ABSTRAK Latar Belakang: Air minum yang tidak memenuhi syarat berasal dari sumber tidak memenuhi syarat, jarak sumber air terlalu dekat dengan jamban, air yang tidak di olah sebelum dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit infeksi pada anak yang berakibat terhambatnya penyerapan nutrisi. Hal ini terjadi karena air mengandung mikroorganisme patogen dan bahan kimia lainnya, menyebabkan anak mengalami penyakit diare dan EED. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara sumber air minum dan kejadian stunting di Kelurahan Sapanang, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan pendekatan case-control. Sampel terdiri dari 126 balita, yang terdiri dari 63 balita stunting (kasus) dan 63 balita non-stunting (kontrol) yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling). Data primer diperoleh melalui kuesioner terkait sumber air minum, sementara data sekunder didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep. Analisis data mencakup analisis univariat untuk distribusi sampel, analisis bivariat dengan uji chi-square untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel, serta analisis multivariat untuk menentukan faktor dominan. Hasil: Kelayakan sumber air minum tidak ada hubungan signifikan dengan kejadian stunting (p-value = 0,821; OR = 0,814), lokasi sumber air minum tidak ada hubungan signifikan dengan kejadian stunting (p-value = 1,000; OR = 1,105) akses sumber air minum memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stunting (p = 0,035; OR = 2,459), kualitas bakteriologis sumber air minum tidak ada hubungan signifikan dengan kejadian stunting (p-value = 0,476; OR = 0,678). ABSTRACT Background: Drinking water that does not meet the requirements comes from an unqualified source, the distance of the water source is too close to the toilet, water that is not treated before consumption can cause infectious diseases in children which results in the inhibition of the absorption of nutrients. This happens because water contains pathogenic microorganisms and other chemicals, causing children to experience diarrhea and EED. Objective: To analyze the relationship between drinking water sources and the incidence of stunting in Sapanang Village, Bungoro District, Pangkajene and Islands Regency. Method: This study used an observational design with a case-control approach. The sample consisted of 126 toddlers, consisting of 63 stunted toddlers (cases) and 63 non-stunted toddlers (controls) selected by simple random sampling. Primary data were obtained through questionnaires related to drinking water sources, while secondary data were obtained from the Pangkep District Health Office. Data analysis included univariate analysis for sample distribution, bivariate analysis with the chi-square test to identify relationships between variables, and multivariate analysis to determine dominant factors. Results: The feasibility of drinking water sources has no significant relationship with the incidence of stunting (p-value = 0.821; OR = 0.814), the location of drinking water sources has no significant relationship with the incidence of stunting (p-value = 1.000; OR = 1.105), access to drinking water sources has a significant relationship with the incidence of stunting (p = 0.035; OR = 2.459), bacteriological quality of drinking water sources has no significant relationship with the incidence of stunting (p-value = 0.476; OR = 0.678).