Mira Yulianti
Program Studi Agribisnis/Jurusan SEP, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat

Published : 54 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS BUSINESS MODEL CANVAS (BMC) USAHATANI AUFA HIDROPONIK DI DESA SUMBERJAYA KECAMATAN KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT Khairunnisa, Khairunnisa; Yulianti, Mira; Rosni, Masyhudah
Frontier Agribisnis Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v8i2.13058

Abstract

Usahatani Aufa Hidroponik adalah salah satu perusahaan yang aktif di sektor pertanian dengan spesialisasi dalam produksi sayuran hi-droponik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Business Model Canvas pada usahatani Aufa Hidroponik dan menganalisis kelayakan usahanya. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus hingga September 2023. Hasil sembilan blok BMC pada usahatani Aufa Hidroponik yaitu untuk blok segmentasi pelanggan (customer segments) yaitu ibu-ibu rumah tangga, rumahmakan, catering , toko sayur, frozen food. Blok Proposisi nilai (value propositions) yaitu bonus setiap pembelian Rp50.000,00, kemasan standar supermarket, kenyamanan berbelanja dengan mempersilahkan pelanggan untuk melihat dan memilih sayuran, dan gratis ongkir dengan pemesanan minimal Rp50.000,00, dan khusus untuk pelanggan tetap pembelian sayur minimal lima bungkus dapat diantar dengan gratis ongkir. Blok saluran (channels) berupa pemesanan dan membuat update kegiatan melalui media sosial yang ada yaitu whatsapp dan facebook. Blok hubungan pelanggan (customer relationship) yaitu melayani chat pelanggan secara fast response, mengantar pesanan tepat waktu, dan memberikan kebebasan pelanggan untuk memilih sayuran yang ada di greenhouse. Blok arus pendapatan (revenue stream), yaitu selada, sawi dan pakcoy. Blok struktur biaya (cost structure), berupa biaya total dan biaya variabel. Blok sumberdaya kunci (keyresource) yaitu lahan, greenhouse, instalasi hidroponik, dan sarana pendukung berupa internet dan listrik. Blok aktivitas kunci (key activities), yaitu proses produksi, pasca panen dan pemasaran. Kemitraan utama (key partnership), saat ini tidak terdapat mitra yang bekerjasama dengan Aufa Hidroponik. Usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan dengan hasil perhitungan RCR adalah 1,58
Analisis Klasifikasi Konflik dan Manajemen Konflik Akibat Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Ramadhan, Dian Nugraha; Yulianti, Mira; Fatah, Luthfi
Frontier Agribisnis Vol 8, No 4 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v8i4.14594

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis klasifikasi dan manajemen konflik yang muncul akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Alih fungsi lahan menjadi penyebab berubahnya struktur kesempatan kerja dan pendapatan komunitas, hal ini dapat mendorong terjadinya sebuah konflik sosial. Berdasarkan teori T. Hani Handoko, konflik dibagi menjadi 5 tingkatan: (1) Konflik individu; (2) Konflik antar individu; (3) Konflik individu dengan kelompok; (4) Konflik antar kelompok; (5) Konflik antar organisasi. Manajemen konflik bertujuan untuk memberikan solusi bagi perbedaan pendapat ataupun kepentingan. Manajemen konflik menurut Thomas & Kilmann (1974) mencakup 5 metode: (1) Kompetisi; (2) Kolaborasi; (3) Kompromi; (4) Menghindar; (5) Mengakomodasi. Penelitian dilakukan pada Juli-Agustus menggunakan metode snowball sampling, dengan data primer dan sekunder. Hasil menunjukkan bahwa konflik jarang terjadi, dengan rata-rata skor 1,62. Kultur kekeluargaan kuat menjadi faktor utama, meskipun beberapa konflik muncul akibat gangguan ekologi seperti hama dan penyempitan sungai. Manajemen konflik umumnya menggunakan gaya kolaborasi (rata-rata skor 2,34), dengan penyelesaian melalui diskusi dalam forum masyarakat.
Analisis Finansial Usaha Rumah Jamur Tiram Semesta Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan Karlina, Lindy; Yulianti, Mira; Hanafie, Usamah
Frontier Agribisnis Vol 6, No 4 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v6i4.7825

Abstract

Jamur tiram putih merupakan jenis jamur yang sudah banyak dibudidayakan untuk produksi komersil. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang tidak terlalu mahal, serta tingginya permintaan akan jamur tiram. Tujuan penelitian menganalisis besar biaya, penerimaan, keuntungan, Break Event Point dan permasalahan yang dihadapi Usaha Rumah Jamur Tiram Semesta Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. Analisis dilakukan dengan pendekatan besar biaya, penerimaan, keuntungan dan BEP (Break Event Point) serta deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, total biaya yang dikeluarkan selama satu periode sebesar Rp 6.550.139, penerimaan yang diperoleh Rp 10.534.000, keuntungan Rp 3.983.861. Adapun minimal produksi yang harus dihasilkan agar tidak mengalami kerugian adalah sebesar 188kg/1 periode (3 bulan) dan pendapatan minimal yang harus diperoleh sebesar Rp 4.277.906 agar usaha tidak mengalami kerugian. Nilai produksi yang dihasilkan oleh usaha rumah jamur tiram Semesta lebih besar dari nilai produksi minimal ( 458 kg ˃ 188 kg) dan berdasarkan penelitian penerimaan per 1 periode (3 bulan) dari penjualan produksi jamur tiram segar pada usaha budidaya jamur tiram Semesta lebih besar dari penerimaan minimal yang harus didapatkan (Rp 10.534.000 > Rp 4.277.906). Maka dapat dikatakan bahwa usaha budidaya jamur tiram Semesta layak untuk diusahakan. Pada usaha rumah jamur tiram Semesta mempunyai masalah kesulitan dalam hal manajemen permodalan dan banyaknya permintaan konsumen yang tidak terpenuhi.
A Case Study of Waste Bank Implementation in an Elementary School in Bonang Sub-District, Demak Regency Marpaung, Sutan Sahala Muda; Kartika Ariswara; Yulizar Ihrami Rahmila; Varenna Faubiany; Mira Yulianti; Marwan Setiawan; Wawan Halwany; Bunga Resa Hartati; Hendris Syah Putra; Edgar Octoyuda
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN Vol. 17 No. 3 (2025): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jkl.v17i3.2025.277-286

Abstract

Introduction: The community's behavior, perceptions, and willingness to pay (WTP) are vital in forming and implementing integrated waste management. Thus, zero waste theory advocates the need for research on perceptions, behavior, and WTP for school waste management. This study analyzes school residents' perceptions, behavior, and WTP regarding waste management. Methods: This study used a mixed-methods sequential explanatory design, combining quantitative and qualitative approaches. The study was conducted at SDN Betahwalang, selected purposively due to its active waste bank program. A total of 86 students and 75 school community members were surveyed. Quantitative data were analyzed using crosstabs and the Contingent Valuation Method (CVM), while qualitative data were obtained through in-depth interviews with key stakeholders. Results and Discussion: This study used a mixed-methods sequential explanatory design. The research was conducted at SDN Betahwalang, purposively selected for its active school waste bank program. The variables measured included students’ socio-economic characteristics, perception, environmental behavior, and willingness to pay for waste bank development. A total of 86 students and 75 school community members were surveyed. Data were analyzed using crosstabs and the Contingent Valuation Method, supported by qualitative insights from in-depth interviews. Conclusion: This study concludes that integrating environmental education through both formal and non-formal approaches effectively improves students’ knowledge, perception, and behavior toward waste management. Furthermore, the school community shows strong support for waste bank development, as indicated by their willingness to pay. These findings highlight the importance of institutional synergy and continuous environmental education in promoting sustainable waste practices in schools.