Claim Missing Document
Check
Articles

APPLICATION OF ORGANIC FERTILIZER AND AEROBIC IRRIGATION SYSTEM ON SEVERAL VARIETIES OF LOWLAND RICE TO INCREASE YIELD OF SOYBEAN DIRECT-SEEDED FOLLOWING RICE Maemunah Maemunah; Wayan Wangiyana
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i2.3660

Abstract

This study aimed to examine the effect of cultivation techniques of several varieties of lowland rice between conventional techniques and aerobic irrigation systems, and the application of organic fertilization using bokashi (EM-4 fermented) cattle manure, on yield of Anjasmoro variety of soybean direct-dibbled following harvest of rice without tillage, by conducting pot experiment in a plastic house from September to December 2015. The experiment was designed according to factorial Completely Randomized Design consisting of 3 treatment factors, namely rice cultivation techniques (T1: conventional, T2: aerobic irrigation systems), lowland rice varieties (V1: Inpari 23, V2: Inpari 24, V3: Inpari 25), and organic fertilizer (P0: non-organic, P1: with organic fertilizer), and each treatment combination was made in three replications. The seeding of soybean of Anjasmoro variety was done by immediately dibbling the seeds after harvesting rice in accordance with the treatment factors without tillage. The results indicated that rice cultivation techniques and application of organic fertilizer had significant effects on growth and yield components of soybean, and there was an interaction effect but only between cultivation techniques and rice varieties on the trifoliate leaf number at the age of 49 days, but the rice varieties did not affect growth and yield of soybean following rice crops. The seed yield was higher on soybean following rice of aerobic irrigation system (20.65 g/pot) than following conventional rice (17.92 g/pot), and it was higher on pots receiving organic fertilizer (23.29 g/pot) compared to without organic fertilizer (15.28 g/pot). Even without organic fertilizer, seed yield was higher (16.59 g/pot) in soybeans direct-seeded following aerobic rice compared to following conventional rice (13.98 g/pot).
Pertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Kacang Tanah antara Penanaman secara Monokrop dan Bersama Padi Beras Merah pada Sistem Irigasi Aerobik Emi Iryani; Wayan WANGIYANA; Ni Wayan Dwiani Dulur
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 12 No 01 (2019): Jurnal Crop Agro Januari 2019
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.694 KB) | DOI: 10.29303/caj.v12i01.315

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan dan hasil lima varietas kacang tanah antara penanaman secara tunggal dan bersama padi beras merah pada sistem aerobik, dengan melaksanakan percobaan penanaman di pot dalam rumah plastik. Percobaan ditata menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yang ditata secara factorial, yaitu varietas kacang tanah (Biawak, Hypoma 1, Galur G300-II, lokal Wajik dan lokal Bima) dan pola tanam (secara tunggal dan bersama padi beras merah), dan setiap kombinasi perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Data dianalisis dengan analisis keragaman (ANOVA) dan uji Beda Nyata Jujur (Tukey’s HSD) pada taraf nyata 5%, menggunakan program CoStat for Windows ver. 6.303. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh interaksi antara pola tanam dan varietas terhadap berat berangkasan segar dan berat polong kering per rumpun, yang menunjukkan perbedaan respon antar varietas kacang tanah terhadap pola tanam. Dibandingkan dengan sistem monokrop, penanaman bersama padi signifikan menurunkan berat berangkasan segar, tetapi hanya pada varietas Hypoma-1, dan menurunkan berat polong kering, tetapi hanya pada varietas Hypoma-1 dan galur G300-II. Namun, hasil biji per rumpun secara umum tidak dipengaruhi oleh pola tanam, dan bahkan ada kecenderungan jumlah biji per rumpun lebih tinggi pada penanaman bersama padi, pada varietas Biawak dan lokal Wajik. Sebaliknya, berat 20 biji, jumlah daun dan jumlah cabang rata-rata lebih rendah, tetapi tinggi tanaman lebih tinggi, pada penanaman bersama padi dibandingkan pada sistem monokrop.
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VAR. CIHERANG DENGAN TEKNIK BUDIDAYA “SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)” PADA BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM Wayan Wangiyana1; Zapril Laiwan2; Laiwan1 .
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 2 No 1 (2009): Jurnal Crop Agro
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.584 KB)

Abstract

ABSTRAK Perbedaan pelaksanaan yang paling prinsip antara teknik SRI dan konvensional dalam budidaya padi adalah pengairan yang intermittent selama fase vegetatif dan mengutamakan pupuk organik, di samping anjuran penanaman bibit muda dan tunggal pada SRI. Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh umur dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap hasil padi pada teknik budidaya SRI, dengan melakukan percobaan pot yang ditempatkan di halaman terbuka dan ditata menurut Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan dan 2 faktor perlakuan, yaitu umur bibit pindah tanam (5, 10 atau 15 HSS) dan jumlah bibit per lubang tanam (1, 2 atau 3 bibit). Percobaan dilaksanakan di desa Gerung (Lombok Barat) pada bulan Juli sampai Nopember 2006, menggunakan padi (Oryza sativa L.) varietas Ciherang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara kedua faktor perlakuan, tetapi faktor umur bibit memberikan lebih banyak pengaruh nyata, yaitu terhadap pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan, berat jerami kering, jumlah anakan produktif dan persentase gabah hampa, dibandingkan dengan jumlah bibit per lubang tanam, yaitu hanya terhadap pertumbuhan jumlah daun dan anakan. Persentase gabah hampa semakin rendah dengan semakin muda umur bibit pindah tanam, terutama kalau menggunakan penanaman bibit tunggal. Walaupun tidak signifikan, ada kecenderungan bahwa hasil gabah tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan umur bibit 10 hari dengan penanaman 2 atau 3 bibit per lubang tanam, yang juga didukung oleh adanya kecenderungan jumlah anakan produktif yang tinggi, terutama dengan 3 bibit per lubang tanam. Namun perlu dicarikan solusi bagaimana mengurangi persentase gabah hampa dan/atau meningkatkan indeks panen. ABSTRACT The main differences in the implementation of SRI versus conventional techniques of rice culture are the application of intermittent irrigation during vegetative stages and the importance of manures besides transplanting of very young and single seedlings in SRI practice. This research was aimed to examine the effects of age and number of seedlings per hill at transplanting on yield of rice under SRI technique, by conducting a pot experiment on an open field, designed based on Completely Randomized Design with three replicates and two factorial treatment factors, i.e. seedling ages at transplanting (5, 10 or 15 days after sowing) and number of seedlings per hill (1, 2 or 3 seedlings). The experiment was carried out at Gerung village (West Lombok) from July to November 2006, using “Ciherang” variety of rice (Oryza sativa L.). The results indicated that there was no significant interaction between the two treatment factors, but seedling age factor showed significant effects on more observation variables, including growth rates of leaf number, plant height, and tiller number, and dry straw weight, productive tillers and percentage of unfilled grains, when compared with the treatment factor of seedling number per hill, which showed significant effects only on growth rate of leaf number and tiller number. Percentages of unfilled grains were lower when younger seedlings were transplanted, especially when transplanting single seedlings. Although it was not significant, there was a tendency that highest yield could be obtained from the treatment combination of transplanting 2 or 3 seedlings of ten-days old, which was supported by a tendency to obtain the highest number of productive tillers, especially with transplantation of 3 seedlings per hill. However, more researches need to be conducted to find out how to reduce percentage of unfilled grains and/or to increase harvest index.
PENINGKATAN “ESTABLISHMENT RATE” TANAMAN KEDELAI DAN KACANG HIJAU DENGAN APLIKASI BEBERAPA BAHAN PEMBENAH TANAH PADA BEDENG DI LAHAN VERTISOL TADAH HUJAN LOMBOK SELATAN Wayan Wangiyana; I.G. M. Kusnarta; Nihla Farida; M. Zairin
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 5 No 1 (2012): Jurnal Crop Agro
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi bahan pembenah tanah pada bedeng di lahan vertisol Lombok Selatan terhadap pertumbuhan (crop establishment) dan hasil biji tanaman kedelai yang ditanam pada MK1 dan tanaman kacang hijau pada MK2 yang ditugal langsung setelah panen kedelai MK1. Percobaan dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan milik petani di desa Mujur (Lombok Tengah), dari bulan Juni sampai dengan Nopember 2011, yang ditata menurut Rancangan Acak Kelompok, dengan 3 blok dan 6 perlakuan, yaitu tanpa bahan pembenah tanah (P0), aplikasi bahan pembenah tanah berupa pasir (P1), pupuk kandang (pukan) sapi (P2), Bokashi (P3), pasir + pukan (P4), dan pasir + Bokashi (P5). Analisis data dilakukan dengan ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan teknik kontras-ortogonal pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bahan pembenah tanah pada bedeng permanen di lahan vertisol tadah hujan Lombok Selatan secara nyata meningkatkan establishment rate dan hasil biji tanaman kedelai dan kacang hijau. Bahkan hanya dengan aplikasi pasir (P1), yang dicampur dengan lapisan atas tanah pada bedeng, dapat dicapai crop establishment dan hasil biji yang lebih tinggi, dengan rata-rata hasil 1,9 ton/ha biji kedelai dan 1,96 ton/ha biji kacang hijau, jika dibandingkan dengan bedeng tanpa bahan pembenah tanah (P0), dengan rata-rata hasil 1,1 ton/ha biji kedelai dan 0,29 ton/ha biji kacang hijau, padahal secara jangka panjang, pasir tidak akan hilang karena tidak diserap oleh tanaman. Hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan aplikasi pasir dan Bokashi (P5), dengan rata-rata hasil 2,5 ton/ha biji kedelai dan 3,43 ton/ha biji kacang hijau. ABSTRACT The study aimed to examine the effect of application of soil amendment materials on raised-beds of Southern Lombok vertisol land on growth (crop establishment) and seed yield of soybean plants grown in MK1 (dry season 1) and MK2 mungbean plants direct dibbled immediately after harvest of the MK1 soybean. The experiment was conducted on a rainfed ricefield owned by a farmer in the Mujur village (Central Lombok), from June to November 2011, which was designed according to the Randomized Complete Block Design, with 3 blocks and 6 treatments, i.e. without soil amendment (P0), the application of sand (P1), cattle manure (P2), Bokashi (P3), sand + manure (P4), and sand + Bokashi (P5). Data were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) based on the contrast-orthogonal technique at 5% level of significance. The results indicated that application of soil amendment materials on the raised-beds, in the southern Lombok rainfed vertisol land, significantly increased the establishment rate and seed yield of soybean in MK1 (dry season 1) and mungbean in MK2 (dry season 2), which was direct dibbled immediately after harvest of the MK1 soybean. Even with the application of sand only, by mixing it with the top soil layer of the raised-beds, better crop establishment and higher seed yields were achieved, with an average of 1.9 ton/ha soybean seeds and 1.96 ton/ha mungbean seeds, compared with an average of only 1.1 ton/ha soybean seeds and 0.29 ton/ha mungbean seeds obtained from the plots without application of amendment materials, while in fact in the long term, the sand will not be disappear because it is not absorbed by plants. The highest yield was obtained from the plot with application of both sand and Bokashi (P5), with an average of 2.5 ton/ha soybean seeds and 3.43 ton/ha mungbean seeds.
RESPON BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA JARAK TANAM BERBEDA TERHADAP PENYISIPAN BEBERAPA BARIS KACANG TANAH Wayan WANGIYANA; I Gde Ekaputra Gunartha; Nihla Farida
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 11 No 2 (2018): Jurnal cropagro juli 2018
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.446 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh penyisipan beberapa baris tanaman kacang tanah varietas Hypoma-1 di antara barisan jagung yang ditanam pada jarak tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan komponen hasil beberapa varietas jagung. Percobaan dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian di Narmada, dari bulan Juni s/d Oktober 2017, yang ditata menurut rancangan Split Split Plot dengan 3 faktor perlakuan, yaitu tumpangsari (T) aditif dengan tanaman kacang tanah sebagai faktor petak utama, dengan 4 aras perlakuan (T0= jagung monokrop; T1, T2, T3= penyisipan 1, 2 atau 3 baris kacang tanah); varietas jagung (V) sebagai faktor anak petak, dengan 3 varietas (V1= jagung ketan lokal Bima, V2= populasi C2; V3= varietas hibrida Bisi-816); dan jarak tanam (J) jagung antar baris sebagai anak anak-petak, dengan 3 aras perlakuan (60, 75 atau 90 cm), sehingga terdapat 36 kombinasi perlakuan yang masing-masing dibuat dalam 3 blok (ulangan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh interaksi tiga faktor terhadap bobot tongkol per ha dan variabel pengamatan lainnya, kecuali tinggi tanaman dan lingkar batang saat panen sampel tanaman pada akhir fase pengisian biji, sedangkan interaksi dua faktor hanya signifikan terhadap jumlah daun per ha, yaitu antara varietas jagung dan jarak tanam. Masing-masing faktor perlakuan secara mandiri (main effect) juga berpengaruh terhadap komponen hasil tanaman jagung. Peningkatan jumlah baris tanaman kacang tanah yang ditanam-sisip di antara barisan jagung mampu meningkatkan bobot tongkol per ha dibandingkan dengan tanpa penyisipan tanaman kacang tanah. Jarak tanam juga berpengaruh terhadap semua variabel pengamatan, terutama komponen hasil; secara per individu tanaman, bobot tongkol tertinggi pada jarak tanam 90x20 cm sedangkan bobot tongkol per ha tertinggi pada jarak tanam tersempit (60x20 cm), yang berarti bahwa peningkatan kerapatan tanaman masih bisa dilakukan dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman jagung terutama yang disisipi tanaman kacang tanah, yaitu varietas Hypoma-1.
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DI MEDIA VERTISOL DAN ENTISOL PADA BERBAGAI TEKNIK PENGATURAN AIR DAN JENIS PUPUK Cepy *1; Wayan Wangiyana
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 4 No 2 (2011): Jurnal Crop Agro Pertanian
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ditujukan untuk menentukan apakah aplikasi pupuk organik berupa Bokashi pupuk kandang sapi pada teknik budidaya padi hemat air (Gogo rancah dan SRI) memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) varietas Ciherang pada dua jenis tanah, dibandingkan dengan teknik budidaya padi secara konvensional. Dari hasil percobaan pot dalam rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Mataram, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman padi tidak berbeda nyata antara aplikasi pupuk organik (30 t/ha) dan pupuk anorganik, tetapi komponen hasil (jumlah anakan produktif, jumlah gabah berisi, berat 100 gabah dan hasil gabah kering panen) masih lebih tinggi pada pemupukan anorganik. Demikian pula pengaruh teknik pengaturan air, teknik penggenangan secara konvensional memberikan hasil gabah tertinggi dibandingkan dengan Gogo rancah dan SRI. Namun demikian, ada interaksi antara teknik pengaturan air dan jenis tanah, di mana di tanah entisol, jumlah anakan produktif sedikit lebih tinggi pada sistem Gogo rancah daripada konvensional. Jika dikaitkan dengan jenis pupuk, pada teknik konvensional di tanah entisol, hasil gabah tidak berbeda nyata antara aplikasi pupuk organik dan anorganik. Karena sifat “slow release” pupuk organik, perlu dilakukan penelitian jangka panjang dalam usaha transformasi dari sistem anorganik menjadi organik, terutama pada teknik budidaya padi hemat air (Gogo rancah dan SRI). ABSTRACT This research was aimed to examine if application of organic fertilizer in the form of EM-4 fermented cattle manure (Bokashi) on water thrifty techniques of growing rice (“Gogo rancah” and SRI) gives positive impacts on growth and yield of rice (Oryza sativa L.) var. Ciherang on two types of soil, compared with the conventional technique. Based on the results obtained from a pot experiment conducted in the glasshouse of the Faculty of Agriculture, Mataram University, it was concluded that growth or rice plants was not significantly different between application of organic (30 t/ha) and inorganic fertilizers, but its yield components (number of productive tillers, filled grains, weight of 100 seeds, and grain yield) were still higher on inorganic fertilization. So did the effect of water management technique, in which the conventional (flooding) technique resulted in the highest grain yield compared with “Gogo rancah” and SRI techniques. However, there were interaction effects between water management technique and soil type, in which number of productive tillers was slightly higher on “Gogo rancah” than the conventional technique. When related to fertilizer types, in the conventional technique, grain yield was not significantly different between organic and inorganic fertilization on entisol. Due to the “slow release” nature of organic fertilizer, a more long-term research needs to be conducted in an effort to convert from inorganic to organic system, especially on water thrifty techniques of growing rice (“Gogo rancah” and SRI).
PENINGKATAN HASIL JAGUNG HIBRIDA VAR. BISI-2 DENGAN APLIKASI PUPUK KANDANG SAPI DAN PENINGKATAN FREKUENSI PEMBERIAN UREA DAN CAMPURAN SP-36 DAN KCl Wayan Wangiyana 1; M. H anan 2; I Ketut Ngawit 1
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 3 No 1 (2010): Jurnal Crop Agro
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pada umumnya anjuran pemberian pupuk N pada jagung hibrida adalah 3 kali sedangkan pupuk P dan K sebagai pupuk dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian pupuk kandang sapi dan peningkatan frekuensi pemberian pupuk Urea dan campuran pupuk SP-36 dan KCl dapat meningkatkan hasil tanaman jagung (Zea mays L.) Hibrida var. Bisi-2. Percobaan dilaksanakan di lapangan, yang ditata menurut Rancangan Acak Kelompok dengan 3 faktor pelakuan, yaitu pemberian pupuk kandang, frekuensi pemberian Urea, dan frekuensi pemberian campuran SP-36 dan KCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemberian pupuk kandang sapi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung, terutama jumlah daun hijau selama fase pengisian biji (63-84 hst), mempercepat umur keluar malai dan rambut tongkol serta meningkatkan hasil, komponen hasil dan indeks panen; (2) Peningkatan frekuensi pemberian pupuk Urea dari 3 kali menjadi 4 kali, juga meningkatkan hasil biji dan berat 1000 biji; (3) Peningkatan frekuensi pemberian campuran pupuk SP-36 dan KCl pada umumnya tidak memberikan pengaruh yang nyata, namun ada kecenderungan bahwa pemberian 2 kali lebih baik daripada pemberian hanya sekali pada saat tanam; (4) Kombinasi pemberian pupuk kandang sapi, pemberian Urea 4 kali dan pemberian campuran SP-36 dan KCl 2 kali memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya. ABSTRACT In general, recommendation for application of N fertilizer to hybrid maize is three times while for P and K fertilizers it is only once at planting. This research was aimed to examine if application of cattle manure and increasing frequency of Urea as well as SP-36 and KCl fertilizers can increase maize yield. A field experiment was conducted according to Completely Randomized Block Design, with three treatment factors, i.e. cattle manure application, frequency of Urea application, and frequency of application of SP-36 and KCl fertilizers. Results indicate that (1) application of cattle manure increased maize growth, especially number of green leaves during seed-filling period (63-84 DAP), fastened anthesis and silking and increased grain yield, yield components and harvest index; (2) increasing frequency of Urea application also increased grain yield and weight of 1000 seeds; (3) increasing the frequency of SP-36 and KCl applications, however, in general did not show significant effects, but there was a tendency that twice application was better than only once at planting. The treatment of cattle manure application combined with 4 times application of Urea and twice application of combination of SP-36 and KCl fertilizers resulted in the highest grain yield.
APLIKASI MULSA JERAMI DAN PUPUK HAYATI MIKORIZA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI BERAS HITAM SISTEM AEROBIK Elmi Riskiani; Wayan Wangiyana
Agrika Vol 16, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v16i1.3030

Abstract

ABSTRAKTeknik budidaya padi sistem irigasi aerobik pada bedeng sangat signifikan meningkatkan hasil gabah terutama jika disertai pupuk hayati mikoriza. Permasalahannya adalah cepatnya pertumbuhan gulma sehingga harus sering dilakukan penyiangan selama fase vegetatif tanaman padi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh mulsa jerami dan pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa galur harapan padi beras hitam pada bedeng dengan sistem irigasi aerobik. Percobaan dilaksanakan di sawah Desa Ombe Baru, Kabupaten Lombok Barat, NTB pada bulan Mei-September 2020 menurut Split Split-Plot design dengan tiga blok dan tiga faktor perlakuan yaitu galur padi (G3 dan G9) sebagai petak utama, mulsa jerami (J0= tanpa mulsa jerami, J1= dengan mulsa jerami) sebagai anak petak, dan pupuk hayati mikoriza (M0= tanpa mikoriza, M1= dengan mikoriza) sebagai anak-anak petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur tidak berpengaruh terhadap semua variabel pengamatan, sedangkan aplikasi mulsa jerami dan pupuk hayati mikoriza signifikan meningkatkan beberapa variabel pertumbuhan dan hasil gabah. Galur G9 lebih responsif terhadap mulsa jerami dan pupuk hayati mikoriza dibandingkan G3 dalam meningkatkan jumlah anakan dan jumlah malai. Sementara itu G3 lebih responsif terhadap mulsa jerami dan mikoriza dalam meningkatkan jumlah gabah berisi/malai. Aplikasi mulsa jerami menghasilkan gabah yang lebih tinggi dibanding tanpa mulsa jerami, yaitu berturut-turut 46,98 g/rumpun dan 36,89 g/rumpun. Pupuk hayati mikoriza menghasilkan gabah lebih tinggi dibanding tanpa pemberian pupuk hayati, yang berturut-turut adalah 46,94 g/rumpun dan 36,94 g/rumpun. ABSTRACTRice cultivation techniques using aerobic irrigation systems on raised beds significantly increase grain yield, especially when accompanied by the application of mycorrhizal biofertilizers. The problem is the fast growth of weeds, so frequent weeding must be done during the vegetative phase of the rice plant. This study aims to determine the effect of the application of straw mulch and mycorrhizal biofertilizer on the growth and yield of several promising strain of black rice on beds with an aerobic irrigation system. The experiment was conducted in the ricefields of Ombe Baru Village, West Lombok Regency, NTB in May-September 2020 which was arranged according to Split Split-Plot design with three blocks and three treatment factors, namely rice strain (G3 and G9) as main plots, straw mulch (J0= without straw mulch, J1= with straw mulch) as sub-plots, and mycorrhiza biofertilizer application (M0= without mycorrhiza, M1= with mycorrhiza) as sub-sub-plots. The results showed that the strain factor had no effect on all observed variables, while the application of straw mulch and mycorrhizal biofertilizer significantly increased several growth variables and grain yields. There was an interaction effect between treatment factors, which indicated that the G9 strain was more responsive to the straw mulch and mycorrhizal biofertilizers than G3 in increasing the number of tillers and panicles. Meanwhile, G3 strain was more responsive to the application of straw mulch and mycorrhizae in increasing the number of filled grains per panicle. The application of straw mulch produced grain with a higher average than without straw mulch, namely 46.98 g/clump and 36.89 g/clump, respectively. Mycorrhizal biofertilizers produced higher grain yields than those without biofertilizers, which were 46.94 g/clump and 36.94 g/clump, respectively.  
ISOLASI DAN KARAKTERISASI MIKROBIA BINTIL AKAR PUTRI MALU (Mimosa pudica) INDIGENUS DARI LAHAN KERING PRINGGABAYA, LOMBOK TIMUR Novita Hidayatun Nufus; Wayan Wangiyana; Ni Wayan Sri Suliartini
Gontor AGROTECH Science Journal Vol 8, No 1 (2022): June 2022
Publisher : University of Darussalam Gontor, Ponorogo, East Java Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/agrotech.v8i1.8115

Abstract

. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas tanah dalam rangka peningkatan produksi pertanian adalah melalui pemanfaatan pupuk hayati. Pupuk hayati merupakan mikroorganisme tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui peningkatan suplai dan penyerapan unsur hara tanah. Mikrobia tersebut dapat diperoleh dari tanaman yang bersimbiosis dengannya, salah satunya adalah Putri malu (Mimosa pudica).  Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh isolat mikrobia pembentuk bintil akar yang bersimbiosis dengan tanaman Putri malu (Mimosa pudica) indigenus yang hidup di lahan kering Pringgabaya, Kabupaten Lombok Tmur, Nusa Tenggara Barat sebagai sumber isolate dalam produksi pupuk hayati. Untuk itu dilakukan isolasi mikrobia dari bintil akar tanaman Putri malu yang dilanjutkan dengan karakterisasi isolate yang didapat. Isolasi dilakukan dengan menginokulasi suspensi bintil akar ke dalam media tumbuh berupa Yeast Manitol Agar (YMA). Pemurnian isolate dilakukan dengan menumbuhkan isolate pada YMA ke dalam media YMA yang baru dengan teknik streak quadrant dan dilanjutkan dengan pengecatan gram. Biakan murni isolate selanjutnya diamati morfologi koloni secara makroskopis serta morfologi sel secara mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 isolat dari bintil akar tanaman Putri malu (Mimosa pudica), yaitu isolate A, B, C, D, E, F, dan G. Berdasarkan analisis kenampakan koloni secara makroskopis, yang dilanjutkan dengan pengamatan morfologi sel secara mikroskopis, dan pengecatan gram, diduga isolat tersebut tergolong ke dalam genus Bacillus (isolat A, C, D dan G), Rizhobium (isolat D), Pseudomonas (isolate F), dan Actynomycetes (isolate E). 
Pengaruh Penyisipan Berbagai Varietas Kedelai Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Srikandi Kuning di Pringgabaya Lombok Timur Ita Nirmala; Wayan Wangiyana; Nihla Farida
AGRITROP Vol 20, No 1 (2022): Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agritrop.v20i1.7070

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyisipan berbagai varietas tanaman kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung serta mengetahui LER (Land Equivalent Ratio) dari tumpangsari dan LER Parsial tanaman kedelai untuk mencari varietas kedelai yang paling toleran disisipkan di antara barisan tanaman jagung varietas Srikandi Kuning yang ditanam dengan jarak tanam normal 75 x 20 cm. Percobaan dilaksanakan di lahan tadah hujan desa Pringgabaya, Lombok Timur, dari bulan Februari sampai Juni 2020, yang dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri atas 9 aras perlakuan penyisipan yaitu P0= jagung monokrop (jagung tanpa disisipi kedelai), P1= jagung disisipi kedelai varietas Anjasmoro, P2= varietas Dena-2, P3= varietas Argomulyo, P4= varietas Dering-1, P5= varietas Grobongan, P6= varietas Dena-1, P7= varietas Dega-1, P8= varietas Deja-1. Setiap perlakuan dibuat dalam tiga blok (ulangan). Data dianalisis dengan ANOVA dan uji Beda Nyata Jujur (Tukey’s HSD) pada taraf nyata 5% menggunakan program CoStat for Windows ver. 6.303. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisipan berbagai varietas tanaman kedelai tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman jagung varietas Srikandi Kuning, tetapi mampu meningkatkan hasil biji jagung 27,7% dan nisbah kesetaraan lahan (LER) 72,7% dengan tumpangsari jagung dan kedelai varietas Anjasmoro, jika dibandingkan dengan penanaman jagung secara monokrop. Sebaliknya, penyisipan tanaman kedelai di antara tanaman jagung signifikan menurunkan hasil biji kedelai, dengan LER parsial 0,17 – 0,53 atau 17 – 53%, dan berdasarkan LER parsial ini, maka kedelai varietas Dega-1 merupakan varietas yang paling toleran ditanam-sisip di antara tanaman jagung varietas Srikandi Kuning yang ditanam pada jarak tanam normal.
Co-Authors A. Wires yamsi, A.A. Ketut Sudharmawan Abdus Syakur Assopi Ahmad Zubaidi Akhmad Zubaidi Akhmad Zubaidi Al-Bayani, Gangga Harijatullah Anjar Pranggawan Azhari Aprilia Wulandari Astam Wiresyamsi Baharuddin AB Balkis, Nuzula Aziza Bambang Budi Santoso Cepy *1 Dian Mayasari Dwi Ayu Sunarti Dwi Ratna Anugrahwati Elmi Riskiani Elsa Fitriah Emi Iryani Engki Mawandi Farida , Nihla Filsa Era Sativa Friska Pebrianingsih Gangga Harijatullah Al-Bayani Hairil Ihsan Hanafi Abdurrachman Hanafi Abdurrachman Hapisah Hapisah Harmaeni Harmaeni I Gde Ekaputra Gunartha I Gde Ekaputra Gunartha I Gusti Made Kusnarta I Gusti Putu Muiarta I Gusti Putu Muliarta Aryana I Ketut Ngawit I Ketut Ngawit I Ketut Ngawit I Ketut Ngawit I Ketut Ngawit I Ketut Ngawit I Ketut Ngawit 1 I Ketut Ngawit, I Ketut I Komang Damar Jaya I Made Sudantha I Putu Silawibawa I Wayan Sudika I Wayan Sutresna I.B.K. Mahardika I.G.B. Udayana I.G.P. Muliarta Aryana Ita Nirmala Janu Rahmaningsih Jekson Simarmata Jurnal Pepadu Khopid Mulidan Kisman Kisman Laiwan1 . Laksmi Ernawati, Ni Made M. Dahlan M. H anan 2 M. Taufik Fauzi M. Taufik Fauzi, M. Taufik M. Zairin Maemunah Maemunah Maesarah Maesarah Mahardika, Ida Bagus Komang Megawati Sitorus Moh. Romza Alfan Muhammad Hamam Nasiruddin Muhammad Kholid Muliartha, I Gusti Putu Mulyati Murni Nilawati Ni Made Laksmi Ernawati, Ni Made Laksmi Ni Wayan Dwiani Dulur Ni Wayan Dwiani Dulur Ni Wayan Dwiani Dulur Ni Wayan Dwiani Dulur Ni Wayan Dwiani Dulur Ni Wayan Sri Suliartini Ni Wayan Sri Suliartini Nihla Farida Nihla Farida Nihla Farida Nihla Farida Nihla Farida Nihla Farida Nining Risnawati Novita Hidayatun Nufus Nur Inayah Pratama, I Gusti Ngurah Agung Rabani, Muhammad Billy Rahman Raihanun, Siti Ridha Ayumnuazmi Ridhon Khudairi Risnawati, Nining Roni Santuri Rosita, Baiq Aulia Siti Zainab Siti Zainab, Siti Sudharmawan, A.A. Ketut Sudharmawan, A.A.K. Sukartono Suliartini, Ni Wayan Sri Suprayanti Martia Dewi Suwardji Syarif Husni Taslim Sjah Toibba, Huswatun Uyek Malik Yakop Uyek Malik Yakop V.F.A. Budianto Wahyu Astiko Wahyu Astiko Wahyu Yuniati Nizar Wangiyana, I Gde Adi Suryawan Yakop, Uyek Malik Zahratul Aeni Zapril Laiwan2 Zubaidi, Akhmad Zubaidi, Akhmad