara umur, penddikan, status haid, dan usia MENARS dengan konsumsi TTD. Edukasi yang efektif dan dukungan kontinu dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan konsumsi TTD di kalangan remaja putri.Kata Kunci: Karateristik remaja, remaja Perempuan, konsumsi TTD.  ABSTRACTIntroduction: The consumption rate of Iron Supplement Tablets (ITP) in Indonesia shows a very low level, especially among adolescent girls. Based on the 2018 Riskesdas data, although 76.2% of adolescent girls have access to ITP, only 1.4% consume more than 52 tablets during the recommended period. Overall, the low consumption of  ITP among adolescent girls reflects the need for further research on ITP consumption in adolescent girls, reproductive health education, and social support to increase awareness and compliance with this supplementation program.Method: This study used secondary data sources in the form of PBL data from students of the Faculty of Public Health, Sriwijaya University in 2024 in Kelekar, Gelumbang and Lembak Districts of 96 adolescent girls with a cross-sectional approach selected using the Total Sampling technique. The data were then analyzed using univariate analysis and bivariate analysis using SPSS version 27. Univariate analysis aims to analyze the characteristics of the variables. Bivariate analysis was conducted to determine the relationship between two variables, which were the adolescent characteristic variable and the ITP consumption variable.Results: Based on the results of the bivariate test on the correlation of respondent characteristics and ITP consumption status, it was found that the Chi-Square analysis showed that age (p = 0.344), education (p = 0.334), menstrual status (p = 0.051) and MENARS age (p = 0.382) in female adolescents did not have a significant relationship with ITP consumption. The majority of adolescents did not consume ITP with a frequency of 78 people (81.2%).Discussion: Although there are recommendations to increase ITP consumption during menstruation, a lot of adolescents girls are not consuming ITP regularly. This can be caused by lack of knowledge, perceived side effects, or discomfort when taking the tablets. However, there are many other factors that can influence the decision of adolescent girls to consume ITP, including knowledge of its benefits, support from family and friends, and personal perceptions of their health.Conclusion: Most adolescent girls (81.2%) did not consume ITP regularly. There was no relationship between age, education, menstrual status, and MENARS age with TTD consumption. Effective education and continuous support from various parties are needed to increase awareness and compliance of ITP consumption among adolescent girls.Keywords: Characteristics of adolescents, adolescent girls, ITP consumption.